Anda di halaman 1dari 7

POTENSI LIMBAH KULIT PISANG AMBON (Musa paradisiaca)

SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM ASETAT


MENGGUNAKAN STARTER RAGI TAPAI
Linda Nuriawati1, Itnawita2, Andy Dahliaty3
1MahasiswaProgram Studi S1 Kimia
2BidangKimia Analitik Jurusan Kimia
3Bidang Biokimia Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Lindanurriawati@gmail.com

ABSTRACT

Ambon banana peels usually found as solid waste which increase the environmental
pollution. One of the alternatives that can resolve those problems is by using them as
raw material for making acetic acid through fermentation. The fermentation process was
done using Saccharomyces cereviseae contained in ragi tapai as a starter to produce
ethanol and acetic acid. The result showed that the optimum condition for acetic acid
producing was 6 days fermentation of 20% substrate by using 6 grams starter of
S.cerevisiae. Total number of acetic acid produced was 3,22% by titrimetric analysis.

Keywords : Acetic acid, Ambon banana peels waste, ragi tapai.

ABSTRAK

Kulit pisang Ambon umumnya ditinggalkan sebagai limbah padat dan dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
menghadapi masalah tersebut yaitu dengan mengolah kulit pisang menjadi bahan baku
pembuatan asam asetat melalui proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan
menggunakan Saccharomyces cereviseae yang terkandung dalam ragi tapai sebagai
starter untuk menghasilkan alkohol dan asam asetat. Berdasarkan hasil analisa,
pembentukan asam asetat optimal terjadi pada dosis starter 6 gram dan waktu
fermentasi selama 4 hari dengan menggunakan konsentrasi substrat 20% dan diperoleh
kadar asam asetat yang terukur sebagai asam total dengan metoda titrimetri adalah
sebesar 3,22%.

Kata kunci : Asam asetat, limbah kulit pisang Ambon, ragi tapai.

1
PENDAHULUAN asetat dan kalsium magnesium asetat.
Asam asetat dari sumber daya alam
Pisang merupakan salah satu buah memiliki banyak kegunaan dalam bidang
yang paling banyak tersedia di negara- industri makanan. Cuka (asam asetat)
negara tropis diantaranya India, Brazil, tersebut dapat diproduksi secara biologis
Indonesia, Filipina, Cina dan Australia. oleh mikroorganisme (Kim et al., 2005).
Produksi pisang nasional diperkirakan Berdasarkan penelitian Ilham
mencapai 6,28 juta ton pada tahun 2013 (2014), limbah kulit pisang kepok dapat
(Kementrian Pertanian, 2014). dimanfaatkan sebagai bahan baku
Berdasarkan uji pendahuluan dalam pembuatan asam asetat dengan
±1,0135 kg pisang Ambon dihasilkan menggunakan berbagai macam starter
limbah kulit pisang sebanyak 34,6%, komersil, diantaranya EM-4, Kombucha,
dengan jumlah produksi pisang yang ragi instan dan ragi tapai. Starter
diperkirakan sebesar 6,28 juta ton/tahun komersil yang memberikan hasil
maka didapatkan ±2,2 juta ton/tahun fermentasi yang optimal adalah ragi
limbah kulit pisang. tapai. Dalam penelitian digunakan
Limbah kulit pisang yang selama sampel limbah kulit pisang yang berbeda
ini belum dimanfaatkan secara optimal, dengan penelitian sebelumnya dan
dapat menyebabkan masalah tersendiri diduga menghasilkan asam asetat yang
antara lain pencemaran lingkungan jauh lebih banyak pada saat fermentasi.
(Seftian et al., 2012). Kulit pisang Kulit pisang memiliki komposisi yang
umumnya ditinggalkan sebagai limbah berbeda-beda setiap jenisnya, sehingga
padat. Ketika kulit itu membusuk, akan memungkinkan adanya perbedaan pada
menghasilkan gas beracun seperti asam asetat yang akan dihasilkan pada
hidrogen sulfida dan amonia (Pisutpaisal saat fermentasi dari kulit pisang Ambon.
et al, 2014). Seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kini METODE PENELITIAN
kulit pisang dapat difermentasi misalnya
menjadi etanol dan asam asetat. Kulit a. Alat dan Bahan
pisang mengandung 18,90 gram
karbohidrat pada setiap 100 gram bahan. Alat-alat yang digunakan dalam
Karbohidrat tersebut nantinya akan penelitian ini adalah Spektrofotometer
diubah menjadi alkohol melalui proses UV-Vis (Thermo Scientific Genesys 10S
hidrolisis kemudian difermentasi dengan UV-Vis), Vortex (Mixer H-VM-300),
menggunakan Saccharomyces Blender, Microcentrifuge (HITACHI),
cereviseae menjadi alcohol yang alat destilasi, buret, timbangan analitik
selanjutnya dapat teroksidasi menjadi (Mettler tipe AE200), Oven (Gallenkamp
asam asetat (Dewati, 2008). Hotbox Oven Size 1), Autoklaf (All
Asam asetat merupakan salah satu American Model No. 2X), corong
produk industri yang banyak dibutuhkan bucner, desikator, lumpang dan alu, dan
di Indonesia. Asam asetat adalah bahan peralatan gelas lainnya yang umum
baku penting untuk berbagai sintesis digunakan di laboratorium. Sedangkan
bahan kimia seperti polimer vinil asetat, bahan yang digunakan dalam penelitian
selulosa asetat, asam tereftalat, dimetil ini adalah kulit pisang Ambon, ragi
tereftalat, ester asam asetat, anhidrida tapai, C6H12O6, C3H6O, NaOH,

