Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat antara


satu sama lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan sekumpulan
penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh
peraturan – peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat tersebutlah
yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan; baik yang mereka dapat dari nenek
moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya
waktu.
Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan
ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat
dan menjadi ciri khas dari pada manusia ( masyarakat ) tersebut. Masyarakat dan
kebudayaan terus berkembang dari masa ke masa.
Pada zaman dahulu, manusia hidup berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya,
masyarakat yang hidup dalam keadaan yang seperti ini di sebut dengan masyarakat
nomaden. Mereka berpindah ke tempat lain jika bahan makanan yang ada di derah mereka
telah habis. Namun, seiring dengan waktu mereka mulai belajar untuk melestarikan daerah
di mana mereka tinggal. Mereka mulai bercocok tanam dan berternak untuk
melangsungkan kehidupan mereka.
Hingga saat ini kegiatan bercocok tanam ( bertani ) menjadi ciri khusus masyarakat
Indonesia dan dengan demi kian Indonesia di sebut dengan negara agraris, karena
sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani hingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan pangannya sendiri. Masyarakat zaman dahulupun meninggalkan hasil
kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari peralatan, bahasa, lagu, bangunan –
bangunan, hingga berbagai macam upacara adat.
Kebudayaan sendiri berkembang melalui beberapa periode. Mulai dari zaman
prasejarah, zaman purba, zaman madya hingga zaman baru. Hasil kebudayan pada zaman

1
prasejarah merupakan benda – benda tua yang terbuat dari batu – batu alam dan tulang –
tulang binatang. Alat – alat tersebut mereka ciptakan untuk berburu binatang. Pada zaman
purba, masyarakat mulai tumbuh dan berkembang beserta dengan tumbuhnya peraturan –
peraturan yang berlaku dan mengikat keberadaan masyarakat tersebut.
Mereka hidup di bawah pimpinan raja yang berkuasa. Mereka juga mulai mengenal
tulisan. Pada zaman ini masyarakat mulai mengenal suatu kepercayaan yang lebih jelas jika
dibandingkan dengan masyarakat yang hidup pada zaman sebelumnya. Mereka yang dulu
hidup dengan menyembah batu dan pepohonan besar kini mulai menyembah apa yang
mereka sebut sebagai Tuhan.
Kepercayaan yang berkembang pada zaman ini adalah agama Hindu dan Budha.
Kedua agama ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Bukan hanya dari segi kebudayaan tetapi juga dalam bentuk susunan
masyarakat hingga kepada adat istiadat, karya seni dan sastra serta bentuk bangunan.
Banyak sekali karya seni berupa lukisan, patung – patung dan candi – candi yang bercorak
hindu maupun budha yng di bangun pada zaman ini.
Zaman madya ditandai dengan masuknya agama Islam. Agama Islam menyebar
dengan cepatnya menyebar di Indonesia. Agama Islam juga memberikan pengaruh yang
cukup besar bagi perkembangan kebudayaan di Indonesia. Islam memberikan sentuhan
baru bagi perkembangan bangunan – bangunan dan karya seni maupun sastra di
Indonesia.
Zaman baru dimulai sejak masuknya pengaruh barat ke Indonesia. Hingga saat ini
zaman baru masih berlangsung. Proses berkembangnya kebudayaanpun masih terus
berlangsung. Zaman baru membawa pengaruh dan perubahan yang besar. Mulai dari gaya
hidup, cara berpakaian, bentuk bangunan dan lain – lain. Kebudayaan yang berasal dari
luarpun tak hanya masuk, namun sebagian dari mereka bercampur dengan kebudayaan
asli Indonesia sehingga terciptalah suatu kebudayaan yang baru.
Kebudayaan tidak akan pernah berhenti untuk berkembang selama masyarakat
terus berkembang dan belajar demi kelangsungan hidupnya.

2
B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami sebagai penulis akan merumuskan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
 Pengertian Penduduk
 Macam – Macam Mobilitas Vertikal dan Horizontal
 Isi Tentang UU. No. 12 tahun 2006
 Masalah Kependudukan tentang Kesenjangan Sosial
 Penyebab, Alasan Dan Faktor Mengapa Terjadi Kesenjangan Sosial
 Upaya Mencegah Terjadinya Kesenjangan Sosial
 Studi Kasus Kesenjangan Sosial Di Kalangan Mahasiswa

C. Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini tentu adanya tujuan dan manfaatnya, untuk
melengkapi laporan ini kami akan memberikan tujuan dalam penyusunan makalah ini
yaitu :
 Memberikan pengetahuan serta informasi mengenai Penduduk & Masyarakat.
 Menjelaskan pengertian mobilitas vertikal dan horizontal
 Membahas tentang UU. No. 12 tahun 2006
 Membahas masalah kependudukan tentang kesenjangan sosial di antara
mahasiswa.

