Anda di halaman 1dari 16

KUALITAS DADIH KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata)

DENGAN PENAMBAHAN JENIS SUSU DAN PERASA ALAMI


MELALUI PEMERAMAN YANG BERBEDA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu
Pada Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:
DANTIK SHOLEKAH
A420130043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
PERSETUJUAN

KUALITAS DADIH KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata)


DENGAN PENAMBAHAN JENIS SUSU DAN PERASA ALAMI
MELALUI PEMERAMAN YANG BERBEDA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :
DANTIK SHOLEKAH
A420130043

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen pembimbing

(Dra. Aminah Asngad, M.Si)


NIDN. 0628095901

i
PENGESAHAN

KUALITAS DADIH KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata)


DENGAN PENAMBAHAN JENIS SUSU DAN PERASA ALAMI MELALUI
PEMERAMAN YANG BERBEDA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

DANTIK SHOLEKAH
A420130043

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari , 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan penguji


1. Dra. Aminah Asngad, M.Si ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Triastuti Rahayu, M.Si ( )
(Anggota 1 Dewan Penguji)
3. Dra. Hariyatmi, M.Si ( )
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum


NIDN. 0028046501

ii
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Dantik Sholekah
NIM : A420130043
Program Studi : Pendidikan Biologi
Judul Proposal Skripsi : Kualitas Dadih Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata) dengan Penambahan Jenis Susu dan
Perasa Alami Melalui Pemeraman yang Berbeda

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel pubikasi yang saya serahkan ini
benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali yang
tertulis diacu atau dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka, apabila
dikemudian hari terbukti artikel publikasi ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab
sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, ………………..
Yang membuat pernyataan,

Dantik Sholekah
A420130043

iii
KUALITAS DADIH KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata)
DENGAN PENAMBAHAN JENIS SUSU DAN PERASA ALAMI
MELALUI PEMERAMAN YANG BERBEDA

ABSTRAK
Dadih merupakan salah satu produk fermentasi susu tradisional yang sangat khas di
daerah Sumatera Barat. Dadih dibuat dengan bahan dasar susu kerbau yang
dimasukkan dalam bambu dan ditutup menggunakan daun pisang, kemudian
difermentasi selama 48 jam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas dadih
kacang tunggak dengan penambahan jenis susu dan perasa alami melalui pemeraman
yang berbeda. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 2 faktor yaitu : Jenis susu: kontrol (J0), susu sapi (J1), susu kambing etawa
(J2), dan lama pemeraman: 42 jam (L1), 48 jam (L2), 54 jam (L3). Hasil penelitian
menunjukkan kadar karbohidrat tertinggi pada perlakuan J1L2 yaitu 63,82 g/l, kadar
karbohidrat terendah pada perlakuan J0L3 yaitu 34,99 g/l. Produk dadih memiliki
warna krem, kekuningan, dan kuning, aroma khas jenis susu yang digunakan, rasa
asam, tekstur cukup lembut, daya terima panelis pada semua perlakuan sedikit suka.
Terdapat pengaruh penambahan jenis susu dan lama pemeraman terhadap kadar
karbohidrat dadih.

Kata Kunci : kacang tunggak, dadih, susu sapi, susu kambing etawa, lama
pemeraman, jambu
biji.

ABSTRACT
Curd is one of the traditional milk fermentation products that is very typical in West
Sumatra. The curd is made with the basic ingredients of buffalo milk that is put in
bamboo and covered with banana leaves, then fermented for 48 hours. The aim of the
study was to know quality cowpea curd with the addition of milk type and natural
flavor through different curing. The method of this research was Complete
Randomized Design (CRD) with 2 factors, namely: Milk type: control (J 0), cow milk
(J1), Etawa milk (J2), and curing time: 42 hours (L1), 48 hours (L2 ), 54 hours (L3).
The results showed the highest carbohydrate content at treatment J 1L2 that is 63,82 g
/ l, the lowest carbohydrate level at treatment J0L3 that is 34,99 g / l. Curd products
have a creamy, yellowish, and yellow color, distinctive aroma of the type of milk
used, the taste of acid, the texture is soft enough, the acceptance of panelists on all
treatments a little like. There is an influence of the addition of milk type and length
of curing to carbohydrate content of curd.