2
Na2HAsO4, Na2CO3, Na2SO4, H2SO4 sebanyak 7 mL lalu divortex. Masing-
pekat, CuSO4.5H2O, H2C2O4, masing larutan diukur absorbansinya
(NH4)2MoO4.4H2O, KNaC4H4O6, saat tercapai pita kestabilan warna dan
indikator Phenolptalein dan kertas saring pada panjang gelombang optimum.
Whatman No. 42
d. Penentuan dosis starter optimal
b. Persiapan ragi tapai dan kulit
pisang Ambon Sampel limbah kulit pisang
Ambon halus (substrat) ditimbang
Ragi sebanyak 500 gram digerus sebanyak 20 gram dan perlakuan ini
hingga berbentuk tepung kemudian ragi diulang sebanyak 6 kali, lalu
disimpan dalam wadah yang bersih dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan
kering. ditambahkan air sampai didapatkan
Sampel kulit pisang Ambon yang volume 100 mL kemudian ditutup
diambil secara acak di tempat penjualan dengan alumunium foil. Selanjutnya
buah di pasar Simpang Panam, substrat disterilisasi menggunakan
Pekanbaru. Sampel kulit pisang autoklaf selama 20 menit, setelah itu
dipisahkan dari buahnya. Kulit pisang substrat didiamkan selama 2 hari pada
selanjutnya dibersihkan dengan cara suhu kamar. Selanjutnya masing-masing
direndam dalam air dan ditiriskan. substrat ditambahkan starter sebanyak 5,
Kemudian direndam kembali di dalam 6, 8, 10, 12 dan 14 gram lalu ditutup
air hangat sambil dibolak-balik, lalu dengan kertas koran. Kemudian masing-
ditiriskan. Selanjutnya sampel disimpan masing diinkubasi pada suhu kamar
dalam lemari pendingin. selama 3 hari. Setelah 3 hari larutan
didestilasi. Kandungan etanol ditentukan
c. Analisis kandungan gula menggunakan piknometer. Dosis starter
pereduksi optimal ditunjukan dengan kandungan
etanol tertinggi.
Sampel kulit pisang ambon
diblender sampai halus kemudian e. Penentuan kandungan asam
diambil sebanyak 5 gram lalu ditambah asetat berdasarkan waktu
akuades hingga 10 mL selanjutnya optimal
larutan disentrifuse selama 10 menit
dengan kecepatan 2000 rpm. Ekstrak Kulit pisang ditimbang dengan
diambil sebanyak 1 mL lalu ditambah jumlah optimal sebanyak jumlah variasi
akuades sampai 100 mL. Larutan waktu fermentasi lalu sampel diblender
Sampel diambil sebanyak 1 mL lalu sampai menjadi bubur halus (substrat),
dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer
(larutan sampel) dan akuades sebanyak 1 dan ditambahkan air sampai didapatkan
mL (larutan blanko). Masing-masing volume 100 mL kemudian ditutup
larutan ditambah 1 mL reagen Nelson- dengan alumunium foil. Selanjutnya
somogyi lalu tabung dipanaskan selama substrat disterilisasi menggunakan
20 menit menggunakan penangas air. autoklaf selama 20 menit, setelah itu
Setelah larutan didinginkan ditambah 1 substrat didiamkan selama 2 hari pada
mL reagen Arsenomolibdat lalu dikocok. suhu kamar. Starter dengan jumlah
Kemudian akuades ditambahkan optimal ditimbang sebanyak jumlah

3
variasi waktu fermentasi lalu HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan kedalam masing-masing
substrat dan ditutup dengan kertas koran. a. Penentuan kandungan gula
Masing-masing sampel diinkubasi pada pereduksi
suhu kamar dengan masing-masing
variasi waktu (2 – 14 hari). Kandungan gula pereduksi
diperoleh sebesar 4,29% (b/b). Gula
f. Analisis kandungan asam asetat pereduksi yang terkandung di dalam
dengan metoda titrasi substrat dapat dimetabolisme oleh
mikroorganisme untuk sumber karbon
Sampel yang telah mencapai waktu dan energi untuk menghasilkan etanol
fermentasi kemudian disentrifuge pada yang selanjutnya akan dioksidasi
suhu 20oC dengan kecepatan 3000 rpm menjadi asam. Menurut Judoamidjojo et
selama 20 menit. Ekstrak dipipet al. (1992), khamir S.cerevisiae
sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan menghasilkan enzim zimase dan
kedalam labu ukur dan akuades invertase. Enzim zimase berfungsi
ditambahkan hingga 50 mL lalu dikocok merombak sukrosa menjadi
hingga homogen. Sampel dipipet monosakarida (glukosa dan fruktosa)
sebanyak 10 mL lalu dimasukkan dan selanjutnya enzim invertase akan
kedalam Erlenmeyer 50 mL. Indikator mengubah glukosa menjadi etanol.
PP ditambah sebanyak 2 tetes lalu Sehingga semakin banyak kandungan
diaduk perlahan hingga homogen. glukosa yang terdapat pada bahan atau
Sampel dititrasi dengan menggunakan medium fermentasi, semakin tinggi
larutan NaOH 0,1N sampai terjadi kadar alkohol yang dihasilkan dari
perubahan warna dari tidak berwarna perombakan glukosa tersebut.
menjadi merah muda. Perlakuan ini
diulang sebanyak 3 kali. b. Penentuan dosis starter optimal

g. Analisis Data Dosis starter optimal diperoleh


dengan berat starter 6 gram
Analisis data yang diperoleh dari menghasilkan kandungan etanol
hasil penelitian kemudian dianalisis tertinggi, seperti yang dapat dilihat pada
secara deskriptif yang disajikan dalam Gambar 1.
bentuk tabel dan grafik.

1.0015
1.001
BJ Etanol

1.0005
1
0.9995
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dosis Starter (gram)

Gambar 1. Kandungan etanol hasil fermentasi pada variasi dosis starter

4
Dalam proses fermentasi, salah untuk pembelahan sel. Pembelahan
satu faktor yang menentukan kadar mikroorganisme akan menghasilkan
etanol yang dihasilkan adalah dosis enzim alcohol dehidrogenase yang
starter. Menurut Desrosier (1988) & nantinya akan digunakan untuk
Ilham (2014), volume starter yang mengubah glukosa tersisa menjadi
terlalu sedikit akan mengakibatkan alkohol. Semakin sedikit glukosa tersisa
starter menjadi jenuh sehingga maka akan semakin sedikit pula etanol
menurunkan aktivitas enzim piruvat yang dihasilkan dari fermentasi.
dekarboksilase dan enzim alcohol
dehidrogenase yang menyebabkan c. Kandungan asam berdasarkan
produktivitas mikroorganisme menurun. waktu optimal
Semakin tinggi persentase ragi maka
diprediksikan semakin banyak pula Waktu fermentasi optimal
jumlah mikroorganisme (S.cereviceae) berdasarkan analisis kandungan asam
sehingga enzim invertase (yang total dilakukan dengan menggunakan
mengubah glukosa menjadi alkohol) metoda titrimetri. Kandungan asam
semakin banyak, sehingga kadar alkohol tertinggi diperoleh pada lama fermentasi
yang dihasikan semakin tinggi. Namun 4 hari dengan kadar asam asetat yang
pada dosis starter yang terlalu tinggi terukur sebagai asam total adalah 3,23%,
semakin banyak pula jumlah glukosa yang dapat dilihat pada Gambar 2.
yang digunakan sebagai sumber karbon

4
Konsentrasi Asam

3
2
(%)

1
0
0 5 10 15
Waktu Fermentasi (Hari)

Gambar 2. Kandungan asam total titrasi pada variasi waktu fermentasi

Berdasarkan hasil fermentasi dalam proses fermentasi akan dihasilkan


dengan variasi waktu fermentasi 2 hari sejumlah asam organik seperti asam
sampai 14 hari diperoleh waktu asetat, asam propionat, asam isobutirat,
fermentasi optimal adalah 4 hari dengan asam butirat dan asam laktat serta
jumlah asam yang terbentuk sebesar menurut Chen et al. (2014), asam
3,23% dan jumlah asam yang terendah suksinat dan asam piruvat juga
terdapat pada lama fermentasi 14 hari dihasilkan dalam proses fermentasi.
dengan kadar asamnya yaitu 1,40%. Asam-asam tersebut diperolah akibat
Pada analisis kandungan asam adanya proses fermentasi lanjutan dari
asetat menggunakan metoda titrimetri, fermentasi pembentukan etanol. Menurut
analit yang terukur adalah jumlah asam Simbolon (2008), apabila dilakukan
total yang terbentuk dari hasil proses fermentasi lebih lanjut pada etanol maka
fermentasi. Berdasarkan Sá et al (2011), akan dihasilkan asam asetat dengan
5
jumlah tertentu. Kadar asam yang DAFTAR PUSTAKA
terbentuk dikarenakan jumlah
mikroorganisme sudah mencapai jumlah Ariwayeni, W. 2011. Pemanfaatan
pertumbuhan yang optimum. Menurut Limbah Nenas untuk Pembuatan
Ariwayeni (2011), pada fase ini Asam Asetat Menggunakan
mikroorganisme menghasilkan enzim- Kombucha. Skripsi. Fakultas
enzim yang diperlukan dalam Matematika dan Ilmu Pengetahuan
mendegradasi gula dan etanol Alam Universitas Riau, Pekabaru.
membentuk asam asetat yang disebut
sebagai fase pertumbuhan, sehingga Chen, C., Ding, S., Wang, D., Li, Z. &
produk asam yang dihasilkan akan Ye, Q. 2014. Simultaneous
semakin meningkat pula. Selanjutnya Saccharification and Fermentation
produk asam mengalami penurunan, hal of Cassava to Succinic Acid by
ini disebabkan terjadi fase kematian pada Escherchia coli NZN111.
mikroorganisme S. Cerevisiae dan A. Bioresource Technology. 163 :
Acety sehingga produksi asam semakin 100-105.
menurun dan terjadi oksidasi lebih lanjut
yaitu perubahan asam asetat menjadi Desrosier, N.W. 1988. Teknologi
CO2 dan H2O. Pengawetan Pangan. UI-Press,
Perubahan asam asetat menjadi Jakarta.
CO2 dan H2O menurut Passos et al.
(1984) dikarenakan adanya aktivitas Dewati, R. 2008. Limbah Kulit Pisang
bakteri asam asetat yang mengoksidasi Kepok Sebagai Bahan Baku
alkohol menjadi asam asetat dan Pembuatan Etanol. Skripsi. UPN
selanjutnya menjadi CO2 dan H2O dan Veteran, Surabaya.
Effendi (2002), menyatakan bahwa asam
Effendi, M.S. 2002. Kinetika Fermentasi
asetat atau asam organik lainnya yang
Asam Asetat (Vinegar) oleh
ikut terbentuk dalam proses fermentasi
Bakteri A. aceti B127 dari Etanol
akan didegradasi secara terus menerus
Hasil Fermentasi Limbah Cair
untuk memenuhi kebutuhan energi
Pulp Kakao. Jurnal Teknologi dan
berupa ATP pada mikroorganisme yang
Industri Pangan. 13,(2): 125-134.
terdapat pada media fermentasi tersebut.
Ilham. 2014. Potensi Limbah Kulit
KESIMPULAN Pisang Kepok (Musa Paradisiaca)
Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Berdasarkan hasil penelitian yang Asam Asetat Menggunakan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Berbagai Macam Starter. Skripsi.
Limbah kulit pisang Ambon memiliki Fakultas Matematika dan Ilmu
kandungan gula pereduksi sebesar 4,29% Pengetahuan Alam Universitas
(b/b), dosis starter optimal dalam Riau, Pekabaru.
pembentukan asam asetat dengan
substrat limbah kulit pisang Ambon Judoamidjojo, M., Darwis, A.A., &
adalah 6 gram serta waktu fermentasi 4 Sa’id. E.G. 1992. Teknologi
hari. Kadar asam asetat yang terukur Fermentasi Edisi 1 Cetakan 1.
sebagai asam total yaitu sebesar 3,23%. Rajawali-press, Jakarta.

