Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun makalah pengantar pendidikan yang berjudul
"Asas-asas pendidikan ini dengan waktu yang tepat.
Shalawat beriring salam tak lupa kami sampaikan kepada baginda Muhammad SAW
yang telah menerangi kita dari kegelapan menuju alam terang benderang seperti sekarang ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Drs.Fuldiaratman.
M.Pd yang telah memberi materi ini sehingga kami dapat mengetahui konsep-konsep dari asasasas pendidikan.
Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak berbagai kekurangan, baik
dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran teman-teman agar
makalah ini menjadi sempurna.
Kami juga berharap bahwa makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.....................................................................................1
1.2Rumusan Masalah................................................................................1
1.3Tujuan Penulis......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Asas pokok pendidikan.....................................................................2
1.1 Asas Tut Wuri Handayani...........................................................2
1.2 Asas Belajar Sepanjang Belajar...................................................3
1.3 .Kemandirian Dalam Belajar.......................................................5
BAB III PENUTUP
3.1Simpulan.......................................................................................6
3.2 Saran............................................................................................6
Daftar Pustaka ................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan(Hartoto, 2008, dalam Jurnal
Ilmu Pendidikan). Jadi, asas pendidikan itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara
penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana
layaknya pendidikan itu diselenggarakan.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang memberi
arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asasasas tersebut bersumber dari
kecenderungan umum pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.
2.1 ASAS TUT WURI HANDAYANI
Asas Tut Wuri Handayani, yang kini menjadi semboyan depdikbud, pada awalnya merupakan
salah satu dari Asas 1922 yakni tujuh buah asas dari perguruan tinggih nasional taman siswa
( didirikan 3 juli 1992). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem
among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani merupakan inti dari sistem
among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang di kumandangkan
oleh Ki Hadjar Dewantara mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan
ahli bahasa ) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya,yakni ing Ngarso Sung
Tulada Ing Madya Mangun Karsa. ( Raka Joni, et. Al., 1985:38; Wawasan kependidikan guru,
1982:93.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni :
- Ing ngarsa sung tulada ( jika di depan, menjadi contoh),
- Ing madya mangun karsa ( jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau
motivasi), dan
- Tut wuri handayani ( jika di belakang,mengikuti dengan awas )
Asas Tut Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya
sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Menurut asas ini, dalam
penyelenggaraan pendidikan, seorang guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang
dengan bersemboyan tut wuri handayani, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri,
diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi
jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak
apabila anak didik tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan. Dapat dikatakan
bahwa Asas Tut Wuri Handayani ini merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar
siswa aktif (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123)..
1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah, meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang
terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang belajar
sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society). Dengan
kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin di dalam
sistem pendidikan nasional Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
c.
Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai.
PSB memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan di
perpustakaan. Dengan dukungan PSB itu Asas Kemandirian dalam Belajar akan lebih
dimantapkan dan dikembangkan (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Asas-asas pokok dalam penyelenggaraan pendidikan ada tiga, yaitu:
1. Asas Tut Wuri Handayani, bermakna bahwa setiap anak didik berhak mengatur dirinya
sendiri dan guru tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk
berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa
2. Asas belajar sepanjang hayat, hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa
peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar, dapat dikembangkan dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu siap untuk membantu apabila diperlukan.
B. SARAN
kita sebagai seorang calon pendidik dapat menerapkan ketiga asas pokok pendidikan
yang berlaku di Indonesia. Kita harus dapat melanjutkan perjuangan pendidikan yang telah
dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Permasalahan yang tengah kita hadapai dalam pembelajaran
haruslah diselesaikan sesuai dengan tuntunan yang telah ada. Dengan demikian, kita menjadi
seorang pendidik yang benar-benar menempatkan diri sebagai fasilitator, informator, motivator,
dan organisator.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat barat Ditilitik dengan Jiwa Timur, Jilid I. Jakarta: Balai
Pustaka
Bp-7 pusat. 1990. Bahan penataran, Buku I Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Jakarta: BP-7 Pusat.
Beerling, R.F.1951. Filsafat Dewasa ini, Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan kita bahas tentang :
Unsur- unsur Pendidikan
a.
Pengertian unsur pendidikan
b. Apa saja yang menjadi unsur pendidikan
a.
b.
a.
b.
a.
b.
1.
a.
b.
1.
2.
Landasan Pendidikan
Pengertian landasan pendidikan
Apa saja yang menjadi landasan Pendidikan
Azas Pendidikan
Pengertian azas pendidikan
Apa saja yang menjadi azas pendidikan
Konsep calon guru
Pengertian guru
Peran dan tujuan guru
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang calon pendidik yang baik hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika
memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan. Jawaban
yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsur, Landasan
atau konsep dasar dan wujudnya pendidikan. Dan dalam makalah ini kita bahas tentang unsur
pendidikan, landasan serta azas pendidikan itu sendiri.
Unsur Pendidikan
Pengertian
Unsur pendidikan terdiri dari dua kata yaitu unsur dan pendidikan. Unsur menurut kamus
besar bahasa Indonesia adalah komponen yang terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, sedangkan
pendidikan menurut para ahli John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Jadi kami simpulkan
unsur pendidikan adalah komponen terakhir yang mendukung terlaksana proses pengembangan
kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Apa saja yang menjadi unsur pendidikan
Peserta didik
Secara etimologi terdiri dari bahasa arab yang jamak dan talamid berarti murid. Secara
terminology peserta didik adalah orang yang belum dewasa dan memilki potensi kemampuan
dasar yang masih perlu dikembangkan. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No 20 tahun
2003 tentang sistem nasional mengatakan peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Peserta didik memiliki berbeda-beda sebutan pada tiap jenjangnya, seperti
siswa, mahasiswa, warga belajar, pelajar, murid, bahkan santri.
Ciri khas peserta didik yang harus dipahami oleh seorang pendidik
adalah:
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang berkembang.
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Pendidik
3.
4.
a.
b.
5.
6.
2.
a.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, tutor, fasilitator dan lainnya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Menurut Abudin Nata pendidik adalah orang yang mendidik. Maksudnya orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah
orang yang melakukan pentransferan ilmu kepada seseorang. Pendidik berbeda dengan tenaga
kependidikan.
Interaksi edukatif
Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya.
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan
pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasi isi, metode serta alat-alat
pendidikan.
Tujuan
Alat dan metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang
preventif dan yang kuratif.
Preventif adalah alat pendidikan yang bersifat pencegahan, tujuannya agar hal-hal yang
dapat menghambat atau mengganggu proses pendidikan bisa dihindari. Contoh : tata tertib,
anjuran, perintah dan hukuman.
Kuratif adalah alat pendidikan yang bersifat penyadaran agar anak kembali kepada halhal yang benar, baik dan tertib, contohnya pemberitahuan.
Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan disebut juga dengan tri pusat pendidikan yang meliputi keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Materi pendidikan
Dalam
sistem
pendidikan
persekolahan,
materi
telah
diramu
dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapai tujuan. Materi ini meliputi materi inti
maupun muatan lokal.
Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam
semesta ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Fungsi lingkungan pendidikan ini
sendiri yaitu membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya
agar dapat tujuan pendidikan yang optimal.
Landasan Pendidikan
Pengertian
Landasan merupakan tempat berpijak atau tempat mulainya suatu perbuatan. Dalam
bahasa Inggris disebut dengan istilah foundation. Dalam membuat suatu bangunan hendaknya
dibangun terlebih dahulu pondasinya atau tiangnya. Apabila pondasinya kuat otomatis diterpa
badai atau apapun tidak akan goyah ataupun roboh. Oleh karena itu dalam pendidikan harus
b.
1.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
4.
5.
memiliki pondasi yang kuat dan kokoh agar kuat dan mampu dalam mencapai tujuan pendidikan
tersebut.
Apa saja yang menjadi landasan pendidikan
Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Dalam landasan pendidikan,
filsafat memberikan konsep dasar yang dibutuhkan sebagai prakarsa, baik bagi masyarakat
maupun pemerintahan dalam membentuk formulasi dan orientasi pendidikan.
Filsafat memiliki kaitan erat dengan pendidikan atau saling keterkaitan. Filsafat mencoba
merumuskan citra manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra
tersebut. Rumuan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan
tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia. Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa aliran fisafat pendidikan
yakni, idealisme, realisme, perenialisme, esensialisme, pragmatisme dan progresivisme dan
eksistensialisme.
Landasan Sosiologis
Sosiologi merupakan ilmu yang memperlajari hubungan manusia dalam kelompok dan
struktur sosialnya. Kegiatan pendidikan merupakan suatu interaksi antara dua individu atau
lebih. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja
dibentuk oleh masyarakat. Dengan meningkatnya perhatian sosiologi terhadap pendidikan maka
lahirlah sosiologi pendidikan yang mencangkup empat bidang:
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain
Hubungan kemanusiaan di sekolah
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya
Sekolah dalam komunitas
Landasan Kultural
Cultural merupakan budaya. Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan
manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan. Kebudayaan dan
pendidikan memiliki hubungan yang timbal balik sebab kebudayaan dapat dilestarikan
dikembangkan dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan penting dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian
dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan umpama
pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek dan
konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya. Maka psikologi menyediakan
sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia yang berhubungan dengan aspek pribadi.
Landasan ilmiah dan teknologis
Pendidikan dan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat erat kaitannya, seiring dengan
kemajuan IPTEK maka pendidikan juga akan mengalami kemajuan yang sangat pesat, begitu
juga cabang-cabang ilmu akan menyebabkan tersedianya informasi empiris yang cepat dan tepat
yang akan bermuara pada kemajuan teknologi pendidikan.
Dengan adanya perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang semakin
kompleks, maka pendidikan mau tidak mau harus mengakomodasi perkembangan.
3.
a.
b.
1.
2.
3.
4.
a.
Azas Pendidikan
Pengertian
Azas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan. Azas pendidikan juga diartikan sebagai sesuatu kebenaran
yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
Khusus Indonesia terdapat sejumlah azas yang mengarah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Ketiga azas tersebut yaitu azas tut wuri handayani. Azas belajar
sepanjang hayat (life long education) dan azas kemandirian dalam belajar.
Apa saja yang menjadi azas pendidikan
Azas-azas pokok pendidikan ada tiga, yaitu:
Azas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani memiliki arti
pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh,
tidak menari dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan apabila anak melakukan
kesalahan baru diberi bimbingan.
Azas Belajar Sepanjang Hayat ( Life Long Education)
Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya degan pendidikan seumur hidup. UNESCO
menetapkan suatu defines kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang
meliputi:
Seluruh hidup setiap individu.
Mengarah kepada pembentukan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang tepat meningkatkan kondisi hidupnya.
Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi termasuk formal, non
formal dan informal.
Azas Kemandirian Dalam belajar
Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas, yaitu azas tut wuri handayani dan asas belajar
sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini adalah pendidik harus menjalankan peran komunikator,
fasilitator, organisator dan sebagainya. Pendidik diharapkan dapat menyediakan dan mengatur
berbagai sumber belajar sedemikian rupa sehingga menudahkan peserta didik beinteraksi dengan
sumber belajar tersebut.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kesimpulan
Proses pendidikan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Pendidikan adalah suatu konsep dasar yang bersifat atau bertujuan mengarahkan membimbing
dan membina dari suatu hal yang tidak diketahui menjadi suatu hal yang diketahui baik secara
umum maupun pribadi dengan struktur, arahan, sarana dan prasarana yang telah terencana
sehingga mendukung proses pendidikan tersebut dan dapat dihasilkan suatu serapan materi yang
penting.
Namun itu saja tidaklah cukup apabila tidak menggunakan manusia yang dapat
memberikan arahan bimbingan dan pengajaran yang dikenal dengan guru. Dalam dunia
pendidikan maupun pengajaran guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran
kepada anak didiknya namun guru juga harus memberikan bimbingan, latihan bahkan teladan
bagi anak didiknya.
Seorang guru sebagai pendidik yaitu memberikan pengawasan dan pembinaan dalam
hidup. Sebagai pembimbing berperan memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan
masalah. Sebagai pengajar memberikan tugas dalam merencanakan pembelajaran.
B.
Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu menjadi seorang guru tidaklah mudah. Seorang guru
hendaklah melaksanakan tugasnya dan perannya dengan baik. Profesi guru berbeda dengan
profesi lainnya. Perbedaan tersebut terletak dalam tugas dan tanggung jawab yang besar serta
kemampuan dasar yang diisyaratkan (kompetensi).
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Mawardi, Istilah-istilah dalam praktek mengajar dan pembelajaran,, UNP Press, 2010.