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua mahasiswa.
Manfaat lain dari penulisan makalah ini antara lain :
 Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan didalam
kehidupan di masyarakat terutama di kalangan mahasiswa.
 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai masalah kesenjangan sosial.
 Agar mahasiswa sadar bahwa kesenjangan sosial bukan masalah sepele.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengeritan Penduduk & Masyarakat

1. Pengertian Penduduk
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua,
pertama orang yang tinggal di daerah tersebut, dan kedua orang yang secara hukum
berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi
untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah
lain. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang
mendiami atau menduduki tempat tertentu misalnya pohon bakau yang terdapat pada
hutan bakau, atau kera yang menempati hutan tertentu.Bahkan populasi dapat pula
dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat, misalnya kursi
dalam suatu gedung sekolah.
Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang
mendiami dunia atau bagian-bagiannya (Ruslan H. Prawiro, 1981:3). Beberapa ahli
mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang pengertian penduduk. Menurut Jonny
Purba, penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga,
anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di
suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.
Menurut Dr. Kartomo penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu, terlepas dari warga negara atau bukan warga
Negara.Sedangkan menurut Sri Murtono, Hasan Suryono dan Martiyono, penduduk adalah
setiap orang yang berdomisili atau bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara dalam
waktu yang cukup lama.Jadi secara umum penduduk adalah semua orang yang pada waktu
sensus dilaksanakan telah enam bulan lamanya tinggal di suatu negara.

4
2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat (society) diartikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah
sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri
berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat
adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Adapun pengertian masyarakat
menurut para ahli adalah :
a. Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
b. Max Weber, Masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya
ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
c. Emile Durkheim, Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif
d. individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
e. Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan
organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-
kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.

B. Macam – Macam Mobilitas Vertikal dan Horizontal

1. Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah semua gerakan penduduk dalam usaha perubahan status sosial.
Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi pedagang termasuk gejala
perubahan status sosial. Begitu pula, seorang dokter gigi beralih pekerjaan menjadi
seorang aktor film juga termasuk mobilitas vertikal.

2. Mobilitas Horizontal

5
Mobilitas horizontal adalah semua gerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu
dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah yang umumnya adalah batas adminitrasi,
seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan. Mobilitas horizontal dibagi menjadi
dua, yaitu mobilitas permanen dan mobilitas nonpermanen.
a) Mobilitas Permanen atau Migrasi
Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas permanen secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitumigrasi internasional dam migrasi dalam negeri.
 Migrasi Internasional
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain.
Perhatian para analis demografi cukup besar pada migrasi internasional. Hal itu
dikarenakan selain datanya lebih lengkap juga karena sering menimbulkan ketegangan
sosial. Akhirnya, terjadi pertentangan antara orang-orang dengan latar belakang
kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Migrasi internasional merupakan masalah
politik pada tingkat nasional. Contohnya, seseorang yang melintasi perbatasan negara
dapat melakukan dengan ikut perpindahan massal (perpindahan penduduk dengan
curu etnis atau sosial). Selain itu, dapat juga dilakukan sebagai pribadi dan anggota
keluarga kecil. Sebab-sebab terjadinya perpindahan secara paksa, dan mengungsi. Pada
rentang waktu tahun 1953-1960 terjadi karena ketegangan politik antara negara yang
satu dengan yang lain. Di bebepara negara terjadi arus migrasi yang tinggi.

 Migrasi Dalam Negeri (Migrasi Nasional)

Migrasi nasional adalah suatu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah
lain dalam satu wilayah negara. Migrasi penduduk dalam negeri menyebabkan
perpidahan penduduk secara besar-besaran baik di negara maju maupun negara
berkembang. Perpindahan penduduk dari desa ke kota merupakan komponen utama
dari migrasi dalam negeri sehingga dianggap sebagai satu bagian utama dari migrasi
dalam negeri sehingga dianggap sebagai satu bagian dari proses modernisasi yang tidak
dapat dipisahkan. Jenis migrasi dalam negeri yang menarik untuk dibahas adalah
transmigrasi. Hal ini disebabkan masalah transmigrasi khususnya di Indonesia
merupakan bagian penting dalam era pembangunan.

6
b) Mobilitas Nonpermanen

Mobilitas Nonpermanen merupakan gerakan penduduk dari satu wilayah satu ke


wilayah lain dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas
nonpermanen disebut juga dengan sirkulasi. Dan beberapa hasil penelitian mobilitas
penduduk yang dilakukan di Jawa oleh suharso(1976). Hugo (1975), Koenjaraningrat
(1957), dan Matras (1978), ditemukan bahwa mobilitas penduduk nonpermanen lebih
banyak terjadi daripada mobilitas penduduk permanen. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak terjadi daripada
mobilitas permanen. Hal ini disebabkan, antara lain faktor sentrifugal dan sentripetal;
perbaikan darana transportasi serta kesempatan kerja di sektor informal lebih besar
dibanding sekitar formal.
Faktor Sentrifugal dan Sentripetal, Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang
terdapat di suatu wilayah yang mendorong penduduk untuk meinggalkan daerahnya.
Sementara itu, kekuatan sentripetal adalah kekuatan yang mengikat penduduk untuk
tetap tinggal di daerahnya. Kedua kekuasaan ini tarik-menarik. Kurangnya kesempatan
kerja di bidang pertanian, nonpertanian, dan terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada
mendorong orang untuk pergi ke daerah yang tersedia fasilitas yang lebih lengkap.