6
Kementrian Pertanian. 2014. Outlook Sá, L. R. V., Oliveira, M. A. L.,
Komoditi Pisang. Pusat Data dan Cammarota, M. C., Matos, A. &
Sistem Informasi Pertanian Ferreira-Leitão, V. S. 2011.
Sekertariat Jendral, Kementrian Simultaneous Analysis of
Pertanian. ISSN : 1907-1507 Carbohyrates and Volatile Fatty
Acids by HPLC for Monitoring
Kim, J.N., Choo, J.S., Wee, Y.J., Yun, Fermentative Biohydrogen
J.S., & Ryu, H.W. 2005. Culture Production. International Journal
Medium Optimization for Acetic of Hydrogen Energy, 36 : 15177-
Acid Production by a Persimmon 15186.
Vinegar-Derived Bacterium.
Humana Press Inc. All right of any Seftian,D., Antonius,F., & M. Faizal.
nature whatsoever reserved. 273- 2012. Pembuatan Etanol Dari Kulit
2289. Pisang Menggunakan Metode
Hidrolisis Enzimatik Dan
Passos, F.M.L., A.S. Lopez, and D.O. Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia.
Silva. 1984. Aeration and its 18 (1).
influence on the mikrobial
sequence in cacao fermentation in Simbolon, K. 2008. Pengaruh Persentase
Bahia, with emphasis on lactic acid Ragi Tape dan Lama Fermentasi
bacteria. Journal of Food Sci. 49: Terhadap Mutu Tape Ubi Jalar.
1470-1476. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara,
Pisutpaisal, N., Boonyawanich, S., & Medan.
Saowaluck, H. 2014. Feasibility of
Biomethane Production from
Banana Peels. Energy Procedia 50
: 782-788.

Anda mungkin juga menyukai