Anda di halaman 1dari 30

Tujuan Pengujian

Melalui pengujian ini diharapkan dapat mengetahui sifat sifat logam

seperti sifat mekanik, sifat fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah

kemampuan suatu bahan untuk menerima beban atau gaya tanpa

menimbulkan kerusakan pada benda tersebut. Beberapa sifat mekanik

antara lain :

KEKUATAN ( STRENGHT )

Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa

menyebabkan bahan menjadi patah, kekuatan ini terdiri dari : kekuatan

tarik, kekuatan tekan, kekuatan geser, dan lain sebagainya.

KEKERASAN ( HARDNESS )

Menyatakan kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan,


pengikisan
( abrasi ).Sifat ini berkaitan terhadap sifat tahan aus ( wear resistance ).

KEKENYALAN ( ELASTICITY )

Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa

mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanent setelah

tegangan dihilangkan. Tetapi apabila tegangan melampaui batas maka

perubahan bentuk akan terjadi walaupun beban dihilangkan.

KEKAKUAN ( STIFNESS )

Adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa

mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk atau defleksi.

PLASTISITAS ( PLASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi

plastis ( yang permanent ) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan.

Sifat ini sering disebut sebagai keuletan ( ductility ).

KETANGGUHAN ( TOUGHNESS )

Menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa

mengakibatkan terjadinya kerusakan atau banyaknya energi yang

diperlukan untuk mematahkan suatu bahan.

MERANGKAK ( CREEP )

Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi

plastis yang besarnya merupakan fungsi waktu pada saat menerima

beban yang besarnya relatif besar.

KELELAHAN ( FATIQUE )

Merupakan kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima

tegangan berulang ulang yang besarnya masih jauh dibawah batas

kekuatan elastisnya.

PENGUJIAN BAHAN

A. SIFAT MEKANIS BAHAN

1. Sifat mekanis logam


Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk
menahan beban-beban yang dikenakan kepadanya. Dimana beban-beban
tersebut dapat berupa beban tarik, tekan, bengkok, geser, puntir,atau
beban kombinasi.beberapa sifat mekanis logam antara lain:
Kekuatan (strenght)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan tersebut menjadi patah.
Kekerasan (hardness)
Dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk tahan terhadap
goresan , pengikisan (abrasi), penetrasi. Sifat ini berkaitan erat dengan
sifat keausan (wear resistance).
Kekenyalan (elasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah
tegangan dihilangkan.
Kekakuan (stiffness)
menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
Plastisitas (plasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi
plastis (yang permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat
ini sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai
proses pembentukan seperti, forging, rolling, extruding dan sebagainya.
Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan atau kekenyalan (ductility).
Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi
dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan atau kekenyalan
tinggi, dimana bahan tersebut dikatakan ulet atau kenyal (ductile).

B. PENGUJIAN BAHAN

Melalui pengujian kita dapat mengetahui sifat sifat mekanik


logam dan sifat fisik lainnya.Seperti
kekerasan,kekuatan,kekenyalan,kekakuan dan plastisitas bahan.Adapun
jenis pengujiannya antara lain:

1. Pengujian Destruktif
Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifta merusak bahan
yang diuji sehingga bahan yang diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang
diuji adalah bahan yang telah memenuhi bentuk dan jenis secara
internasional .
umumnya ada beberapa pengujian destruktif yaitu:
1.1 Pengujian Kekerasan
Salah satu sifat mekanik dahan yang penting adalah kekerasan.

Untuk mengetahui nilai kekerasan dari suatu bahan, dilakukan pengujian

kekerasan menurut suatu metode tertentu.

Pengujian kekerasan ini bertujuan :

1. Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.

2. Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu

kekerasan dari logam setelah di Heat Treatment.

3. Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan

pendinginan.

4. Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh

media pendingin.