C. UU. NO. 12 TAHUN 2006


A. Penjelasan Tentang Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Organisasi negara dalam suatu
wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain (keagamaan,
kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki
kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Kurang tepat apabila negara dikatakan
sebagai suatu masyarakat yang diorganisir. Adalah tepat apabila dikatakan diantara

7
organisasi-organisasi di atas, negara merupakan suatu organisasi yang utama di dalam
suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk dalam
banyak hal campur tangan dalam bidang organisasi-organisasi lainnya. Terdapat beberapa
elemen utama yang menjadi syarat terbentuknya sebuah negara, antara lain :

1) Rakyat
Unsur ini sangat penting dalam suatu negara, oleh karena orang / manusia sebagai
individu dan anggota masyarakat yang pertama-tama berkepentingan agar organisasi
negara berjalan baik. Merekalah yang kemudian menentukan dalam tahap perkembangan
negara selanjutnya. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan
dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut
ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki,
mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum
tata negara.

2) Wilayah (Teritorial)
Tidak mungkin ada negara tanpa suatu wilayah. Disamping pentingnya unsur wilayah
dengan batas-batas yabng jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan,
artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya
dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan perundang-
undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di wilayahnya
sendiri. Orang akan segera sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui
batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk
memenuhi berbagai kewajiban yang ditentukan.

3) Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan
atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada
dalam wilayah negara. Pemerintah yang dimaksud di sini adalah kekuasaan eksekutif yang
keabsahannya diakui oleh sluruh masyarakat berdasarkan mekanisme pemilihan yang
telah diaturberdasarkan konstitusi yang berlaku di negara itu.

8
4) Mendapatkan Pengakuan dari Negara Lain
Maksudnya, bahwa sebuah negara akan sah keberadaannya ketika negara tersebut
menjadi bagian dari negara-negara lain dalam hal kerjasama disegala aspek kehidupan. Hal
tersebut tentunya berangkat dari sebuah pengakuan dari negara lain tentang keabsahan
negara yang diajak untuk bekerjasama.
Rakyat yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya dengan negara
disebut warga negara. Warga negara secara sendiri-sendiri merupakan subjek-subjek
hukum yang menyandang hak-hak dan sekaligus kewajiban-kewajiban dari dan terhadap
negara. Setiap warga negara mempunyai hakhak yang wajib diakui (recognized) oleh
negara dan wajib dihormati (respected), dilindungi (protected), dan difasilitasi
(facilitated), serta dipenuhi (fulfilled) oleh negara. Sebaliknya, setiap warga negara juga
mempunyai kewajiban-kewajiban kepada negara yang merupakan hak-hak negara yang
juga wajib diakui (recognized), dihormati (respected), dan ditaati atau ditunaikan
(complied) oleh setiap warga negara. Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah
negara adalah adanya unsur warga negara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu,
sehingga warga negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga dari negara lain.
Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan salah satu
dari dua prinsip, yaitu prinsip ‘ius soli’ atau prinsip ‘ius sanguinis’. Yang dimaksud dengan
‘ius soli’ adalah prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hukum mengenai tanah
kelahiran. Misalkan ada seseorang anak yang lahir di wilayah Negara Republik
Indonesia,dan di Indonesia berlaku asas ius soli, maka anak tersebut secara otomatis
menjadi Warga Negara Indonesia,karena lahir di indonesia. Sedangkan ‘ius sanguinis’
mendasarkan diri pada prinsip hubungan darah. Misalkan ada seseorang anak yang lahir
dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI, dan Indonesia memakai asas ius
sanguinis, maka anak tersebut menjadi WNI, karena ikut kewarganegaraan orang tuanya.
Pada pembahasan makalah kami ini, secara ringkas akan dibahas beberapa hal yang
terkait dengan status kewarganegaraan Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

 Status Kewarganegaraan

9
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Warga Negara adalah warga suatu Negara
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, atau dengan kata lain
warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan
anggota resmi dari suatu Negara tertentu. Sedangkan Kewarganegaraan adalah segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

 Asas-Asas Kewarganegaraan
a. Azas Kelahiran (Ius Soli) : Azas kelahiran adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang.
b. Azas Keturunan (Ius Sanguinis) : Azas keturunan adalah pedoman kewarganegaraan
berdasarkan pertalian darah atau keturunan.
c. Azas Perkawinan : Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang
memiliki asas kesatuan hukum
d. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi) : yakni seseorang menggunakan hak opsi
untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara
(aktif) atau seseorang yang menolak untuk diwarganegarakan atau tidak mau diberikan
status warga negara dengan menggunakan hak repudiasi (pasif)

 Pembagian Status Kewarganegaraan


Status kewarganegaraan terbagi atas dua, yaitu :
a. Status Kewarganegaraan Apatride
Status kewarganegaran apatride adalah keadaan dimana seseorang tidak
mempunyai kewarganegaraan,atau keadaan dimana seseorang tidak menjadi
warganegara salah Satu Negara manapun.

b. Status Kewarganegaraan Bipatride


Status kewarganegaraan bipatride adalah suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai kewarganegaraan ganda (mempunyai 2 kewarganegaraan).

 Warga Negara Indonesia

10
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Pasal 4 disebutkan bahwa warga negara Indonesia adalah :
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan / atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan Negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan Ibu warga Negara asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga Negara asing
dan ibu Warga Negara Indonesia.
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum Negara
asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia.
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga Negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun
atau belum kawin.
i. Anak yang lahir di wilayah Negara Repbulik Indonesa yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
k. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Negara Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari Negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

11
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Berdasarkan ayat-ayat dari pasal 1 UU. No. 12 Tahun 2006 tersebut di atas, kami akan
mengkaji ayat ke (4)/ poin d. yang berbunyi :
” Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga Negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia”.
Di Indonesia, yang dimaksud perkawinan campuran sebagaimana termaktub dalam
Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 57 adalah perkawinan antara
dua orang yang tunduk pada hukum berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan
salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.
Menurut UU tentang Kewarganegaraan (UU No. 12 Tahun 2006), Pengaturan
Mengenai Anak Hasil Perkawinan Campuran, mengikuti asas-asas kewarganegaraan umum
atau universal.
 Asas-asas adalah: Asas ius sanguinis (law of the blood). Kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
 Asas ius soli (law of the soil). Kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang.
 Asas kewarganegaraan tunggal. Menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
 Asas kewarganegaraan ganda. Menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang.
Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride)
atau pun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan
kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian.
Berdasarkan UU ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan pria
WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan pria WNI,
sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut akan
berkewarganegaraan ganda , dan setelah anak berusia 18 tahun atau sudah menikah maka
ia harus menentukan pilihannya. Pernyataan untuk memilih tersebut harus disampaikan
paling lambat tiga tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah kawin. Pemberian

12
kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru yang positif bagi anak-anak hasil
perkawinan campuran.
Anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki kemungkinan bahwa ayah dan
ibunya memiliki kewarganegaraan berbeda sehingga tunduk pada dua yurisdiksi hukum
yang beda. Berdasarkan UU Kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti
kewarganegaraan ayahnya, namun berdasarkan UU Kewarganegaraan yang baru anak
akan memiliki dua kewarganegaraan.
Pengaturan status hukum anak hasil perkawinan campuran dalam UU
Kewarganegaraan yang baru, memberi pencerahan yang positif, terutama dalam hubungan
anak dengan ibunya, karena UU baru ini mengizinkan kewarganegaraan ganda terbatas
untuk anak hasil perkawinan campuran. Dengan banyaknya perkawinan campur di
Indonesia sudah seharusnya perlindungan hukum dalam perkawinan campuran ini
diakomodir dengan baik dalam perundang-undangan di Indonesia.
 Asas Kewarganegaraan dan Pewarganegaraan
1. Asas Kewarganegaraan
Sesuai undang-undang No.12 tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dan melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 maka asas
kewarganegaraan meliputi asas kewarganegaraan umum atau universal yaitu asas ius
sanguinis, ius soli, dan campuran. Adapun asas yang dianut dalam UU No. 12 tahun2006
adalah berikut ini.
a. Asas Ius Soli
Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara
tempat kelahiran. Bagi negara indonesia penentuan yang diberlakukan terbatas bagi anak-
anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang tersebut.
b. Asas Ius Sanguinis
Adalah penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian darah.
Artinya penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang
tuanya, bukan berdasarkan negara tempat tinggalnya.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal
Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas Kewaganegaraan Ganda Terbatas

13
Adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak
mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-undang ini
merupakan suatu pengecualian. Namun ada suatu negara dalam menentukan
kewarganegaraannya hanya menggunakan asas ius soli atau ius sanguinis saja, maka dapat
mengakibatkan dua kemungkinan yang terjadi yaitu bipatride dan apatride.
Bipatride (dwi kewarganegaraan) yaitu kewarganegaraan rangkap/ganda. Dengan
demikian mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan dan kerumitan
administrasi tentang kewarganegaraan tersebut. Apatride (tanpa kewarganegaraan) yaitu
seseorang tanpa memiliki kewarganegaraan. Dengan demikian keadaan apatride ini
mengakibatkan seseorang tidak akan mendapat perlindungan dari negara manapun juga.
Contoh negara yang menerapkan asas ius soli adalah Amerika Serikat, sedangkan yang
menerapkan asas ius sanguinis adalah Cina. Seorang warga negara Cina yang melahirkan
anak di Amerika Serikat, menurut asas yang dianut oleh masing-masing negara tersebut
memiliki dua kewarganegaraan yaitu warga negara Amerika Serikat dan warga negara
Cina. Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang melahirkan seorang anak di Cina
menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan (apatride).
Untuk mengatasi kesulitan diatas diadakan perundingan dengan negara lain untuk
menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stetsel yaitu stetsel pasif dan
aktif. Stetsel pasif adalah semua penduduk diakui sebagai wargnegara kecuali ia menolak
menjadi warga negara atau hak repudiasi. Stetsel aktif adalah untuk menjadi warga negara
seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak untuk memilih menjadi warga negara.

2. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan warga
negara) untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan kewarganegaraan atau
naturalisasi. Naturalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu naturalisasi biasa dan
istimewa.
a. Naturalisasi Biasa
Persyaratan menjadi kewarganegaraan Republik Indonesia menurut undang-
undang kewarganegaran adalah sebagai berikut.

14
 Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin
 Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara
sedikitnya 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.
 Sehat jasmani dan rohani.
 Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
 Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi penjara 1
tahun atau lebih.
 Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda.
 Mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap.
 Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara sebesar ketentuan peraturan
pemerintah.

b. Naturlisasi Istimewa (Luar Biasa)


Naturalisasi istimewa di negara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang
status kewarganegaraannya sebagai berikut.
 Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau
belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
 Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI.
 Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya
yang WNI, atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status
kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan
ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
 Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan
disampaikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana
ditentukan dalam perundang-undangan.
 Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling
lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
 Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataannya sendiri
(permohonan) untuk menjadi warga negara RI, atau dapat diminta oleh negara RI.

15
Kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia. Cara ini diberikan oleh
Presiden dengan persetujuan DPR.

c. Akibat Pewarganegaraan
Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran dan anak-
anaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan. Berikut adalah akibat dari
pewarganegaraan:
 Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan seperti orang asing.
 Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat perkawinan sah
tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.
 Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan
hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh
kewarganegaraan RI turut memperoleh kewarganegaraan RI.
 Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa memandang
kedudukan hukukm ayahnya baik sah maupun tidak sebelum usia 18 tahun
memiliki kewarganegaran ganda. Setelah 18 tahun diharuskan memilih
kewaranegaraan.
 Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang
tuanya atau tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI.
 Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagai anak WNA
berdasarkan pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.

D. MASALAH KEPENDUDUKAN TENTANG KESENJANGAN SOSIAL


1. Pengertian Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang
ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam
hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam
aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan
dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak
dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang
miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan

16
adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”.
Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia
miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
            Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur
dijalanan, namun masih banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang ,
banyak orang diluar sana yang kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk
anak-anaknya tapi lebih banyak pula orang kaya sedang asik menyantap berbagai
makanan enak yang harganya selangit lalu disaat banyak orang-orang miskin
kedinginan karena pakaian yang tidak layak mereka pakai, namun banyak orang
kaya yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari
para designer seharga 250.000 juta, dengan harga sebnyak itu seharusnya sudah
dapat memberi makan orang - orang miskin yang kelaparan.
Pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah yang seperti
ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat kepada pemerintah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa,harusnya orang-orang
yang berada di pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa
yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka,tapi dari kasus-kasus yang
sekarang ini tentang para anggota pemerintahan yang melakukan korupsi dapat
menunjukan bahwa tidak sedkit dari mereka masih memikirkan kepentingannya
masing-masing,uang dan biaya yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat
dimakan oleh mereka sendiri.Kalaupun pada akhirnya mereka mendapatkan
hukuman itu bukanlah “hukuman” yang sebenarnya, banyak dari mereka masih
tetap hidup mewah walaupun mereka dalam kurungan penjara yang seharusnya
membuat mereka jera.
Kemiskian memang bukan hanya menjadi masalah di Negara Indonesia,
bahkan Negara majupun masih sibuk mengentaskan masalah yang satu ini.
Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan tetapi diselesaikan. Akan
tetapi kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la verite”. “ Dengan benturan sebuah
opini maka akan munculah suatu kebenaran “. Dengan kebenaran maka keadilan
ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan kesejateraan bukan lagi menjadi
sebuah impian akan tetapi akan menjadi sebuah kenyataan.

17
Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang
disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1) Kemiskinan itu sendiri
2) Kelemahan fisik
3) Keterasingan atau kadar isolasi
4) Kerentaan
5) Ketidak berdayaan

2. Faktor - Faktor Kesenjangan Sosial


Kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia diakibat beberapa hal yaitu :
A. Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks
sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
yang memiliki seperangkat kondisi :
1. Sistem ekonomi uang, buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan
2. tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi
tenaga tak terampil
3. rendahnya upah buruh 
4. tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi
sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa
pemerintah
5. sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan
6. kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical,
dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi
sebagai hasil ketidak sanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah
rendah kedudukannya.
Budaya kemiskinan bukanlah hanya merupakan adaptasi terhadap seperangkat
syarat-syarat obyektif dari masyarakat yang lebih luas, sekali budaya tersebut sudah
tumbuh, ia cendrung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi melaui
pengaruhnya terhadap anak-anak. Budaya kemiskinan cendrung berkembang bila sistem-
sistem ekonomi dan sosial yang berlapis-lapis rusak atau berganti, seperti masa pergantian

18
feodalis ke kapitalis atau pada masa pesatnya perubahan teknologi. Budaya kemiskinan
juga merupakan akibat penjajahan yakni struktur ekonomi dan sosial pribumi diobrak,
sedangkan atatus golongan pribumi tetap dipertahankan rendah, juga dapat tumbuh dalam
proses penghapusan suku. Budaya kemiskinan cendrung dimiliki oleh masyarakat strata
sosial yang lebih rendah, masyarakat terasing, dan warga urban yang berasal dari buruh
tani yang tidak memiliki tanah.
Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi kebudayaan
kemiskinan mencakup pengertian bahwa semua orang yang terlibat dalam situasi tersebut
memiliki aspirasi-aspirasi yang rendah sebagai salah satu bentuk adaptasi yang realistis.
Beberapa ciri kebudyaan kemiskinan adalah :
a. fatalisme, 
b. rendahnya tingkat aspirasi,
c. rendahnya kemauan mengejar sasaran, 
d. kurang melihat kemajuan pribadi , 
e. perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
f. Perasaan untuk selalu gagal,
g. Perasaan menilai diri sendiri negatif,
h. Pilihan sebagai posisi pekerja kasar,
i. Tingkat kompromis yang menyedihkan. 

Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu usaha yang sungguh-
sungguh untuk mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini menuju ke arah yang sesuai
dengan nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan menggunakan metode-metodre
psikiatri kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa lebih dahulu (ataupun secara bersamaan)
berusaha untuk secara berarti mengubah kenyataan kenyataan struktur sosial
(pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan pola-pola kebudayaan membatasi lingkup
partisipasi sosial dan peyaluran kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya kemiskinan
bukannya berasal dari kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang
diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat
ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan
strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab

19
utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur
sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Golongan kaum miskin ini terdiri dari :
1) Para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
2) Petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga hasilnya tidak cukup untuk
memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluargamnya,
3) Kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (unskilled labourerds), dan
4) Para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah (golongan
ekonomi lemah).
Kemiskinan struktural tidak sekedar terwujud dengan kekurangan sandang dan
pangan saja, kemiskinan juga meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat,
kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, sosial yang
mantap. Beberapa ciri kemiskinan struktural, menurut Alpian (1980) adalah :
1) Tidak ada atau lambannya mobilitas sosial (yang miskin akan tetap hidup dengan
kemelaratanya dan yang kaya akan tetap menikmati kemewahannya),
2) mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial yang menyebabkan mereka
kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya,
3) Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang
menghalangi mereka untuk maju. Pemecahan permasalahan kemiskinan akan bisa
dilakukan bilamana struktur sosial yang berlaku itu dirubah secara mendasar.
Soedjatmoko (1984) memberikan contoh kemiskinan structural :
1. Pola stratifikasi (seperti dasar pemilikan dan penguasaan tanah) di desa
mengurangi atau merusak pola kerukukan dan ikatan timbal-balik tradisional,
2. Struktur desa nelayan, yang sangat tergantung pada juragan di desanya sebagai
pemilik kapal,
3. Golongan pengrajin di kota kecil atau pedesaan yang tergantung pada orang
kota yang menguasai bahan dan pasarnya.
Hal-hal tersebut memiliki implikasi tentang kemiskinan structural :
a) kebijakan ekonomi saja tidak mencukupi dalam usaha mengatasi ketimpangan-
ketimpangan struktural, dimensi struktural perlu dihadapi juga terutama di
pedesaan
b) perlunya pola organisasi institusi masyarakat pedesan yang disesuaikan dengan
keperluannya, sebaga sarana untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan

20
bargaining power, dan perlunya proses Sosial learning yang spesifik dengan kondisi
setempat.

Adam Malik (1980), mengemukakan bahwa untuk mencari jalan agar struktur
masyarakat Indonesia dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi di
dalamnya kemelaratan structural. Bantuan yang terpenting bagi golongan masyarakat yang
menderita kemiskinan struktural adalah bantuan agar mereka kemudian mampu
membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun kegiatan pembangunan yang berorientasi
pertumbuhan maupun pemerataan tidak dapat mengihilangkan adanya kemiskinan
struktural.
Pada hakekatnya perbedaan antara si kaya dengan si miskin tetap akan ada, dalam
sistem sosial ekonomi manapun. Yang lebih diperlukan adalah bagaimana lebih
memperkecil kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan keadilan sosial. Sudjatmoko
(1984) berpendapat bahwa, pembangunan yang semata-mata mengutamakan
pertumbuhan ekonomi akan melanggengkan ketimpangan struktural. Pola netes ke bawah
memungkinkan berkembangnya perbedaan ekonomi, dan prilaku pola mencari nafkah dari
pertanian ke non pertanian, tetapi proses ini akan lamban dan harus diikuti dengan
pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan tidak dapat diatasi hanya dengan membantu
golongan miskin saja, tanpa menghadapi dimensi-dimensi struktural seperti
ketergntungan, dan eksploitasi. Permasalahannya adalah dimensi-dimensi struktural
manakah yang mempengarhui secara langsung terjadinya kemiskinan, bagaimana
ketepatan dimensi untuk kondisi sosial budaya setempat.

B. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian
masyarakat,sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial.
Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat
besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.

3. Pemecahan dan Solusi Kesenjangan Sosial di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang besar dan salah satu negara yang memiliki
kepulauan yang banyak serta letaknya berjauhan. Kesenjangan sosial sangatlah mungkin

21
terjadi di Indonesia karena banyak daerah-daerah terpencil yang terisolir dari keramaian.
Dan Indonesia adalah suatu negara yang tingkat korupsinya sangat tinggi, di dunia
Indonesia masuk dalam 5 besar negara terkorup.
Sebenarnya Indonesia mampu menjadi negara yang maju dan menjadi negara yang
mampu menyejahterakan masyarakatnya. Kerana Indonesia memiliki sumber daya alam
yang sangat kaya dan melimpah tetapi kenapa masih terjadi kesenjangan sosial yang sangat
mencolok. Ini menjadi pertanyakan besar yang perlu adanya jawaban dan titik terang.
Dalam hal ini merupakan tugas bagi pemerintah sekarang, bagaimana lebih
mensejahterakan masyarakat serta meminimalis kesenjangan sosisal. Banyak hal yang bisa
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemecahan
kesenjangan sosial yang terjadidi masyarakat.
Upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk pemecahan masalah kesenjangan
sosial yang terjadi di Indonesia:
I. Meminimalis (KKN) dan memberantas korupsi dalam upaya meningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah membentuk suatu lembaga yang
bertugas memberantas (KKN) di Indonesia. Indonesia telah mulai berbenah diri
namun dalam beberapa kasus soal korupsi KPK dinilai masih tebang pilih dalam
menindak masalah korupsi. Misalnya kasus tentang bank century belum
menemukan titik terang dan seolah-olah mengakiri kasus itu. Pemerintah harus
selalu berbenah diri karena dengan meminimaliskan (KKN) yang terjadi mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dana yang ada.
II. Meningkatkan system keadilan di Indonesia serta melakukan pengawasan yang
ketat terhadap mafia hukum. Masih banyak mafia hukum merajarela di Indonesia
itu yang semakin membuat kesenjangan sosial di Indonesia makin
mencolok. Keadilan saat ini sangatlah sulit untuk ditegagakkan bagaimana tidak!
Seorang koruptor ditahan namun semua fasilitas sudah tercukupi di dalam ruang
tahanan. Sedangkan bagaimana dengan nasib seorang masyarakat kecil yang
hanya mencuri ayam misalnya, mereka melakukan dengan seenak mereka
kadang juga mereka menyiksa dengan tidak prikemanusiaan. Hal ini sangatlah
menunjukkan kesenjangan sosial di Indonesia sangatlah mencolok antara pihak
kaya atau pihak yang mempunyai penguasa antara rakyat kecil atau orang miskin.

22
E. Studi Kasus Kesenjangan Sosial Di Kalangan Mahasiswa

Kesenjangan sosial di kalangan universitas sebenarnya bukan hal yang luar biasa
lagi menurut kami. Kami sudah melihat banyak yang seperti itu. Kami tidak bermaksud
untuk menyinggung ataupun merendahkan para mahasiswa, tetapi inilah kenyataan
yang ada. Kami hanya ingin menyadarkan para mahasiswa yang bersikap tidak baik
terhadap mahasiswa lainnya. Jadi kami mohon maaf apabila ada yang merasa
tersinggung dan terendahkan dengan tulisan kami.
Kesenjangan itu sendiri dapat diartikan dua atau lebih kelompok orang yang status
sosialnya berbeda. Kesenjangan sosial itu sendiri dapat disebabkan oleh beberapa
aspek, misalnya aspek finansial dan aspek intelektual atau kepintaran. Ada kelompok
kalangan bawah, kalangan menengah bawah, kalangan menengah atas, dan yang
tertinggi adalah kalangan atas. Para mahasiswa dan mahasiswi rata-rata lebih suka
berteman dengan orang-orang yang setara dengan mereka terutama dari segi finansial
dan intelektual.  

 Kesenjangan Sosial dalam Aspek Finansial


Kesenjangan ini dapat kita temukan hampir di seluruh universitas di kota Jakarta
dan sekitarnya. Hal ini terjadi karena adanya persaingan antar mahasiswa yang
menginginkan kekuasaan di universitas tempatnya belajar. Mereka menganggap
semakin tinggi kekuasaan mereka, maka semakin bebas mereka melakukan semua
hal, baik yang positif ataupun negatif. Mereka ingin dipandang sebagai orang yang
mampu dalm segi finansial dan kebanyakan dari mereka senang melanggar
peraturan. Mereka juga senang menghambur-hamburkan uang yang mereka dapat
dari orang tua mereka untuk sekedar jalan-jalan di pusat perbelanjaan mewah,
membeli barang-barang mewah, dan memperlihatkannya kepada mahasiswa
kalangan bawah. Tentu saja hal ini sangat membuat mahasiswa kalangan bawah
merasa iri dan tidak percaya diri untuk menyaingi mahasiswa kalangan atas.
Mahasiswa kalangan atas ini merasa bahwa hanya merekalah yang bisa membeli
kekuasaan dengan uang. Mereka bersikap semena-mena, tidak mematuhi peraturan,

23
dan lebih suka bergaul dengan mahasiswa yang sederajat. Ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan para mahasiswa menjadi seperti itu, contohnya
orang tua mereka bekerja sebagai dosen di universitas tersebut, atau orang tua
mahasiswa tersebut merupakan pejabat tinggi di daerah tempat universitas itu
berada. Mungkin juga orang tua mereka bekerja di lembaga tinggi yang keadaan
finansialnya sangat baik tetapi mahasiswa tersebut kurang perhatian karena orang
tua mereka bekerja hingga larut malam sehingga mereka hanya bisa
menghamburkan uang yang mereka dapat ke hal-hal yang membuat mereka senang.
Mahasiswa kalangan ini biasanya suka memperlihatkan barang-barang yang
kualitasnya bagus, ataupun gadget yang mahal. Sebenarnya hal ini merupakan hal
yang tidak baik karena kesenjangan sosial akan semakin terlihat diantara mereka.
Saya menyarankan kepada mahasiswa yang kemampuan finansialnya jauh lebih baik
dari yang lain untuk berpenampilan lebih sederhana karena hal ini tidak akan
mengakibatkan kecemburuan secara sosial.

 Kesenjangan Sosial dalam Aspek Intelektual (Kepintaran)


Kesenjangan sosial ini juga sangat terasa di universitas di kota Jakarta dan
sekitarnya. Kesenjangan ini biasanya terjadi kerena pihak universitas membagi kelas
berdasarkan tingkat kepintaran di universitas tersebut. Hal inilah yang menjadi
penyebab utama bagi kesenjangan dalam aspek intelektual. Pihak universias
biasanya membagi kelas ke dalam beberapa golongan, yaitu pintar, menengah, dan
bodoh. Mahasiswa-mahasiswa yang pintar biasanya ditempatkan di kelas unggulan,
yang biasa saja ditempatkan di kelas menengah, dan yang tidak pintar ditempatkan
di kelas yang bodoh.
Mereka yang ditempatkan di kelas yang bodoh biasanya dikucilkan dan diremehkan
oleh mahasiswa yang lain. Mahasiswa yang pintar juga biasanya tidak mau bergaul
dengan mahasiswa yang bodoh karena mereka menganggap mahasiswa bodoh tidak
setara dengan mereka yang pintar. Mereka menganggap ilmu yang mereka dapatkan
tidak akan terserap oleh mahasiswa bodoh. Maka dari itu, mahasiswa pintar sering
meremehkan mahasiswa bodoh.
Mahasiswa yang pintar sering memperlihatkan kepintarannya kepada dosen
ataupun orang lain. Mereka menganggap banyak berbicara itu bagus untuk mencari

24
perhatian dosen atau mahasiswa lain. Mereka menganggap diri mereka luar biasa
karena mereka punya segudang ilmu pengetahuan dalam diri mereka, tetapi mereka
tidak mau membaginya dengan orang lain. Mahasiswa tersebut menganggap tidak
ada gunanya membagi ilmu pengetahuan yang tidak dimengerti oleh orang-orang
bodoh, karena toh akan pecuma saja apabila mereka membaginya. Mereka banyak
beranggapan seperti itu supaya mereka dapat mempetahankan diri di depan dosen.
Mereka mengeksistensikan diri mereka untuk hal yang sebenarnya tidak penting
bagi kehidupan di masa yang akan datang.
Hal ini bisa terjadi karena mungkin orang tua mereka bekerja sebagai dosen, bekerja
sebagai pejabat penting di sebuah perusahaan, sama seperti yang saya katakan
sebelumnya. Mungkin juga karena mereka memiliki tingkat kepintaran lebih tinggi
dibandingkan dengan teman-teman lainnya, tetapi menurut saya hal itu merupakan
sebuah omong kosong yang sangat besar karena kepintaran tidak akan berpengaruh
kepada kehidupan seseorang pada waktu mereka bermasyarakat. Hal yang paling
penting di dalam bermasyarakat adalah bagaimana cara seseorang bersosialisasi,
mempunyai pergaulan yang baik dengan sesama teman, dan yang paling penting
adalah cara bersikap di masyarakat.
Kami menyarankan kepada seluruh mahasiswa yang mempunyai kepintaran di atas
rata-rata untuk membantu mahasiswa lain meningkatkan pengetahuan mereka agar
kita semua setara, tidak ada lagi kesenjangan sosial diantara kita yang dapat
menyebabkan kehancuran diri kita sendiri. Janganlah kalian menganggap diri kalian
pintar sementara masih banyak orang yang lebih pintar dari kalian.
            

25
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kesenjangan sosial adalah distribusi yang tidak merata (ketidak adilan dan
ketidaksetraaan) yang dialami oleh individu dan kelompok yang dianggap penting dalam
suatu masyarakat dan penilaian yang tidak sama dan pengecualian berdasarkan posisi
sosial dan gaya hidup. Dimana kesenjangan Pendidikan depat terjadi oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Faktor Sumber Daya Manusia.
2. Faktor Infrastruktur.
3. Kinerja dan Kesejahteraan Guru Belum Optimal.
4. Proses Pembelajaran Yang Konvensional.
5. Jumlah dan Kualitas Buku Yang Belum Memadai.
6. Masih Terjadinya Konflik di Berbagai Wilayah.
7. Lemahnya kemampuan sistem pendidikan nasional.
8. Keterbatasan Anggaran.
9. Pendidikan Yang Belum Berbasis Pada Masyarakat dan Potensi Daerah.
Dan dari faktor-faktor tersebut perlulah penanganan yang tepat agar kesenjangan sosial
tidak terjadi berlarut-larut di Negara ini, terutama di bidang Pendidikan yang mana
Pendidikan adalah hal yang terpenting untuk Kemajuan dan Kualitas NKRI.

26
DAFTAR PUSTAKA

 https://desiyunita0628.wordpress.com/2015/02/17/makalah-ilmu-sosial-dan-
budaya-dasar-tentang-penduduk-masyarakat-dan-kebudayaan/
 http://ayuyadian.blogspot.co.id/2013/10/makalah-tentang-kesenjangan-sosial-
di.html
 http://dwiidhaari.blogspot.co.id/2013/10/kesenjangan-sosial-di-kalangan.htm
 http://or-wijaya.blogspot.co.id/2013/02/contoh-makalah-kesenjangan-sosial-
isbd.html
 http://rzaharani.blogspot.co.id/2012/05/kesenjangan-sosial.html

27

Anda mungkin juga menyukai