Anda di halaman 1dari 92

PENGUJIAN

KEKERASAN MATERIAL
(HARDNESS TESTING)

Ardzy Panggayuh I, S.Pd


DEFINISI KEKERASAN

 kekerasan adalah ketahanan logam terhadap deformasi


plastik
 sifat logam yang memberikan kemampuan untuk
menahan deformasi secara permanen (bengkok, pecah,
atau berubah bentuk), ketika beban diaplikasikan.
Semakin tinggi nilai kekerasan dari metal maka semakin
tinggi pula ketahanan terhadap deformasinya
PENGUKURAN KEKERASAN

 Pengukuran kekerasan dapat didefinisikan dalam skala


dalam macro-, micro- atau nano- menurut gaya yang
diaplikasikan dan jejak yang diperoleh
 Ketika bahan memiliki microstructure yang halus, multi-
phase, non-homogen atau mudah retak maka
pengukuran makro hardness sangat bervariasi dan tidak
akan mengidentifikasi karakter permukaan tertentu
METODE PENGUKURAN KEKERASAN
 Rockwell hardness test
 Brinell hardness
 Vickers
 Knoop hardness
 Shore
 Barcoal
 Leeb Scale (Equotip) Hardness
Testing
 Ultrasonic Microhardness Testing
 Durometer
 IRHD Rubber Hardness Testing
 Mohs
PENGUJIAN KEKERASAN ROCKWELL

 pengujian kekerasan didasarkan pada pertambahan


kedalaman penekanan ketika beban diberikan
 Angka kekerasan tidak memiliki satuan dan umumnya
diberikan dalam skala huruf (A, B, C, dll)
 Angka tertinggi dari tiap skala menunjukkan material
terkeras
 Indenter bisa berupa bola baja dengan diameter tertentu
atau kerucut intan dengan sudut 120° dan radius ujung
0.2 mm yang disebut Brale
 Jenis indenter dan beban uji menentukan skala
kekerasan (A, B, C, dll).
 Beban minor 10 kg (10±0,2 kg) pertama
diaplikasikan untuk penetrasi awal dan
menetapkan indenter ditempatnya. Kemudian
dial diset sampai nol dan beban mayor
diaplikasikan. Setelah beban mayor dihilangkan
pembacaan kedalaman meskipun beban minor
masih berlaku. Angka kekerasan dapat dibaca
secara langsung dari skala pembacaan.
 pengujian Rockwell menggunakan beban
sebesar 60, 100, dan 150 kg.
• Effect of Specimen Thickness. The material immediately surrounding a Rockwell
indentation is cold worked. The extent of the cold-worked area depends on the
type of material and previous work hardening of the test specimen. The depth of
material affected has been found by extensive experimentation to be on the
order of 10 to 15 times the depth of the indentation. Therefore, unless the
thickness of the material being tested is at least 10 times the depth of the
indentation, an accurate Rockwell test cannot be ensured. This “minimum
thickness ratio” of 10 to 1 should be regarded only as an approximation.
• The depth of the indentation can be determined as follows. One Rockwell
number is equal to 0.002 mm (0.00008 in.). When the reading is taken with a
diamond indenter, the Rockwell hardness number obtained on the sample is
subtracted from 100, and the result multiplied by 0.002 mm. Therefore, a reading
of 60 HRC indicates an indentation depth from minor to major load of:
(100 - 60) × 0.002 mm = 0.08 mm
Depth = 0.08 mm (0.003 in.)
When a ball indenter is used, the hardness number is subtracted from 130;
therefore, for a dial reading of 90 HRB, the depth is determined by:
(130 - 80) × 0.002 mm = 0.10 mm
Depth = 0.10 mm (0.004 in.)
• the distance from the center of the indentation to the edge of the specimen must
be at least 2.5 times the diameter of the indent.
Uji kekerasan Rockwell C
 Pengujian ini hampir sama dengan uji Brinnel didasarkan pada
penetrasi indentor kerucut intan dengan sudut puncak 120º (radius
ujung 0,2 mm).
 Indentor diset dengan beban minor 10 kg yang dapat terbaca pada
dial indicator kemudian dial diturunkan sampai menjadi nol. Beban
pertama disebut dengan beban minor sebesar 10 kilograms
diaplikasikan pada spesimen untuk mendudukan indentor dan
membantu menghilangkan efek dari ketidakteraturan permukaan.
Intinya beban minor menjadikan permukaan berbantuk lebih
seragam sampai beban mayor diaplikasikan.
 Setelah itu beban mayor sebesar 140 kg diberikan selama periode
tertentu sekitar 3 detik. Kekerasan selanjutnya dibaca secara
langsung setelah menghilangkan beban mayor pada dial kekerasan
(pada skala C) tanpa menghitung beban minor lagi.
Kelebihan dari metode HRC
 uji Rockwell C diaplikasikan secara luas pada
industri karena kecepatan penggunaan dan
fasilitas yang langsung terbaca pada mesin.
Metode ini mampu menguji logam yang
dikeraskan dan ditemper dan juga komponen
yang dikeraskan secara induksi dan nyala
dimana kekerasan normalnya dalam rentang 30
-70 HRC.
Keterbatasan dari metode HRC
 uji Rockwell C tidak dapat diaplikasikan pada
material yang lunak dan juga material yang
memiliki kedalaman lapisan kurang dari 0,5 mm
karena semua mesin metode HRC didesain
dengan beban mayor sebesar 140 kg karena itu
pengujian kedalaman lapisan kurang dari 0,5
mm dilakukan dengan mesin khusus dengan
beban 1 – 30 kg.
Typical anvils for Rockwell hardness testing. (a) Standard
spot, flat, and V anvils. (b) Testing table for large workpieces.
(c) Cylinder anvil. (d) Diamond spot anvil. (e) Eyeball anvil
Rockwell test setups for long testpieces. (a) Jack setup. (b) Variable rest setup
Pengujian kekerasan Rockwell B
 Untuk material lunak seperti paduan tembaga,
baja lunak dan paduan aluminium maka
pengujian menggunakan bola baja yang
dikeraskan diameter 1/16" dengan total beban
100-kilogram terdiri dari beban minor 10 kg dan
beban mayor 90 kg.
 Uji ini digunakan untuk mengukur kekerasan 35
– 110 HRB. Karena itu metode ini tidak seakurat
uji Brinnel atau Vickers untuk material yang
keras.
Pengujian kekerasan Rockwell A

 Untuk Rockwell skala A, menggunakan


indentor yang sama dengan uji HRC
hanya total beban pengujian adalah
sebesar 60 kg. Kekerasan terbaca
langsung pada skala A setelah beban uji
dihilangkan
 Penunjukkan angka kekerasan Rokwell
diikuti oleh huruf "HR" (Hardness
Rockwell), yang diikuti oleh huruf lainnya
yang menunjukkan skala Rokwell yang
spesifik.
 Sebagai contoh adalah 60 HRB, yang
menunjukkan bahwa spesimen memeliki
kekerasan 60 pada skala B
Rockwell Superficial Hardness
Tester
 Mesin ini sama dengan penguji Rockwell standar tetapi digunakan
untuk menguji strip tipis atau permukaan lapisan karburasi yang
tipis, benda kecil atau benda yang akan rusak bila diuji pada kondisi
biasa. Penguji Superficial menggunakan beban minor sebesar 3
kilograms dan beban mayor 15 atau 45 kilograms tergantung pada
indenter. Dengan menggunakan indenter bola baja diameter 1/16"
maka hurut "T" ditambahkan (berarti pengujian sheet tipis) untuk
penandaan kekerasan superficial. Sebagai contoh dari kekerasan
rokwell superficial adalah 15T-22 yang menunjukkan kekerasan
superficial 22, dengan beban 15 kilograms menggunakan bola baja.
Jika menggunakan kerucut intan 120 derajat maka huruf "T"
digantikan dengan huruf "N".
Hal-hal yang perlu diperhatikan
sebelum pengujian
 Komponen yang diuji harus bebas dari kotoran, minyak,dan goresan
akibat permesinan. Perbedaan 1 HRC selama pengujian berkaitan
dengan perbedaan 0,002 mm penetrasi kedalaman. Karena itu finishing
permukaan harus diperhatikan dan juga permukaan yang berlawanan
(dasar) harus benar halus dan paralel.
 Setiap mesin uji kekerasan memiliki standar tes block yang digunakan
untuk menentukan apakah mesin uji perlu untuk dikalibrasi. Tes block
harus diuji pada permukaan atasnya dan dijaga agar tidak berkarat dan
kotor. Uji pada tes blok dilakukan 4 – 5 kali sebelum mengkalibrasi
mesin.
 Lokasi pengujian berjarak minimal 2x diameter indentor dari tepi
komponen dan paling tidak 4x diameter dari pusat indentasi yang telah
dibuat.
 Koreksi diperlukan untuk permukaan yang lengkung. Untuk diameter
pengukuran lebih dari 25 mm maka faktor koreksi dapat diabaikan
Rockwell test
With digital display for Rockwell A, B, C and superficial hardness testing
Pengujian Kekerasan Brinell
 Kekerasan Brinell ditentukan dengan
memberikan gaya pada bola baja atau karbida
yang keras dengan diameter dan beban tertentu
pada permukaan material dan mengukur
diameter jejak indentation setelah pengujian.
 Angka kekerasan Brinell diperoleh dengan
membagi beban yang digunakan (dalam
kilogram) dengan luas aktual permukaan
indentasi (dalam milimeter persegi) sehingga
hasilnya merupakan pengukuran tekanan
 Uji kekerasan Brinell menggunakan mesin desk top untuk menekan
bola baja yang diperkeras dengan diameter 10mm kedalam
permukaan spesimen uji.
 Mesin memberikan beban 500 kilogram untuk logam lunak seperti
tembaga, kuningan, dan benda tipis. Beban sebesar 1500 kilogram
digunakan untuk cor aluminium dan beban 3000 kilogram digunakan
untuk bahan seperti besi dan baja. Beban diaplikasikan selama 10
sampai 15 detik.
 Setelah penekanan dibuat dilakukan pengukuran diameter lingkaran
penekanan yang dihasilkan (jejak indentasi) mengunakan mikroskop
portabel dengan pembesaran yang rendah. Kekerasan dihitung
dengan membagi beban dengan luas permukaan lengkung akibat
indentasi.
 Untuk lebih mudahnya biasanya sudah terdapat tabel yang
menunjukkan hubungan diameter jejak indentasi dengan kekerasan
Brinnel
 Angka kekerasan Brinell terstruktur dengan mengacu
pada kondisi pengujian, seperti "75 HB 10/500/30" yang
berarti kekerasan Brinell 75 diperoleh menggunakan
baja diperkeras diameter 10mm dengan beban 500
kilogram diaplikasikan selama 30 detik.
 Pada pengujian logam yang sangat keras maka
digunakan bola tungsten karbida sebagai indentornya.
Diantara tiga pengujian kekerasan, bola Brinell
menghasilkan indentasi yang luas dan dalam sehingga
pengujian digunakan pada berbagai material.
 Diameter jejak indentasi dibaca dengan mikroskop
khusus dengan pembesaran 20x dan skala yang dapat
dilihat dengan mata biasa
Kekerasan brinnel

Dengan
BHN = the Brinell hardness number
F = beban penekan (kg)
D = diameter indenter (mm)
Di = diameter jejak penekanan indenter (mm)
Example
 What is the Brinell hardness for a
specimen with an indentation of 5 mm is
produced with a 3000 kg applied load
2(3000kg)
BHN 

 (10mm) 10mm  (10mm) 2  (5mm) 2   142.6kg / mm2
 ASTM E-10 merupakan standar tes untuk
menentukan kekerasan Brinell dari bahan
logam. Beban yang diaplikasikan pada
pengujian ini biasanya 3,000, 1,500, or
500 kgf dengan diameter indentasi dalam
rentang 2.5 sampai 6.0 mm. Beban uji
diaplikasikan selama 10 sampai 15 detik.
prasyarat specimen uji Brinnel :
 Spesimen harus bebas dari kotoran atau minyak sebelum pengujian.
Permukaan dalam kondisi halus yang bias diperoleh dengan gerinda
ataupun kertas gosok.
 Permukaan uji harus datar
 permukaan yang lengkung harus dimesin agar menjadi datar
 Spesimen yang diuji harus memeliki kedalaman minimal 10 kali kedalaman
penekanan
 Minimal jarak antar pusat penekanan yang berdekatan harus 4 kali diameter
atau dari sisi 2,5 kali diameter penekanan
 The thickness of the specimen should be at least ten times the depth of the
indentation.
 Beban harus bekerja tegak lurus permukaan uji. Spesimen diletakkan
ditempat padat sebelum diberi beban
 Beban harus bertambah secara perlahan tanpa kejutan sampai mencapai
besar yang ditentukan
 Lamanya pembebanan disesuaikan dengan jenis logam yang diuji
 Depth of indentation may be calculated from the
formula:

 where P is load in kgf, D is ball diameter in mm, and


HB is Brinell hardness number. For example, a
reading of 300 HB indicates:

 Therefore, the minimum thickness of the workpiece


is 10 × 0.32 or 3.2 mm (0.125 in.). Table 8 gives
minimumthickness requirements
Kondisi Pengujian Brinnel
Logam dan Diameter Beban Durasi Minimal jarak Ketebalan Untuk
syarat ketebalan indentor (kg) beban dari sisi Antar Minimal indentor lain
(mm) (detik) xd diameter x d xh Beban F/D2
=
Baja 10 3000 10-15 2,5 4 8 30
Besi tuang kelabu
>15 mm 10 3000 15-20 2,5 4 10 10 (HB<140)
5-15mm 5 750 15-20 2,5 4 - 30 (HB 140-
500)
<5mm 2 120 15-20 2,5 4 - -
Logam ringan dan 10 mm, 30±2 3,0 6 8 5 (HB<55)
paduan min.1 mm untuk 5-15 (HB55-80)
padua 15 (HB>80)
n Mg
120±2

Catatan: D=diameter indentor, d=diameter indentasi, h=kedalaman indentasi, F=beban


Keterbatasan pengujian Brinnel
 tidak disarankan untuk menguji material yang
memiliki kekerasan lebih dari 450 BHN., karena
bola baja dapat terdeformasi sehingga
menghasilkan pembacaan yang salah.
 Untuk material yang kekerasannya lebih dari
450 harus mengunakan bola tungsten karbida
yang dapat mengukur sampai kekerasan 650
BHN.
 Uji Brinnel tidak dapat digunakan untuk benda
yang kecil ataupun tipis
Konversi kekerasan
 For a Rockwell C values 1.42 x106
between -20 and 40, the BHN 
100  HRC 
Brinell hardness is
calculated by
1.42 x106
 For HRC values greater than BHN 
40, use 100  HRC 
 For HRB values between 35 1.42 x106
BHN 
and 100 use 100  HRC 
 For a Rockwell C values, 1.42 x106
BHN 
HRC, values greater than 40 100  HRC 
Example
 Convert the Rockwell hardness number
HRc 60 to BHN

4
2.5x10
BHN 
100  60
BHN  625
Brinell Hardness Tester
Pengujian Kekerasan Vickers
 Merupakan metode standar untuk mengukur kekerasan dari logam
khususnya untuk permukaan logam yang sangat keras: permukaan ditekan
oleh tekanan standard selama standard waktu tertentu dengan intan
berbentuk pyramid. Diagonal yang dihasilkan indentasi diukur dibawah
mikroskop dan nilai kekerasan Vickers dibaca melalui table konversi
 Indenter yang digunakan dalam uji Vickers adalah pyramid dengan dasar
segiempat yang mempunyai sisi yang berlawanan pada ujung dengan sudut
136º. Diamond ditekankan kedalam permukaan material pada beban
mencapai 120 kilograms-force dengan lama penekanan sampai 30 detik
dan ukuran penekanan (biasanya tidak lebih dari 0,5 mm) diukur dengan
mikroskop yang dikalibrasi
 The forces of 5, 10, 20, 30, 50, 100, and 120 kgf are the most commonly
used in industry today for Vickers macroindentation hardness testing. The
30 kgf force seems to be the most desirable and is used for most
standardizing and calibration work
 The distance from the center of the indentation to other indents or from the
specimen edge should be at least 2.5 times the diagonal length
 the thickness of the testpiece be equal to 1.5 times the length of the
diagonal of the indentation, should be 10 times the depth of the indentation.
Angka Vickers (HV) dihitung
menggunakan rumusan berikut:
 HV = 1.854(F/D2),
 dengan F : beban penekanan (kilograms-force)
dan D2 luasan indentasi (millimetre kuadrat).
 For example, if the average measured diagonal
length, d, is 0.0753 mm with a 1 kgf load, then
the Vickers number is:
 The Vickers hardness number is followed by the
symbol “HV” with a suffix number denoting the
force and a second suffix number indicating the
dwell time, if different from 10 to 15 s,
 example:
 A value of 440 HV30 represents Vickers
hardness of 440 made with a force of 30 kgf
applied for 10 to 15 s.
 440 HV30/20 represents Vickers hardness of
440 made with a force of 30 kgf applied for 20 s.
 Uji Vickers reliable untuk mengukur kekerasan logam dan juga keramik.
Metode pengujian Vickers sama dengan uji Brinnel. Dibandingkan dengan
menggunakan indentor bola baja Brinnel yang menghasilkan luasan
indentasi berbentuk hemisperikal, Mesin Vickers menggunakan penetrator
intan berbentuk pyramid segi empat dengan keunggulan tidak akan
terdeformasi selama digunakan. Penekanan yang ditinggalkan penetrator
Vicker adalah segiempat gelap pada background cahaya terang.
Penekanan Vickers mudah dibaca ukuran permukaan jejaknya
dibandingkan dengan jejak Brinnel. Seperti uji Brinnel, angka Vickers
ditentukan dengan membagi beban dengan area permukaan indentasi (H =
P/A). Beban bervariasi dari 1 sampai 120 kilogram. Untuk melakukan uji
Vickers, spesimen diletakkan diatas anvil yang mempunyai dasar berulir.
Anvil dinaikkan melalui ulir sampai dekat dengan ujing indenter. Dengan
menekan tombol start beban secara perlahan dipindahkan ke indenter dan
menekan specimen. Beban lepas dan anvil turun. Pelaksanaan penekanan
dan pelepasan beban dikontrol secara otomatis
 Beberapa pembebanan secara praktis memberikan
angka kekerasan identik pada material yang seragam.
Pengukuran yang diambil adalah panjang diagonal untuk
rata-rata menentukan luasan. Penamaan Vickers adalah
besaran angka kekerasan diikuti oleh huruf “HV”
(Hardness Vickers). Keunggulan dari uji kekerasan
Vicker adalah memberikan pembacaaan yang akurat
dan hanya satu jenis identer yang digunakan untuk
semua jenis logam dan permukaan. Uji Vicker mampu
dilakukan pada material yang paling lunak dank eras
melalui variasi beban uji, akan tetapi unit uji ini lebih
mahal dibandingkan mesin uji Brinell atau Rockwell.
advantage of the Vickers test
 hardness scale can be used from the softest to the hardest metals
including carbides
 the relative simplicity of the test process,
 Vickers hardness, in general, is independent of force when
determined on homogeneous material, except possibly at forces
below 5 kgf.
 The edge or ends of the diagonals are usually well defined for
measurement.
 The indentations are geometrically similar, irrespective of size.
 One continuous scale is used for a given force, from lowest to
highest values.
 Indenter deformation is negligible on hard material.
Keterbatasan pengujian Vickers
 uji ini tidak dapat diaplikasikan untuk besi tuang dan logam sinter,
juga pembacaan tidakdapat langsung dilakukan karena harus
diamati melalui mikroskop Angka kekerasan Vicker hamper sama
dengan kekerasan Brinel sampai kekerasan 450 BHN diatas nilai
tersebut tidak dapat dibandingkan karena angka Vickers naik
dengan sangat cepat
 Test is slow and not well adapted for routine testing. Typical test and
measurement times are in the oneminute range.
 Careful surface preparation of the specimen is necessary, especially
for shallow indentations.
 Measurement of diagonals is operator dependent, with possible
eyestrain and fatigue adding to test errors.
Microhardness Vickers
 Pengujian ini sama dengan metode Vickers hanya saja
beban yang digunakan sebesar 10 – 1000g tergantung
pada benda yang diuji. Mikrohardness ditentukan
dengan rumusan:
H = 1,8544 P/d2 g/mm2
Dimana: P : beban (g); d: panjang diagonal rata-rata
dalam micron
 Kelebihan dari uji kekerasan mikro: digunakan secara
luas untuk menguji material yang mempunyai
karakteristikkekerasan yang khusus, meliputi komponen
pesawat udara, laboratorium dan berbagai permesinan
presisi.
 Keterbatasan: membutuhkan persiapan permukaan yang
baik, perlu operator mesin yang berpengalaman dan
tidak cocok untuk dipakai di shop floor
Dapat digunakan untuk

 1. Logam ferro dengan rentang yang sangat lunak


sampai sangat keras
 2. Non ferro metal
 3. Bahan non logam: keramik,kaca, permata, dan plastik
 4. Untuk perlakuan lapisan tipis
 5. Kekerasan teatment permukaan: electroplating
 6. Kedalaman karburasi
 7. Kekerasan phase logam
 8. Kekerasan itemyang tidakdapat diukur oleh HRC
Digital Low Load Tester for Vickers, Brinell, and Knoop Load range HV 0.1 - HV 30
Analog hardness tester for Vickers, Knoop, Brinell and
Scoring With Micro and Macro load attachments
The Nano Tester supports indentation, scratching and impact
Knoop hardness
 Microhardness material dapat ditentukan melalui
uji Knoop. Pada uji ini, identer intan berbentuk
pyramid tipis dengan sudut apical 130° and
172°30’ (disebut indenter Knoop) ditekankan
pada material. Menghasilkan jejak penekanan
thombohedral dengan salah satu diagonal tujuh
kali lebih panjang dibandingkan diagonal yang
lain. Kekerasan material ditentukan oleh
kedalaman indenter Knoop berpenetrasi
 Metode uji ini dibuat pada tahun 1939 oleh F. Knoop dan koleganya
di Badan StandarNasional (National Bureau of Standards) di
Amerika. Dengan menggunakan penekanan indentasi yang rendah
dibandingkan uji kekerasan Vickers, uji Knoop mampu mengukur
kekerasan material yang rapuh seperti kaca dan keramik.
 Indentor intan yang digunakan dalam uji Knoop berbentuk pyramid
empat sisi memanjang dengan sudut diantara permukaan yang
berlawanan sekitar 170º dan sudut dua sisi yang lain adalah 130º.
Indentor ditekan kedalam material dibawah beban yang kadang
lebih rendah dari 1 kgf, indenter meninggalkan empat sisi
penekanan dengan ukuran antara 0.01 to 0.1 mm. Panjang jejak
penekanan mencapai 7 kali lebar dan kedalamannya adalah 1/30
dari panjang. Dengan dimensi tersebut, luas area penekanan dapat
dihitung setelah mengukur sisi terpanjang dengan mikroskop
terkalibrasi.
 Kekerasan akhir Knoop (HK) diturunkan
dari rumusan berikut:
 HK = 14.229(F/D2),
 dengan F adalah beban penekanan
(kilograms-force) and D2 adalah luasan
indentasi (millimetre persegi).
 ASTM D-1474 merupakan metode uji standard untuk
indentation kekerasan dari pelapisan organic. Pada uji
ini, penentuan kekerasan Knoop ditentukan pada
temperatur 23 ± 2°C dan lekembaban relatif 50 ± 5%.
Specimens disetimbangkan dibawah kondisi ini selama
minimal 24 hours. Peralatan diset pada beban 25 g.
Waktu indentor kontak dengan specimen selama 18 ±
0.5 detik. Panjang diagonal panjang penekanan diukur
dengan filar micrometer eyepiece. Prosedur diulang
sampai minimal lima kali penekanan pada lokasi yang
berbeda.
 Angka kekerasan Knoop
dihitung dengan rumus:
Shore
 Shore scleroscope mengukur kekerasan
berdasarkan elastisitas material
 Palu berujung intan dalam tabung kaca terukur
dijatuhkan dari ketinggian yang telah diketahui
pada specimen yang diuji dan angka kekerasan
tergantung pada ketinggian dari pantulan palu.
Semakin keras material maka pantulan palu
semakin tinggi
 Untuk logam digunakan shore tipe C dan D
Model C Scleroscope hardness testers mounted in stands
Model D Scleroscope hardness testers mounted in stands
 Kekerasan Shore diukur dengan peralatan yang disebut
Durometer karena itu kadang juga disebut kekerasan
Durometer. Nilai kekerasan ditentukan melalui penetrasi
kaki indentor Durometer dalam sampel. Karena
resilience/kelentingan dari karet dan plastic, kekerasan
yang terbaca berubah sepanjang waktu,karena itu waktu
identasi kadang dilaporkan dengan angka kekerasan.
 Hasil yang diperoleh dari uji ini ukuran yang berguna
dari ketahanan relatif terhadap indentasi dari berbagai
grade polimer. Karena ini uji kekerasan shore durometer
tidak dapat digunakan sebagai prediktor sifat lain seperti
kekuatan atau ketahanan goresan,abrasi atau keausan
dan harus digunakan sendiri untuk spesifikasi desain
produk
Leeb Scale (Equotip) Hardness Testing
 Leeb testers are portable hardness testers that operate on a
dynamic rebound principal similar to the Scleroscope. An impact
device is propelled into the sample using a spring for the initial
energy.
 The impact device travels a short distance until it contacts the
sample. A small indent is formed, and the impact device rebounds
away from the test surface according to the hardness and elasticity
of the material. An electronic induction coil measures the velocity
of the impact device before and after it contacts the sample.
 The Leeb hardness number is defined as the following:
Handheld Leeb hardness tester
Durometer Hardness Testing
 Pengujian kekerasan dari plastic umumnya diukur oleh uji Shore
(Durometer) atau uji Rockwell. Kedua metode mengukur ketahanan
plastis melawan indentasi. Kedua skala memberikan nilai kekerasan
empiris yang tidak dapat dihubungkan dengan sifat atau
karakteristik dasar.
 merupakan metode yang disukai untuk karet/elastomers dan juga
umumnya digunakan untuk plastic yang lebih lunak seperti
polyolefins, fluoropolymers, and vinyls..
 Durometer hardness is the resistance of the material being tested to
the penetration of the indenter as the result of a variable force
applied to the indenter by a spring.
 The total measurement range is from 0 to 100 points. This
represents a total travel of the indenter of 2.5 mm (0.10 in.) for all
scales except the M scale, which is 1.25 mm (0.05 in.).
With the exceptions of types 00 and M, all durometer types are
variations of the ASTM types A and D specifications by changing the
indenters and/or load springs.
Round- and quadrant-style durometer hardness testers
Pencil durometer hardness tester
Digital durometer HPE,untuk menentukan kekerasan karet,
elastomers, dan plastik dalam range durometer A, D, B, O,
OO, C, and DO
Equipment for hardness determination of
Plastics, Elastomers, O-Rings, Seals, Gaskets,
Rubber Rollers
IRHD Rubber Hardness Testing
 International rubber hardness degrees (IRHD) testing is very similar
to durometer testing with some important differences.
 Durometer testers apply a load to the sample using a calibrated
spring and a pointed or bluntshaped indenter. The load, therefore,
will vary according to the depth of the indentation because of the
spring gradient.
 The IRHD tester uses a minor-major load system of constant load
and a ball indenter to determine the hardness of the sample. In the
procedure, the minor load is applied to the sample through the ball
indenter. After 5 s, the depth-measuring system is set to zero. The
higher major load is then applied. After 30 s, the IRHD hardness
number is read from the depth-measuring indicator.
Kekerasan Mohs
 Kekerasan Mohs didefinisikan sebagai
bagaimana suatu benda akan tahan terhadap
goresan dengan benda yang lainnya. Ini
merupakan pengukuran secara kasar dari
ketahanan permukaan terhadap goresan atau
abrasi. Istilah ini dikenalkan oleh mineralogist
Jerman Friedrich Mohs pada tahun 1812.
Kekerasan Mohs dari mineral ditentukan dengan
melihat permukaan benda yang diobservasi
tergores oleh benda yang sudah didefinisikan
kekerasannya.
 Untuk memberikan nilai numeric pada sifat fisik ini, minerals
diranking sesuai skala Mohs, yang terdiri dari 10 minerals yang
telah ditentukan nilainya,yaitu dari 1 (terlunak) sampai 10
(terkeras):
1. Talc
2. Gypsum
3. Clacite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Orthoclase
7. Quartz
8. Topaz
9. Corundum
10. Diamond
 Cara penggunaannya adalah jika mineral digoreskan oleh fluorite
tetapi tidak tergores apatite maka kekerasan Mohs diantara 4 dan 5.
Dalam prosedur penentuan, goresan secara aktualharus
dibuat,tidak hanya sekedar tertanda.
 Uji kekerasan ini tidak cocok untuk mengukur kekerasn material
industri seperti baja dan keramik disamping itu skala mohs tidak
linier yaitu setiap kenaikan satu skala tidak menunjukkan
peningkatan proporsional dari kekerasan. Sebagai contoh,
peningkatan dari calcite ke fluorite (dari 3 ke 4 pada skala Mohs)
merefeksikan peningkatan kekerasan sekitar 25 persent;
peningkatan dari corundum ke diamond (9 ke 10 skala Mohs)
merefleksikan peningkatan lebih dari 300 persen
Ultrasonic Microhardness Testing
 Ultrasonic microhardness testing offers an alternative to the more
conventional methods based on visual (microscopic) evaluation of an
indentation after the load has been removed.
 Ultrasonic testing uses a maximum indentation load of approximately 800
gf. Therefore, as in other microhardness techniques, the indentation depth
is relatively small (from 4 to 18 μm).
 Measured values in either the Vickers or Rockwell C scale are displayed on
a digital readout display directly after penetration of the test piece. This
feature renders the method suitable for automated on-line testing. Up to
1200 parts/h can be tested
 In ultrasonic microhardness testing, a Vickers diamond is attached to one
end of a magnetostrictive metal rod. The diamond-tipped rod is excited to its
natural frequency by a piezoelectric converter. The resonant frequency of
the rod changes as the free end of the rod is brought into contact with the
surface of a solid body. Once the device is calibrated for the known
modulus of elasticity of the tested material, the area of contact between the
diamond tip and the tested surface can be derived from the measured
resonant frequency. The area of contact is inversely proportional to the
hardness of the tested material, provided the force pressing the surface is
constant. Consequently, the measured frequency value can be converted
into the corresponding hardness number.
Kekerasan Barcol
 Kekerasan Barcol merupakan metode dimana
nilai kekerasan ditentukan dengan mengukur
ketahanan penetrasi dari sharp steel point
dibawah beban pegas. Peralatannya disebut
Barcol impressor, memberikan pembacaan
langsung pada skala 0 sampai 100. Nilai
kekerasan sering disebut sebagai derajat of cure
of a plastic
COMPARISION OF HARDNESS
MEASUREMENTS
Peralatan Pengukur Kekerasan

Schematic representation of the basic


components of an instrumented
indentation testing system
Pengukur kekerasan portable untuk Aluminum, baja karbon rendah, kuningan
dan tembaga dengan rentang ketebalan 0.025 to 1/4 inch. Digunakan untuk
mengidentifikasi komponen yang diperlakukan panas dan tanpa perlakuan
panas.
Peralatan untuk menentukan
kekerasan plastik dan elastomer
menurut skala A, D, B, C, DO, O
dan OO scales. Digunakan untuk
menentukan semua produk karet
natural dan sintetik, acrylic glass,
acetates, casting resin, polyester,
themoplastics, PVC, neoprenes,
dll
Hubungan kekerasan dengan
sifat-sifat material lainnya
 Kekerasan melingkupi beberapa sifat: ketahanan terhadap
deformasi, ketahanan terhadap abrasi. Telah diketahui adanya
hubungan kekerasan dengan kekuatan tarik dimana ketahanan
terhadap deformasi tergantung pada modulus elastisitas.
 Hubungan yang dapat ditetapkan antara kekerasan dan beberapa
sifat material seperti kekuatan tarik dapat diestimasi berdasarkan
hasil pengujian kekerasan. Korelasi ini tidak dapat diekstrapolasi
untuk material yang tidak diuji
 Kekuatan luluh dalam tarikan sekitar 1/3 dari kekerasan. Untuk
menentukan gambaran yield strength mengkonversi angka
kekerasan menjadi MPa (or psi ) selanjutnya dibagi 3. Sebagai
contoh angka Vickers, yang memiliki dimensi kg/mm2, dan dikalikan
10 (sekitar) untuk mengkonversi /mm2 (=MPa) selanjutnya dibagi 3.
Contoh: HV 300 ≈ 1000 MPa
Hubungan antara kekerasan dan
kekuatan tarik dari baja

dimana HB adalah angka kekerasan brinnel diukur


dengan indenter standard dan beban 3000 kgf

Anda mungkin juga menyukai