BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….…………………………...2
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………3
C. Tujuan Penulisan dan pembahasan…………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Gores………………………………………………………………………………..4
B. .Metode Pantul……………………………………………………………………….……...5
C. Metode Identasi………………………………………………………………. .....................6
A. Metode Brinell……..………………………………………...……………………….....6
B. Metode Vicker………………… …………………………………………………….....8
C. Metode Rockwel….…… ………………….…………...…………………………….....9
D. Metode Knoop……………….………………….……...……………………………...11
E. Metode Meyer…………… …………………….……...……………………………...12
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………....13
B. Saran….………………………………………………………………….............................13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….......................14
1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji kekerasan dari
suatu material, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui
gambaaran sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan
pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras, material dapat
dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau getas. P e n g u j i a n k e k e r a s a n
k h u s u s n y a l o g a m s a n g a t d i p e r l u k a n d a l a m b i d a n g manufaktur/ Konstruksi.
Dengan melakukan pengujian kekerasan dapat diketahui karakteristik suatu material baru
dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas
tertentu Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini,
kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material. Uji keras
juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold
working, hot working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran perubahan
kekuatannya, dengan mengukur kekerasan permukaan suatu material. Oleh sebab itu,
dengan uji keras kita dapat dengan mudah melakukan quality control terhadap material.
Prinsip metode apapun uji kekerasan adalah memaksa indentor suatu ke permukaan
sample diikuti dengan mengukur dimensi indentasi (kedalaman atau aktual luas
permukaan indentasi). Kekerasan bukan milik fundamental dan nilainya tergantung pada
kombinasi kuat luluh, kekuatan tarik dan modulus elastisitas.
2|Page
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Untuk Mengetahui Jenis- Jenis pengujian kekerasan?
2. Untuk mengetahui metode-metode pengujian kekerasan?
3. Untuk mengetahui pentingnya pengujian kekerasan suatu material?
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya penekanan
dari material lain yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini yaitu pada permukaan
material dilakukan penekanan dengan indentor sesuai dengan parameter (diameter,
beban dan waktu). Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji
kekerasan:
1. Metode Gores
Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji
dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding. Indentor
yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak
cocok untuk logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya
rendah karena tidak akurat.Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi
masih dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan
membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal
sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah,
sebagaimana dimiliki oleh talc, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi,
sebagaimana yang dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di
dunia diwakili oleh:
Prinsip pengujian :
Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu digores
oleh apatite (5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal
ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan
4|Page
nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral mineral diuji dengan metode lain,
ditemukan bahwa nilai nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki
rentang yang besar.
Pengujian dengan cara elastik atau pantul ialah pengujian kekerasan dengan cara
mengukur tinggi pantulan dari bola baja atau intan (hammer) yang dijatuhkan dari
ketinggian tertentu. Tinggi pantulan menunjukkan kekerasan bahan tersebut, semakin
tinggi pantulan artinya bahan ini memiliki kekerasan yang tinggi pengukuran kekerasan
dengan cara ini disebut sistem Shore Scleroscope. Konstruksi sistem Shore Scleroscope
seperti gambar berikut.
5|Page
3. Pengujian Dengan Metode Identasi.
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan
indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu
material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung
jenis indentor dan jenis pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan
dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun 1900. Pengujian
kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball)
dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk
lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur
jejak. Pengukuran nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus:
Indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-3000 Kg
Permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu
permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalami
karburasi ataupun proses sejenis lainnya.
Ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan.
Pengujian tidak boleh terlalu dipinggir.
Beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan pembebanan
tak diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban.
Jarak antar uji minimum 3d.
Tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji disebabkan
penggunaan beban yang terlalu besar.
Kelebihannya:
Kekuranganya:
Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta
7|Page
Tidak berlaku untuk material yang sangat lunak maupun sangat keras.
B. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136˚.
Prinsip pengujian adalah sama dengan metode Brinell dengan jejak yang dihasilkan
berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada
mikroskop pengujur jejak.
Pengujian Vickers dibagi menjadi dua berdasarkan beban yang digunakan yaitu
Mikroidentasi dan Makro identasi. Mikroidentasi Vickers menggunakan beban 1-1000gf
yang distandarkan oleh ASTM E384 sedangkan MakroIndetasi Vickers menggunakan
beban 1-120 kgf yang tercantum dalam ASTM E92.
8|Page
Prinsip Pengujian adalah sama dengan metoda Brinell hanya yang berbeda pada
bentuk identornya dan applikasi beban yang digunakan. Proses pengujianya adalah
dengan meletakan benda uji pada mesin kemudian diatur untuk pemebebanan serta
waktu identasinya ( 10-15 detik), setelah beban dihilangkan kemudian di ukur hasil Injakan
Identor yang berbentuk jajaran genjang dengan menggunakan skala mikroskop pengukur
jejak pada diagonalnya dan nilai kekerasanya dapat di hitung dengan persamaan berikut:
Kelebihannya:
Untuk mengatasi kelemahan Brinell.
Dapat Dipakai untuk bahan yang keras dan lunak.
Dapat digunakan untuk mengukur fracture toughness.
Ujung diagonal bekas injakan terlihat jelas sehingga mudah di ukur.
Satu skala dapat digunakan beban yang berbeda dari skala kecil hingga besar.
Kekurangannya:
Pengujianya relative lambat
Persiapan specimen yang lama.
Pengukuran diagonal tergantung operator
C. Metode Rockwell
Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka intan 120˚.
Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah pembebanan minor
kemudian pembebanan major. Nilai kekerasan ditentukan dengan perbandingan
kedalaman kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers
dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter atau diagonel jejak yang dihasilkan,
maka metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct
reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi
dalam beban dan indentor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak
9|Page
macamnya. Metode yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola
baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dan
beban 150 kg). Walaupun demikian lainnya biasa dipakai. Oleh karenanya skala
kekerasan Rockwell suatu material harus dispesifikasikan dengan jelas.
10 | P a g e
3. Rockwell C: Indentor berupa kerucut intan dengan pembebanan 150 Kg. Biasa
digunakan untuk logam-logam yang diperkeras dangan pemanasan.
Pengkategorian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor yang digunakan dengan
beban yang diberikan.Pengkategorian ini dimaksudkan agar penguji manggunakan jenis
kombinasi yang tepat pada benda uji sesuai dengak sifat yang dimiliki oleh benda uji
tersebut.
dimana
P : beban (kg)
L : panjang diagonal yang panjang (mm)
11 | P a g e
Ap : area yang tidak dijejaki oleh indentor
C : konstanta tiap indentor.
Lekukan pada benda uji diukur diagonalnya menggunakan mikroskop. Hasil
pengukuran tersebut digunakan untuk mencari nilai kekerasan Knoop dengan persamaan
seperti pada gambar diatas
Keuntungan dari Metode Meyer Hasil lebih stabil, harga kekerasan tidak
bergantung pada besar beban. Kelemahan dari Metode Meyer Kurang sensitif terhadap
bahan indentor daripada brinell. Untuk material yang diproses secara cold working, nilai
kekerasan meyer konstan dan independen terhadap besar beban, sedangkan kekerasan
Brinell berukuran dengan semakin besarnya beban. Untuk spesimen yang terlalu kecil,
12 | P a g e
maka deformasi material daerah sekitar penekanan tidak sepenuhnya plastis, sehingga
hasil pengukuran kurang akurat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang akan memilih berkarir dalam dunia steel
konstruksi dan engineering harus menguasai metode mengujian kekerasan seperti yang
tertuang dalam makalah ini, sehingga kita dapat menentukan jenis material yang kita
inginkan dalam membuat suatu rekayasa engineering.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e