Anda di halaman 1dari 18

Shell and Tube Heat Exchanger

Tanggal Percobaan : 13 Maret 2019

1. TUJUAN
Mengetahui pengaruh driving force terhadap Koefisien Perpindahan Panas Overall pada STHE
dengan menggunakan perhitungan Tlm dan terhadap efisiensi suhu.
2. DASAR TEORI
Pada sistem peralatan shell and tube heat exchanger (STHE) terdapat dua fluida yang
memiliki temperatur berbeda dimana perpindahan panas terjadi saat fluida berkontak secara
tidak langsung baik pada arah yang sama atau berlawanan (Suryandari, 2018). Alat penukar
kalor (Heat Exchangers) merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan panas antara
dua atau lebih fluida (Triyono, 2016). Penukaran panas countercurrent, dimana kedua fluida
(panas dan dingin) masuk dan keluar pada sisi yang berlawanan. Temperatur fluida dingin yang
keluar dari penukar panas lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari
penukar kalor, sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah. Berikut adalah profil temperatur
aliran countercurrent :

Gambar 2.1 Profil Temperatur Aliran CounterCurrent (Cengel, 2003)

Penurunan suhu pada fluida panas dirumuskan:


∆Thot = T1 – T2 (1)
Kenaikan suhu pada fluida dingin dirumuskan:
∆Tcold = T4 – T3 (2)
Besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas, dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Qe = qmhot * Cphot *∆Thot (3)
Besarnya heat power yang diserap oleh fluida dingin, dihitung dengan persamaan:
Qa = qmcold * Cpcold *∆Tcold (4)
Besarnya heat power yang hilang atau bertambah, dirumuskan sebagai berikut: Qf = Qe – Qa
(W) (5)
Sehingga efisiensi overall:
𝑄𝑎
𝜂= × 100% (6)
𝑄𝑐

Secara teoritis, nilai Qe dan Qa harus sama. Namun pada kondisi sebenarnya nilai Qe dan
Qa tidak sama. Hal ini disebabkan oleh adanya panas yang hilang atau bertambah ke/dari
lingkungan.
Pengukuran yang penting dari kinerja heat exchanger adalah efisiensi suhu pada setiap
aliran fluida. Efisiensi suhu untuk fluida panas dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑇1 −𝑇2
𝜂ℎ = × 100% (7)
𝑇1 −𝑇3

dengan Efisiensi suhu untuk fluida dingin sebagai berikut:


𝑇4 −𝑇3
𝜂𝑒 = × 100% (8)
𝑇1 −𝑇3

dan Efisiensi suhu rata-rata dihitung dengan persamaan berikut:


𝜂𝑐 −𝜂ℎ
𝜂𝑚 = × 100% (9)
2

Karena perbedaan suhu antara aliran fluida panas dan dingin bervariasi sepanjang heat
exchanger, maka perlu menurunkan perbedaan suhu rata-rata (driving force) dimana
perhitungan perpindahan panas dilakukan. Perbedaan suhu rata-rata ini disebut dengan
Logarithmic Mean Temperature Difference (LMTD) yang dihitung dengan rumus di bawah ini
:
(∆𝑇2 −∆𝑇1 )
∆𝑇𝑙𝑚 = ∆𝑇2 (10)
𝑙𝑛( )
∆𝑇1

dengan: ∆T1 = T2 – T3
∆T2 = T1 – T4
Overall Heat Transfer Coefficient dihitung dengan persamaan:
𝑄𝑐
𝑈= (11)
𝐴×∆𝑇𝑙𝑚

3. VARIABEL
Fhot Fcold
T1 (C) Set Point
% L/min % L/min
(L/min)
60
70
50 10 50
80
90
30
40
60 10 60
50
60

4. PROSEDUR PERCOBAAN
a) Daftar Alat
 Peralatan HT30XC Heat Exchanger Armfield
 Pompa
 Gelas Plastik

b) Daftar Bahan
Bahan Jumlah
Air aquadest  2 Liter
c) Skema Kerja
Menyalakan PC dan menghubungkan USB Port pada HT30XC ke USB Port
pada PC