Idris, Zahara.MA, Dasar-dasar Kependidikan, Angkasa, Bandung, 1984.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat press, 2002.
Tirtarahardja, Umar dan Drs.S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, 2005
c. Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan? d. Apa sajakah asas-asas pokok
pendidikan? III. Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan. b. Untuk
mengetahui macam-macam landasan pendidikan. c. Untuk mengetahui pengertian asas-asas
pendidikan. d. Untuk mengetahui asas-asas pokok pendidikan. 2
MAKALAH PENGERTIAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang
dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk
memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan,
sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka
memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup
masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa
pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian
pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia. Landasan Pendidikan marupakan salah
satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan.
Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita
Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau
pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita
diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan filsafat,landasan
sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi .
B.
1.
2.
Fokus Masalah
Pendidikan ditinjau dari beberapa batasan arti dan pengertian secara keseluruhan.
Penjelasan landasan pendidikan dari sudut pandang filosofis, sosiologis, kultural, dan
psikologis.
3.
4.
C.
Sistematika Penelitian
Makalah yang kami susun ini mengenai Pengertian dan Landasan Pendidikan. Dalam
makalah ini terdapat 4 bab dan tambahan kata pengantar, daftar isi, serta daftar pustaka. Bab I
merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah, dan sistematika
penelitian ini.
Bab II merupakan kajian teori. Dalam bab ini, kami menjelaskan pertama mengenai
pengertian pendidikan dilihat dari berbagai batasan dan secara keseluruhan; kedua menngenai
landasan-landasan pendidikan yang meliputi landasan filosofis, sosiologis, kultural, dan
psikologis; ketiga mengenai konsepsi mengajar, mendidik, dan belajar; dan yang terakhir
mengenai penggambaran dari pendidikan seumur hidup (life-long education).
Bab III merupakan pembahasan. Semua materi yang dipaparkan di bab II (kajian teori)
akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini. Terakhir adalah Bab IV yang merupakan kesimpulan dan
saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
1.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
b.
c.
d.
2.
3.
4.
5.
B.
LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,
sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk
mnjemput masa depan.
1.
Landasan Filososfis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme, dan Ekstensialisme.
a) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau
bahan ajar esensial.
b) Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
c)
d) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga
pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
2.
Landasan Sosiologis
2.
Hubungan kemanusiaan.
3.
4.
Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya.
3.
Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan
dapat dilestarikan atau dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
perkembangan z aman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma
baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
4.
Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam pendidikan
terutama yang berkaitan dengan:
1)
Perbedaan individual
2)
3)
4)
5)
Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
potensi, kecerdasan, emosi, dan keterampilan dalam pendidikan.
5.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan
calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
C.
D.
Pendidikan Seumur Hidup Life-Long Education (bukan long life education) adalah
makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan
dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para
pendidik di negeri kita. Menurut Carl Rogers, pendidikan bukanlah proses pembentukan
(process of being shaped) tetapi sesuatu proses menjadi (process of becoming) yaitu proses
menjadi manusia yang berpribadi dan berkarakter.Life Long education cenderung melihat
pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia
secara penuh yang berjalan terus menerus seolah-olah tidak ada batasannya sampai meninggal.
Pendidikan
seumur
hidup
ini
bersifat holistik,
sedangkan
pengajaran
bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam berbagai
bentuk kelembagaan belajar. Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau
penyempurnaan. Karena manusia selalu berusaha untuk mencapai titik kesempurnaan dalam
segala hal.
Hubungan antara manusia dan pendidikan sangatlah erat. Setiap orang dikenai dan
terpanggil untuk melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya
dan jika mereka telah dewasa dan berkeluarga maka, mereka pun akan mendidik anak-anaknya.
Pada dasarnya realisasi pendidikan di Indonesia melalui beberapa jalur diantaranya, pendidikan
melalui jalur keluarga yang disebut pendidikan informal dan pendidikan yang dilaksanakan oleh
para pendidik melalui jalur lembaga pendidkan yang disebut pendidikan formal.
Pendidikan membuat manusia lebih sempurna (berkualitas) atau lebih utuh dalam
meningkatkan dan membangun hidupnya dari taraf kehidupan alamiah ke taraf kehidupan
berbudaya. Ada semboyan yang terkenal Makin tinggi kualitas SDM makin besar jaminan
bahwa pembangunan akan berhasil. Semakin banyak pendidikan yang diperoleh seseorang,
semakin berbudaya orang itu. Budaya adalah segala hasil pikiran , kemauan dan karya manusia
baik secara individual maupun kelompok yang berguna bagi peningkatan kualitas hidup manusia.
Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti semakin tinggi pendidikannya.Semakin tinggi
budaya suatu bangsa berarti semakin tinggi harkat kemanusiaannya.
Dalam agama sering kita dengar kalimat Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang
lahat. Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua
mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk
kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar
menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal. Belajar adalah belajar sendiri (self
directed), sebab yang tahu manfaat dan seberapa jauh dia mencapai keberhasilannya belajarnya
adalah dirinya sendiri. Hanya dirinya sendirilah yang menggerakan perubahan ke arah mana
yang ia inginkan dan harapkan. Ini berarti bahwa manusia tidak dapat begitu saja dibentuk dan
diubah oleh orang lain menurut kehendaknya baik melalui pengendalian, pengontrolan
manipulasi, dan hukuman. Belajar harus mampu membuat manusia menggunakan informasi
yang telah dimiliki sebagai dasar untuk pengembaraannya sendiri dalam rangka pengembangan
yang lebih jauh.
Pendidikan merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Kemunculan
paradigma pendidikan dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki terciptanya
demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Mau
tak mau pendidikan harus dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat seluasluasnya bagi partisipasi masyarakat. Sebagai implikasinya, pendidikan menjadi usaha kolaboratif
yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Partisipasi pada konteks ini berupa
kerjasama antara warga dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan
mengembangkan aktivitas pendidikan. Sebagai sebuah kerja sama, maka masyarakat diasumsi
mempunyai aspirasi yang harus diakomodasi dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program
pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
1.
Landasan sosiologis
Kegiatn pendidikann merupakan suatu proses interaksi antar dua individu (pendidik dan
anak didik). Oleh karena itu kajian sosiologis tentang pendidikan mencakup semua jalur
pendidikan tersebut. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang
denagn sengaja dibentuk oleh masyarakat dengan perrencanaan dan pelaksanaan yang mantap.
Disamping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga dipengaruhi oleh kelompok kecil dalam
masyarakat. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem
pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk
menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuhkembangkan Ke-Bhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah
(umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun
jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
2.
Landasan kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia menjadi anggota
masyarakat dan pendukung budaya. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timabal
balik. Kebudayaan dapat diwariskan ke generasi selanjutnya melalui pendidikan. Sistem
pendidikan kita juga berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila dan
UUD 45. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini
harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
3.
Landasan Psikologis
Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
4.
B.
a.
Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk memahami pengetahuan
lebih lanjut.
b.
c.
Belajar membentuk jati diri (learning to be) dengan mengembangkan semua potensi yang ia
miliki.
d.
Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dengan mengembangkan
pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain yang didasarkan atas pengakuan saling
ketergantungan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Tiap proses dalam pendidikan memliki berbagai keterbatasan, yaitu :
1.
2.
3.
C.
Secara konseptual, pendidikan adalah suatu fasilitator yang bertumpu pada prinsip dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Pendidikan dari masyarakat, maksudnya pendidikan hanya terjadi dalam masyarakat karena
pendidikan hanya berjalan dalam proses interaksi dengan orang lain. Hanya dengan pendidikan
manusia dapat mempertahankan kehidupannya dan pengembangan yang telah dicapai.
Pendidikan untuk masyarakat, maksudnya bahwa kegiatan pendidikan itu untuk pencapaian
perkembangan secara maksimal akan potensi yang dimiliki.
Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi aktifnya dalam setiap
program pendidikan. Secara singkat dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluang
dan kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola dan menilai sendiri apa
yang diperlukan secara spesifik.
Life Long Education memerlukan adanya perpaduan antara pendidikan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Ini berarti pendidikan menjadi sebuah realita yang terjadi dimanamana dan sangat mempunyai arti penting bagi perkembangan hidup manusia. Karena dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai macam pendidikan itu sangat
penting bagi peningkatan kualitas hidup manusia, mensejahterakan dan memfungsikan hidup
manusia itu sendiri.
BAB IV
A.
Kesimpulan
1.
2.
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya (pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi selanjutnya).
3.
Landasan pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang filosofis, sosiologis, kultural, dan
psikologis.
4.
Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan pendidik kepada anak didik, sehingga terjadi
proses belajar.
5.
Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan.
6.
7.
8.
Proses pendidikan seumur hidup berlangsung kontinu dan tidak terbatas oleh waktu seperti
pendidikan formal.
B.
Saran
1.
Seorang pendidik sebaiknya dapat mendidik anak didiknya agar pengetahuan yang mereka
miliki dapat seimbang dengan sikap dan moral.
2.
Janganlah lelah untuk mengejar pendidikan karena pendidikan dapat terus berlangsung
selama proses dalam hidup kita tetap berjalan.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Kelompok I:
Andri Triana 135060153
Sandika 135060113
Puji Sukma 135060116
Ela Nurhayati 135060107
Wilda Septia 135060108
Harlyna 135060109
Dewi Mulyamah 135060110
Vinna Agustina 135060111
Ayu Sugiarti 135060112
Semi Puspita 135060114
Tika 135060154
Risma Rismaya 135060117
Tri Wulan 135060115
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Landasan Filosofis
Pendidikan Sekolah Dasar.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita mendapat syafaatnya
kelak di hari kiamat, amin.!
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembina dan teman-teman yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat menyadari
bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami membutuhkan
keritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran tugas-tugas selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan bagi pembaca khususnya.
Bandung,
Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
. i
Daftar
isi
.. ii
BAB
PENDAHULUAN
. 1
Latar
belakang
. 1
Rumusan
masalah
. 2
Tujuan
penulisan
Manfaat
penulisan
makalah
.. 2
BAB
II
KAJIAN
. 3
TEORI
2.1.
Pengertian
landasan
filosofis
pendidikan
.. 3
1. Landasan
.. 3
2. Filosofis
. 3
3. Pendidikan
.. 3
4. Landasan
filosofis
pendidikan
. 4
BAB
III
PEMBAHASAN
.. 5
3.1.
Konsep
landasan
filosofis
pendidikan
. 5
1. Struktur
landasan
filosofis
pendidikan
.. 5
2. Karakteristik
landasan
filosofis
pendidikan
5
3. Aliran
dalam
landasan
filosofis
.. 6
4. Aliran landasan filosofis Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme .. 6
3.2. Pancasila sebagai landasan filsafat pendidikan nasional 6
1. Konsep
filsafat
umum
. 7
2. Metafisika
. 7
3. Epistemologi
9
4. Aksiologi
10
5. Implikasi terhadap pendidikan dan pendidikan di SD .
10
6. Tujuan
pendidikan
.. 10
7. Kurikulum
pendidikan
11
8. Metode
pendidikan
11
9. Peranan
pendidik
dan
anak
didik
. 11
10. Pendidikan
di
SD
12
11. Orientasi
pendidikan
di
SD
.. 12
BAB
IV
PENUTUP
.. 14
4.1.
Kesimpulan
14
4.2.
Saran
. 14
DAFTAR
PUSTAKA
15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi
kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum
melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan
pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan
manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya.
Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek
pendidikannya.
Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan.
Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi
atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat
normatif tersebut antara lain bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan akan
memberikan petunjuk tentang yang seharusnya didalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan
dalam pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan
ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik.
Adapun kajian pendidikan secara holistik (menyeluruh) dapat diwujudkan melalui pendekatan
filosofis.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah Landasan Filosofis Pendidikan di Sekolah Dasar?
2. Bagaimana pancasila sebagai landasan filsafat pendidikan nasional?
Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan Sekolah Dasar
2. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang landasan filosofis pendidikan SD
3. Untuk mengajak para pembaca supaya lebih mengetahui peranan filosofis pendidikan
Ada dua istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian
landasan pendidikan, yaitu istilah landasan, filosofis dan istilah pendidikan.
1. Landasan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan
diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal
pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa
landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik
tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.
2. Filosofis. Berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran.
Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk
memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk
mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang
dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat
segala sesuatu.
3. Sebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan, hakikat pendidikan tiada lain
adalah humanisasi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia
yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan normanorma yang dianut. Contoh manusia ideal
yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst. Sebab itu, pendidikan
bersifat normatif dan mesti dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat hal di atas,
pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan
secara bijaksana.
Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu
landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif
cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Tatang S (1994) mesti
terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa dalam
rangka pendidikan itu (Redja M; 1994), terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek
pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir atau saat mempelajari pendidikan
dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan sistem konsep pendidikan.
1. Landasan Filosofis Pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam
rangka studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan
mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi
pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan
pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian,
landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik
tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih
komprehensif, spekulatif, dan normatif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Konsep Landasan Filosofis Pendidikan
1. Struktur Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan
seperangkat asumsi tentang pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum. Sistem gagasan filsafat umum tersebut yaitu berkenaan dengan
hakikat realitas dan hakikat manusia (Metafisika), hakikat pengetahuan (Epistemologi),
serta hakikat nilai (Aksiologi) yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.
Berdasarkan kedua sumber di atas dapat Anda pahami bahwa terdapat hubungan implikasi antara
gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasangagasan pendidikan.
Hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap
gagasan pendidikan tersebut dapat divisualisasikan seperti berikut ini:
Konsep Filsafat Umum
Konsep Pendidikan
Hakikat realitas
Tujuan pendidikan
Hakikat manusia
Kurikulum pendidikan
Hakikat pengetahuan
Metode pendidikan
Hakikat nilai
melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicitacitakan (ideal), yang disarankan oleh filsuf tertentu untuk dijadikan titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan dan/atau studi pendidikan.
2. Aliran dalam Landasan Filosofis. Sebagaimana halnya di dalam
filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga terdapat berbagai aliran.
Sehubungan dengan ini dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan
filosofis pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Namun
demikian, kita bangsa indonesia memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat
pendidikan yang berdasarkan pancasila.
1. Aliran Landasan Filosofis Idealisme, Realisme dan Pragmatisme
Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena manusia itu
adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral
yang jelas.
Landasan Realisme
Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan sendirinya,
yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia. Dan mereka
beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya,
sedangkan tingkah laku manusianya diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang rendah diatur
oleh kebijaksanaan yang teruji.
Landasan Pragmatisme
Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode dan suatu filsafat yang
digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara
praktis.
3.2. Pancasila sebagai Landasan Filsafat Pendidikan Nasional
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Rumusan Pancasila termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Karena pancasila adalah dasar negara indonesia, implikasinya maka pancasila juga adalah dasar
pendidikan nasional indonesia. Sejalan dengan ini pasal 2 undang-udang RI No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik
indonesia tahun 1945.
Sehubungan dengan hal diatas, bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan
tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya, yaitu landasan filosofis pendidikan yang
berdasarkan pancasila. Kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila untuk dijadikan titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan maupun studi pendidikan. Berikut ini akan dikemukakan mengenai
konsep (sistem gagasan) filsafat umum berdasarkan pancasila dan implikasiya terhadap
pendidikan. Adapun uraian tersebut akan menggunakan struktur landasan filosofis seperti telah
dijelaskan di muka.
1. Konsep Filsafat Umum
2. Metafisika :
Hakikat realitas
Bangsa indonesia meyakini bahwa realitas atau alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya,
melainkan sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa.Tuhan adalah sumber pertama dari
segala yang ada, ia adalah sebab pertama dari segala sebab, tetapi Ia tidak disebabkan oleh
sebab-sebab yang lainnya; dan Ia juga adalah tujuan akhir segala yang ada.
Di alam semesta bukan hanya realitas fisik atau hanya realitas non fisik yang ada, realitas
yang bersifat fisik dan/atau non fisik tampak dalam pluralitas fenomena alam semesta sebagai
keseluruhan yang integral. Terdapat alam fana dengan segala isi, nilai, norma atau hukum
didalamnya. Alam tersebut adalah tempat dan sahana bagi manusia dalam rangka hidup dan
kehidupannya, dalam rangka melaksanakan tugas hidup untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dibalik itu, terdapat alam akhir yang abadi dimana setelah mati manusia akan dimintai
pertanggung jawaban dan menerima imbalan atas pelaksanaan tugas hidup dari Tuhan YME.
Dalam uraian di atas tersurat dan tersirat makna adanya realitas yang bersifat abadi dan realitas
yang bersifat fana. Termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bahwa hakikat hidup bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi
kemerdekaan. Adapun yang menjadi keinginan luhur tersebut yaitu:
1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur;
2. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesi;
3. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4. Ikut melaksanaan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa realitas juga tidak bersifat given (terberi) dan final,
melainkan juga mewujud sebagaimana kita manusia dan semua anggota alam semesta
berpartisipasi mewujudkannya.
Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan YME. Manusia adalah kesatuan badani-rohani yang hidup
dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran (consciouness) dan penyadaran diri (self-awareness)
mempunyai berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup. Manusia
dibekali potensi atau (bakat) untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan untuk
berbuat baik, namun disamping itu karena hawa nafsunya manusia pun memiliki kemungkinan
untuk berbuat jahat. Selain itu, manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta),
berperasaan (rasa), berkemauan (karsa), dan berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia
berdimensi individualitas atau personalitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius.
Kesemuanya itu menunjukkan dimensi interaksi atau komunikasi (vertikal maupun horisontal),
historisitas, dan dinamika.
Hakikat Pengetahuan
Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari sumber pertama yaitu Tuhan YME. Tuhan telah
menurunkan pengetahuan baik melalui utusannya (berupa wahyu) maupun melalui berbagai hal
yang digelarkannya di alam semesta. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui
keimanan/kepercayaan, berpikir, pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.
Kebenaran pengetahuan: ada kebenaran pengetahuan yang bersifat mutlak (seperti dalam
pengetahuan keagamaan/revealet knowledge yang diimani) tetapi ada pula yang bersifat relatif
(seperti dalam pengetahuan ilmiah sebagai hasil upaya manusia melalui riset, dsb).
Pengetahuan yang bersifat mutlak ( ajara agama/wahyu Tuhan) diykini mutlak
kebenarannya atas dasar keimanan kepada Tuhan YME. Pengetahuan yang bersifat relatif
(filsafat, sains, dll) diuji kebenarannya melalui uji konsistensi logis ide-idenya, kesesuaiannya
dengan data atau fakta empiris, dan nilai kegunaan praktisnya bagi kesejahteraan manusia
dengan mengacu kepada kebenaran dan nilai-nilai yang bersifat mutlak.
3. Aksiologi
Hakikat Nilai
Sumber pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan YME. Karena manusia adalah makhluk
Tuhan, pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai diturunkan dari Tuhan
YME, masyarakat dan individu.
1. Implikasi terhadap Pendidikan dan Pendidikan di SD
Konsep tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat nilai
memberikan imlikasi terhadap tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, metode atau cara-cara
pendidikan, peranan pendidik dan peranan peserta didik.
1. Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional seyogyanyabertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yng demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam konteks pendidikan di SD, tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul,
sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangka salah satu
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang pandai membaca, menulis dan berhitung saja;
bukan untuk mengembangkan anak didik agar berilmu saja; bukan hanya untuk memperoleh
keterampilan saja, dsb,. Melainkan demi berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam
konteks keseluruhan dimensi kehidupannya: baik dimensi individualitas, sosialitas, kultural,
moralitas, dan keberagamaannya.
2. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan hendaknya disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a) peningkatan iman dan takwa; b)
peningkatan akhlak mulia; c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d)
keragaman potensi daerah dan lingkungan: e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f)
tuntutan dunia kerja; g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h) agama; i)
dinamika perkembangan global; dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan
mengenai perkembangan kurikulum sebagai mana dimaksud diatas diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Berbagai hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum pendidikan seperti dikemukakan
diatas adalah relevan dengan keperluan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Namun demikian, dalam penjabarannya kedalam kurikulum pendidikan di SD hendaknya
memperhatikan pula dan mempertimbangkan pula tingkat perkembangan anak didik usia SD.
3. Metode Pendidikan
Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternatif untuk diaplikasikan. Sebab, tidak
ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam segala konteks
praktek pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan dengan
mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau anak didik,
karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang tersedia. Penggunaan
metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)
dan sebaiknya bersifat multi metode.
4. Peranan Pendidik dan Anak Didik
Ada berbagai peranan pendidik dan anak didik yang harus dilaksanakannya, namun pada
dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: ing ngarso sung
tulodoartinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi anak didiknya; ing
madya mangun karso, artinya pendidik harus mampu membangun karsa (kehendak) pada diri
anak didiknya; dan tut wuri handayani artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya, pendidik
harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.
5. Pendidikan di SD
Dalam uraian diatas tersurat dan tersirat makna mengenai pendidikan di SD. Pendidikan di SD
hendaknya merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlikan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sebagai usaha sadar dan
terencana, pendidikan di SD tentunya harus mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, sehingga
dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih, diturunkan dan
dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan SD yang telah ditetapkan.
Selain itu, pendidikan di SD bukanlah proses pembentukan anak didik untuk menjadi orang
tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidiknya. Karena manusia (anak didik) hakikatnya
adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri,
maka upaya pendidikan di SD harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi anak
didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Upay pendidikan di SD adalah
pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang
bersifat individualistik sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupn manusia itu multi
dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.
6. Orientasi Pendidikan di SD
Pendidikan di SD secara umum memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi konservasi dan fungsi
kreasi. Fungsi konservasi dilandasi asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan, norma,
kebiasaan-kebiasaan dsb. Yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap
dipertahankan. Contoh: pengetahuan dan nilai-nilai yang bersifat mutlak tentunya tetap harus
dipertahankan, demikian juga pengetahuan dan nilai-nilai budaya yang masih diakui benar dan
baik, juga perlu dikonservasi.
Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat terberi atau (given) dan
telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern. Tetapi realitas mewujud sebagaimana
kita manusia an semua anggota alam semesta berpartisipasi mewujudkannya semua anggota
semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas sebab itu, peran manusia baik sebagai
individu maupun kelompok adalah merajut realita yang diinginkannya yang dapat diterima oleh
lingkungannya. Dalam hal ini maka hakikat pendidikan di SD seyogyanya diletakkan pada
upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja
mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut
realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005). Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan
yang tidak dapat ditolak, sehingga para peserta didik harus di didik untuk menguasainya dan
bukan sebaliknya, mereka menjadi dikuasai oleh perubahan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak
dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Filosofis adalah suatu
pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran
atau kebijaksanaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
4.2. Saran
Landasan filosofis pendidikan di Indonesia yakni Pancasila, implikasi terhadap pendidikan harus
menyesuaikan dan menyelaraskan tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan, metode
pendidikan, kejelasan peranan pendidik dan peserta didik. Dengan strategi tersebut maka
harapan yang diinginkan akan terpenuhi sejalan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
didalam kehidupan. Pemahaman lain tentang filsafat adalah sebagai sistem nilai. Artinya
filsafat dapat dianggap sebagai pandangan hidup. Bila filsafat dianggap sebagai pandangan
hidup, artinya setiap manusia memiliki sistem nilai sendiri atau memiliki pandangan hidup yang
berbeda-beda dalam menyikapi kebenaran didalam mengarungi bahtera kehidupan. 2. Hubungan
Filsafat dengan Tujuan Pendidikan Dalam bidang pendidikan, filsafat akan mengkaji persoalan
yang berkaitan dengan apa yang ingin diketahui, bagaimana cara mendapatkannya, serta apa nilai
kegunaan pendidikan bagi manusia. Dengan demikian, filsafat pendidikan merupakan pola pikir
filsafat dalam menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan implementasi
pendidikan. Filsafat pendidikan dapat mengarahkan peserta didik kearah pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut suatu bangsa, atau filasafat kelompok
masyarakat, akan mempengaruhi tujuan pndidikan. 3. Manfaat Filsafat Pendidikan a. Filsafat
pendidikan dapat menentukan arah akan kemana anak didik dibawah. b. Dengan adanya tujuan
pendidikan, yang diwarnai oleh filsafat pendidikan, kita mendapat gambaran yang jelas tentang
hasil yang harus dicapai dalam program pendidikan. c. Filsafat pendidikan menentukan cara dan
prosesuntuk mencapai tujuan pendidikanyang ingin dicapai. d. Filsafat dan tujuan pendidikan
akan memberi kesatuan yang bulat tentang segala upaya pendidikan yang dilakukan. e.