Keywords : Cowpea beans, curd, cow milk, etawa milk, different curing, guava

1. PENDAHULUAN
Dadih merupakan salah satu produk fermentasi susu tradisional yang sangat
khas di daerah Sumatera Barat. Dadih dibuat dengan bahan dasar susu kerbau yang

1
dimasukkan dalam bambu dan ditutup menggunakan daun pisang, kemudian
difermentasi pada suhu kamar selama 1-2 hari hingga terbentuk gumpalan
(Yurliasni, 2014). Proses fermentasi secara alamiah dalam pembuatan dadih
melibatkan berbagai jenis mikroba yang terdapat pada permukaan tabung bambu
bagian dalam, permukaan daun penutup, dan dari susu kerbau yang digunakan
(Usmiyati, 2013).
Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk pangan fungsional. Pemanfaatan
kacang tunggak hanya terbatas biasanya dimanfaatkan sebagai sayuran, makanan
tradisional, dan lauk.Gizi per 100 gram kacang tunggak mengandung protein 22,9
gram, lemak 1,1 gram, karbohidrat 61,6 gram dan kalsium 77,0 miligram
(Poedjiadi, 2009).
Kacang tunggak mempunyai rasa langu. Sebagai penghilang rasa langu
diperlukan bahan tambahan dalam pembuatan dadih. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai penghilang langu dan pemberi rasa adalah buah-buahan
(Wahyuni, 2016). Jambu biji merupakan salah satu buah yang dapat diperoleh
dengan mudah. Selain itu juga mempunyai harga yang terjangkau. Jambu biji
mempunyai rasa yang manis. Menurut Ramayulis (2013), jambu biji merah per 100
gram memiliki kandungan energi 51 kkal, protein 0,82 g, karbohidrat 11,88 g,
kalsium 20 mg, vitamin C 183,5 mg. Penelitian sebelumnya yang menggunakan
jambu biji sebagai bahan tambahan pembuatan dadih sari kedelai dilakukan oleh
Wahyuni (2016), dan diperoleh hasil terbaik yang memiliki protein tertinggi (12,33
g/l) pada perlakuan 200 ml sari kedelai dengan penambahan 24 ml sari jambu biji.
Susu sapi mengandung nilai gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-
unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi susu sapi per 100 g
adalah energi 66 kal, protein 3,2 g, lemak 3,9 g, karbohidrat 4,8 g (Arora, 2013).
Susu juga mengandung laktosa yang dapat difermentasi menjadi senyawa yang
lebih sederhana oleh mikroorganisme tertentu sehingga menghasilkan produk
fermentasi (Nurtyas, 2016). Penelitian susu sapi sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan dadih diperkuat oleh Fiyana (2016) dengan perbandingan 40% susu sapi
dan 60% sari kacang hijau.

2
Susu kambing tersusun atas komponen-komponen gizi yang lengkap,
namun selama ini kurang banyak dikonsumsi. Kandungan gizi susu kambing
per 100 g adalah air 88,9 g, protein 3,1 g, lemak 3,5 g, dan karbohidrat 4,4 g
(Arora, 2013). Penggunaan susu kambing etawa sebagai bahan dasar dadih
telah dilakukan oleh Lestari (2015) dan menghasilkan dadih berwarna putih
kekuningan, aroma khas susu kambing, tekstur kenyal, serta rasa kurang
asam.
Proses fermentasi dadih umumnya dilakukan sekitar 24-48 jam.
Berdasarkan penelitian Lestari (2015), dadih kambing etawa dengan lama
fermentasi 48 jam menghasilkan protein sebesar 2,272 g/100 g dan fermentasi
60 jam sebesar 0,749 g/100 g. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian Melia dan Juliyarsi (2007) bahwa semakin lama waktu fermentasi
akan meningkatkan nilai keasaman pada susu yang diiringi penurunan kadar
protein.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat
inovasi baru yaitu “Kualitas Dadih Kacang Tunggak (Vigna unguiculata)
dengan Penambahan Jenis Susu dan Perasa Alami Melalui Pemeraman
yang Berbeda”.

2. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan pengujian
karbohidrat di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Metode yang digunakan dalam peneitian ini adalah metode eksperimen
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor
yaitu: Jenis susu: kontrol (J0), susu sapi (J1), susu kambing Etawa (J2), dan
lama pemeraman: 42 jam (L1), 48 jam (L2), 54 jam (L3).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu apus
(Sragen), timbangan, baskom, panci, kompor, blender, termometer
laboratorium (alkohol), saringan, beaker glass, erlenmeyer, nampan,
timbangan digital, water bath, pisau, sendok, gelas ukur, karet gelang, cup
plastik, mikropipet, pengaduk kaca, kertas label, tabung reaksi, rak tabung

3
reaksi, spektrofotometer Mindray BA-88A, angket. Bahan yang digunakan
dalam pembuatan dadih adalah kacang tunggak tanpa kulit ari (Pasar Legi
Surakarta), air, susu sapi (Boyolali), susu kambing etawa (Toko Lare Kos
Surakarta), jambu biji merah (Sragen), daun pisang (Sragen), reagen warna
glukosa dan aquades.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan (1) pasteurisasi susu sapi dan
susu kambing etawa, (2) pembuatan sari kacang tunggak, (3) persiapan sari
buah jambu biji, (4) pembuatan dadih, (5) melakukan uji kadar karbohidrat
menggunakan metode enzimatis dengan spektrofotometri Mindray BA-88A
dan uji organoleptik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis Two Way Anava sedangkan analisis pengujian
organoleptik dan daya terima masyarakat menggunakan metode deskriptif
kualitatif.

4
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kualitas (Kadar Karbohidrat dan Organoleptik) Dadih Kacang Tunggak

Tabel 1 Data Hasil Kadar Karbohidrat dan Organoleptik Dadih Kacang Tunggak dengan Penambahan Jenis Susu dan Perasa Alami
Melalui Pemeraman yang Berbeda
Rata-rata Penilaian Organoleptik
Kadar
Perlakuan
Karbohidrat Warna Aroma Rasa Tekstur Daya Terima Masyarakat
(g)
J0L1 35,10 Krem Khas bambu Tidak asam Cukup lembut Sedikit suka
(tidak rasa jambu biji)
J0L2 39,31 Krem Khas bambu Cukup asam (cukup Cukup lembut Sedikit suka
rasa jambu biji)
J0L3 34,99* Krem Khas bambu Cukup asam (cukup Cukup lembut Sedikit suka
rasa jambu biji)
J1L1 58,86 Kekuningan Cukup harum susu sapi Asam (rasa jambu biji) Lembut Sedikit suka
J1L2 63,82** Kekuningan Cukup harum susu Asam (rasa jambu biji) Lembut Sedikit suka
sapi
J1L3 56,31 Kekuningan Cukup harum susu sapi Asam (rasa jambu biji) Cukup lembut Sedikit suka
J2L1 37,84 Kuning Harum susu kambing Asam (rasa jambu biji) Lembut Sedikit suka
Etawa
J2L2 43,25 Kuning Harum susu kambing Asam (rasa jambu biji) Lembut Sedikit suka
Etawa
J2L3 35,66 Kuning Harum susu kambing Asam (rasa jambu biji) Lembut Sedikit suka
Etawa
Keterangan: **: kadar karbohidrat tertinggi, *: kadar karbohidrat terendah.

5
Keterangan Perlakuan :
J0L1 :200 ml sari kacang tunggak + 24 ml sari jambu biji dengan lama pemeraman 42
jam.
J0L2 :200 ml sari kacang tunggak + 24 ml sari jambu biji dengan lama pemeraman 48
jam.
J0L3 :200 ml sari kacang tunggak + 24 ml sari jambu biji dengan lama pemeraman 54
jam.
J1L1 :140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu sapi + 24 ml sari jambu biji dengan
pemeraman 42 jam.
J1L2 :140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu sapi + 24 ml sari jambu biji dengan
pemeraman 48 jam.
J1L3 :140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu sapi + 24 ml sari jambu biji dengan
pemeraman 54 jam.
J2L1 :140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu kambing Etawa + 24 ml sari jambu
biji dengan pemeraman 42 jam.
J2L2 :140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu kambing Etawa + 24 ml sari jambu
biji dengan pemeraman 48 jam.
J2L3 :140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu kambing Etawa + 24 ml sari jambu
biji dengan pemeraman 54 jam.

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari sembilan perlakuan pada


dadih kacang tunggak memiliki kadar karbohidrat yang berbeda. Kadar
karbohidrat yang tertinggi pada perlakuan J1L2 yaitu sebesar 63,82 g.
Kadar karbohidrat terendah pada perlakuan J0L3 yaitu sebesar 34,99 g.
Hasil organoleptik dadih kacang tunggak dengan penambahan jenis
susu dan perasa alami melalui pemeraman yang berbeda, memiliki warna
krem, kekuningan dan kuning. Sample J0L1, J0L2 dan J0L3 berwarna krem,
sample J1L1, JIL2, dan J1L3 berwarna kekuningan, sedangkan sample J2L1,
J2L2 dan J2L3 berwarna kuning. Aroma dadih kacang tunggak pada sample
J0L1, J0L2, dan J0L3 memiliki aroma khas bambu, sample J1L1, J1L2 dan
J1L3 memiliki aroma cukup harum susu sapi, sedangkan sample J2L1, J2L2
dan J2L3 memiliki aroma harum susu kambing Etawa. Rasa dadih kacang
tunggak memiliki rasa tidak asam pada sample J0L1, pada sample J0L2 dan
J0L3 memiliki rasa cukup asam, sedangkan pada sample J1L1, J1L2, J1L3,
J2L1, J2L2 dan J2L3 memiliki rasa asam. Tekstur dadih kacang tunggak
pada sample J0L1, J0L2, J0L3, dan J1L3 memiliki tekstur cukup lembut
sedangkan J1L1, J1L2, J2L1, J2L2, dan J2L3 memiliki tekstur lembut. Daya
terima masyarakat terhadap dadih kacang tunggak dengan penambahan

6
jenis susu dan perasa alami melalui pemeraman yang berbeda pada semua
sample yaitu sedikit suka.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Kadar karbohidrat
Berdasarkan gambar 1 diketahui bahwa dari sembilan perlakuan
pada dadih kacang tunggak memiliki kadar karbohidrat yang berbeda.
Kadar karbohidrat yang tertinggi pada perlakuan J1L2 yaitu sebesar
63,82 g. Kadar karbohidrat terendah pada perlakuan J0L3 yaitu sebesar
34,99 g.

Kadar Karbohidrat
Kadar Karbohidrat (g)

70 63,82
58,86 56,31
60
50 43,25
35,5 39,31 34,99 37,84 35,66
40
54 jam
30
20 48 jam
10 42 jam
0
J0L1 J0L2 J0L3 J1L1 J1L2 J1L3 J2L1 J2L2 J2L3
Perlakuan

Gambar 1 Histogram Kadar Karbohidrat Dadih Kacang Tunggak dengan


Penambahan Jenis Susu dan Perasa Alami Melalui Lama
Pemeraman yang Berbeda

Berdasarkan gambar 1 penambahan jenis susu dan


pemeraman yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P < 0,05)
terhadap kadar karbohidrat dadih. Kadar karbohidrat yang tertinggi
pada perlakuan J1L2 memiliki kadar karbohidrat tertinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 63,82 g dan
kadar karbohidrat terendah pada perlakuan J0L3 yaitu sebesar
34,99g.
Kadar karbohidrat tertinggi pada J1L2 dikarenakan bahan
dasar dadih menggunakan kacang tunggak dengan panambahan

7
jenis susu dan perasa alami. Setiap 100 g kacang tunggak
mengandung karbohidrat 61,6 g. Jambu biji memiliki karbohidrat
11,88 g/100 g. Pada perlakuan tertinggi jenis susu yang digunakan
yaitu susu sapi yang memiliki kandungan karbohidrat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan susu kambing. Secara umum susu
kambing kurang kaya laktosa, lemak dan protein dibanding susu
sapi, namun kaya akan kandungan mineral. Menurut Maheswary
dan Rony (2008) laktosa untuk setiap 100 ml susu sapi adalah 4,8 g
dan susu kambing sebanyak 4,7 g dan menurut Arora (2013)
kandungan karbohidrat susu sapi per 100 g 4,8 g dan susu kambing
sebesar 4,4 g. Selain itu pada perlakuan J1L2 melalui pemeraman 48
jam yang merupakan pemeraman terbaik pada dadih. Lestari
(2015) melaporkan bahwa dadih susu etawa pada perlakuan 48 jam
memiliki kadar protein tertinggi. Hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan dan aktivitas bakeri asam laktat dalam tabung bambu.
Pada perlakuan J0L3 (200 ml sari kacang tunggak+24 ml
sari jambu biji dengan pemeraman 54 jam) mempunyai kadar
karbohidrat terendah karena pada penelitian ini pembuatan dadih
dilaksanakan secara tradisional yaitu mengandalkan mikroba yang
terdapat didalam tabung bambu sehingga antar bambu mempunyai
jumlah koloni bakteri yang berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi
mutu dadih yang dihasilkan. Menurut Usmiyati (2013) kelemahan
dadih tradisional antara lain adalah proses fermentasi spontan tanpa
inokulasi starter/kultur sehingga mutu dan cita rasa produk tidak
konsisten. Lama pemeraman juga mempengaruhi kadar karbohidrat
dadih kacang tunggak. Pada perlakuan J0L3 mengalami pemeraman
54 jam sehingga menghasilkan kadar karbohidrat terendah.
Semakin lama waktu pemeraman maka nutrisi pada dadih akan
digunakan bakteri asam laktat untuk pertumbuhanya.

8
3.2.2 Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat
Organoleptik pada penelitian ini meliputi warna, aroma,
rasa, tekstur serta daya terima masyarakat terhadap dadih kacang
tunggak. Hasil organoleptik dadih kacang tunggak dapat dilihat
pada gambar 2.
4
3,5
3
Warna
2,5
2 Aroma
1,5
Rasa
1
0,5 Tekstur
0
J0L1 J0L2 J0L3 J1L1 J1L2 J1L3 J2L1 J2L2 J2L3

Gambar 2. Rata-Rata Organoleptik (Warna, Aroma, Rasa, Tekstur dan Daya


Terima Masyarakat) Dadih Kacang Tunggak dengan penambahan
jenis susu dan perasa alami melalui pemeraman yang berbeda

Berdasarkan organoleptik dadih kacang tunggak


menghasilkan warna krem, kekuningan, dan kuning. Menurut
Afriani (2011) warna dadih dipengaruhi oleh bahan dasar yang
digunakan. Warna krem pada perlakuan kontrol karena sari kacang
tunggak mempunyai warna krem. Menurut Wahyuni (2016), warna
kekuningan diakibatkan oleh kandungan lemak dan zat-zat terarut
dalam lemak (caroten). Sari kacang tunggak memilki kandungan
lemak yang cukup rendah dibandingkan dengan susu sapi dan susu
kambing yaitu 1,1 g/100 g, sehingga warna yang dihasilkan adalah
krem. Lemak pada susu sapi yaitu 3,5 g/100 g dan susu kambing
2,3 g/100 g. Penambahan sari jambu biji pada penelitian ini
menghasilkan warna yang kurang optimal. Sehingga untuk
mendapatkan warna dadih kacang tunggak yang optimal perlu
ditambah jumlahnya.
Pada penelitian ini aroma yang dihasilkan yaitu khas
bambu, cukup harum susu sapi dan harum susu kambing Etawa.

9
Dadih pada setiap perlakuan memilki aroma yang berbeda. Hal ini
berarti penambahan jenis susu berpengaruh terhadap aroma dadih
kacang tunggak. Aroma harum susu kambing Etawa berasal dari
asam-asam lemak rantai pendek dan sedang seperti asam kaproat,
asam kaprilat dan asam kaprat (Legowo, 2006).
Produk yang dihasilkan memilki rasa tidak asam dan asam.
Rasa asam pada dadih kacang tunggak dikarenakan proses
fermentasi yang dibantu oleh bakteri asam laktat. Menurut
Nurliyani (2012) rasa dadih asam, hal ini terjadi karena
terbentuknya asam laktat akibat dari aktivitas bakteri. Rasa asam
juga dikarenakan proses fermentasi laktosa menjadi asam laktat.
Menurut Yusmarini dan Effendi (2004), selama proses fermentasi
dadih terbentuk asam-asam organik sehingga menimbulkan cita
rasa yang khas. Kandungan gula yang terdapat pada susu
dimanfaatkan oleh kultur bakteri untuk proses metabolismenya
sehingga menghasilkan asam-asam organik terutama asam laktat.
Berdasarkan gambar 3.2 dapat dijelaskan bahwa uji
organoleptik tekstur dadih pada semua perlakuan memiliki tekstur
yang cukup lembut. Kacang tunggak memiliki tekstur yang cukup
lembut setelah diblender sehingga tekstur yang dihasilkan juga
cukup lembut. Menurut Yulneriswarni (2009) jenis substrat atau
bahan baku dapat mempengaruhi tekstur keju yang dihasilkan. Hal
ini diduga karena adanya perbedaan jenis dan struktur protein yang
terkandung dalam susu nabati dengan susu hewani, sehingga dapat
mempengaruhi destabilisasi molekul protein oleh asam laktat.
Berdasarkan gambar 3.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji
daya terima masyarakat terhadap dadih kacang tunggak
menunjukkan bahwa kesembilan perlakuan dadih kacang tunggak
sedikit disukai oleh para panelis. Hal ini dapat dipahami karena
panelis belum terbiasa mengkonsumsi produk dadih. Rasa khas
dadih dan aroma susu dengan bambu masih dirasakan dan dinilai

10
asing oleh panelis yang dilibatkan dalam uji organoleptik. Pada
masa mendatang dadih perlu dimodifikasi dari segi rasa dan aroma
agar disukai oleh konsumen.

4. PENUTUP
Kualitas dadih kacang tunggak memiliki kadar karbohidrat
tertinggi pada J1L2 (140 ml sari kacang tunggak + 60 ml susu sapi + 24 ml
sari jambu biji dengan pemeraman 48 jam) yaitu 63,82 g dengan
organoleptik yaitu warna kekuningan, aroma cukup harum susu sapi, rasa
asam, tekstur lembut, dan daya terima masyarakat sedikit suka sedangkan
kadar karbohidrat terendah pada J0L3 (200 ml sari kacang tunggak + 24 ml
sari jambu biji dengan pemeraman 54 jam) yaitu 34,99 g dengan
organoleptik yaitu warna krem, aroma khas bambu, rasa cukup asam,
tekstur cukup lembut, dan daya terima masyarakat sedikit suka.

PERSANTUNAN
Pada kesempatan ini penulis mengucakan terima kasih kepada Ibu
Dra. Aminah Asngad, M.Si selaku dosen pembimbing dan meluangkan
waktu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani. (2009). Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan


Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci. Jurnal Ilmu-
ilmu peternakan, 11 (3), 115-120.

Arora, R., Bhojak, N., & Joshi, R. (2013). Comparative Aspacts of Goat
and Cow Milk. International Journal of Engineering Sciense
Invention. 2 (1), 07-10.

Dwidjoseputro. (2005). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Fiyana, Siti, N.A. (2016). Kualitas Dadih Kacang Hijau Dan Susu Sapi
Dengan Penambahan Sari Jeruk Manis Dan Mangga Kweni.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

11
Legowo, A,M., A. N. Al-Baari, M. Adnan, U, Santoso. (2006). Intensitas
Aroma Prengus dan Deteksi Asam Lemak pada Susu Kambing.
Jurnal Indonesian Tropical Animal Agricultural. 89, 120-124.

Lestari, Muji. (2015). Uji Kadar Protein Dan Asam Total Dadih Susu
Kambing Etawa Dengan Variasi Daun Penutup Dan Lama
Fermentasi Yang Berbeda. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Maheswary, RRA & Ronny, RN. (2008). Perbandingan Kandungan ASI,


Susu Sapi, dan Susu Kambing. Diakses di www.ipb.ac.id.

Melia, Sri dan Juliyarsi, Indri. (2007). Potensi Dadih Susu Sapi Mutan
Lactococus Lactis Dengan Kandungan Bakteriosin Terhadap
Bakteri Patogen. Artikel Penelitian, Hal. 7-12.

Nurliyani. (2002). Penanganan dan Pengolahan Susu Secara Sederhana.


Yogyakarta :PT Citra Aji Pratama.

Nurtyas, Ummi. (2016). Kadar Kalsium dan Uji Organoleptik Dadih


Kombinasi Susu Kacang Merah dan Susu Sapi dengan Penambahan
Ekstrak Nanas dan Jambu Biji. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, Titin. (2009). Dasar-Dasar Biokimia.


Jakarta : UI Press.

Ramayulis, R. (2013). Jus Super Ajaib. Jakarta : Penebar Plus.

Usmiyati, Sri, & Risfaheri. (2013). Pengembangan Dadih Sebagai Pangan


Fungsional Probiotik Asli Sumatera Barat. Jurnal Litbang Pert, 32
(1), 20-29.

Wahyuni, Antrik. (2016). Kualitas Dadih Kedelai Dengan Penambahan


Sari Jeruk Manis Dan Jamb Biji. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Yulneriswarni, & Tuti, L. (2009). Fermentasi Keju dari Berbagai Jenis


Kacang Menggunakan Isolat Bakteri Asam Laktat dari Nanas.
Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta.

Yurliasni, Y. Zakaria & Y. Usman. (2014). Nilai Nutrisi Dadih yang


Ditambahkan Khamir Asal Dadih. Agripet. 14 (2), 139-145.

12

Anda mungkin juga menyukai