Mengarahkan pressure regulator ke minimum

Menekan tombol "switch off"

Menekan "emergency stop button " pada panel

Menghubungkan HT30XC ke sumber listrik utama ,lalu menekan "switch on"

Menarik "emergency stop button"

Membuka software HT33 shell & tube HE

Memilih countercurrent operation

Membuka mimic diagram pada layar

Klik "power on"

(Pada PC) mengatur cold water flow, lalu membuka pressure regulator searah
jarum jam

Menekan grey knob ketika flowrate maksimum sudah konstan

Mengisi hot water vessel dengan air demineralisasi hingga 20 mm di atas vessel

Klik " Flow"

Memasukkan SP 10 L/menit  metode operation "manual"  manual output


sesuai variabel  apply  OK

Klik "heater"

Mengatur SP sesuai variabel  metode operation "automatic"  apply  OK

Klik "GO" ketika T1 sudah sesuai dengan suhu SP

Klik "Configure the data sampling"


Sampling operation "automatic"  sample interval 10 secs  fixed duration 5
mins

Klik "Stop"

Klik "View table"

Save As  ganti format ke excel  Save

Klik "Begin a New set of results"

Mengulangi dari langkah ke 14 s/d 23 untuk variabel yang berbeda

Klik "Power Off"

Klik "Heater"  Metode of operation "off"  Apply  OK

Klik "Flow"  Metode of operation "manual"  manual output " 0 (nol)"


 Apply  OK

Menekan tombol "switch on"

Melepas semua kabel dari sumber listrik


5. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Pengamatan
Eksperimen
Run T (Celcius) F hot F cold T hot T cold
∆T LMTD U
T1 T2 T hot T3 T4 T cold % L/min % L/min K K
1 65,20 61,50 3,70 23,0 35,4 12,4 50 1,18 276,85 285,55 26,72 1558,35
2 65,70 62,00 3,70 23,0 34,7 11,7 60 1,29 276,85 284,85 26,64 1622,94
45 3,425
3 65,30 61,50 3,80 23,1 33,9 10,8 70 1,35 276,95 283,95 26,77 1621,38
4 64,90 61,20 3,70 23,1 33,7 10,6 80 1,40 276,85 283,75 26,78 1595,49
5 65,50 59,60 5,90 23,10 32,40 9,3 25 1,20 279,05 282,45 27,00 1239,17
6 64,50 59,50 5,00 23,10 32,40 9,3 30 1,70 278,15 282,45 26,53 1342,81
55 1,205
7 65,30 60,80 4,50 23,10 33,60 10,5 35 2,30 277,65 283,65 26,47 1441,35
8 64,90 60,90 4,00 23,00 34,20 11,2 40 2,90 277,15 284,35 26,39 1521,49

Run Perhitungan
Cp hot Cp cold rho hot rho cold qm hot qm cold Qe Qa Qe Qa effisiensi ∆T1 ∆T2 ∆T LMTD U error U
(kJ/kg.K) (kJ/kg.K) kg/l kg/l kg/s kg/s kJ/s kJ/s W W % Celcius Celcius K W/m2 C %
1 4,2108 4,1890 1,0003 0,9996 0,0571 0,0197 0,8896 1,0212 889,5883 1021,171 114,79 38,50 29,80 33,96 1367,787 -13,9324
2 4,2108 4,1908 1,0003 0,9997 0,0571 0,0215 0,8896 1,0538 889,568 1053,818 118,46 39,00 31,00 34,85 1333,114 -21,7404
3 4,2105 4,1930 1,0002 0,9997 0,0571 0,0225 0,9135 1,0186 913,5295 1018,587 111,50 38,40 31,40 34,78 1371,557 -18,2148
4 4,2108 4,1935 1,0002 0,9997 0,0571 0,0233 0,8895 1,0369 889,5363 1036,884 116,56 38,10 31,20 34,54 1345,105 -18,6147
5 4,2053 4,1968 1,0002 0,9998 0,0200 0,0201 0,4963 0,7837 496,305 783,661 157,90 36,50 33,10 34,77 745,366 -66,25
6 4,2075 4,1968 1,0002 0,9998 0,0283 0,0201 0,5962 0,7837 596,1652 783,661 131,45 36,40 32,10 34,20 910,190 -47,5308
7 4,2088 4,1938 1,0002 0,9997 0,0383 0,0201 0,7262 0,8841 726,1627 884,0984 121,75 37,70 31,70 34,61 1095,581 -31,5606
8 4,2100 4,1920 1,0002 0,9997 0,0483 0,0201 0,8141 0,9426 814,1238 942,615 115,78 37,90 30,70 34,17 1244,094 -22,2969

Cp H2O densitas
T (°C) T (K)
(kJ/kg.K) T (°C) T (K) (kg/m3) kg/l
0 273,15 4,22 0 273,15 999,87 0,99987
10 283,15 4,195 4 277,15 1000 1
20 293,15 4,185 10 283,15 999,73 0,99973
25 298,15 4,182 20 293,15 998,23 0,99823
30 303,15 4,181 25 298,15 997,08 0,99708
40 313,15 4,181 30 303,15 995,68 0,99568
50 323,15 4,183 40 313,15 992,25 0,99225
60 333,15 4,187 50 323,15 988,07 0,98807
70 343,15 4,192 60 333,15 983,24 0,98324
80 353,15 4,199
90 363,15 4,208
100 373,15 4,219
OD 6,35 mm
0,00635 m
wall
thickness 0,6 mm
0,0006 m
ID 0,00575 m
dm 0,00605 m
l 0,144 m
L 1,008 m
A 0,019149 m2

Gambar 5.1 Grafik flowrate terhadap U

Gambar 5.2 Grafik flowrate terhadap ∆T LMTD


Gambar 5.3 Grafik flowrate terhadap ∆T

Gambar 5.4 Grafik flowrate terhadap Q

Gambar 5.5 Grafik Effisiensi terhadap flowrate hot pada kondisi flowrate hot konstan
Gambar 5.6 Grafik Effisiensi terhadap flowrate hot pada kondisi flowrate Cold konstan
b.Pembahasan
1. Aldila Afini Rahima (02)
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan Shell and Tube Heat
Exchanger dimana tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui perubahan flowrate dari
fluida panas dan fluida dingin terhadap nilai ΔT hot dan ΔT dingin , Qe dan Qa, serta
efisiensi overall dan koefisien perpinpadahan panas dengan perhitungan delta Tlmtd.
Percobaan ini menggunakan alat HT30XC Heat Exchanger Armfield dan dilakukan secara
counter current, dimana fluida panas dan dingin mengalir dengan arah yang berlawanan
dengan harapan aliran dari fluida dingin ini suhunya mendekati suhu dari fluida panas
sehingga hasil yang didapat lebih efektif. STHE ini dilengkapi terdiri dari 1 shell, 7 tuber,
2 baffle yang melintang dalam shell. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan flowrate
hot dan flowrate cold, pada set point suhu 65oC.
Pada grafik yang menunjukan antara hubungan flowrate dengan ΔT , dimana saat
flowrate fluida dingin konstan dan flowrate fluida panas meningkat diperoleh ΔT hot yang
semakin menurun dan ΔT cold yang semakin meningkat disini menunjukan bahwa waktu
kontak kedua fluida , dimana saat flowrate hot konstan waktu kontak akan semakin lama
dengan fluida dingin akhirnya didapatkan ΔT hot yang semakin besar.
Pada grafik menunjukan keterkaitan antara perubahan flowrate terhadap nilai Q,
dimana nilai Q itu sendiri dipengaruhi oleh nilai T jadi secara otomatis flowrate
mempengaruhi nilai dari Q. Pada nilai Q yang kami dapat baik Qe atau Qa nilainya cukup
fluktuatif sehingga mempengaruhi grafik, dimana kami simpulkan bahwa ketika fluida
panas semakin besar dan flowrate fluida dingin yang konstan maka Qe nya atau panas yang
dilepaskan, semakin meningkat seiring dengan besarnya Qa atau panas yang diserap.
Ketika perlakuan diatas dibalik data mulai menunjukan ke fluktuatifan karena nilai Q nya
pun juga fluktuatif.
Pada grafik selanjutnya dimana disini membandingkan flowrate dengan nilai dari
koefisien perpindahan panas overall atau U. Dimana dari grafik kami jabarkan bahwa
ketika nilai U pada flowrate fluida dingin konstan semakin besar yang diiringi dengan
bertambahnya flowrate fluida panas. Hal ini sesuai dengan Mc Cabe 1999, dimana semakin
besar perpindahan panasnya maka nilai koefisien panas overall akan juga semakin besar.
Untuk nilai dari flowrate fluida panas konstan didapatkan harga U yang tidak terjaga atau
naik turun, hal inilah yang mempengaruhi selisih antara nilai U teoritis dan perhitungan.
Pada grafik selanjutnya dimana flowrate vs TLmtd didapatkan kurva yang semakin
menurun seiring dengan bertambahnya florwrate untuk F cold konstan karena semakin
cepat kontak flowrate akan menghasilkan waktu kontak antara kedua fluida yang semakin
singkat sehingga perubahan suhu yang dihasilkan semakin kecil , namun berbeda saat
flowrate F hot konstan karena waktu kontak menjadi lebih lama dan suhu yang dihasilkan
nantinya akan semakin besar.
Pada grafik kelima yaitu Flowrate vs efisiensi dimana efisiensi itu sendiri merupakan
pembagian nilai Qa dan Qe dimana pasti ini berpengaruh terhadap hasil dari efisiensi . Dari
grafik yang kami peroleh nilai efisiensi kami pada F cold konstan meningkat seiring dengan
bertambahnya flowrate dan untuk F hot konstan juga meningkat namun tidak signifikan.
2. Bintang Aditya P (05)
Heat exchanger adalah suatu alat yang digunakan untuk perpindahan kalor dari
suatu fluida yang suhunya lebih tinggi kepada fluida lain yang suhunya lebih rendah
(Ulaan, 2008). Transfer panas terjadi dari liquida yang lebih panas ke dinding atau
permukaan tube dengan cara konveksi,melewati dinding tube ke dalam dengan cara
konduksi dan kemudian konveksi ke liquida yang lebih dingin (Geankoplis, 1993). Untuk
mengetahui proses perpindahan panas dalam sistem digunakan alat HT30XC Heat
Exchanger Armfield. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perubahan flowrate dari fluida panas dan fluida dingin terhadap beberapa indikator
percobaan serta menentukan koefisien perpindahan panas overall. Konfigurasi aliran dari
percobaan adalah counter current dan jenisnya adalah shell and tube. Counter current
artinya kedua fluida (panas dan dingin) masuk proses dengan aliran yang berlawanan,
dimana untuk aliran fluida panas masuk dan keluar dalam alat melalui shell atau pipa kecil
dalam tube sedangkan aliran fluida panas masuk dan keluar melalui tube yang menyelimuti
shell didalamnya. Secara teoritis suhu fluida dingin yang keluar lebih tinggi daripada suhu
dingin yang masuk, dan suhu fluida pana keluar lebih rendah daripada suhu panas masuk
(Geankoplis, 1993).
Variabel dari percobaan ini adalah flowrate aliran panas dan dingin dengan mengatur
bukaan valve aliran melalui PC. Terdapat dua kondisi yang diberikan yaitu ketika aliran
panas konstan aliran dingin berubah, dan ketika aliran dingin konstan aliran panas berubah.
Selain itu menggunakan set point suhu dalam proses sebesar 65°C
Dari percobaan ini didapatkan data berupa temperature 1,2,3,4 (°C), hot dan cold
𝑘𝑔
water flowrate (𝐿⁄𝑚𝑖𝑛), hot dan mass flowrate( ⁄𝑠), LMTD (K), dan overall heat
𝑘𝐽
transfer coefficient ( ⁄𝑚2 𝑠 𝐾 ). Data tersebut digunakan untuk mencari ΔT hot, ΔT cold
𝑘𝐽
(K), Qe, Qa, Qr ( ⁄𝑠), ΔT1, ΔT2 (K) serta perhitungan manual dari nilai LMTD dan U.
Untuk mengetahui pengaruh variabel terhadap percobaan dibandingkan dengan
menggunakan grafik perbandingan antara aliran dingin dan panas, maupun perhitungan
manual dan software. Laju aliran fluida yang semakin besar akan memperbanyak proses
kontak antar kedua aliran tersebut, sehingga akan mempercepat proses perpindahan kalor.
Perbedaan hasil antara flowrate aliran dingin dan flowrate aliran panas adalah jika pada
flowrate dingin konstan ΔT akan semakin naik karena proses pemanasan sedangkan pada
flowrate panas konstan akan semakin turun karena proses pendinginan. Pemanasan dan
pendinginan berlangsung terus menerus selama pengamatan dan pengambilan data.
Proses perpindahan panas dari panas ke dingin atau sebaliknya, dipengarui oleh
waktu kontak antar keduanya dan laju atau turbulensi aliran (Handoyo, 2000).
Efisisiensi heat exchanger didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan
panas yang diharapkan dengan perpindahan maksimum (Handoyo, 2000). Dalam
praktikum ini efisiensi didapatkan dari perbandingan Qe dan Qa hasil perhitungan manual.
Pengaruh flowrate aliran panas terhadap effisiensi adalah semakin tinggi flowrate
maka effisiensi semakin besar. Sedangkan pengaruh flowrate aliran dingin terhadap
effisiensi adalah semakin tinggi flowrate maka effisiensi semakin turun. Proses
perpindahan panas lebih efektif ketika flowrate aliran dingin konstan, karena terjadi
perpindahan kalor dari aliran panas ke aliran dingin.
Heat transfer coefficient adalah karakteristik kuantitatif dari perpindahan panas
yang terjadi antara medium fluida terhadap permukaan yang dilalui oleh fluida
(Geankoplis, 1993).
3. Dinda Alfianingrum (08)
Perpindahan panas adalah ilmu yang berupaya untuk memprediksi perpindahan
energi yang mungkin terjadi antara material sebagai akibat dari adanya perbedaan
temperatur. Sesuai dengan hukum termodinamika ke-2 (dua), aliran energi panas akan
selalu mengalir ke bagian yang memiliki temperatur lebih rendah. Secara umum terdapat
3 (tiga) jenis perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Heat exchanger
adalah suatu alat yang dimana terjadi aliran perpindahan panas diantara dua fluida atau
lebih pada temperatur yang berbeda, dimana fluida tersebut keduanya mengalir didalam
sistem. Di dalam heat exchanger tersebut, kedua fluida yang mengalir terpisah satu sama
lain, biasanya oleh pipa silindris. Fluida dengan temperatur yang lebih tinggi akan
mengalirkan panas ke fluida yang bertemperatur lebih rendah (Sudrajat, 2017). HE yang
sering digunakan ialah HE dengan tipe shell and tube dengan segmental baffle.
Pada praktikum kali ini digunakan Shell and Tube Heat Exchanger yang bertujuan untuk
mengethui pengaruh perubahan flowrate dari fluida panas dan dingin terhadap ∆Thot,
∆Tcold, Qe, Qa dan efisiensi overall (η) dan untuk menentukan koefisien perpindahan panas
overall pada STHE dengan menggunakan perhitungan ∆Tlm. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan alat HT30XC Heat Exchanger Armfield. Pada alat penukar panas (STHE)
terdapat dua aliran yang dapat dilakukan, yaitu aliran berlawanan (counter-current) dan
aliran searah (co-current). Untuk aliran counter-current, fluida panas dan dingin mengalir
ke arah yang berlawanan melintasi permukaan perpindahan panas (dua aliran fluida masuk
ke heat exchanger pada ujung yang berlawanan). Untuk aliran co-current, fluida panas
mengalir dengan arah yang sama dengan fluida dingin melintasi permukaan perpindahan
panas (dua aliran masuk ke heat exchanger pada ujung yang searah) (Suryandari, 2018).
Penukar panas jenis aliran tidak searah, kedua fluida (panas dan dingin) masuk dan keluar
pada sisi yang berlawanan. Temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar panas lebih
tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari penukar kalor, sehingga
dianggap lebih baik dari aliran searah (co-current) (Syaichurrozi, 2014).
Pada grafik flowrate aliran dingin konstan menunjukkan nilai ∆T cukup stabil sedangkan,
pada grafik flowrate aliran panas konstan menunjukkan nilai ∆T yang tidak stabil. Hal
tersebut dikarenakan suhu set point T1 tidak pada kondisi konstan menyebabkan nilai T2,
T3, dan T4 juga tidak konstan. Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai ∆T cold akan lebih
besar dari nilai ∆T hot. Karena temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar panas
lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari penukar kalor
(Syaichurrozi, 2014), hal tersebut telah sesuai dengan literatur. Laju aliran air dingin yang
semakin besar dengan laju aliran air panas konstan, akan menyebabkan pencampuran
silang sehingga akan mempercepat proses perpindahan kalor. Percampuran silang akan
menyebabkan penurunan suhu (Mirmanto, 2016). Sedangkan pada laju aliran air panas
dengan laju aliran air dingin konstan, jika semakin besar akan menyebabkan kenaikan suhu
karena proses pemanasan.
4. Putri Dita Sari (19)
Pada praktikum Shell and Tube Heat Exchanger dilakukan percobaan untuk
mengetahui pengaruh antara perubahan flowrate dari fluida panas dan fluida dingin
terhadap ΔThot, ΔTcold, Qe, Qa dan efisiensi overall serta menentukan koefisien
perpindahan overall pada sistem Shell and Tube Heat Exchanger dengan menggunakan
perhitungan ΔTlm. Pada prinsipnya Heat exchanger adalah suatu alat yang dimana terjadi
aliran perpindahan panas diantara dua fluida atau lebih pada temperatur yang berbeda
dimana fluida tersebut keduanya mengalir didalam sistem. Di dalam heat exchanger
tersebut, kedua fluida yang mengalir terpisah satu sama lain, biasanya oleh pipa silindris
(Kakac, 2002). Fluida dengan temperatur yang lebih tinggi akan mengalirkan panas ke
fluida yang bertemperatur lebih rendah. Sedangkan Shell and Tube merupakan jenis heat
exchanger yang populer dan lebih banyak digunakan. Shell and tube terdiri dari sejumlah
tube yang terpasang di dalam shell yang berbentuk silindris (Borgan, 2011). Terdapat dua
fluida yang mengalir, dimana satu fluida mengalir di dalam tube, dan yang lainnya mengalir
diluar tube (Holman, 2010).
Pada percobaan ini dilakukan 2 kali pengamatan, yaitu dengan variabel flowrate Thot
konstan dan dengan variabel flowrate Tcold konstan. Dalam praktikum Shell and Tube Heat
Exchanger ini set point yang digunakan berupa suhu dengan tipe aliran countercurrent
flow. Alat yang digunakan adalah HT 30 XL Heat Exhanger Armfield. Setelah dilakukan
percobaan yang pertama dengan menggunakan set point serta variabel flowrate Thot konstan
dengan variasi bukaan manual output sebesar 45%, 25%, 30%, 35%, dan 40%.

Berdasarkan praktikum dapat dilihat bahwa nilai dari ΔThot dan ΔTcold terhadap
flowrate cold semakin lama semakin menurun. Menurut literatur, dinyatakan bahwa
“semakin besar mass flow rate fluida dingin maka perubahan temperatur dan kalor mass
flow rate fluida dingin semakin bertambah” (Dona Setiawan, 2017). Pecobaan yang
dilakukan telah sesuai dengan literatur tersebut. Namun nilai dari ΔThot dan ΔTcold terdapat
selisih yang tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan pada saat perekaman data suhu T1
belum steady atau tidk dalam keadaan konstan, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan.
Dan pada saat flowrate tinggi suhu dari ΔTcold maupun ΔThot menunjukkan penurunan, hal
ini dikarenakan dengan flowrate yang besar mkaan terjadi aliran turbulen yang bergerak
secara tidak beraturan, sehingga menghasilkan pusaran yang membawa gumpalan partikel
fluida pembawa dan pemindah energi yang melintasi garis-garis aliran. Proses ini dapat
menurunkan suhu fluida.

Haura Rahmayanti (09)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan shell and tube heat exchanger, praktikum
ini bertujuan untuk mengetahuin laju alir (flowrate) fluida panas dan fluida dingin pada
ΔTcold, Qa, Qe, dan efisiensi overall (n) dan U. Heat exchanger ini terdiri dari satu bundle
pipa (tube) yang dipasang parallel dan ditempatkan dalam sebuah cangkang (shell) dan
dipasang buffle atau sekat untuk meningkatkan efisiensi.
Variable yang digunakan ada 2 yaitu flowrate fluida hot constant 45 dan flowrate aliran
fluida cold 50,60,70,80 dan flowrate fluida constant 55, flowrate fluida panas 25,30,35,40.
Pada alat penukar panas (STHE) terdapat dua aliran , yaitu aliran berlawanan (counter-
current) dan aliran searah (co-current). Untuk aliran counter-current, fluida panas dan
dingin mengalir ke arah yang berlawanan melintasi permukaan perpindahan panas,
sedangkan yang co current adalah aliran fluida panas searah dengan aliran fluida dingin.
Dari percobaan yang telah dilakukan dihasilkan beberapa data dan grafik, pada grafik
flowrate vs TLmtd dapat dilihat kurva semakin menurun ketika flowrate semakin tinggi
untuk F cold konstan karena semakin cepat kontak dengan flowrate maka akan
menghasilkan waktu kontak antara kedua fluida yang semakin singkat sehingga perubahan
suhu yang dihasilkan semakin kecil , namun berbeda saat flowrate F hot konstan karena
waktu kontak menjadi lebih lama dan suhu yang dihasilkan nantinya akan semakin besar.
Pada grafik flowrate vs Q Semakin tinggi laju alir panas, panas yang diberikan/dilepas
fluida panas dan panas yangditerima/diserap fluida dingin semakin tinggi juga, namun
panas yang dilepas selalu lebihbesar dibandingkan dengan panas yang diserap, atau dengan kata lain
ada energi yanghilang. Menurut hukum kekelan energy panas (teori azas black) yang berbunyi “kalor
yang dilepas= kalor yang diserap” (Qa=Qe). Maka pada proses ini seharusnya sesuai dengan teori tersebut.
Panas yang hilang (losses) tersebut diasumsikan dengan nilai Qf.
6.
7. KESIMPULAN
1. Pengaruh perubahan flowrate dari fluida panas dan dingin terhadap :
a. ΔT hot adalah semakin naik pada proses pemanasan (flowrate cold
konstan), dan semakin turun pada proses pendinginan (flowrate hot konstan).
b. ΔT cold adalah semakin naik pada proses pemanasan (flowrate cold
konstan), dan semakin turun pada proses pendinginan (flowrate hot konstan).
c. Qe adalah semakin naik pada proses pemanasan (flowrate cold konstan),
dan semakin turun pada proses pendinginan (flowrate hot konstan).
d. Qa adalah cenderung konstan pada proses pemanasan (flowrate cold
konstan), dan semakin turun pada proses pendinginan (flowrate hot konstan).
e. Overall efficiency adalah semakin naik pada proses pemanasan (flowrate
cold konstan), dan cenderung turun pada proses pendinginan (flowrate hot konstan).
2. Semakin kecil nilai ΔTLM maka heat transfer coefficient akan semakin besar.
3. Hasil perhitungan manual ΔTLM dan heat transfer coefficient tidak berbeda jauh
dengan nilai yang ada di software.

8. DAFTAR PUSTAKA
Aprianto, Erwan. 2017. Analisa Unjuk Kerja Perpindahan Panas Air Cooler Generator
Tipe Tipe Plate Finned-Tubes Compact Heat Exchanger Pada Unit 7 PLTA Cirata.
Cimahi: Universitas Jendral Achmad Yani Fakultas Teknik Unjani Jurusan Teknik
Mesin.
Gunadnya, I.B.P dkk. 2008. Jurnal Agrotekno Volume 14. Denpasar: Universitas
Udayana Fakultas Teknologi Pertanian.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operation, 3rd ed. India: Prentice
Hall, Inc.
Handoyo, E. A. 2000. Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell and Tube
Heat Exchanger. JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2000: 86 – 90
Imanuddin,Achmad. 2014. Kajian Performa AlatPenukarPanasPlate and Frame:
Pengaruh LajuAlir Massa, Temperatur Umpan dan Arah Aliran Terhadap Koefisien
Perpindahan Panas Menyeluruh. Cilegon: Universitas Sultan Agung Tirtayasa Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Kimia.
Kern, Donald Q. 1965. Process Heat Transfer. Singapore: McGraw Hill Book Company.
Lebo, Yohanes. Gusnawati & Jasron,Jahirwan. 2015. Analisa Unjuk Kerja Alat Penukar
Kalor Tipe Shell And Tube Untuk Pendinginan Minyak Pelumas Pada Sistem Penggerak
Induced Draft Fan.. Jurnal Teknik mesin Undana LJTMU: Vol. 02, No. 02
McCabe, W.L., Julian Smith, Peter Harriot. 1993. Unit Operation of Chemical
Engineering, 5th ed. Singapore: McGraw Hill Book Company.
Mirmanto. 2016. Pengaruh Debit Terhadap unjuk Kerja Alat Penukar Kalor dan
Penurunan Suhu Ruangan. Mataram: Universitas Mataram Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Mesin.
Poernomo, Heroe. 2013. Pembuatan Alat Monitoring Mesin Penukar Panas (Heat
Exchanger) Untuk Menganalisis Unjuk Kerja Dan Karakteristiknya. KAPAL- Vol. 10,
No.3
Sudrajat, Jajat. 2017. Analisis Kinerja Heat Exchanger Shell and Tube pada Sistem COG
Booster di Integrated Steel Mill Krakatau. Jakarta: Universitas Mercu Buana Fakultas
Teknik.
Syaichurrozi, Iqbal. 2014. Kajian Performa Alat Penukar Panas Plate and Frame:
Pengaruh Laju Alir Massa, Temperatur Umpan dan Arah Aliran Terhadap Koefisien
Perpindahan Panas Menyeluruh. Cilegon: Universitas Sultan Agung Tirtayasa Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Kimia.
Ulaan, Tertius V. Y. 2008. Effect of Baffle Distance to Heat Transfer Coefficient and
Pressure Drop of Shell at Heat Exchanger. J.FORMAS 2(1) : 89-93

Anda mungkin juga menyukai