Memungkinkan parapengelolah pendidikan melakukan penilaian tentang segala upaya yang telah
dilaksanakan dalam implementasi pendidikan. Berdasarkan penjelasan diatas, bisa dikemukakan
bahwa faktor filosofis berkaitan erat dengan pembentukan manusia yang sesuai dengan
kepribadian bangsa. Landasan filosofis sebagai salah satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan
berhubungan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang
sesuatu yang 4
berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan hidup). Bagi bangsa Indonesia, pandangan hidupnya
adalah Pancasila. Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan mempunyai makna bahwa,
dalam merumuskan pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada Pancasila, sistem pendidikan
nasional haruslah berlandaskan Pancasila, hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui
pendidikan, sehingga tercipta manusia Indonesia yang dicita-ci Asas pendidikan dim
Asas Kemandirian dalam Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun
guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah
sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif). Asas tut wuri handayani Asas Tut Wuri Handayani
merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis
kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan
kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh dan dorongan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dimana pendidik didepan dan member contoh dan Ing Madyo Mangun Karso dimana pendidik
berada ditengah dan memberi dukungan dan semangat. Asas pendidikan seumur hidup
Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia: (1) mendapat
kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya, (2)
mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal,
(3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan
kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia 8
Indonesia Seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan (4) mendpaat
kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. takan Pancasila. 2. Landasan Sosiologis Pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia. Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, Hal ini
dikarenakan manusia memiliki akal pikiran atau rasio sehingga manusia mampu
mengembangkan dirinya. Kemampuan mengembangkan diri itu dilakukan manusia melalui
interaksi dengan lingkungannya, artinya manusia itu melakukan sosialisasi untuk
mengembangkan kemampuannya. Proses memanusiakan manusia, yakni untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia dalam hal ini proses pendidikan, melibatkan lingkungan sekitar.
Dengan demikian pelaksanaan pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi
antarsesama manusia melalui interaksi didalam masyarakat, mengingat manusia itu tidak sendiri.
Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang proses sosial dan polapola interaksi
sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan
meliputi empat bidang: 1. 2. 3. 4. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Hubungan kemanusiaan. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya. Sekolah dalam komunitas,
yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam
komunitasnya. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi
sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan 5
tidak berlangsung dalam keadaan vakum sosial. Dari generasi ke generasi selalu mengalami
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain: a. Perubahan Teknologi Dampaknya:
Individu memiliki keterampilan baru, sekolah dituntut agar lulusannya dapat menyesuaikan
perkembangan jaman, Sekolah mulai menggunakan media pembelajaran yang lebih canggih. b.
Perubahan Demografi (Pertambahan Jumlah Penduduk Dampaknya: Pengembangan
kebijaksanaan pendidikan, pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru, tidak seimbangnya
pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan. c. Urbanisasi Dan Sub-Urbanisasi
Dampaknya: Sekolah bertanggungjawab atas penyesuaian diri terhadap penduduk kota, sekolah
berperan dan membantu mekanisme kontrol sosial di masyarakat, sekolah mempersiapkan
lulusannya untuk dapat hidup di kota. d. Perubahan Politik Masyarakat, Bangsa Dan Negara
Dampaknya: anggota Meningkatnya keterlibatan pemerintahan di dalam kegiatan
berkembangnya saling ketergantungan antar masyarakat, pemerintahan negara. 3. Landasan
Kultural Perkembangan peradaban manusia membawa anggota masyarakat kedalam usaha untuk
melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga
terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial
yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan 6
kurikulum sebagai isi program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan yang
ada dan mampu menjalankan fungsinya juga untuk mempertahankan ilmu pengetahuan dan
teknologi ini bahkan mengembangkannya, tapi perlu diketahui bahwa bukan hanya isi
programnya saja, tetapi pendekatan dan strategi pelaksanaannyapun harus diperhatikan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran dan logika. Sedangkan
seni bersumber pada perasaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan proses penyiapan
peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman, termasuk didalamnya perubahan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) maka pengembangan pendidikan harus mengacu
kepada pengembangan IPTEKS itu sendiri. Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat mengetahui
hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pendidikan, diamana diantara
keduanya ada suatu hubungan timbal balik, yaitu kemajuan pendidikan diarahkan untuk
kemajuan IPTEK dan perkembangan IPTEK akan berpengaruh pada perkembangan pendidikan.
B. Asas-asas Pendidikan Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. khusu s di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut adalah Cipto Blog. 2010. Landasan dan asasasas pendidikan. http://LandasanDanAsasPendidikan.com. [17 Oktober 2011] Hartoto. 2008. .
Landasan
dan
asas-asas
pendidikan
dan
penerapannya.
http://LandasanDanAsasPendidikanDanPenerapannya.com. [17 Oktober 2011] Indonesia
Blogger.
2009.
Landasan
dan
asas-asas
pendidikan
dan
penerapannya.
http://LandasanDanAsasPendidikanDanPenerapannya.com. [17 Oktober 2011] Munib, Achmad.
2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press . [17 Oktober 2011] Sponsorship.
2009. Landasan dan asas-asas pendidikan. http://LandasanDanAsasPendidikan.com. [17 Oktober
2011] Wahyudin D, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka 12
ana pendidikan itu berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat Asas
keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan wawasan nusantara Asas bhineka
tunggal ika Asas keselarasan, keserasian dan keseimbangan Asas mobilitas, efisiensi, dan
efektivitas Asas semesta, yang artinya pendidikan itu menyeluruh dan terpadu 9
C. Penerapan Landasan Dan Asas-asas Pendidikan Dalam mewujudkan proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional, pengaplikasian atau tindakan nyata dari pemerintah
yang mengacu pada landasan dan asas pendidikan sangat memberi pengaruh terhadap
perkembangan pendidikan. (1) usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah
mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun
yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal;
berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi, (2)
usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru
dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri , (3) usaha pembaharuan
kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan, (4) usaha
pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar,
perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana
pendidikan jasmani, (5) pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program
pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk: (a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga
secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (b)
menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya, (6) usaha pengadaan berbagai
program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya
kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan
budi luhur, (7) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa. Sesuai dengan uraian diatas
secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya
manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang
mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana
pendidikan 10
BAB III KESIMPULAN Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi manusia, yakni
perilaku dan pengetahuan. Dalam proses pelaksanaan pendidikan memerlukan suatu acuan atau
pijkan yang menjadi pedoman, dalam hal ini landasan dan asas-asas pendidikan. Landasan
pendidikan adalah suatu dasar yang menjadi pijakan dalam pelaksanaan pendidikan sebagai
suatu sistem, landasan pendidikan yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosiologis, landasan kultural dan landasan iliah dan teknologis. Asas pendidikan adalah suatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun
pelaksanaan pendidikan. Asas-asas pendidikan antaralain, asas tut wuri handayani, asas
pendidikan seumur hidup, asas kemandirian, asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan
nasional dan wawasan nusantara, asas bhineka tunggal ika, asas keselarasan, keserasian dan
keseimbangan, asas mobilitas, efisiensi, dan efektivita, asas semesta, yang artinya pendidikan itu
menyeluruh dan terpadu. Agar terwujudnya pendidikan yang berkualitas pengaplikasian landasan
dan asas-asas pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlandaskan pada
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 11
Daftar pustaka
MAKALAH PENGANTAR
PENERAPANNYA
PENDIDIKAN
ASAS-ASAS
(1200590)
PENDIDIKAN
SERTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pengantar pendidikan yang berjudul
Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya ini tepat pada waktunya.
Shalawat beriring salam tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu
dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing yaitu Dra.
Zaiyasni, S.Pd, M.Pd yang telah membimbing dan membagi pengalamannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untukpenyempurnaan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Padang, 25 Oktober 2013
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
II.
PEMBAHASAN
A.
1.
2.
3.
B.
Penerapan Asas Pendidikan (di sekolah dan luar sekolah) dewasa ini
III.
1.
2.
3.
PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
a.
kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu
bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
asas-asas tertentu. Asas-asas tersebut sangat penting karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Khusus untuk pendidikan di
Indonesia, terdapatsejumlah asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Di antara sejumlah asas tersebut, akan dikaji lebih lanjut tiga buah
asas yaitu asas tut wuri handayanai, asas kemandirian dalam belajar dan asas belajar sepanjang
hayat. Ketiga asas itu dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini
maupun masa depan.
b.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
c.
Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Untuk mendeskripsikan penerapan asas pendidikan dilihat dari keadaan yang ditemui
5.
6.
II.
A.
PEMBAHASAN
ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan(Hartoto, 2008, dalam
Jurnal Ilmu Pendidikan). Jadi, asas pendidikan itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara
penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana
layaknya pendidikan itu diselenggarakan.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.Asasasas tersebut bersumber
dari kecenderungan umum pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:
117).
1.
a.
Tut wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta
kasih dan tanpa pamrih.
b.
Handayani: Mempengaruhi
dalam
arti
merangsang,
memupuk,
membimbing, dan menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masingmasing melalui disiplin pribadi (Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Asas Tut wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar tersebut mendapat
tanggapan positif dari Drs. RMP Sosrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
a.
b.
Ing Madya Mangun Karsa (jika di tengah-tengah membangkitkan kehendak, hasrat atau
motivasi)
c.
2.
b.
c.
d.
e.
Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasik yang
formal, non formal dan informal(La Sulo, 1990: 25-26).
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seharusnya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu:
1.
2.
Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari belajar sepanjang
hayat
Kurikulum
yang
dapat dirancang
kurikulum
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah, meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan
2.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang
terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang belajar
sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society). Dengan
kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin di dalam
sistem pendidikan nasional Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
3.
sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik
mau dan mampu mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang belajar
sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama
sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru diharapkan dapat
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar dengan sedemikian rupa, sehingga
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator,
guru harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil dari sumber-sumber
informasi yang ada. Oleh karena itu, guru perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta
didik untuk mencari informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber belajar
secara maksimal (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan kemandirian
dalam belajar, yaitu:
a.
b.
c.
Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. PSB memberi
peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan di perpustakaan. Dengan
dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan
dikembangkan (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
B.
1.
a.
Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
b.
Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar
dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
c.
Peserta didik yang memiliki kelainan (cacat fisik atau mental)memperoleh kesempatan untuk
memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat tumbuh
menjadi manusia yang mandiri.
d.
Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh
diatas normal (Qym, 2009, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:
a.
b.
Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara proporsional. Dan pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air.
c.
Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu
memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui
pendidikan.
d.
Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang
belajar,
perpustakaan,
media
pengajaran,
bengkel
kerja,
sarana
pelatihan
dan
Pengadaan buku ajar diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang
bertujuan untuk:
1.
Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara
berbudaya melalui berbagai cara belajar
2.
f.
g.
h.
Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan
seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu
pngetahuan dan teknologi, keterampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah telah mengupayakan
usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan
sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang (Qym, 2009,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
2.
a.
Komunikasi
yang
demikian memberikan
implikasi
yang
negatif
terhadap out
put pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih
bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik(Tim Pembina MK Pengantar
Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
b.
didik untuk mencari informasi sendiri yang dikatakan sebagai upaya belajar mandiri (Tim
Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
c.
3.
dengan
permasalahan yang
dihadapi
dalam
penerapan
asas-asas
b.
c.
Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know, learning to do, learning to life
together, dan learning to be.
Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan
2.
Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
3.
Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa
4.
Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan budaya bangsa (Qym,2009)
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Asas-asas pokok dalam penyelenggaraan pendidikan ada tiga, yaitu:
1.
Asas Tut Wuri Handayani, bermakna bahwa setiap anak didik berhak mengatur dirinya
sendiri dan guru tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk
berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa
2.
Asas belajar sepanjang hayat, hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar.
3.
Asas kemandirian dalam belajar, dapat dikembangkan dengan menghindari campur tangan
guru, namun guru selalu siap untuk membantu apabila diperlukan.
Penerapan asas-asas pokok pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan
berpedoman kepada kebebasan dalam belajar sepanjang hayat yang bermuara kepada
kemandirian dalam belajar. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu menyesuaikan pendekatan
yang digunakannya dalam kegiatan pembelajaran.
B.
SARAN
Penulis berharap kita sebagai seorang calon pendidik dapat menerapkan ketiga asas pokok
pendidikan yang berlaku di Indonesia. Kita harus dapat melanjutkan perjuangan pendidikan yang
telah dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Permasalahan yang tengah kita hadapai dalam
pembelajaran haruslah diselesaikan sesuai dengan tuntunan yang telah ada. Dengan demikian,
kita menjadi seorang pendidik yang benar-benar menempatkan diri sebagai fasilitator,
informator, motivator, dan organisator.
DAFTAR RUJUKAN
Sulo, La. 1990. Penelaah Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung
Pandang.
Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar
Pendidikan. Padang: FIP UNP.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Arga, Ugik Ghandes dkk. 2011. Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya.
Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online),(http://pockcoro.blogspot.com/2011/04/landasan-dan-asasasas-pendidikan-serta.html/, diakses pada 28 Februari 2012).
Hartoto. 2008. Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya. Jurnal
Ilmu Pendidikan, (Online), (http://fatamorghana. wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasandanasas-asas-pendidikan-serta-penerapannya, diakses 07 Oktober 2010).
Rangga.
2011. Konsep
Pendidikan. Jurnal
Ilmu
Pendidikan,
(http://rangga19. web. id/ konsep-pendidikan. html/, diakses pada 28 Februari 2012).
(Online),
Qym. 2009. Asas-asas Pendidikan dan Penerapannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online),
(http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html/, diakses
pada 28 Februari 2012).
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
i
Kata
Pengantar
.. ii
Daftar
Isi
iii
BAB I.
Pendahuluan
. 1
1.
Latar
Belakang
.. 1
2.
Rumusan
Masalah
1
3.
Tujuan
Penulisan
.. 2
BAB II.
Pembahasan
3
1.
Pengertian Landasan
Pendidikan. 3
2.
Macam-macam landasan
Pendidikan 3
3.
Pengertian Asas-asas
pendidikan. 12
4.
Macam-macam Asas
Pendidikan. 12
BAB III.
Penutup
. 14
Kesimpulan
14
Daftar
Pustaka
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan
masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural,
yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian
berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas
pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta
beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas pendidikan
yang akan dikaji adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas
kemandirian dalam belajar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1.
Apakah yang dimaksud Landasan Pendidikan?
2.
Apa sajakah landasan pendidikan?
3.
Apakah yang dimaksud asas-asas pendidikan?
4.
Apa sajakah asas-asas Pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan
tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat
bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh:
landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi
dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek
sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita
kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam
membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan
dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan
dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi
pendidikanadalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi
yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
1.
Macam-macam Landasan pendidikan
2.
Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa
pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah).
Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani,philein berarti mencintai,
dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara
radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan
dan dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya
bersumber dari dua faktor, yaitu:
o Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
o Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya:
Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul
dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang
pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua
pendekatan, yakni:
1.
Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2.
Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology
(tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek),
metafisika (tentang hakikat yang ada, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik
(filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan
estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsipprinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang
pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian
antara lain tentang:
1.
Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang
disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
2.
Masyarakat dan kebudayaannya.
3.
Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
4.
5.
Gramatika
3).
Kesusateraan
4).
Filsafat
5).
Ilmu kealaman
6).
Matematika
7).
Sejarah
8).
Seni keindahan (fine arts)
1.
Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered).
Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1).
Pengetahuan yang benar (truth)
2).
Keindahan (beauty)
3).
Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
1).
Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2).
Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
3).
4).
5).
Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
1.
Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain sebagai berikut:
1).
2).
3).
4).
Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi
pedagogis dan ekperimentasi.
1.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman
kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah
masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah
mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.
2.
Landasan Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya
hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan
hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:
o
o
o
o
o
1.
a.
Pengertian tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua individu,bahakan dua generasi dan memungkinkan
generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang cabang sosiologi antara
lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:
1)
o
o
o
o
o
2)
o
o
3)
o
o
o
3.
Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus
dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal.
1.
a.
Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:
Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
o
Kegiatan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
o
Fisik yakni benda hasil karya manusia
1.
b.
Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
indonesia, dimana kehidupan masyarakat indonesia yang majemuk dan akan kaya
kebudayaannya dan keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional
haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin kukuhnya
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.
o
4.
Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan
salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis
dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses
perkembangan dan proses belajar.
1.
a.
Pengertian Landasan Psiklogis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor
keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah
informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan
sebagainya)
o
Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
o
Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
o
Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
o
Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan
penguasaan iptek
1.
b.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis
Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat
kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
o
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan
perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan
mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum
kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena:
o
o
Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori
kepribadian.
Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian
itu unik)
Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian,
yakni:
o
o
5.
Landasan Ilmiah dan Teknologis
Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain,
pendidikan sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing
yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi. Pengetahuan (knowledge) adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio),
intuisi, dan wahyu.
o
Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,
yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa
usaha mula bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir
tahunan sungai Nil menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan
survey.
1.
Pengertian Asas-asas Pendidikan
Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik
pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Diantara asas-asas
tersebut adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian
dalam belajar.
1.
Macam-macam Asas Pendidikan
2.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada
dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
o
o
o
2.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
1.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
2.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya
dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayanipada prinsipnya bertolak dari
asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan pada
asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak
mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru
ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama
sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: informator, organisator dan
sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber
tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik
untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu
generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu
kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya.
Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin
dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur,Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaaka.
Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
makalah Pengantar Ilmu Pendidikan : landasan dan asas-asas pokok pendidikan : jangan
lupa baca juga postingan sebelumnya makalah Konsep Dasar PLS : keaksaraan fungsional
BAB I
Pendahuluan
1.1
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan,
serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut
adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia
adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
b. Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
c. Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
d. Apa sajakah asas-asas pokok pendidikan?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan.
b. Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
d. Untuk mengetahui asas-asas pokok pendidikan.
BAB II
ISI
A.
1.
a.
1.
2.
3.
4.
b.
5.
a.
b.
kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik,
sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta
tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses
tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk
mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan
calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,
yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan
jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar
sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata
hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan
oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku
pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal pasal
yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu
pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan
tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap tiap warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajar Pasal 32 pada Undang Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan Undang Undang.
b.
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 45. Undang undang ini
mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila
dan Undang Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini
berarti teori teori pendidikan dan praktek praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia,
tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7
berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah
setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang
mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga
pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan
teknisi sumber belajar.
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat
didasari oleh konsep konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia
sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga
cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman
pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman
kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh
pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka
membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk
mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh
pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM
MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School
di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam,
sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak
agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional
berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di
Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu
asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman
Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk
menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang
mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang
menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan
diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK,
1990). Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang
berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.
Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
Perubahan cara berfikir
Kemasyarakatan
Aktivitas
Kreativitas
Optimisme
1.
2.
3.
itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan
Asas Kemandirian dalam belajar.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai
fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang menjadi
acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
1. Asas Belajar Sepanjang Hayat
2. Asas Tut Wuri Handayani
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan
dibicarakan:
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh
diatas
normal
(Jurnal
Pendidikan,1989).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Landasan Pendidikan
a. Landasan Filososfis
b. Landasan Sosiolagis
c. Landasan Kultural
d. Landasan Psikologis
e. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pengertian Asas Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik
pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Asas Pokok Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
DAFTAR PUSTAKA
Hartoto.2008. landasan dan asas-asas pendidikan serta penerapannya. [serial on line].
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-sertapenerapannya.[07 Oktober 2010]
Landasan Dan Asas-Asas Pendidikan Serta Penerapannya
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik sistemik selali bertolak dari sejumlah landasan
serta mengindahkan sejumlah asas asas tettentu. Landasan landasan pendidikan tersebut akan
memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia indonesia, dan serentak dengan itu
mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa dari landasan pendidikan
tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis dan kultural yang memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan
mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan pendidikan itu akan
dapat membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Pemahaman landasan dan asas
pendidikan serta ketepatan wawasan yang menyertainya akan memberi peluang yang luas dalam
pengambilan keputusan dan tindakan yang tepat. Pengkajian landasan dan asas pendidikan
tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.
A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah suatu yang bersifat universal dan berlangsung terus menerus dari generasi ke
generasi berikutnya. Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup
serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan
itu ( filosofis, sosiologis dan kultural ) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan
wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah masalah pokok seperti : apakah pendidikan itu, mengapa
pendidikan itu diperlukan, tujuannya apa dan lain lainnya. Landasan filosofis bersifat filsafat
( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari bahasa yunani philein artinya mencintai dan
sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat menelaah sesuatu secara menyeluruh yang
menghasilkan konsepsi konsepsi mengenai kehidupan dan dunia yang bersumber dari dua
faktor :
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan.
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara keduanya.
rekonstruksionisme.
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap
pancaindra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini disebut pula : realisme menekankan
pada pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif, di luar manusia. Positivisme
mengemukakan bahwa kalau sesuatu itu memang ada, maka adanya itu pasti dapat diamati dan
atau di ukur.
Bertentangan dengan aliran di atas, idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide
sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan dari ide
sabagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang
mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis atau ukuran
kebenaran suatu barabg didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia ( Abu
Hanifah, 1950: 136 ). Salah seorang tokoh pragmatisme, john Dewey mengemukakan bahwa
penerapan konsep pragmatisme eksperimental melalui lima tahap :
1) Situasi tak tentu, yakni timbulnya situasi ketegangan di dalam pengalaman yang perlu
dijabarkan secara spesifik.
2) Diagnosis, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan faktor penyebabnya.
3) Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah.
4) Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya.
5) Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Bagi pragmatisme pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang
penting adalah metode pemecahan masalah. Namun ada progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional serta mengembangkan prinsip prinsip antara lain :
1) Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.
2) Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
3) Guru harus menjadi peneliti dan pembingbing kegiatan belajar.
4) Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.
5) Sekolah proggresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan eksperimentasi
( Wayan Ardhana, 1986 : 16 17 ).
Selain itu filsafat yang bercorak keagamaan ikut pula mempengaruhi pemikiran pendidikan
walaupun antara agama dan filsafat terjadi sedikit pertentangan. Selanjutnya perlu dikemukakan
mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Keempatnya itu ( Redja Mudyahardjo, et. Al. 1992: 144 150; Wayan Ardhana, 1986: 14 18 )
adalah :
1. Esensialisme
Essensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Mazhab essensialisme mulai dominan di Eropa sejak ada pertentangan
di antara para pendidik sehingga mulai timbul pemisahan antara pelajaran pelajaran teoritik
( liberal arts ) yang memerdekakan akal dengan pelajaran pelajaran praktek ( praktical arts ).
Yang termasuk the liberal arts, yaitu :
a. Penguasaan bahasa termasuk retorika.
b. Gramatika.
c. Kesusastraan.
d. Filsafat.
e. Ilmu kealaman.
f. Matematika.
g. Sejarah.
h. Seni keindahan.
2. Perenialisme
Perenialisme memiliki sedikit persamaan dengan essensialisme karena sama sama membela
kurikulum tradisional. Adapun perbedaannya perenialisme menekankan teori kehikmatan yaitu :
o Pengetahuan yang benar ( truth ).
o Keindahan ( beauty ).
o Kecintaan pada kebaikan ( goodnes ).
Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perenial. Prinsip
pendidikan itu antara lain :
Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia yaitu kemampuan berpikir.
Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.
Pendidikan merupakan persiapan untuk kehidupan sebenarnya.
Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran dasar.
Namun sebaiknya harus ada satu sistem pendidikan yang berlaku umum dan terbuka kepada
umum yang mencangkup :
Bahasa
Matematika
Logika
Ilmu pengetahuan alam
Sejarah
3. Pragmatisme dan Progresivisme
manusia dapat berkembang dengan baik apabila dapat berinteraksi dengan lingkungannya
berdasarkan pemikiran, dan melalui pendidikan. Dalam proses pendidikan siswa harus belajar
secara aktif dengan cara memecahkan masalah pendidik hanya sebagai fasilitator. Progresivisme
mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain :
a. Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar.
b. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
c. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembingbing kegiatan belajar.
d. Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan pedagosis dan
eksperimentasi
4. Rekonstruksionisme
Mazhab rekonstruksionisme merupakan kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Untuk itu, sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan yang
demokratis. Uniknya mazhab ini teorinya mengenai peranan guru yakni pemimpin dalam metode
proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar dalam proses pendidikan.
c. Pancasila sebagai Landasan Filosifis Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas )
Pasal dua UU RI No 2 tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan
Pacasila dan Undang undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam
penjelasan UU RI No 2. Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional
termasuk di bidang pendidikan, adalah pengamalan Pancasila dan untuk itu pendidikan nasional
mengusahakan antara lain : pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan
yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri ( Undang Undang 1992: 24 ). Sedangkan MPR
RI No II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) menegaskan
pula Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia. P4
atau Ekaprasetya sebagai petunjuk operasional pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari
hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Pengamalan Pancasila itu haruslah dalam arti
keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu. Petunjuk pengamalan Pancasila
tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai nilai Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan yang
berbeda beda sehingga terbina kerukunan.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
5. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia.
36. Bersama sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
2. Landasan Sosiologis
Baik hewan atau manusia pasti hidup berkelompok atau sosial. Namun pengelompokan manusia
jauh lebih sulit dari hewan. Menurut Wayan Ardhana hewan hidup berkelompok menurut ciri
ciri :
a. Ada pembagian kerja yang tetap pada anggotanya.
b. Ada ketergantungan antar anggota.
c. Ada kerja sama antar anggota.
d. Ada komunikasi antar anggota.
e. Ada diskriminasi antar individu yang hidup dalam satu kelompok dengan individu pada
kelompok lainnya.
Kesemua ciri tersebut juga dapat ditemukan pada manusia. Filsafat sosial sering membedakan
manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Sosiologi lahir di eropa pada abad ke
19. Nama sosiologi pertama kali dignakan oleh August Comte ( 1798 1857 ) pada tahun
1839. Dimana sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat.
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial sehingga
banyak tumbuh cabang sosiologi yang lain seperti : Sosiologi kebudayaan, ekonomi, agama,
pendidikan dan lainnya.
a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu sabagai pendidik dan
peserta didik yang memungkinkan peserta didik sebagai generasi yang lebih muda untuk
mengembangkan dirinya. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial
dan pola pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari di sini
meliputi :
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau status.
e) Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b) Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan sosial jajahan yang sering
kali memiliki sub kebudayaan sendiri.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi bagi.
3) Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan konsensus di antara
mereka terhadap nilai nilai yang bersifat mendasar.
4) Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi.
5) Adanya nominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok kelompok sosial yang lain.
6) Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh ( Wayan Ardhana, 1986: modul 1/70 ).
3. Landasan Kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan menusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Dalam UU RI Nao.2 Tahun 1989 pasal 1 ayat
2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan Sistem Pendidikan Nasional pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undand Undang Dasar
1945. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma
norma, nilai nilai, kepercayaan, tingkah laku dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki semua
anggota masyarakat.
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut berwujud :
Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan lainnya.
Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
Fisik yakni benda hasil karya manusia ( Koentjaningrat, 1975 : 15 22 )
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan karena dan melalui pendidikan.
Baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi dapat diwujudkan melalui
proses pendidikan. Berbagai masyarakat ataupun suku bangsa yang ada di Indonesia
mempunnyai cara tersendiri untuk mewariskan kebudayaannya, khususnya mengajarkan tingkah
laku kepada generasi baru. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan yaitu
informal, nonformal dan formal. Cara infomal terjadi dalam keluarga. Nonformal dalam
masyarakat dan kehidupan sehari hari dan formal dalam lembaga khusus yang bergerak di
bidang pendidikan. Pada masyarakat primitif transmisi kebudayaan dilakukan secara informal
dan nonformal sedangkan pada masyarakat yang lebih maju dilakukan secara informal,
nonformal dan formal.
b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas )
Yang dimaksudkan dengan Sisdiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia ( UU-RI No 2/1989 ) ayat 1 dan 2. Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung
kebudayaan itu adalah masyarakat mejemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih
tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara yang beragam. Pada awal perkembanganya suatu
kebudayaan terbentuk berkat kemampuan manusia mengatasi kehidupan alamiahnya dan
kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi kehidupannya.
Salah satu upaya penyesuaian jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial budaya di
Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di dalam kurikulum sekolah sekolah di
seluruh Indonesia. Belakangan ini makin kuat pendapat bahwa pendidikan seharusnya lebih
diupayakan agar menjamin adanya rasa keterikatan antara peserta didik dengan lingkungannya.
Peserta didik diharapkan tidak hanya mengenal lingkungannya baik alam, sosial dan budaya
tetapi dapat mengembangkan lingkungannya itu sendiri.
4. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan
salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umunya landasan psikologis
dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses
perkembangan dan proses belajar. Terdapat beberapa pandangan tentang hakikat manusia ditinjau
dari segi psikologis dalam kaitannya dengan pendidikan, yakni strategi disposisional, behavioral,
dan strategi phenomenologis/humanistik. Strategi disposisional terutama pandangan
konstitusional dari Kretschmer dan Sheldon memberikan tekanan pada peranan faktor hereditas
dalam perkembangan manusia. Pada strategi behavioral dan strategi phenomenologis ditekankan
peranan faktor belajar dalam perkembangan tersebut, akan tetapi keduanya mempunyai
pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi. Perbedaan pandangan
tersebut dapat berdampak pula dalam pandangan tentang pendidikan.
a. Pengertian tentang Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah
satu kunci keberhasilan pendidikan. Hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan
penerapannya dalam bidang pendidikan, contohnya pengetahuan tentang aspek aspek pribadi
dan ciri ciri pertumbuhan setiap aspek juga konsep tentang cara cara paling tepat untuk
mengembangkannya. Untuk maksud itu psikologis menyediakan sejumlah informasi tentang
kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi atau individu. Perbedaan individu terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek
kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat, tetapi
juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan bahkan perbedaan kepribadian secara
keseluruhan. Oleh karena itu pendidikan sangat diperlukan untuk membantu mengembangkan
kepribadian kita karena salah satu tujuan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang
mantap dan mandiri.
Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi
yang harus dikembangkan. Semakin kuat motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan itu,
semakin kuat pula proses yang terjadi dan pada gilirannya akan semakin tinggi hasil belajar yang
dapat dicapainya. Berbagai pendapat tentang motivasi tersebut didominasi oleh konsep konsep
nafsu atau kebutuhan. S. Freud menekankan peranan nafsu ( drive ) terhadap perilaku manusia,
baik nafsu hidup ( libido ) maupun nafsu mati atau agresif ( thanatos ). Yang lainnya menurut A.
Maslow kategorisasi kebutuhan kebutuhan itu menjadi enam kelompok, mulai dari yang
sederhana dan mendasar meliputi :
a) Kebutuhan fisiologis : kebutuhan untuk mempertahankan hidup.
b) Kebutuhan rasa aman : kebutuhan secara terus menerus merasa aman dan bebas dari
ketakutan.
c) Kebutuhan akan cinta dan pengakuan : kebutuhan berkaitan dengan kasih sayang dan cinta.
d) Kebutuhan harga diri : kebutuhan berkaitan dengan pengakuan oleh orang lain sebagai orang
yang berkehendak baik.
e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri : kebutuhan untuk dapat melakukan sesuatu dan mewujudkan
potensi potensi yang dimiliki.
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami : kebutuhan yang berkaitan dengan iptek.
Menurut Maslow kebutuhan yang paling utama adalah kebutuhan fisiologis, dan individu
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini sebelum mengejar kebutuhan akan rasa aman.
Adapun kajian psikologis yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan
dengan kecerdasan, berpikir dan belajar. Kecerdasan umum banyak dipengaruhi oleh
kemampuan potensial : namun kemampuan potensial itu hanya akan aktual apabila
dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya
pengalaman. Pengembangan kecerdasan itu akan terwujud dalam berbagai bentuk kemampuan
berpikir, baik berpikir konvergen dan divergen, maupun berpikir intuitif dan reflektif. Berpikir
konvergen ( memusat ) terutama bersifat logis konvensional, sedangkan berpikir divergen
( memencar ) terutama bersifat inovatif kreatif. Berpikir reflektif dapat dipakai untuk
memecahkan masalah. Dewey ( 1910, Wayan Ardhana 1986: modul 1/47 ) mengajukan lima
langkah pokok untuk memecahkan masalah :
1. Menyadari dan merumuskan suatu kesulitan.
2. Mengumpulkan informasi yang relavan.
3. Merakit dan mengklarifikasi data serta merumuskan hipotesis hipotesis.
4. Menerima atau menolak hipotesis tentatif.
5. Merumuskan kesimpulan dan mengadakan evaluasi.
Sedangkan James Conant ( 1951, Wayan Ardhana 1986: modul 1/47 ) mengajukan enam langkah
dalam pemecahan masalah yaitu:
1. Menyadari dan merumuskan sesuatu.
2. Mengumpulkan informasi yang relavan.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Mengadakan proses deduksi dari hipotesis.
5. Menguji hipotesis dalam situasi aktual.
Di bawah ini bagan berbagai pengaruh dalam pembentukan konsep diri ( L.D. Crow dan A.
Crow. 1962, Child Development and Adjustment, dikutip dari Hurlock, 1974 : 20 ).
Dari bagan di atas terdapat sejumlah faktor yang ikut mempengaruhi pembentukan konsep diri
diri anak dan dengan demikian ikut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Selain
faktor keluarga dan hereditas faktor sekolah dalam hal ini pendidik dan lingkungan sekitar juga
sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti
yang diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, sehingga pendidikan berperan
sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dengan perkembangan iptek dan
kebutuhan masyarakat yang semakin komplek maka pendidikan dalam segala aspeknya mau tak
mau harus mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan
masyarakat. Selanjutnya karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak
teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi ke dalam penyelenggaraan pendidikan dan
atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan itu.
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )
Terdapat istilah yang berkaitan dengan pendidikan yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan,
teknologi serta istilah lain yang terkait dengannya. Pengetauan atau knowledge adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran, intuisi dan
wahyu. Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistemologis, dan aksiologis
secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu pengetahuan atau science.
Landasan antologis berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu adalah apa yang ingin
diketahui oleh ilmu, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut, dan bagaimana hubungannya
dengan daya tangkap manusia?. Seperti diketahui ilmu membatasi objeknya pada fakta yang
dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung ataupun bantuan dari alat lain. Untuk itu
ilmu mempunyai tiga asumsi tentang objek empiris itu yakni :
1. Objek objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan dilakukan
klasifikasi.
2. Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan.
3. Adanya determinasi, bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi
mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap ( Jujun S. Suriasumantri, 1978 : 5-8 ).
Landasan epistemologis dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah, yakni bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar
diperoleh kebenaran, sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya?. Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan.
Landasan aksiologis dari ilmu berkaitan dengan manfaat pengetahuan ilmiah itu, yaitu : untuk
apa pengetahuan ilmiah itu dipergunakan, bagaimana kaitannya dengan nilai moral ? ilmu telah
berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan manusia.
Seperti telah dikemukakan pengetahuan yang memenuhi ketiga landasan itu yang disebut ilmu
atau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu dapat bermakna
kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi itu. Ketiganya
harus mendapat perhatian yang seimbang agar pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya
dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk kehidupan yang lebih baik, yang telah
dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pada zaman mesir, babylonia, hindu, yunani kuno,
perkembangan islam, perkembangan teknologi telah terlihat pada kehidupan masyarakatnya.
Sekarang ini keterampilan harus diberikan sedini mungkin mulai dari keluarga dan sekolah dasar
agar keterampilan dan sikap ilmiah tersebut serentak akan meletakkan dasar terbentuknya
masyarakat yang sadar iptek dan calon calon pakar teknologi yang baru.
B. Asas Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik
pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidika. Khusus untuk pendidikan di Indonesia
terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.
Dari berbagai asas tersebut, akan dibahas tiga asas yaitu tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam belajar. Ketiga asas itu dipandang sangat relevan
dengan upaya pendidikan, baik masa kini atau masa depan. Setiap tenaga kependidikan harus
memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya
dalam penyelenggaraan pendidikan sehari harinya.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani yang sekarang menjadi semboyan dari Depdikbud, pada awalnya
merupakan salah satu asas 1992 yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa
yang didirikan pada 3 Juli 1992. Sebagai asas pertama tut wuri handayani merupakan sistem
among dari perguruan itu. Asas ini dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara, mendapat
tanggapan positif dari seorang ahli bahasa Drs. R.M.P. Sostrokartono yang menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa
( Raka Joni, et. Al. 1985 : 38; Wawasan Kependidikan Guru, 1982 : 93 ). Dan saat ini ketiga
semboyan itu tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan, yakni :
5. Mengakui kontribusi dari semua pangaruh pendidikan yang mungkin terjadi termasuk yang
formal, nonformal dan informal ( Cropley, 1970: 2-3; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26 ).
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogianya
mengemban sekurang kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik dengan efisien
dan efektif dan serentak dengan itu meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri
sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang mendukung terwujudnya belajar
sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
( Hameyer, 1979: 67-81; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 28-30 ) sebagai berikut:
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi : di samping keterkaitan dan
kesinambungan antartingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta didik
di masa depan. Termasuk dalam dimensi vertikal itu antara lain tentang :
1. Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan
ajaran dengan masa depan dan pengintregasian masalah kehidupan nyata dalam kurikulum.
2. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan: kurikulum semestinya memungkinkan
antipasi terhadap perubahan sosial kebudayaan itu peserta didik justru akan hidup dalam sosial
kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya.
3. the forecasting curriculum yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu prognosis, baik
tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat hidup ia dalam
sistem yang sedang berlaku, maupun saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di masa
depan.
4. Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan terutama dalam kaitannya
dengan struktur pengetahuan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk
memperoleh keterpaduan ide bidang studi itu.
5. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri maupun dalam bidang
sosial, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama sama membangun
masyarakatnya.
6. Pengintregasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di
keluarga untuk pendidikan dasar dan seterusnya.
7. Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus dapat melihat
kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan
yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan dan pengembangan kepribadian.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Yang termasuk dimensi horizontal antara lain :
1. Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah : kehidupan di luar sekolah menjadi
objek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran sekolah, sehingga peserta didik lebih mengalami
persoalan persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah.
2. Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah dijadikan tempat
kajian empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar terjadi di dalam dan luar sekolah.
3. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar mengajar, baik sebagai
narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber sumber belajar yang tersedia itu akan
memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Kedua asas sebelumnya yaitu asas tut wuri handayani dan asas belajar sepanjang hayat erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya
bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada
asumsi pesereta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin
seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila terus tergantung pada orang lain. Perwujudan asas
kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utamanya sebagai fasilitator
dan motivator di samping peran lainnya. Guru dalam memberikan pengajaran terdapat beberapa
strategi belajar mengajar yang dapat mengembangkan kemandirian dalam belajar. Salah
satunya adalah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ) yang dapat memberi peluang bagi siswa untuk
bertangung jawab terhadap hal tertentu dalam belajar mengajar di lembaga. Hal itu akan dapat
terlaksana dengan baik bila setiap lembaga pendidikan umpama sekolah memiliki Pusat Sumber
Belajar ( PSB ) yang memadai. Karens PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai sumber
belajar baik cetak ataupun elektronik. Dengan dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar
akan lebih dimantapkan dan dikembangkan
Pendahuluan
Pembahasan tentang pendidikan melahirkan konsep seperti pengertian pendidikan yang
dipakai di Indonesia seharusnya Ilmu Pendidikan, bukan pendidikan dalam arti umum atau teori
umum pendidikan/PBM, sebab tujuan yang ingin dicapai sudah jelas. Tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan
afeksi seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi,
punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang dicapai.
Ada sembilan landasan yang dikemukakan , yaitu landasan filosofis, sosiologis, kultural,
historis, psikologis, ilmiah dan teknologi, politik, ekonomi, dan yuridis. Dalam makalah ini
didahului dengan pembahasan tentang pengertian landasan dan asas pendidikan. Selanjutnya
pembahasan mengenai macam-macam landasan dan asas pendidikan beserta uraian singkat
mengenai hal tersebut. Pada pembahasan terakhir terdapat penjelasan tentang mengapa landasan
dan asas pendidikan sangat diperlukan di dalam dunia pendidikan.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan akan memperkaya wawasan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan landasan dan asas pendidikan, terutama mengenai macam-macam
landasan dan asas pendidikan.
pengaruhnya bagi pendidikan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip dan kebenarankebenaran hasil kajian tersebut diterapkan dalam pendidikan. Misalnya, keberadan
dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini, hakekat masyarakat dengan
kebudayaannya, keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang selalu
menghadapi tantangan , dan perlunya landasan pemikiran dalam pendidikan filsafat
pendidikan.
Ada empat madzhab Filsafat Pendidikan, yaitu:
a. Esensialisme
Esensialisme merupakan madzhab pendidikan yang mengutamakan pelajaran
teoritik (liberal arts) atau bahan ajar esensial. Contoh dari madzhab ini adalah
pendidikan di Indonesia pada zaman Belanda.
b. Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang mengutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, dan cinta kepada kebaikan universal.
Contoh dari madzhab ini adalah pendidikan swasta di Indonesia.
c. Pragmatisme dan Progresivime
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progesivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
d. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah madzhab filfasat pendidikan yang menempatkan
sekolah atau lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam system pendidikan.
Salah satu dimensi kemanusiaan adalah bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, maka manusia selalu hidup berkelompok. Manusia hidup
berkelompok-kelompok dalam suatu wilayah tertentu yang relatife dalam waktu
lama. Akibatnya, masing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang berbeda.
Kegiatan pendidikan itu merupakan suatu proses interaksi antar pendidik dengan
peserta didik, antara generasi satu dengan generasi yang lainnya. Kajian sosiologi
pendidikan sangat esensial, karena merupakan sarana untuk memahami system
pendidikan dengan keseluruhan hidup masyarakat. Masyarakat merupakan kesatuan
hidup manusia yang memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Ada interaksi di antara para warganya.
b. Pola tingkah laku para warganya diatur dengan institusi tertentu apakah,
cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat atau norma-norma
tertentu.
c. Ada rasa identitas yang kuat mengikat para warga.
Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas, loyalitas pada kelompok
merupakan awal dan rasa bangga dalam masyarakat tertentu, yang semuanya ini
merupakan landasan bagi pendidikan. Masyarakat atau bangsa Indonesia berbeda
dengan masyarakat atau bangsa lain. Hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan tata
tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi,
merupakan indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis.
3. Landasan Kultural
Setiap manusia selalu menjadi anggota suatu masyarakat, dan ia menjadi
pendukung kebudayaan tertentu. Kebudayaan adalah keseluruhan hasil cipta rasa dan
karya manusia. Jelasnya, setiap manusia sebagai anggota masyarakat, pasti memiliki
budaya. Kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, norma dari cara,
kebiasaan, tata kelakuan sampai, adat istiadat dan hukum serta berbagai kemampuan
manusia berupa teknologi, semuanya merupakan kebudayaan. Budaya dalam
masyarakat ini juga menjadi landasan bagi pendidikan. Di Indonesia, telah
ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat
diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan, sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan
pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang ada dalam masyarakat.
4. Landasan Historis
Telah dikatakan bahwa manusia hidup berkelompok-kelompok dalam suatu
wilayah tertentu yang relatife dalam waktu lama. Akibatnya, masing-masing
kelompok mempunyai karakteristik yang berbeda. Kehidupan manusia mempunyai
sejarah yang panjang sehingga manusia tidak mampu melacak titik awal kapan
mulainya kehidupan ini. Sejak manusia hidup, sata itu pula pendidikan ada, dari yang
paling sederhana sampai pada pendidikan yang sangat kompleks seperti sekarang ini.
Keadaan dan pemikiran tentang pendidikan sejak zaman kuno seperti Mesir, India,
Yunani, dan Romawi pada saat itu, pendidikan pada zaman pertengahan dan
renaissance, pendidikan abad 17, 18, 19, dan abad 20 merupakan pemikiranpemikiran yang penting sampai saat ini. Di Indonesia, pendidikan sejak zaman purba,
zaman Hindu Budha, mulainya pengaruh Islam, masa penjajahan Belanda, Jepang
dan usaha-usaha ke arah pendidikan nasional hingga sekarang, merupakan bahan
pemikiran atau kajian yang sangat penting bagi pendidikan kita saat ini dan esok.
Semuanya ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari landasan
historis. Jelasnya pendidikan memiliki perspektif kesejarahan.
5. Landasan Psikologis
Kegiatan pendidikan melibatkan aspek kejiwaan manusia. Karena itu landasan
pendidikan psikologi merupakan salah satu landasan pendidikan yang penting. Pada
umumnya pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan
perkembangan manusia, khususnya dalam proses belajar mengajar. Jadi pemahaman
peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan kunci keberhasilan
pendidikan. Beberapa contoh aspek kejiwaan tersebut adalah perbedaan individual
karena perbedaan aspek kejiwaan, misalnya bakat, minat kecerdasan dan lain-lain,
merupakan unsur input yang perlu ada dalam pembangunan, sebanding dengan
kebutuhan tenaga kerja terdidik. Kapital akan meningkatkan peran pendidikan apabila
diperoleh dari hasil tabungan individual. Informasi dan mobilisasi berperan dalam
menyesuaikan antara kebutuhan dan pasokan tenaga kerja terdidik. Oleh karena itulah
diperlukan pengembangan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi,
seperti mobilitas sosial, melek aksara, komunikasi, kemampuan dalam tata buku, dan
perbangkan. Memperhatikan hal-hal tersebut, maka dapat dimengerti kalau pedidikan
itu menggunakan landasan ekonomi.
9. Landasan Yuridis
Pendidikan itu tidak berlangsung dalam ruang hampa, melainkan ada dalam
lingkungan masyarakat tertentu dengan budaya tertentu. Indonesia, Belanda,
Amerika, Australia dan lain-lain merupakan contoh dari masyarakat tertentu tersebut.
Oleh karena pendidikan melekat pada masyarakat tertentu, lalu masyarakat itu
menginginkan pendidikan yang sesuai dengan latar belakang masyarakat tersebut.
Supaya pendidikan tidak melenceng dari keinginan masyarakat itu, maka perlu diatur
dalam regulasi yang berlaku di masyarakat atau bangsa tersebut. Di Indonesia
pendidikan yang dipakai dituangkan dalam UUD 1945 yang berlaku bagi masyarakat
atau bangsa Indonesia. Demikian halnya di negara-negara lain, tidak mustahil jika
sistem pendidikan yang dianut di negara tersebut juga diatur dalam peraturanperaturan hukum yang berlaku di negara tersebut. Jadi pendidikan menggunakan
landasan yuridis atau legal.
C. Macam-macam Asas Pendidikan
Asas atau prinsip pendidikan adalah ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman
atau pegangan dalam melaksanakan pendidikan agar tujuannya tercapai dengan benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Dengan prinsip atau asas ini maka pelaksanaan pendidikan
dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien. Komisi Pembaharuan Pendidikan (1980) pernah
menyusun beberapa asas pendidikan bagi Indonesia, yaitu:
1. Asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang
berarti di depan pendidik memberi contoh, di tengah memberi dorongan, di belakang
memberi pengaruh agar menuju kebaikan.
2. Asas pendidikan sepanjang hayat, yang berarti pendidikan itu dimulai dari lahir
sampai mati.
3. Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu. Semesta artinya pendidikan itu terbuka bagi
seluruh rakyat dan seluruh wilayah negara. Menyeluruh atrinya mencakup semua
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Terpadu artinya saling berkaitan antar pendidikan
dengan pembangunan nasional.
4. Asas manfaat, yang berarti pendidikan harus mengingat kemanfaatannya bagi masa
depan peserta didik, bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama.
5. Asas usaha bersama, yang berarti bahwa pendidikan menekankan kebersamaan antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
6. Asas demokratis, yang berarti bahwa pendidikan harus dilaksanakan dalam suasana
dan hubungan yang proporsional antara pendidik dengan peserta didik, ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.
7. Asas adil dan merata, yang berarti bahwa semua kepentingan berbagai pihak harus
mendapat perhatian dan perlakuan yang seimbang, sehingga tidak ada diskriminasi.
8. Asas perikehidupan dalam keseimbangan, yang berarti harus mempertimbangkan
segala segi kehidupan manusia, misalnya jasmani rohani, dunia akhirat, individual
dan sosial, intelektual, kesehatan, keindahan dan sebagainya.
9. Asas kesadaran hukum, dalam arti bahwa pendidikan harus sadar dan taat pada
peraturan yang berlaku serta menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
10. Asas kepercayaan pada diri sendiri, yang berarti bahwa pendidik dan peserta didik
harus memiliki kepercayaan diri sehingga tidak ragu dan setengah-setengah dalam
melaksanakan pendidikan.
11. Asas efisiensi dan efektifitas, yang berarti dalam pendidikan dituntut kehematan dan
hasil guna yang tinggi.
12. Asas mobilitas, dalam arti bahwa dalam pendidikan harus ditumbuhkan keaktifan,
kreativitas, inisiatif, ketrampilan, kelincahan, dan sebagainya.
13. Asas fleksibilitas, dalam arti bahwa dalam pendidikan harus diciptakan keluwesan
(fleksibel) baik dalam materi maupun caranya, sesuai dengan keadaan, waktu dan
tempat.
14. Asas Bhineka Tunggal Ika.
15. Asas kemandirian dalam belajar, menempatkan guru dalam peran utama sebagai
fasilitator dan motivator.
16. Asas tanggung jawab, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
D. Pentingnya Landasan dan Asas Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat suatu bangsa.
E. Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia dan hasilnya tidak segera tampak.
Diperlukan satu generasi untuk melihat akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu, apabila
terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk
memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan
dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas
pendidikan.
Melihat beberapa pembahasan yang dibahas di dalam makalah ini, dapat diambil
kesimpulan bahwa landasan dan asas pendidikan itu sangat penting di dalam dunia
pendidikan.
Daftar Pustaka
1. Siswoyo, Dwi. dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
2. Ihsan, Drs. H Fuad. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
3. Tirtarahardja, Prof. Dr. Umar. & Sulo, Drs. S. L. La. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
4. Internet (Google).
Disusun oleh:
Tytiasmela Asmuma Sarie
20080720008
Ali Musa
20080720009
Ihsan Yahdiazka
20080720010
20080720011
Fifin Permatasari
20080720012
Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran
teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2.
Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran
konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan
universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme
yang menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2.
Landasan Sosiolagis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
1.
2.
3.
4.
Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
Makalah Landasan Pendidikan
LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas dalam Menempuh
Mata kuliah Landasan Pendidikan, oleh Dosen Pembina
Dra. Aas Saraswati, M.Pd
Disusun Kelompok I:
Andri Triana 135060153
Sandika 135060113
Puji Sukma 135060116
Ela Nurhayati 135060107
Wilda Septia 135060108
Harlyna 135060109
Dewi Mulyamah 135060110
Vinna Agustina 135060111
Ayu Sugiarti 135060112
Semi Puspita 135060114
Tika 135060154
Risma Rismaya 135060117
Tri Wulan 135060115
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Landasan Filosofis
Pendidikan Sekolah Dasar.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita mendapat syafaatnya
kelak di hari kiamat, amin.!
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembina dan teman-teman yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat menyadari
bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami membutuhkan
keritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran tugas-tugas selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan bagi pembaca khususnya.
Bandung,
Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
. i
Daftar isi
.. ii
BAB I PENDAHULUAN
. 1
Latar belakang
. 1
Rumusan masalah
. 2
Tujuan penulisan
2
.. 3
2. Filosofis
. 3
3. Pendidikan
.. 3
4. Landasan filosofis pendidikan
. 4
BAB III PEMBAHASAN
.. 5
3.1. Konsep landasan filosofis pendidikan
. 5
. 7
3. Epistemologi
9
4. Aksiologi
10
5. Implikasi terhadap pendidikan dan pendidikan di SD .
10
6. Tujuan pendidikan
.. 10
7. Kurikulum pendidikan
11
8. Metode pendidikan
11
14
4.2. Saran
. 14
DAFTAR PUSTAKA
15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi
kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum
melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan
pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan
manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya.
Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek
pendidikannya.
Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan.
Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi
atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat
normatif tersebut antara lain bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan akan
memberikan petunjuk tentang yang seharusnya didalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan
dalam pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan
ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik.
Adapun kajian pendidikan secara holistik (menyeluruh) dapat diwujudkan melalui pendekatan
filosofis.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah Landasan Filosofis Pendidikan di Sekolah Dasar?
2. Bagaimana pancasila sebagai landasan filsafat pendidikan nasional?
Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan Sekolah Dasar
2. Untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang landasan filosofis pendidikan SD
3. Untuk mengajak para pembaca supaya lebih mengetahui peranan filosofis pendidikan
BAB II
KAJIAN TEORI
Ada dua istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian
landasan pendidikan, yaitu istilah landasan, filosofis dan istilah pendidikan.
1. Landasan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan
diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal
pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa
landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik
tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.
2. Filosofis. Berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran.
Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk
memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk
mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang
dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat
segala sesuatu.
3. Sebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan, hakikat pendidikan tiada lain
adalah humanisasi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia
yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan normanorma yang dianut. Contoh manusia ideal
yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst. Sebab itu, pendidikan
bersifat normatif dan mesti dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat hal di atas,
pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan
secara bijaksana.
Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu
landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif
cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Tatang S (1994) mesti
terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa dalam
rangka pendidikan itu (Redja M; 1994), terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek
pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir atau saat mempelajari pendidikan
dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan sistem konsep pendidikan.
1. Landasan Filosofis Pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam
rangka studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan
mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi
pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan
pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian,
landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik
tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih
komprehensif, spekulatif, dan normatif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Konsep Landasan Filosofis Pendidikan
1. Struktur Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan
seperangkat asumsi tentang pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum. Sistem gagasan filsafat umum tersebut yaitu berkenaan dengan
hakikat realitas dan hakikat manusia (Metafisika), hakikat pengetahuan (Epistemologi),
serta hakikat nilai (Aksiologi) yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.
Berdasarkan kedua sumber di atas dapat Anda pahami bahwa terdapat hubungan implikasi antara
gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasangagasan pendidikan.
Hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap
gagasan pendidikan tersebut dapat divisualisasikan seperti berikut ini:
Konsep Filsafat Umum
Konsep Pendidikan
Hakikat realitas
Tujuan pendidikan
Hakikat manusia
Kurikulum pendidikan
Hakikat pengetahuan
Metode pendidikan
Hakikat nilai
filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga terdapat berbagai aliran.
Sehubungan dengan ini dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan
filosofis pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Namun
demikian, kita bangsa indonesia memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat
pendidikan yang berdasarkan pancasila.
1. Aliran Landasan Filosofis Idealisme, Realisme dan Pragmatisme
Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena manusia itu
adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral
yang jelas.
Landasan Realisme
Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan sendirinya,
yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia. Dan mereka
beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya,
sedangkan tingkah laku manusianya diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang rendah diatur
oleh kebijaksanaan yang teruji.
Landasan Pragmatisme
Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode dan suatu filsafat yang
digunakan dalam mempertimbangkan nilai sesuatu ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara
praktis.
3.2. Pancasila sebagai Landasan Filsafat Pendidikan Nasional
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Rumusan Pancasila termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Karena pancasila adalah dasar negara indonesia, implikasinya maka pancasila juga adalah dasar
pendidikan nasional indonesia. Sejalan dengan ini pasal 2 undang-udang RI No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik
indonesia tahun 1945.
Sehubungan dengan hal diatas, bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan
tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya, yaitu landasan filosofis pendidikan yang
berdasarkan pancasila. Kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila untuk dijadikan titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan maupun studi pendidikan. Berikut ini akan dikemukakan mengenai
konsep (sistem gagasan) filsafat umum berdasarkan pancasila dan implikasiya terhadap
pendidikan. Adapun uraian tersebut akan menggunakan struktur landasan filosofis seperti telah
dijelaskan di muka.
1. Konsep Filsafat Umum
2. Metafisika :
Hakikat realitas
Bangsa indonesia meyakini bahwa realitas atau alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya,
melainkan sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa.Tuhan adalah sumber pertama dari
segala yang ada, ia adalah sebab pertama dari segala sebab, tetapi Ia tidak disebabkan oleh
sebab-sebab yang lainnya; dan Ia juga adalah tujuan akhir segala yang ada.
Di alam semesta bukan hanya realitas fisik atau hanya realitas non fisik yang ada, realitas
yang bersifat fisik dan/atau non fisik tampak dalam pluralitas fenomena alam semesta sebagai
keseluruhan yang integral. Terdapat alam fana dengan segala isi, nilai, norma atau hukum
didalamnya. Alam tersebut adalah tempat dan sahana bagi manusia dalam rangka hidup dan
kehidupannya, dalam rangka melaksanakan tugas hidup untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dibalik itu, terdapat alam akhir yang abadi dimana setelah mati manusia akan dimintai
pertanggung jawaban dan menerima imbalan atas pelaksanaan tugas hidup dari Tuhan YME.
Dalam uraian di atas tersurat dan tersirat makna adanya realitas yang bersifat abadi dan realitas
yang bersifat fana. Termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bahwa hakikat hidup bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi
kemerdekaan. Adapun yang menjadi keinginan luhur tersebut yaitu:
1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur;
2. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesi;
3. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4. Ikut melaksanaan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa realitas juga tidak bersifat given (terberi) dan final,
melainkan juga mewujud sebagaimana kita manusia dan semua anggota alam semesta
berpartisipasi mewujudkannya.
Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan YME. Manusia adalah kesatuan badani-rohani yang hidup
dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran (consciouness) dan penyadaran diri (self-awareness)
mempunyai berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup. Manusia
dibekali potensi atau (bakat) untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan untuk
berbuat baik, namun disamping itu karena hawa nafsunya manusia pun memiliki kemungkinan
untuk berbuat jahat. Selain itu, manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta),
berperasaan (rasa), berkemauan (karsa), dan berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia
berdimensi individualitas atau personalitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius.
Kesemuanya itu menunjukkan dimensi interaksi atau komunikasi (vertikal maupun horisontal),
historisitas, dan dinamika.
Pancasila mengajarkan bahwa eksistensi manusia bersifat momo-pluralis tetapi bersifat
integral, artinya bahwa manusia yang seba dimensi itu hakikatnya adalah satu kesatuan utuh.
Pancasila menganut asas Ketuhanan Yang Maha Esa: manusia diyakini sebagai makhluk Tuhan
YME, mendapat panggilan tugas darinya, dan harus mempertanggung jawabkan segala amal
pelaksana tugasnya terhadap Tuhan YME (aspek religius); asas mono dualisme; manusia adalah
kesatuan badani-ruhani, ia adalah pribadi atau individual tetapi sekaligus insan sosial); asas
mono-pluralisme: meyakini keragaman manusia, baik suku bangsa, budaya, dsb., tetapi adalah
satu kesatuan sebagai bangsa Indonesia (Bhineka Tunggal Ika); asas nasionalisme: dalam
eksistensinya manusia terikat oleh ruang dan waktu, maka ia mempunyai relasi dengan daerah,
jaman, dan sejarahnya yang diungkapkan dengan sikapnya mencintai tanah air, nusa, dan bangsa;
asas internasionalisme: manusia Indonesia tidak meniadakan eksistensi manusia lain baik sebagai
pribadi, kelompok, atau bangsa lain; asas demokrasi: dalam mencapai tujuan kesejahteraan
bersama, kesamaan hak dan kewajiban menjadi dasar hubungan antar warga negara, dan
hubungan antara warga negara dan negara dan sebaliknya; asas keadilan sosial: dalam
merealisasikan diri manusia harus senantiasa menjunjung tinggi tujuan kepentingan bersama
dalam membagi hasil pembudayaannya (BP-7 Pusat, 1995).
2. Epistemologi
Hakikat Pengetahuan
Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari sumber pertama yaitu Tuhan YME. Tuhan telah
menurunkan pengetahuan baik melalui utusannya (berupa wahyu) maupun melalui berbagai hal
Hakikat Nilai
Sumber pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan YME. Karena manusia adalah makhluk
Tuhan, pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai diturunkan dari Tuhan
YME, masyarakat dan individu.
1. Implikasi terhadap Pendidikan dan Pendidikan di SD
Konsep tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat nilai
memberikan imlikasi terhadap tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, metode atau cara-cara
pendidikan, peranan pendidik dan peranan peserta didik.
1. Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional seyogyanyabertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yng demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam konteks pendidikan di SD, tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul,
sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangka salah satu
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang pandai membaca, menulis dan berhitung saja;
bukan untuk mengembangkan anak didik agar berilmu saja; bukan hanya untuk memperoleh
keterampilan saja, dsb,. Melainkan demi berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam
konteks keseluruhan dimensi kehidupannya: baik dimensi individualitas, sosialitas, kultural,
moralitas, dan keberagamaannya.
2. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan hendaknya disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a) peningkatan iman dan takwa; b)
peningkatan akhlak mulia; c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d)
keragaman potensi daerah dan lingkungan: e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f)
tuntutan dunia kerja; g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h) agama; i)
dinamika perkembangan global; dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan
mengenai perkembangan kurikulum sebagai mana dimaksud diatas diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Berbagai hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum pendidikan seperti dikemukakan
diatas adalah relevan dengan keperluan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Namun demikian, dalam penjabarannya kedalam kurikulum pendidikan di SD hendaknya
memperhatikan pula dan mempertimbangkan pula tingkat perkembangan anak didik usia SD.
3. Metode Pendidikan
Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternatif untuk diaplikasikan. Sebab, tidak
ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam segala konteks
praktek pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan dengan
mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau anak didik,
karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang tersedia. Penggunaan
metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)
dan sebaiknya bersifat multi metode.
dipertahankan, demikian juga pengetahuan dan nilai-nilai budaya yang masih diakui benar dan
baik, juga perlu dikonservasi.
Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat terberi atau (given) dan
telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern. Tetapi realitas mewujud sebagaimana
kita manusia an semua anggota alam semesta berpartisipasi mewujudkannya semua anggota
semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas sebab itu, peran manusia baik sebagai
individu maupun kelompok adalah merajut realita yang diinginkannya yang dapat diterima oleh
lingkungannya. Dalam hal ini maka hakikat pendidikan di SD seyogyanya diletakkan pada
upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja
mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut
realitas (A. Mappadjantji Amien, 2005). Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan
yang tidak dapat ditolak, sehingga para peserta didik harus di didik untuk menguasainya dan
bukan sebaliknya, mereka menjadi dikuasai oleh perubahan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak
dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Filosofis adalah suatu
pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran
atau kebijaksanaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
4.2. Saran
Landasan filosofis pendidikan di Indonesia yakni Pancasila, implikasi terhadap pendidikan harus
menyesuaikan dan menyelaraskan tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan, metode
pendidikan, kejelasan peranan pendidik dan peserta didik. Dengan strategi tersebut maka
harapan yang diinginkan akan terpenuhi sejalan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA