Anda di halaman 1dari 5

KLIPING

SEJARAH SINGKAT DAN PENGERTIAN


HIZBUL WATHAN (HW)

Disusun Oleh :
Dicky Nurawal P

SMK MUHAMMADIYAH PEKALONGAN


TAHUN AJARAN 2017 / 2018
Sejarah Singkat Kepanduan HW
Pada suatu hari dipanggillah Somodirjo (mantra guru Soronatan) dan Sjarbini (
(pembantu guru dari sekolah Muhammadiyah Bausasran. Oleh KH Ahmad Dahlan.
Sewaktu KH Ahmad Dahlan bertabligh di Solo beliau melihat segerombalan anak
muda berlatih berbaris di alun-alun dengan berpakaian seragam. Kemudian beliau
bertanya pada salah seseorang ini latihan apa, maka salah satunya menjawab latihan
Padvinder Mangkunegaran (JPO) atau kalau saat ini kita kenal kepanduan. Dari rasa
heran itulah KH Ahmad Dahlan berkata kepada kedua guru tersebut Alangkah
baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk
menjalani menghamba Allah (meningkatkan Ibadah.
Sejak saat itu mulai ahad sore di sekitar kauman dilaksanakan kegiatan berbaris
yang mulanya hanya diikuti oleh guru-guru Muhammadiyah. Tetapi lama kelamaan
anak-anak kecil dan pemuda yang melihat jadi ingin ikut berlatih berbaris.
Kemudian setelah latihan berbaris mereka berlatih juga penolong kecelakaan
(PPPK) dan tidak lupa pula pengajian tiap hari Selasa bagi golongan yang sudah
tua.
Kemudian pada tahun 1918 gerakan tadi dikumpulkan menjadi satu nama yaitu
Padvindery Muhammadiyah (nama pandu Muhammadiyah sebelum Pandu HW).
Dan dibentuklah kepengurusan yang pertama kali yaitu pengurusnya :
Ketua : H, Muchtar
Wakil Ketua : H Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abd Hamid
Organisasi : : Siradj Dahlan
Komando : Sjarbini
Damiri
Seragam pertama kali yang digunakan untuk baju dril kuning selana dril biru
sedangan setangan leher saat itu warna yang sangat mudah didapatkan adalah warna
merah, maka dibelinya katju warna merah berbintik-bintik (kacu kedelei kecer).
Kemudian untuk mengembangkan pengetahuan para pengurus berencana pergi ke
JPO solo di Mangkunegaran. Dan sesampai di Solo pengurus Padvindery
Muhammadiyah disambut dengan luar biasa, bahkan berbagai macam atraksi
kepanduan diperagakan.

Setelah pergolakan PD I (1920) semua kepanduan di Indonesia mengalami


perubahan nama, dan tidak lagi menggunakan istilah padvindery maka Padvindery
Muhammadiyah berubah nama Kepanduan Hizbul Wathan atau disingkat HW yang
bermakna pembela tanah air. Pergantian nama ini atas prakarsa Bp. H Hadjid

HW Berkembang begitu pesat dari JoGjakarta merambah ke kota-kota sekelilingi,


bahkan dalam waktu singkat HW menjadi buah bibir masyarakat, karena
kedisplinannya, dan seragamnya yang unik.

Pada tanggal 3 April 1926 diselenggarakan Konperensi Kepanduan di Jogjakarta


yang dipimpin oleg G.J. Ranneft. Tujuannya adalah mempersatukan semuanya
kepanduan di Indonesia dengan konsep NIPV (Nederland Indische Padvindery
Vereneging )/Organisasi Kepanduan Hindia Belanda. Tetapi para tokoh-tokoh
pandu menolah, kemudian mereka membentuk federasi kepanduan yang bernama
SIAP.Mengetahui keberadaan SIAP yang membahayakan pemerintah Hindia
Belanda maka belanda melarang menggunakan Istilah Padvindery. Kemudian pada
Konggres SIAP di Banyumas Haji Agus Salim mengusulkan menggantikan istilah
Padvindery dengan istilah Pandu.

Namun pada tahun 6 februari 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan


lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah
penjajahan Jepang sebagai gantinya diganti dengan seinendan.

Pada jaman bergelokanya revolusi, September 1945 di Balai Mataram September


1945 Jogjakarta diadakan rembuk untuk membangkitkan kembali kepanduan di
Indonesia.Maka tanggal 27-29 September Kesatuan Kepanduan Indonesia (nama
kepanduan sementara) mengadakan konggres di Solo dan menghasilkan nama
Pandu Rakyat Indonesia. Kemudian pada tanggal 20-22 Januari 1950 Pandu Rakyat
Indonesia mengadakan Konggres yang kedua dan memutuskan :
1. Menerima konsep baru
2. Golongan khusus menghidupkan kembali kepanduannya
3. Menuju pengakuan internasional.
Maka pada tanggal 29 Januari 1950 Kepanduan HW dibangkitkan kembali yang
kemudian disusul oleh SIAP, AL Wathoni, Pandu Islam, Pandu Anshor, Hizbul
Islam, Al IRSYADM , Al Wasliyah dll. Kemudian tanggal 9 maret 1961 kepanduan
yang tergabung dalam Perkindo meleburkan diri ke Gerakan Pandu.

DASAR PELEBURAN
1. Pidato PJM Presiden tanggal 9 Maret 1961
2. Surat PERKINDO no 071/DKN/III/61 tanggal 9 Maret 1961
3. Maklumat PP Muhammadiyah no 302/IV-A/61 perintah peleburan
4. Pengumuman PP Muhammadiyah Majlis HW no 10/HM/61 tanggal 1 April
1961
5. Kep Pres RI no 121 tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia
Pembentukan Gerakan Pandu
6. Surat PEPERTI no 0605/Peperti 1961 tanggal 11 April 1961
7. Surat PPGP no 8 PPGP tanggal 27 Mai 1961
8. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961

Latar belakang bangkitnya HW


Muktamar Muh 1980 di Surabaya, 1985 di Solo, 1990 di Jogjakarta, 1995
di Aceh.
1994, mantan Pandu HW dan NA taziyah kepada Bp Sumitro, tercetus ide
Reuni HW
1996 terlaksana Reuni Nasional pada bulan Juni merancang kebangkitan
HW
23 Februari 1998 diputuskan kebangkitan HW pada tanggal 18 November
1998
Karena ada huru-hara, maka mundur satu tahun

Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit


kembali dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden
Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama dengan
organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi
Pandu, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.

Dan pada tanggal 10 Syaban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November


1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor
92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003

Anda mungkin juga menyukai