Pengertian Kekerasan

Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap


deformasi dan untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran
ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen.
apabila yang menyatakan kekerasan sebagai ukuran terhadap lekukan
dan ada pula yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran kemudahan
dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan
perlakuan panas dari suatu logam.
Terdapat 3 jenis ukuran kekerasan secara umum, yang bergantung

pada cara pengujian ketiga jenis tersebut adalah:

1. Kekerasan goresan ( Stracht Hardness ), adalah kekerasan yang diukur

dari hasil goresan yang terdapat pada benda kerja. misalnya cara

pengujian MOHS.

2. Kekerasan Lekukan ( Identation Hardness ), adalah harga kekerasan yang

diukur dari hasil lekukan yang terdapat pada benda kerja.


3. Kekerasan Pantulan ( Rebound ) atau kekerasan dinamik ( Dinamic

Hardness ), adalah harga kekerasan yang diukur dari hasil pantulan yang

lakukan pada saat pengujian.

Misalnya cara penekanan : BRINELL, MEYER, VICKERS, ROCKWELL, dan

lain-lain.

Penentuan kekerasan untuk keperluan industri biasanya digunakan

metode. Pengukuran ketahanan penetrasi bola kecil, kerucut atau

piramida. Pengujian kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak

pengujian yang dipakai. Karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang

kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasinya.

Pengukuran kekerasan digolongkan dalam kelompok pengujian tak

merusak. dan diterapkan untuk inspeksi sebagai suku cadang karena

kekerasan dengan kekuatan tarik sedang ketahanan aus berbanding

terbalik dengan kekerasan.

- Pengaruh Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan

Macam-masam proses perlakuan panas

1. Thermal Treatments.

2. Thermochemical Treatment.

3. Inovatif Surface Treatment.

Pada tiap perlakuan panas diatas mempunyai pengaruh yang

berbeda beda pada kekerasan misalnya thermochemical treatments,

pengaruhnya terhadap kekerasan hanya pada kedalaman tertentu dari

benda kerja, sesuai dengan yang diinginkan pada pengujian kekerasan

yang dilakukan, perlakuan panas yang digunakan adalah thermal


treatment yang meliputi : annealing ( full annealing, recrystalization

annealing, stress relief annealing ), normalizing, hardening, tempering.

Tiap-tiap perlakuan panas memberikan efek yang berbeda pada

bahan yang dikenai, sedangkan pada thermal treatment prosesnya

meliputi:

1. Hardening

Adalah proses pemanasan logam ( baja ) diatas temperature kritis

untuk beberapa waktu, lalu dicelupkan kedalam media pendingin, dengan

cara seperti ini tingkat kekerasan akan meningkat. Hardening juga dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk mendapatkan

struktur martensite yang keras dengan sifat kekerasan yang tinggi dan

kekenyalan yang rendah.

2. Tempering

Adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk

menghilangkan tegangan dalam. Pada proses tempering baja yang telah

diheat treatments dipanasi kembali pada suhu 150 oC - 650 oC.

3. Anealing

Adalah proses heat treatment dimana pemanasannya dilakukan

sampai mencapai temperature tertentu, dan ditahan pada temperature

tertentu yang diinginkan, kemudian didinginkan perlahan. Tujuan anealing

adalah untuk menghilangkan tegangan dalam. Pada peristiwa ini


o
dilakukan pemanasan sampai diatas suhu kritis ( 60 C ), kemudian

setelah suhu rata didinginkan diudara.


4. Normalizing

Adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk

mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam. Pada proses ini
o
dilakukan pemanasan diatas suhu kritis 721 C ( 60 oC ), kemudian

setelah merata didinginkan diudara.

Pada percobaan kita menggunakan proses annealing yang

bertujuan :

Melunakkan regangan sisa

Menghaluskan ukuran butir

Memperbaiki sifat kelistrikan

Melunakkan dan memperbaiki keuletan

Secara khusus jenis annealing yang dipergunakan adalah full

annealing. Full annealing digunakan untuk membuat baja yang lebih

lunak, menghaluskan butir dan dalam beberapa hal dapat memperbaiki

machineability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami pemanasan

sampai temperatur yang tinggi. Biasanya butir kristalnya akan terlalu

besar, sehingga sifat mekaniknya kurang baik. Maka butiran kristal

tersebut perlu dihaluskan dengan full annealing.

Pada baja hypoutektoid dipanaskan dengan range temperatur 30


o
C - 60 oC diatas A1 pada dapur pemanas, ditahan pada temperatur itu

dan didinginkan secara lambat ( dengan media udara ), sedangkan pada


baja hypotektoid perbedaannya hanya pada pemanasan pada range 30 oC

- 60 oC diatas garis A1.

- Macam macam Pengujian Kekerasan Yang Dilakukan

Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-

penekanan tertentu pada benda kerja dengan bahan tertentu dengan

mengukur ukuran penekanan yang berbentuk diatasnya :

a. Metode Brinel

b. Metode Vickers

c. Metode Rockwell

Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-


penekanan tertentu pada benda kerja dengan bahan tertentu dengan
mengukur ukuran penekanan yang berbentuk diatasnya :
a. Metode Brinel

b. Metode Vickers

c. Metode Rockwell

Metode yang dilakukan pada pengujian ini adalah Metode Brinell dan
Metode Vickers.

a) Uji Kekerasan Rockwell


Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui
tingkat kekerasan. Tingkat kekerasan yang di uji adalah tingkat kekerasan
logam baik logam ferrous maupun logam non ferrous dengan
menggunakan alat Rockwell Hardness Tester.

- Flowchart Uji Kekerasan Rockwell


Berikut ini adalah flowchart metodologi pengambilan data untuk
praktikum ini:

Gambar 3.1 Flowchart Pengambilan Data Uji Kekerasan 29

Penjelasan Flowchart Metodologi pengambilan data pada simulasi


adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Material Logam ferrous (baja karbon) dan logam non ferrous
(alumunium dan tembaga).
2. Memotong Memotong bahan yang akan diuji.
3. Mengerinda / mengikir Menghaluskan permukaan bahan uji yang telah
dipotong.
4. Mengamplas Menghaluskan bahan uji dari amplas berukuran 100 sampai
dengan 1000 sampai permukaan benda rata.
5. Uji Kekerasan (rockwell) Baja Karbon, Alumunium, dan Tembaga Menguji
bahan uji dengan alat Rockwell, yaitu untuk kelompok logam ferrous
menggunakan indentor kerucut diamond 120o dan untuk kelompok logam
non ferrous menggunakan indentor steel ball berukuran 1/16.
6. Pengambilan data Mengambil data yang dihasilkan pada saat menguji
bahan, yaitu dengan menetukan beban yang diberikan, dimana untuk baja
menggunakan jenis HRa dengan beban yang diberikan 60KP, untuk logam
ferrous baja yang telah dilakukan kalibrasi menggunakan jenis HRc
dengan beban yang diberikan 150KP, logam non ferrous alumunium dan
tembaga menggunakan jenis HRb dengan beban yang diberikan 100KP.
7. Analisa Menganalisa hasil pengambilan data, yaitu membandingkan
hasilnya untuk kelompok logam ferrous dan logam non ferrous untuk
dicari mana yang paling keras.
8. Kesimpulan Menarik kesimpulan menurut tujuan yang telah ditentukan.

b) Metode Pengujian Brinel

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memberikan


penekanan kepermukaan suatu speciment uji. Penekanan ini dilakukan
dengan menggunakan suatu penekan (indentor) berbentuk bola.
Prosedur pengujian Brinell yaitu :

1. Menentukan besar beban sesuai jenis dan ketebalan bahan.

2. Memasang indentor pada dudukannya.

3. Specimen uji diletakkan pada landasan dengan posisi penampang

tegak lurus terhadap indentor.

4. Menaikkan landasan sampai specimen dan indentor bersinggungan.

5. Melakukan penekanan sampai beban yang telah ditentukan.

6. Pemberian holding time selama :

a) 15 detik untuk besi dan baja.

b) 30 detik untuk tembaga dan paduannya.

c) Beberapa menit untuk timah timbel dan paduannya.

7. Menghilangkan beban dari specimen.


8. Menghitung diameter bekas indentasi.

9. Menghitung nilai kekerasan sesuai rumus

Setelah dapat nilai kekerasan Brinnell ( HB ) penulisannya adalah sebagai

berikut :

HB = A HB C / D / E

Dimana ; HB = symbol nilai kekerasan Brinell.

A = hasil perhitungan dari rumus.

C = besar pembebanan yang dikenakan .

D = diameter indentor.

E = holding time dalam detik.

Misal : 120 HB 10 / 1000 / 5

mempunyai arti nilai kekerasan brinall : 120

diameter indentor : 10

besar beban : 1000

Data Kekerasan Brinell.

Bahan : ST 37

Media pendingin : Air

Dimensi : - panjang : 15 mm - diameter : 10 mm

Mesin penguji : Mesin Brinell Hardness Tester

Tabel 2.1 Kekerasan Brinell


N Suhu Bahan Beban D d Kekerasan
( oC (F) ( mm ( mm ( HB )
o ) ( Kg ) ) )

1 725 ST 37 1000 10 3,4 106,869

2 750 ST 37 1000 10 2,8 159,235

3 798 ST 37 1000 10 2,8 159,235

4 800 ST 37 1000 10 2.6 176,928


Rumus Kekerasan brinell
HB =

HB1 = = 106,869 HB

HB2 = = 159,235 HB

HB3 = = 159,235 HB

HB4 = = 176,928 HB

c) Metode Pengujian Vickers

Kekerasan ini diukur dengan mempergunakan alat penguji vickers.

Dalam pengujian ini dipakai piramid dimana dengan sudut bidang duanya

136o sebagai penekan.

Hasil pengujian tidak tergantung pada besarnya beban / gaya

tekan. Alat ini dapat mengukur kekerasan bahan mulai dari sangat lunak

( 5 VHN ) sampai yang sangat keras ( 1500 VHN ), tanpa perlu mengganti

daya tekan dapat dipilih antara 1 120 Kg tergantung kekerasan atau

ketebalan bahan yang diuji.

Kekerasan vickers pada prinsipnya sama dengan kekerasan brinell,

yaitu beban dibagi luas tapak penekanan.

Rumus Kekerasan Vickers :


HV = =
Dimana :
F : Force ( Kgf )
D : Diagonal Tapak ( mm )
: Sudut puncak identor ( 136 )

Prosedur pengujian Vickers yaitu :

1) Menentukan beban yang akan digunakan.

2) Memasang indentor piramida intan.

3) Meletakkan specimen pada landasan sehingga penampangnya tegak

lurus terhadap indentor.

4) Menyetel ketinggian atau kenaikan specimen, agar seratnya terlihat

pada microscope kemudian menggeser posisi sensor dengan indentor.

5) Melakukan penekanan dengan menekan tombol start.

6) Menuggu speciment ditekan sampai lampu holding padam.

7) Mengeser posisi indentor dengan sensor kembali, kemudian

menghitung diagonal batas penekanan yang terjadi.

8) Menghitung nilai kekerasan yang sesuai dengan rumus.

Data Kekerasan Vickers.

Bahan : ST 37

Holding : 6 menit

Media pendingin : Air

Dimensi : - Panjang : 15 mm

- diameter : 10 mm
Mesin penguji : Mesin Vickers Hardness Tester

Tabel 2.6 Kekerasan Vickers

N Suhu Bahan Beban ( F Diagonal Kekerasan


o (oC) ) ( d) ( HV )
( Kg ) ( mm )
1 725 ST 37 30 0,5935 191,79

2 750 ST 37 30 0,5515 182,868

3 798 ST 37 30 0,538 192,456

4 800 ST 37 30 0,546 186,57

Rumus Kekerasan vickers

HV = 1,854

HV1 = 1,854 = 191,79 HV

HV2 = 1,854 = 182,868 HV

HV3= 1,854 = 192,456 HV

HV4 = 1,854 = 186,57 HV

1.2. Pengujian Tarik


Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan
karena pengujian tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses
pembebanan. Pada uji tarik , benda uji diberi beban gaya tarik , yang
bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material, maka
yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap material
tersebut. Dalam dunia industri tentu akan menjadi sangat boros bila
dilakukan pengujian dari setiap barang yang ingin diketahui sifat
mekaniknya. Lalu apa yang dilakukan oleh orang-orang di industri?
Mereka melakukan pengujian terhadap spesimen dari barang yang ingin
mereka ketahui sifat mekaniknya. Ada beberapa uji mekanik yang bisa
dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat material, antara lain; uji tarik
(tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi/ puntir(torsion test), uji
fatigue, dll. Dari sekian pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui
sifat material, uji tarik menjadi pengujian yang paling disukai untuk
dilakukan karena dari satu pengujian dapat diketahui lebih banyak sifat
material dari satu pengujian tersebut. Dalam artikel kali ini, penulis akan
sedikit membahas tentang pengujian tarik dan sifat-sifat material apa saja
yang bisa diketahui dari uji tarik.
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar.
Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan telah mengalami
standarisasi di seluruh dunia, baik dari metode pengujian, bentuk
spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil pengujian
tersebut. Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita akan
mengetahui reaksi dari material tersebut terhadap pembebanan yang
diberikan dan seberapa panjang material tersebut bertahan sampai
akhirnya putus.
Gbr 1.Skema pengujian tarik dari awal pembebanan

1. Mengapa melakukan Uji Tarik?

Dari uji tarik, banyak sifat-sifat yang bisa kita ketahui dibandingkan
dengan pengujian lain. Dari hasil penarikan material hingga material
tersebut putus, kita dapat mengetahui data yaitu berupa tegangan tarik
versus pertambahan panjang dari material yang kita uji.

Gbr 2. Gambaran singkat uji tarik dan tegangan yang terjadi


Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum
bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya
disebut Ultimate Tensile Strength disingkat dengan UTS, dalam bahasa
Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.

Hukum Hooke (Hookes Law)


Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus
dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau
linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban
mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress: = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: = L/L L: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=/
Selanjutnya kita dapatkan Gambar, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah
linier, di mana perbandingan tegangan () dan regangan () selalu tetap.
E diberi nama Modulus Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang
menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat
kurva SS (SS curve).

Gbr 3.Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada gambar di bawah ini.

Gbr 4. Standar specimen yang digunakan


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan
(strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada
gambar di atas. Bila pengukur regangan ini mengalami perubahan
panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang
dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan
regangan.

Gbr 5. Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen


2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail.
Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji
tarik dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.6.
Gbr.6 Profil data hasil uji tarik
Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan
berpedoman pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.6. Asumsikan bahwa kita
melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah
dalam gambar.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada
Gbr.6 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress),
maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh y (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis e (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen
bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada
adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada
titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (fracture strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di
mana bahan yang diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan
elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang
jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang
menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut
offset-strain (Gbr.7).

Gbr.7 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah
linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa
(Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar
interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi
plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik.
Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum
putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas
(brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan
menyerap energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan
Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy
per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan
ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan
tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of
toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas
daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan
berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah
dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan
dan regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas
penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan
regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.8.

Gbr.8 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya


Referensi:

1. Material Testing (Zairyou Shiken). Hajime Shudo. Uchidarokakuho,


1983.

2. Material Science and Engineering: An Introduction. William D.


Callister Jr. John Wiley&Sons, 2004.

3. Strength of Materials. William Nash. Schaums Outlines, 1998.

4. Artikel bapak Azhari Sastranegara

Langkah pengujian kekuatan tarik sebagai berikut :

a. Menyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut pada

plotter.

b. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga

hidrolik diawali 0 kg hingga benda putus pada beban maksimum yang

dapat ditahan benda tersebut.

c. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan

panjang benda uji setelah putus.

d. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji

terdapat pada layar digital dan dicatat sebagai data.

e. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada meja

plotter.
f. Hal terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan luluh,

perpanjangan, reduksi penampang dari data yang telah didapat dengan

menggunakan persamaan yang ada.

Gambar 22. Mesin uji tarik.

Keterangan gambar :

1. Batang hidrolik 3. Ragum atas 5. Pembacaan skala

2. Dudukan ragum 4. Ragum bawah 6. Meja plotter

1.3 Pengujian lengkung (Bending Test)


Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan
yang diletakkan terhadap specimen dan bahan, baik bahan yang akan
digunakan pada kontraksi atau komponen yang akan menerima
pembebanan terhadap suatu bahan pada satu titik tengah dari bahan
yang ditahan diatas dua tumpuan.
Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu bentuk
pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu
uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat
pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal
maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel
ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength )
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh ( yield ).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan
menjadi 2 yaitu transversal bending dan longitudinal bending.

a. Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus
dengan arah pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga :
1. Face Bend ( Bending pada permukaan las )
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan
las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan
tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis perbatasan
WM dan HAZ ).
2. Root Bend ( Bending pada akar las )
Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
.Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik,
apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,
apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ)

3. Side Bend ( Bending pada sisi las ).


Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las .
Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari
3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul
retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,apakah di Weld
metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

b. Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah
dengan arah pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi menjadi dua :
Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
.Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan
tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan
WM dan HAZ).

Root Bend (Bending pada akar las)


Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan
dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul
retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld
metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Kriteria kelulusan uji bending
Untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil pengujian harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan.
2. Keretakan maksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar
antara 1mm 3 mm.
3. Keretakan sudut maksimal 6 mm. kecuali keretakan berasal dari
beberapa jenis retak maka keretakan maksimal 3mm.

1.4. Uji impact

Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai


sebuah metode uji impct digunakan dalam dunia industry khususnya uji
impact charpy dan uji impact izod. Dasar pengujian ini adalah penyerapan
energy potensial dari pendulum beban yang mengayun dari suatu
ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi
deformasi.

Sistem Pengujian Pukul Takik


1. Uji Charphy
Benda uji diletakkan secara mendatar dan ditahan pada sisi kiri &
kanan. Kemudian benda dipukul pada bagian belakang takikan, letaknya
persis di tengah.Takikan membelakangi pululan.
2. Uji Izod
Benda uji dijepit pada satu ujungnya pada posisi tegak. Lalu benda uji
ini dipukul dari sisi depan pada sisi ujung yang lain
Macam-Macam Patahan :
1. Patahan getas :
Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.
misal : besi tuang
2. Patahan liat :
Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.
misal : baja lunak, tembaga dsb
3. Patahan campuran :
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet.
misal : pada baja temper

1.5. Uji struktur


Uji struktur mempelajari struktur material logam untuk keperluan
pengujian material logam dipotong-potong kemudian potongan diletakkan
dibawah dan dikikisdengan material alat penggores yang sesuai. Untuk
pemeriaksaan =nya dilakuakan dengan alat pembesar ataupun mikroskop
elektronik.
- Pengujian dengan larutan ETSA

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memeperjelas batas butir


yang ada pada suatu material karena larutan etsa akan memeberi warna
tambahan pada batas butir. Namun larutan ini dapat merusak batas butir
tersebut.,bertujuan juga untuk mengetahui struktur mikro logam serta
sifat sifatnya. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh Heat
Treatment terhadap perubahan struktur mikro dan perubahan sifat logam
serta membandingkannya dengan sifat mekanik yang diinginkannya.

1.5.1. Teori Dasar

Sifat sifat logam, terutama sifat mekanik sangat dipengaruhi oleh


struktur logam disamping komposisi kimianya. Misalnya suatu logam atau
paduan (dengan komposisi kimia tertentu) akan mempunyai sifat
mekanik yang berubah ubah, bila struktur mikronya diubah.
Struktur mikro dapat diubah dengan jalan memberikan proses

perlakuan panas atau Heat Treatment pada logam atau logam

paduan, selain proses perlakuan panas, proses deformasi juga dapat

mengubah struktur mikro dari logam atau logam paduan. Dalam

pemeriksaan metalografi ini akan dilakukan dahulu perlakuan panas,

kemudian dilakukan pemeriksaan struktur mikro pada beberapa sample.

Pada pengujian ini menggunakan ST-37 dengan cara dilaku

panaskan dengan thermal treatment yang mana terdiri dari annealing

( full annealing, annealing); normalizing, hardening ,tempering.

Transportasi fasa yang terjadi pada saat pemanasan

recrystalization, annealling stress relif dalam proses fullannealing.

Baja dipanaskan tepat pada Temperatur kritis ( A1 ), belum tampak

adanya perubahan struktur mikro.


baja dipanaskan tepat melewati temperatur kritis (723 0 C ) akan

mengalami reaksi eutektoid, yaitu lamel-lamel ferrit dan sementit dari

perlit akan bereaksi menjadi austenit.

Perlit ( ferrit sementit ) = austeneaksi ini berlangsung pada temperatur

konstan temperatur tidak akan naik sampai seluruh ferrit dan sementit

dalam perlit habis menjadi austenit.

Setelah perlit habis maka mulai terjadi kenaikan temperatur, maka ferrit

hypoeutektoid akan mengalami transformasi allotropik ( ferrit BBC

menjadi ferrit FCC ), transformasi ini berlangsung pada temperatur

konstan. Transfomasi allotropik berlangsung bersamaan dengan naiknya

temperatur, makin tinggi temperatur makin banyak ferrit yang

bertransformasi menjadi austenit.

Ferrit hypouetektoid telah berubah seluruhnya menjadi austenit ketika

tempertur mencapai titik kritis A3.

Pada saat penahanan temperature dengan waktu tertentu akan

terjadi difusi oleh atom-atom untuk menghomogenkan austenit yang

terbentuk.. Pada saat perbandingan austenit akan bertransformasi

kembali, sehingga struktur mikro yang terbentuk sesuai dengan laju

perbandingan, misalnya perlit kasar, perlit halus, bainit bawah, bainit

atas, martensit dsb.

Transformasi pendinginan lambat dengan media udara :

Austenit akan mulai membentuk inti ferrit pada saat temperature kritis

A3 ( inti ferrit pada batas butir austenit )

Transformasi ini terjadi karena perubahan allotropic dan besi gamma ke

besi alpha. Karena ferrit hanya dapat melarutkan sangat sedikit sekali,
maka karbon pada austenit akan semakin banyak bila ferrit semakin

banya terbentuk ( dengan turunnya temperatur ).

Besarnya kandungan karbon dalam austenit dengan menurunnya

temperature mengikuti garis temperature kritis A3, sehingga pada saat

temperature mencapai temperatur kritis A3, komposisi sisa austenit sama

dengan komposisi eutectoid. Pada temperature ini austenit berubah

menjadi perlit lamellar.

Prosesnya dengan tumbuhnya sementit yang kaya karbon di

perlakukan sejumlah besar karbon dari austenit akan mengalami

kekurangan karbon dan berubah menjadi ferrit. Untuk berubahnya

austenit menjadi ferrit ini dikeluarkan sejumlah karbon yang akan menjadi

sementit.

Dengan demikian akan membentuk struktur yang lamellar yang

dinamakan perlit. Perpindahan atom itu berlangsung secara difusi,

karenanya membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu perlit terjadi

pada proses pendinginan yang berlangsung cukup lambat.

Transformasi austenit menjadi perlit ( reaksi eutectoid ) mengeluarkan

sejumlah panas, sehingga reaksi eutectoid berlangsung pada temperature

konstan ( temperature akan turun bila reaksi sudah selesai ).

Saat berada pada temperature kritis transformasi hanya terjadi pada

austenit. Ferrit yang terbentuk sebelumnya ( ferrit hypoeutektoid ) tidak

mengalami parubahan.

Pada temperatur yang lebih rendah lagi tidak terjadi transformasi fase.

Proses full annealing ini digunakan untuk membuat baja lebih lunak,

menghaluskan butir dan dalam beberapa hal dapat mamperbaiki


maehinability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami temperature

pengerjaan yang tinggi dan dapat menghasilkan butiran-butiran kristal

yang terlalu besar sehingga sifat mekaniknya kurang baik. Dengan proses

full annealing inilah butiran kristal

tersebutdihaluskan.

2. Pengujian non-destruktif
Pengujian ini tidak merusak dan merupakan bagian dari pengujian
bahan. Berainana dengan pengujian destruktif pengujian nendstruktif
terdiri dari:
2.1 Penetrant testing
Yaitu pengujian yang digunakan untuk melihat keretakan dan
perositas dari suatu bahan. Pengujian dengan penetrant terdiri dari 4
tahap yaitu pembersihan awal, pemberian penetrant, pembersihan
penetrant, dan pemberian developer. Pengujian ini memiliki keuntungan
yaitu murah dan cepat dilaksanakan.

2.2 Magnetic particle testing


Pengujian yang juga biasa disebut dengan pengujian menggu-nakan
partikel magnetic ini digunakan untuk diskontinuitas yang ada
dipermukaan dan dekat permukaan. Pengujian ini dapat kita lakukan un-
tuk melihat keretakan permukaan pada semua logam induk maupun ion,
laminasi fusi yang tidak sempurna, undercut, dan subsurface crack. Jika
dibandingkan dengan uji penetrant, pengujian ini dilakuakn untuk
diskontinuitas yang lebih dalam.

2.3 Ultrasonic testing


Pengujian ini menggunakan metode gelombang suara dengan frekuensi
tinggi. Keuntungan dari pengujian ini yaitu dapat dilakukan pada semua
bahan dan lebih dalam jika dibandingkan dengan uji magnetic dan uji
penetrasi karena menggunakan pantulan gelombang.

2.4 Radiography
Yaitu pengujian dengan menggunakan x-ray untuk mendapatkan
gambar dari material. Prinsipnya sama denagn penggunaan pada tubuh
material hanya saja menggunakan gelombang yang lebih pendek.
-eddy currentmemiliki prisnsip dasar yang hamper sama dengan teknik
medan magnet tetapi disini medan listrik yang dipancarkan adalah arus
bolak-balik. Prisnsipnya hamper sama denggan impedensi

Diposkan oleh Septer Tera di 22.55


Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

7 komentar:

1.

Ahmad Santosso11 Oktober 2014 18.27

terimakasih kawan,,
Berkatmu aq tinggal Mengkaji ulang, Laporan inni, hehehe

by ; Ihsan _ Banyuwangi

Balas

2.

Agil Luthfi Wal'Afiah12 Desember 2014 21.28

lebih bagus lagi kalo ada contoh flowchartnya bro

Balas
3.

Soghi Ratu25 Februari 2016 03.38

Makasih materinya Bang :) Salam Solidarity Forever :)

Balas

4.

Hendy Apriansyah8 September 2016 19.51

Lebih bagus kalo ada sumber nya om

Balas

5.

irvan nur25 Oktober 2016 22.27

nambah materi mantav

Balas

6.

sangat yakin14 November 2016 06.30

nahh mantap sangat bermanfaat

Balas

7.

Unknown27 Desember 2016 07.21

iya om, sumber nya juga menambah kemantapan materi ini om :)

Balas

Muat yang lain...

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Followers
Mengenai Saya

Septer Tera
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Arsip Blog
2015 (1)

2013 (3)

o November (2)

Pengujian Bahan

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK MID 1

o Oktober (1)

Digital clock Total Tayangan Laman


65349

Following
Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai