Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDEKATAN DAN MODEL PELAYANAN BK POLA 17 PLUS JENIS


LAYANAN

(LANJUTAN)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

1. Ahmad Rivani 17005143


2. Nanda Safira Ardi 18029079
3. Ranti Raudatul Jannah 18022130
4. Rizki Jayanto 18086476
5. Silvia Elvinda 17016176

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Yusri, M.pd. Kons

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini . Adapun judul
dari makalah ini adalah “Pendekatan Dan Model Pelayanan Bk Pola 17 Plus Jenis
Layanan (Lanjutan)”, penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling dalam Kurikulum Wajib yang dibimbing oleh Drs. Yusri, M.pd. Kons.

Dalam penulisan makalah, penulis memberikan sejumlah materi yang terkait


dengan materi yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat
dipahami oleh pembaca. Penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan
pedoman dan rujukan nantinya dikemudian hari. Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari upaya lanjut untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu. Oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan di masa mendatang. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua.

Padang, 5 April 2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A. Layanan Bimbingan Kelompok............................................................................ 6
B. Layanan Konseling Kelompok ............................................................................. 8
C. Layanan Konsultasi ........................................................................................... 11
D. Layanan Mediasi ............................................................................................... 12
E. Layanan Advokasi ............................................................................................. 18
BAB III ......................................................................................................................... 20
KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diperuntukkan untuk


semua individu (baik yang mempunyai masalah maupun tidak) yang sedang berkembang.
Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengenal, memahami
dirinya dan mengembangkan potensi yang ada dan pada akhirnya dapat
mengaktualisasikan dirinya secara utuh.

Selama ini masih berkembang bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya
diperuntukkan pada individu yang sedang mempunyai masalah, sehingga
citra (image) seorang konselor adalah tempat mengadunya individu yang bermasalah saja.
Dan, jika konselor di sekolah sebutannya adalah “polisi sekolah”, padahal tugas dan
wewenang konselor di sekolah bukan hanya mengurusi secara administrasi saja
melainkan segala aspek dan seharusnya konselor dapat menangani. Pertanyaan berikut,
jika konselor di sekolah hanya diperuntukkan untuk individu bermasalah, bagaimana
individu yang sedang berkembang, apakah tidak membutuhkan bantuan atau bimbingan
dari seorang konselor?

Untuk menjawab tantangan tersebut, maka para ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling telah mengusahakan agar tugas dan wewenang konselor dapat dirasakan dan
dinikmati oleh banyak orang bukan hanya orang yang membutuhkan saja. Organisasi
bimbingan dan konseling di Indonesia yaitu ABKIN telah mencoba untuk menjawab hal
tersebut. Sehingga eksistensi seorang konselor dapat dilihat dan disejajarkan dengan
profesi-profesi pada bidang yang lain.

Pada masa sekarang bidang bimbingan dan konseling sudah mulai berkembang baik
dari mulai memahami konsep bimbingan dan konseling, materi layanan yang akan
diberikan, subyek layanan yang masih menjadi wewenang seorang konselor, strategi
bimbingan dan konseling, kompetensi seorang konselor berdasarkan pada Standar
Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang dibuat oleh ABKIN, dan evaluasi dari
program bimbingan dan konseling maupun evaluasi untuk seorang konselor.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah jenis layanan bimbingan kelompok ?


2. Bagaimanakah jenis layanan konseling kelompok ?
3. Bagaimanakah jenis layanan konsultasi ?
4. Bagaimanakah jenis layanan mediasi ?
5. Bagaimanakah jenis layanan advokasi ?

C. Tujuan

4
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan
penulisan sebagai berikut:

1. Menjelaskan jenis layanan bimbingan kelompok.


2. Menjelaskan jenis layanan konseling kelompok.
3. Menjelaskan jenis layanan konsultasi.
4. Menjelaskan jenis layanan mediasi.
5. Menjelaskan jenis layanan advokasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Layanan Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika


untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok
lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”.

Sukardi (2002) menjelaskan bahwa: Layanan bimbingan kelompok adalah


layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau
konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu
sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi
dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada
sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai
suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk konsep diri
positif.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan


kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta
layanan. Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk
mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan
kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.

Selain itu, tujuan khusus bimbingan kelompok ialah:

a. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-


temannya.
b. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok
c. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam
kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya.
d. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.
e. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
f. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial
g. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya
dengan orang lain.

3. Materi Layanan Bimbingan Kelompok

6
Dalam layanan bimbingan kelompok materi yang dapat dibahas berbagai hal
yang amat beragam yang berguna bagi siswa (dalam segenap bidang
bimbingan). Materi tersebut meliputi:
a. Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman dan hidup sehat.
b. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya
(termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya serta permasalahannya).
c. Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa yang terjadi di
masyarakat serta pengendaliannya atau pemecahannya.
d. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan
sehari-hari serta waktu senggang).
e. Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan
berbagai konsekuensinya.
f. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar,
timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penanggulangannya.
g. Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.
h. Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier serta
perencanaan masa depan.
i. Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan atau program
studi dan pendidikan lanjutan.
j. Materi dalam bidang-bidang bimbingan Materi layanan bimbingan
kelompok dalam bidang bimbingan sebagaimana dalam materi layanan
bimbingan lainnya, yang meliputi: bimbingan pribadi, bimbingan social,
bimbingan belajar, dan bimbingan karier.

4. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus


dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Tahap pelaksanaan
bimbingan kelompok menurut Prayitno ada empat tahapan, yaitu:

a. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap
memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada
umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik
oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan
penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota
akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan
kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan
diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses
pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya.
Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain
tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

b. Tahap Peralihan

7
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada
kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para
anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan
penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh
dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap
kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan
seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.

c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang
menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek
tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.
ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu
sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi
tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh
empati.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah
atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.
Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam
dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam
pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun
perasaan.

d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama
bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil
yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan
hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus
melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam
hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan
berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk
melakukan kegiatan.
Kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok
hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah
para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari
(dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.

B. Layanan Konseling Kelompok

1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok


Layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai upaya pembimbing
atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami
oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar
tercapai perkembangan yang optimal.

8
2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Tujuan khusus Konseling Kelompok ialah Konseling Kelompok terfokus
pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui
layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para
peserta memperoleh dua tujuan sekaligus :
a. Terkembangkannya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah
kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi/komunikasi.
b. Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya
imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta
layanan Konseling Kelompok.

Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah


berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan
berkomunikasinya. Melalui layanan konseling kelompok, hal-hal dapat
menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan
didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan
berkomunikasi siswa berkembang secara optimal. Melalui layanan Konseling
kelompok juga dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan memanfaatkan
dinamika kelompok.

3. Materi Layanan Konseling Kelompok


Materi layanan konseling kelompok dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan
penyalurannya.
b. Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan
diri dan perkembangannya.
c. Perencanaan dan aktualisasi diri.
d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau
menyampaikan gagasan, ide, opini, perilaku, dan hubungan sosial.
e. Mengembangkan hubungan dengan peer group, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
f. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih,
serta melatih teknik-teknik penguasaan materi pelajaran.
g. Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan
orientasi belajar di Perguruan Tinggi.
h. Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihannya.
i. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan.
j. Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.

4. Tahap-tahap Konseling Kelompok


a. Prakonseling
Tahap prakonseling dianggap sebagai tahap persiapan pembentukan
kelompok. Adapun hal-hal mendasar yang dibahas pada tahap ini adalah para
klien yang telah diseleksi akan dimasukkan dalam keanggotaan yang sama
menurut pertimbangan homogenitas. Penting sekali pada tahapan ini konselor

9
menanamkan harapan pada anggota kelompok agar bahu membahu
mewujudkan tujuan bersama sehingga proses konseling akan berjalan efektif.
b. Tahap Permulaan
Tahap ini ditandai dengan dibentuknya struktur kelompok. Secara
sistematis langkah yang dijalani pada tahap permulaan adalah perkenalan,
pengungkapan tujuan yang ingin dicapai, penjelasan aturan dan penggalian ide
dan perasaan. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah anggota
kelompok dapat saling percaya satu sama lain serta menjaga hubungan yang
berpusat pada kelompok melalui saling memberi umpan balik, memberi
dukungan, saling toleransi terhadap perbedaan dan saling memberi penguatan
positif.
c. Tahap Transisi
Tahap ini disebut Prayitno sebagai tahap peralihan. Hal umum yang
sering terjadi pada tahap ini adalah terjadinya suasana ketidakseimbangan
dalam diri masing-masing anggota kelompok. Konselor diharapkan dapat
membuka permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah tersebut
dapat bersama-sama dirumuskan dan diketahui penyebabnya. Dan konselor
sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengontrol dan mengarahkan
anggotanya untuk merasa nyaman dan menjadikan anggota kelompok sebagai
keluarganya sendiri.
d. Tahap Kerja
Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui
penyebabnya sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu
menyusun rencana tindakan. Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi
pada tahapan sebelumnya. Jadi apabila pada tahap sebelumnya berlangsung
dengan efektif maka tahap ini juga dapat dilalui dengan baik, begitupun
sebaliknya. Apabila tahap ini berjalan dengan baik, biasanya anggota kelompok
dapat melakukan kegiatan tanpa mengharapkan campur tangan pemimpin
kelompok lebih jauh.
e. Tahap Akhir
Tahap ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba
prilaku baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan
balik adalah hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota
kelompok. Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki prilaku kelompok
apabila belum sesuai.
Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan bahwa
kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang ingin dicapai
dalam kelompok. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki
masalah belum dapat terselesaikan pada tahap sebelumnya, maka pada tahap ini
masalah tersebut harus diselesaikan.
f. Pasca konseling
Jika proses konseling telah berakhir, sebaiknya konselor menetapkan
adanya evaluasi sebagai bentuk tindak lanjut dari konseling kelompok. Evaluasi
bahkan sangat diperlukan apabila terdapat hambatan dan kendala yang terjadi
dalam pelaksanaan kegiatan dan perubahan prilaku anggota kelompok setelah
proses konseling berakhir..

10
C. Layanan Konsultasi

1. Pengertian Layanan Konsultasi


Layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor sebagai
konsultan kepada konsulti dengan tujuan memperoleh wawasan, pemahaman,
dan cara-cara yang perlu dilaksanakan konsulti dalam rangka membantu
terselesaikannya masalah yang dialami pihak ketiga (konseli yang bermasalah).
Pada layanan konsultasi, dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap konsultasi
yang dilakukan oleh konselor kepada konsulti, dan tahap penanganan yang
dilakukan oleh konsulti kepada konseli/pihak ketiga. Maka petugas pada tahap
konsultasi adalah konselor, sedangkan petugas pada tahap penanganan adalah
konsulti.

2. Tujuan Layanan Konsultasi


Tujuan layanan konsultasi sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno
(2004) adalah sebagai berikut.
a. Tujuan umum. Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti yakin dengan
kemampuannya sendiri dan dapat menangani kondisi atau permasalahan yang
dialami pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga mempunyai hubungan yang
cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh
pihak ketiga itu setidaknya sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.
b. Tujuan khusus. Kemampuan sendiri yang dimaksud di atas dapat berupa
wawasan, pemahaman dan cara-cara bertindak yang terkait langsung dengan
suasana dan atau permasalahan pihak terkait itu (fungsi pemahaman). Dengan
kemampuan sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu (sebagai bentuk
langsung dari hasil konsultasi) terhadap pihak ketiga.

3. Komponen Layanan Konsultasi


Marsudi (2003) menyebutkan bahwa layanan konsultasi mengandung
beberapa aspek, antara lain sebagai berikut:
a. Konsultan, yaitu seseorang yang secara profesional mempunyai kewenangan
untuk memberikan bantuan kepada konsulti dalam upaya mengatasi masalah
klien.
b. Konsulti, merupakan pribadi atau seorang profesional yang secara langsung
memberi bantuan pemecahan masalah terhadap klien.
c. Klien, yaitu pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah.
d. Konsultasi merupakan proses pemberian bantuan dalam upaya mengatasi
masalah klien secara tidak langsung.

4. Tahap-tahap Layanan Konsultasi


Menurut Prayitno (2004), mengemukakan langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Perencanaan. Tahap perencanaan ini meliputi mengidentifikasi konsulti,
mengatur
pertemuan, menetapkan fasilitas layanan, menyiapkan kelengkapan
administrasi.

11
b. Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dimulai dari menerima seorang konsulti,
menyelenggarakan penstrukturan konsultasi, membahas masalah yang
dibawa konsulti berkenaan dengan pihak ketiga, mendorong dan melatih
konsulti untuk : mampu menangani masalah yang dialami pihak ketiga dan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada, membina komitmen konsulti untuk
menangani masalah pihak ketiga dengan bahasa dan cara-cara konseling,
dan melakukan penilaian segera.
c. 3. Evaluasi, yaitu melakukan evaluasi jangka pendek tentang keterlaksanaan
hasil konsultasi.
d. Analisis Hasil Evaluasi, yaitu menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya
dengan diri pihak ketiga dan konsultasi sendiri.
e. Tindak Lanjut adalah konsultasi lanjutan dengan konsulti untuk
membicarakan hasil evaluasi serta menentukan arah dan kegiatan lebih
lanjut.

D. Layanan Mediasi
1. Pengertian Layanan Mediasi
Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata
“medium” yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama
dengan “wasilah” yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi
bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi wasilah
atau menghubungkan yang semula terpisah. Juga bermakna menjalin hubungan
antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak sehingga dua pihak
yang semula terpisah menjadi saling terkait.Melalui mediasi atau wasilah dua
pihak yang sebelumnya terpisah menjadi saling terkait, saling mengurangi atau
meniadakan jarak, saling memperkecil perbedaan sehingga jarak keduanya
menjadi lebih dekat. Dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarai
atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka menghentikan
dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan semua pihak.

2. Tujuan Layanan Mediasi


a. Tujuan Umum
Layanan mediasi (MED) pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi
hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak
yang berselisih.
b. Tujuan khusus
Secara Khusus Layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas
kondisi awal yang negative (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru
(kondusif dan bersahabat) dalam hubungan antara dua belah pihak yang
bermasalah. Terjadinya perubahan kondisi awal yang cenderung negatif
kepada kondisi yang lebih positif .

3. Komponen Layanan Konsultasi


Proses layanan MED melibatkan konselor dank lien, yaitu dua pihak (atau
lebih) yang sedang mengalami masalah berupa ketidakcocokan diantara mereka.
a. Konselor

12
Konselor sebagai perencana dan penyelenggara layanan MED mendalami
permasalahan yang terjadi pada hubungan diantara pihak-pihak yang
bertikai.Konselor membangun jembatan diatas jurang yang mengaga
diantara dua pihak (atau lebih) yang sedang bermasalah itu.
b. Klien
Berbeda dari layanan onseling perorangan, pada layanan mediasi konselor
menghadapi klien yang terdiri dari dua pihak atau lebih, dua orang individu
atau lebih, dua kelompok atau lebih, atau kombinasi sejumlah individu dan
kelompok.
c. Masalah klien
Masalah klien yang dibahas dalam layanan mediasi pada dasarnya adalah
masalah hubungan yang terjadi diantara individu dan atau kelompok-
kelompok yang sedang bertikai, yang sekarang meminta bantuan konselor
untuk mengatasinya. Masalah-masalah tersebut dapat berpangkal pada
pertikaian atas kepemilikan sesuatu, kejadian dadakan seperti perkelahian,
persaingan perebutan sesuatu., perasaan tersinggung, dendam dan sakit hati.,
tuntutan atas hak, dsb. Pokok pangkal permasalahan tersebut menjadikan
kedua belah pihak (atau lebih) menjadi tidak harmonis atau bahkan saling
antagonistic yang selanjutnya dapat menimbulkan suasana eksplosif yang
dapat membawa malapetaka atau bahkan korban.

4. Isi Layanan Mediasi


Masalah atau isi yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan yang terjadi antara individu –individu (para siswa)
atau kelompok-kelompok yang bertikai. Masalah-masalah tersebut dapat
mencakup:
a. Pertikaian atas kepemilikan sesuatu.
b. Kejadian dadakan (perkelahian) antara siswa atau kelompok siswa.
c. Perasaan tersinggung.
d. Dendam dan sakit hati.
e. Tuntutan atas hak dll.
Isi atau masalah dan layanan yang dibahas dalam layanan mediasi lebih
banyak berkenaan dengan masalah-masalah individu yang berhubungan dengan
orang lain atau lingkungan nya (masalah sosial)
Masalah-masalah yang menjadi isi layanan mediasi bukan masalah yang
bersifat kriminal. Dengan perkataan lain individu atau kelompok yang menjadi
klien dalam layanan mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus kriminal yang
menjadi urusan petugas polisi.

5. Pendekatan, Strategi dan Teknik


1) Format Kolaboratif
Dalam layanan MED konselor menghubungi orang-orang atau pihak-pihak
lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
Pihak-pihak lain diupayakan dapat menyumbang kepada pengentasan
masalah yang dibahas itu.
2) Pendekatan.

13
a. Saya oke, kamu juga oke
Hal pertama dan utama yang menjadi perhatian konselor dalam
layanan mediasi adalah hubungan antar orang yang terjadi diantara
pihak-pihak yang menjadi peserta layanan. Dalam hal ini hubungan
tersebut hendaknya didasari oleh persepsi dan sikap “saya oke kamu
juga oke” (SOKO) yang merupakan kondisi bagi berkembangnya
hubungan yang positif dan produktif. Melalui penegakan asas-asas,
terutama asas kerahasiaan, keterbukaan dan kesukarelaan, serta
berbagai teknik konseling yang diawali oleh teknik penerimaan
terhadap klien dan penstrukturam, suasana SOKO dapat
dikembangkan secara bertahap.
b. Komunikasi secara dewasa.
Dapat dibayangkan dalam suasana hubungan yang tidak disadari oleh
suasana SOKO, komunikasi diantara pihak-pihak yang bertikai
diwarnai oleh pembicaraan yang kurang menyenangkan dan tidak
dapat diterima oleh pihak lain. Pembicaraan atau pesan-pesan yang
disampaikan bernada penekanan, tuntutan,, ungkapan menyalahkan,
menghukum, memerintah. Appabila kedua pihak yang bertikai itu
sudah mampu berbicara secara lugas, rasional, apa adanya, tidak lagi
diwarnai oleh nada nada PES melainkan oleh AES, jalan damai
permasalahn masalah diantara mereka besar kemungkinan dapat
terlaksana. Tgas konselor adallah mengembangkan komunikasi AES
diantara para peserta layanan mediasi.
c. Pendekatan komprehensi.
Masalah yang terjadi diantara pihak-pihak yang bertikai harus dilihat
secara komprehensif, pemahaman terhadap satu kesatuan yang
menyeluruh tidak dilihat dari sudut-sudut bbagian-bagiannya secara
terpisah-pisah.
d. Pendekatan realistic, bermoral dan bertanggungjawab.
Pendekatan realistik menekankan pentingnya diperhatikan hal-hal
yang menjadi kenyataan. Sehingga setiap apa saja yang akan
dilakukan tidak terlepas dari kenyataan yang ada, sedangkan tanggung
jawab secara khusus Glasser memaknainya sebagai pengendalian diri,
agar apa yang dilakukan tidak merugikan dan tidak pula mengganggu
pihak lainnya.
3) Strategi BMB3
Sejak awalkegiatan layanan konselor menegakkan strategi BMB3 untuk
mendorong kedua belah pihak berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan
bertanggung jawab sepositif mungkin dalam menghadapi, membicarakan
dan mencari solusi berkenaan dengan masalah konsulti dan pihak ketiga.
4) Teknik.
Penerapan teknik-teknik tertentu dalam konseling layanan mediasi, pada
prinsipnya bertujuan antara lain untuk mengaktifkan peserta layanan (siswa)
dalam proses layanan. Khusus layanan mediasi, semua peserta secara
individual didorong untuk secara aktif berpartisipasi.

14
Ada dua terknik yang yang diterapkan dalam layanan mediasi antara lain
a. Teknik umum
a) Penerimaan terhadap klien dan posisi duduk
Suasanan penerimaan harus dapat mencerminkan suasana penghormatan,
keakraban, kehangatan dan keterbukaan terhadap semua calon peserta
layanan, sehingga timbul suasana kondusif proses layanan mediasi.
b) Penstrukturan
Melalui perstrukturan, konselor mengembangkan pemahaman peserta
layanan tentang apa, mengapa, untuk apa dan bagaimana layanan mediasi
itu. Dalam perstrukturan juga dikembangkan tentang pentingnya asas-
asas konseling dalam layanan mediasi terutama asas kerahasiaan,
keterbukaan, dan kesukarelaan. Selain itu juga harus dikembangkan juga
pemahaman terhadap klien bahwa konselor tidak memihak, kacuali
kepada kebenaran.
c) Ajakan untuk berbicara
Apabila melalui perstrukturan belum mau berbicara, konselor harus
mengajak siswa agar mau membicarakanya. Ajakan berbicara dapat
diawali dengan upaya konselor mencari tau adanya perselisihan yang
dialami para siswa dan bagaimana konselor dapat bertemu dengan
mereka.

Dan teknik umum lainnya ialah sebagai berikut :


a) Kontak mata, kontak psikologis, dorongan minimalis, dan teknik 3M
diarahkan kepada tiap siswa yang sedang berbicara.
b) Keruntutan, refleksi, dan pertanyaan terbuka disampaikan kepada
pembicara dan dapat dijawab oleh peserta selain pembicara. Kehati-
hatian konselor sangat dituntut, terlebih apabila jawaban atas pertanyaan
terbuka diberikan oleh pihak lain yang berselisih atau yang berseberangan
dengan pembicara.
c) Penyimpulan dan penafsiran, dan konfrontasi khususnya ditujukan
kepada pembicara dan secara umum boleh ditanggapi oleh peserta
lainnya.
d) Transferensi dan kontra transeferensi sangat mungkin muncul diantara
para peserta. Oleh karena itu, konselor harus secara cerdas
mengendalikan diri dalam mengemukakan kontra transferensi.
e) Teknik eksperiensil diterapkan untuk memunculkan pengalaman-
pengalaman khusus, terutama dari peserta yang benar-benar mengalami
berkenaan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam layanan
mediasi.
f) Strategi memfrustasikan klien (siswa) dan tiada maaf diterapkan untuk
membangun semangat para peserta dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi. Konselor (pembimbing) harus hati-hati dalam menerapkan
strategi ini agar tidak menimbulkan sikap mempertahankan diri atau sikap
negatif lain nya.
b. Teknik khusus
Beberapa teknik khusus yang bisa diterapkan dalam mediasi adalah:

15
a) Informasi dan contoh pribadi, teknik ini diterapakan apabila siswa benar-
benar memerlukan. Informasi harus diberikan secara jelas dan objektif,
sedangkan contoh pribadi harus diberikan secara sederhana dan
berlebihan.
b) Perumusan tujuan, pemberian contoh dan latihan bertingkah laku. Teknik
ini diarahkan untuk terbentuknya tingkah laku baru, latihan bertingkah
laku, khususnya cara berhubungan atau berkomunikasi dapat dilakukan
melalui teknik kursi kosong.
c) Nasihat, teknik ini diterapkan apabila benar- benar diperlukan. Usahakan
tidak memberikan nasihat. Apabila teknik-teknik yang lain sudah
diterapkan secara baik, nasihat tidak diperlukan lagi.
d) Peneguhan hasrat dan kontrak, teknik ini merupakan tahap pengunci atas
berbagai upaya pengubahan tingkah laku yang telah dilaksanakan.
Teguhnya hasrat merupakan komitmen diri bahwa apa yang telah
dilatihkan dan semua hasil layanan mediasi benar-benar dilaksanakan.
Komitmen tersebut dapat disusun dalam bentuk kontrak yang realisasinya
akan ditindaklanjuti oleh klien dan konselor.
6. Kegiatan pendukung layanan mediasi
Sebagaimana layanan-layanan yang lain, layanan mediasi juga
memerlukan kegiatan pendukung. Adapun kegiatan pendukung layanan mediasi
laianya adalah:
1) Aplikasi instrumentasi
Sebelum melakukan aplikasi instrumentasi, terlebih dahulu harus diketahui
hal-hal apa yang perlu diukur dan di ungkap berkenaan dengan
permasalahan siswa yang berkasus dan para anggota kelompok.
2) Himpunan data
Apabila peserta layanan mediasi adalah siswa disekolah, himpunan data
yang telah ada bisa digunakan dalam layanan mediasi. Apapun data yang
telah ada dan hendak digunakan, pengungkapan dan penggunaannya harus
disesuaikan dengan kewenangan penggunaannya.
3) Konferensi kasus
Menurut prayitno (2004) layanan mediasi merupakan konferensi kasus
mini, karena dihadiri oleh dua pihak yang berselisih atau bertikai dan
dilaksankan oleh konselor. Ada tiga jenis konferensi kasus mediasi, yaitu
a. Konferensi kasus yang dihadiri oleh peserta layanan mediasi dan pihak-
pihak yang lain yang dianggap dapat membantu penyelesaian masalah
yang dibahas dalam layanan mediasi.
b. Konferensi kasus yang dihadiri oleh wakil-wakil pihak lain yang
dianggap dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam
layanan mediasi.
c. Konferensi kasus yang dihadiri oleh pihak-pihak lain yang dianggap
dapat membantu penyelesaian masalah yang di bahas dalam layanan
mediasi, dan tidak diwakili oleh wakil-wakil peserta layanan.
4) Kunjungan Rumah
KR umumnya dimaksudkan untuk memperluas data yang diperoleh melalui
aplikasi instrumen yang lain dan membina komitmen anggota keluarga

16
yang dikunjungi dalam rangka penyelesaian masalah yang dibahas dalam
layanan. Khusus dalam layanan mediasi, KR (kunjungan rumah) juga dapat
terarah untuk maksud lain seperti, kunjungan rumah yang dilakukan untuk
menjenguk korban perkelahian, adalah bermaksud untuk menjenguk
korban atau menyampaikan hasil-hasil mediasi.
5) Alih Tangan Kasus
Bahwa layanan mediasi seperti juga layanan-layanan yang lain, tidak
membahas persoalan siswa yang terkait dengan kriminal, gangguan
penyakit baik fisik maupun psikis, akut dan mistik. Kosnselor tidak boleh
menyinggung masalah-masalah diatas. Dengan perkataan lain, apabila
masalah-masalah criminal atau pidana ada tanda-tanda mencuat dalam
proses konseling, konselor harus menghentikan pembahan masalah dan
mengalihtangankan kepada petugas lain yang lebih berwenang (prayitno,
2004).
7. Operasionalisasi Layanan Mediasi
Seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga melalui
proses atau tahapan-tahapan sebagai berikut
1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan.
b. Mengatur dengan calon peserta layanan.
c. Menetapkan fasilitas layanan.
d. Menyiapkan kelengkapan administrasi

2) Pelaksanaan
Pelaksanaan yang meliputi kegiatan
a. Menerima pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.
b. Menyelenggaraan perstrukturan layanan mediasi.
c. Membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi
peserta layanan.
d. Menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan.
e. Membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak-
pihak lain.
f. Melakukan penilain segera

3) Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap
hasil-hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi hasil layanan ialah diperoleh nya
pemahaman baru (understanding) klien, berkembangnya perasaan
positif (comfort), dan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh klien (action)
setelah proses layanan berlangsung.

4) Analisis Hasil Evaluasi


Analisis hasil evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
penafsiran hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian
masalah yang dialami oleh pihak-pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.

17
5) Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan
mediasi lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya
perdamaian diantara pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.

6) Laporan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Membicarakan laporan yang deperlukan oleh pihatk-pihak peserta
layanan mediasi.
b. Mendokumentasikan laporan

E. Layanan Advokasi
1. Pengertian Layanan Advokasi
Layanan advokasi adalah layanan BK yang membantu peserta didik untuk
memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan atau
mendapatkan perlakuan yang salah sesuai. Menurut Permendikbud no 81A,
layanan advokasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak
diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan
karakter cerdas yang terpuji.
2. Tujuan Layanan Advokasi
a. Tujuan Umum
Layanan advokasi dalam konseling bermaksud mengentaskan klien dari
suasana yang menghimpit dirinya karena hak – hak yang hendak di
laksanakan terhambat dan terkekang sehingga keberadaan, kehidupan
dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi
tidak lancar, terganggu, atau bahkan terhenti atau terputus
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus layanan advokasi adalah membebaskan klien dari
cengkraman pihak tertentu yang membatasi atau bahkan menghapus hak
klien dan masalah klien teratasi. Karena konseling adalah profesi dalam
bidang pendidikan, maka layanan advokasi dalam konseling di lakukan
berkenaan dengan hak-hak klien dalam bidang pendidikan.

3. Komponen Layanan Advokasi


a. Konselor
Konselor sebagai pelaksana layanan advokasi dituntut untuk mampu
berkomunikasi, melobi dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari
hubungan dengan pihak-pihak terkait, dan juga mengolah kondisi dan
materi secara optimal.
b. Korban Pelanggar Hak
Korban pelanggan hak merupakan person atau individu atau klien yang
menjadi “bintang” dalam layanan advokasi. Untuk klienlah segenap upaya
dilaksanakan. Keputusan atau kondisi yang menerpa klien diupayakan
untuk diangkat sehingga tidak lagi menimpa dan menghinggapi dirinya

18
c. Pihak-pihak Terkait
Pihak terkait pertama adalah person yang memiliki kewenangan untuk
mempengaruhi terimplementasikannya hak klien. Pengaruh dari pihak yang
berkewenangan itu dapat dalam kadar yang bervariasi, pengaruhnya cukup
ringan atau sampai amat berat atau bahkan bersifat final.

4. Materi Layanan Advokasi


a. Isi atau materi layanan terfokus pada akademik klien yang terkena
perlakuan negatif oleh pihak atau pihak-pihak tertentu sehingga (sangat)
merugikan klien. Materi tersebut bervariasi terutama kalau dilihat dari
perlakuan pencederaan hak klien oleh pihak terkait.
b. Berkenaan materi karakter-cerdas, konselor setiap kali mengangkat
materi karakter-cerdas pada berbagai aspek layanan agar seluruh
kegiatan layanan isinya diwarnai oleh suasana perilaku/ penampilan
dengan prospektif karakter-cerdas.

19
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa,
Konseling merupakan adaptasi dari aliran psikologi yang memfokuskan
perhatiannya pada tingkah laku yang tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan
sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini
dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke
arah yang dipilihnya sendiri. Dalam pandangan kaum behaviorist (termasuk konselor
behavioral) manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dirubah dan dibentuk,
manusia bersifat mekanistik dan fasif. Banyak pendekatan dalam konseling
behavioral, dari keseluruhan pendekatan yang ada semua menjurus pada pendekatan
direktif dimana konselor lebih berperan aktif dalam penangan masalahnya.

B. Saran

Dari makalah yang telah dibuat, penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang membangun dari pembaca sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6832245/LAYANAN_BIMBINGAN_KELOMPOK_
DAN_KONSELING_KELOMPOK

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/08/layanan-konsultasi-
bimbingan-dan-konseling-pola-17-plus/

https://www.academia.edu/16445885/Deskripsi Umum_Layanan_Advokasi

Amti, Erman dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud.

Marsudi, Saring. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta:


Muhammadiyah University Press.

Mu’awana, Elfi dan Rifa Hidayah.Bimbingan konseling islam disekolah


dasar.Jakarta: Sinar grafika offset.

Prayitno. 2004. Layanan Konseling. Padang: BK FIP.

Prayitno. 2012. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling. Padang: Foto
Coppy.

Soeparaman. 2003. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press.

Suhertina. 2014. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru : CV.


Mutiara Pesisir Sumatra.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.


Bandung: Alfabeta.

Tohirin. 2012. Bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Winkel dan Sri Hastuti, 2008. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta :
Rineka Cipta

21
22

Anda mungkin juga menyukai