Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PENGUJIAN KEKERASAN
2.1.Tujuan Pengujian
Untuk melihat kemampuan bahan terhadap adanya deformasi plastis
2.2.Dasar Teori
Kekerasan sebenarnya merupakan suatu istilah yang sulit didefinisikan secara
tepat, karena setiap bidang ilmu dapat memberikan definisinya sendiri sendiri yang
sesuai dengan persepsi dan keperluannya. Karenanya juga cara pengujian kekerasan ada
bermacam macam tergantung konsep yang dianut. Dalam engineering, yang
menyangkut logam, kekerasan sering dinyatakan sebagai kemampuan untuk menahan
indentasi/penetrasi/abrasi. Ada beberapa cara pengujian kekerasan yang terstandart yang
digunakan untuk menguji kekerasan logam, pengujian Brinell, Rockwell, Vickers dll.
2.2.1. Pengujian Kekerasan Brinell
Pegujian Brinell adalah salah satu cara pengujian kekerasan yang paling banyak
digunakan. Pada pengujianBrinell digunakan bola baja yang dikeraskan sebagai indentor.
Indentor ini ditusukkan ke permukaan logam yang diuji dengan gaya tekan tertentu
selama waktu tertentu pula (antara 10 sampai 30 detik). Karena penusukan (indentasi) itu
maka pada permukaan logam tersebut akan terjadi tapak tekan yang berbentuk tembereng
bola. Kekerasan Brinell dihitung sebagai:


=
2 . ( 2 2 )2

P = gaya tekan (kg)


D = diameter bola indentor (mm)
d = diameter tapak tekan (mm)
Biasanya pada pengujian kekerasan Brinell yang standart digunakan bola baja
yang dikeraskan berdiameter 10 mm, gaya tekan 3000 kg (untuk pengujian kekerasan
baja), atau 1000 atau 500 kg (untuk logam non ferrous, yang lebih lunak), dengan lama
penekanan 10 15 detik. Tetapi mengingat kekerasan bahan yang diuji dan juga tebal
bahan (supaya tidak terjadi indentasi yang terlalu dalam atau terlalu dangkal), boleh
digunakan gaya tekan dan indentor dengan diameter yang berbeda asalkan selalu dipenuhi
persyaratan P/D2 = konstan. Dengan memenuhi persyaratan tersebut maka hasil
pengukuran tidak akan berbeda banyak bila diuji dengan gaya tekan/diameter bola
indentor yang berbeda. Harga konstanta ini untuk baja adalah 30, untuk tembaga/paduan
tembaga 10 dan untuk aluminium/paduan aluminium 5.
Untuk pengujian logam yang sangat keras (di atas 500 BHN) bahan indentor dari
baja yang dikeraskan tidak cukup baik, karena indentor itu sendiri mungkin mulai
terdeformasi, maka digunakan bola dari karbida tungsten, yang mampu mengukur sampai
kekerasan sekitar 650 BHN.

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 36


2.2.2. Pengujian kekerasan Rockwell
Pada pengujian Brinell harus dilakukan pengukuran diameter tapak tekan secara
manual, sehingga ini memberi peluang untuk terjadinya kesalahan pengukuran,
disamping juga akan memakan waktu. Pada cara Rrockwell pengukuran langsung
dilakukan oleh mesin, dan mesin langsung menunjukkan angka kekerasan dari bahan
yang diuji. Cara ini lebih cepat dan akurat.
Pada cara Rockwell yang normal, mula mula permukaan logam yang diuji
ditekan oleh indentor dengan gaya tekan 10 kg, beban awal (minor load Po), sehingga
ujung indentor menembus permukaan sedalam h (lihat gambar 2.15.). Setelah itu
penekanan diteruskan dengan memberikan beban utama (major load P) selama beberapa
saat, kemudian beban utama dilepas, hanya tinggal beban awal, pada saat ini kedalaman
penetrasi ujung indentor adalah h1.

Kekerasan diperhitungkan berdasarkan perbedaan kedalaman penetrasi ini.Karena yang


diukur adalah kedalaman penetrasi, maka pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan dial indicator, dengan sedikit modifikasi yaitu piringan penunjuknya
menunjukkan skala kekerasan Rockwell.
Dengan cara Rockwell dapat digunakan beberapa skala, tergantung pada
kombinasi jenis indentor dan besar beban utama yang digunakan. Macam skala dan jenis
indentor serta besar beban utama dapat dilihat pada Tabel 2.4.di bawah.
Tabel 2.4 Rockwell Hardness Scales
F0 F1 F
Scale Indentor
(kgf) (kgf) (kgf) Jenis Material Uji
A Diamond cone 10 50 60 Exremely hard materials, tungsten carbides,
dll
B 1/16" steel ball 10 90 100 Medium hard materials, low dan medium
carbon steels, kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone 10 140 150 Hardened steels, hardened and tempered
alloys
D Diamond cone 10 90 100 Annealed kuningan dan tembaga
E 1/8" steel ball 10 90 100 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel ball 10 50 60 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball 10 140 150 Cast iron, alumunium alloys

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 37


H 1/8" steel ball 10 50 60 Plastik dan soft metals seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 Sama dengan H scale
Sumber :www.alatuji.com/article/detail/3

F0 = beban minor (kgf)


F1 = beban mayor (kgf )
F = total beban ( kgf)

Untuk logam biasanya digunakan skala B atau C, dan angka kekerasannya


dinyatakan dengan RB dan RC.untuk skala B harus digunakan indentor berupa bola baja
berdiameter 1/10 dan beban utama 100 kg. kekerasan yang dapat diukur dengan
Rockwell B ini sampai RB 100, bila pada suatu pengukuran diperoleh angka di atas 100
maka pengukuran harus diulangi dengan menggunakan skala lain. Kekerasan yang diukur
dengan skala B ini relatif tidak begitu tinggi, untuk mengukur kekerasan logam yang
keras digunakan Rockwell C (sampai angka kekerasan RC 70) atau Rockwell A (untuk
yang sangat getas).
Di samping Rockwell yang normal ada pula yang disebut superficial Rockwell,
yang menggunakan beban awal 3kg, indentor kerucut intan (diamond cone, brale) dan
beban utama 15, 30 atau 45 kg.Superficial Rockwell digunakan untuk specimen yang
tipis.

2.2.3. Perbandingan pemakaian hardness test


Setiap cara pengujian yang diuraikan di atas mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Cara pengujian kekerasan yang normal mempunyai beberapa persamaan
dalam persyaratan/prosedur, antara lain bahwa permukaan yang diuji harus cukup halus
dan rata, specimen harus cukup tebal (tidak kurang dari 6 mm untuk Brinell standart, 1,5
mm untuk Rockwell normal). Specimen harus dapat ditumpuh dengan baik dan
permukaan yang diuji harus horizontal.Titik pengujian tidak boleh terlalu berdekatan dan
tidak terlalu dekat dengan tepi specimen.
Brinell standart akan mengakibatkan terjadinya indentasi yang cukup besar,
karena itu biasanya tidak digunakan pada permukaan dari finished product dan benda
yang kecil/tipis. Rockwell hanya meninggalkan bekas yang sangat kecil sehingga tidak
mengakibatkan cacat pada permukaan, tetapi karena penggunaan indentor yang kecil
ini.Rockwell tidak baik digunakan pada bahan yang tidak homogen, seperti pada besi
tuang kelabu dimana terdapat bagian bagian yang sangat lunak (grafit).Untuk ini
sebaiknya digunakan Brinell, di samping itu Brinell tidak menuntut kehalusan permukaan
yang terlalu tinggi, cukup dengan geinda kasar.

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 38


Pada Brinell dan Vickers dilakukan pengukuran tapak tekan secara manual, akan
memakan waktu dan member peluang untuk terjadinya kesalahan pengukuran. Kadang
kadang pengukuran tapak tekan ini tidak mudah, karena ada kemungkinan terjadi sinking
dan ridging (Gambar 2.18.).Sinking terjadi pada logam yang dianil sedang ridging terjadi
pada logam yang dideformasi dingin.

2.2.7. Konversi angka kekerasan


Untuk suatu keperluan praktis kadang kadang perlu mengadakan konversi atas
hasil pengukuran kekerasan suatu cara ke cara lain. Ternyata hal ini tidak mudah karena
adanya perbedaan pada prinsip kerja dari masing masing cara pengukuran kekerasan.
Karenanya hubungan konversi ini hanya sekedar suatu hubungan empiric.Dan hubungan
knversi inipun hanya berlaku untuk satu jenis logam tertentu saja, sehingga masing
maing logam harus memiliki hubungan konversi sendiri-sendiri.Hubungan konversi yang
sudah banyak dibuat adalah hubungan konversi antara Binell 4(BHN), Rockwell 4(RA,
RB, RC, superficial) dan Vckers (HV atau VHN atau DPHN) untuk baj, seperti tertera
pada Tabel 2.6.
Dari table tersebut tampak bahwa angka kekerasan Brinell hampir sama dengan
angka kekerasan Vickers (Vickers sedikit lebih tinggi, 5 -10 %), sedang terhadap
Rockwell B, Brinell/Vickers kira-kira dua kali lebih besar, dan terhadap Rockwell C,
kira-kira 10 13 kali lebih besar

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 39


Table 2.6.APPNOXIMATE HARDNESS CONVERSION NUMBER FOR
STEEL, BASED ON DPH (VICKERS).

Brinell hardness Rockwell


numbers 10-mm superficial hardnes

number. Vickers, 50-kg load


Diamond pyramid hardness
Rockwell hardness number

Shere seleroscupe hardness


ball 3000-kg number superficial
load Brale penetrator
50 kg load
Diamond pyramid
Hardness number

load 1/10-meida

A scale 150-kg

D scale 100-kg
B scale 100-kg
A scale 60-kg
Hultgren ball
Standard ball

carbide ball

15-kg load

30-kg load

45-kg load
30-N scale
15-N scale

45-N scale
load Brale

load Brale

load Brale
penetrator

penetrator

penetrator
Tungalen
Vickers,

number
ball
940 ....... 85.6 .......... 68.0 76.9 93.2 84.4 75.4 97 940
920 ....... 85.3 .......... 67.5 76.5 93.0 84.0 74.8 96 920
900 ....... 85.0 .......... 67.0 76.1 92.9 83.6 74.2 96 900
880 ....... 84.7 .......... 66.4 75.7 92.7 83.1 73.6 93 880
860 ..... 84.4 .......... 65.9 75.3 92.5 82.7 73.1 92 860
767 ..........
840 757 84.1 .......... 65.3 74.8 92.3 82.2 72.2 91 840
820 83.8 .......... 64.7 74.3 92.1 81.7 71.8 90 820
800 745 83.4 64.0 73.8 91.8 81.1 71.0 88 800
780 733 83.0 .......... 63.3 73.3 91.5 80.4 70.2 87 780
760 722 82.6 .......... 62.5 72.6 91.2 79.7 69.4 86 760
710 ..........
740 698 82.2 .......... 61.8 72.1 91.0 79.1 68.6 84 740
720 81.8 .......... 61.0 71.5 90.7 78.4 67.7 83 720
700 684 81.3 .......... 60.1 70.8 90.3 77.6 66.7 81 700
690 670 81.1 .......... 59.7 70.6 90.1 77.2 66.2 690
680 656 80.8 .......... 59.2 70.1 89.8 76.8 65.7 80 680
647
670 638 80.6 .......... 58.8 69.8 89.7 76.4 65.3 670
660 80.3 .......... 58.3 69.4 89.5 75.9 64.7 70 660
650 630 80.0 .......... 57.8 69.0 89.2 75.5 64.1 . 650
640 620 79.8 .......... 57.3 68.7 89.0 75.1 63.5 77 640
630 611 79.5 .......... 56.8 68.3 88.8 74.6 63.0 . 630
601 ..........
620 591 79.2 .......... 56.3 67.9 88.5 74.2 62.4 75 620
610 . 78.9 ......... 55.7 67.5 88.2 73.6 61.7 .. 610
600 615 582 78.6 55.2 67.0 88.0 73.2 61.2 74 600
590 610 573 78.4 .......... 54.7 66.7 87.8 72.7 60.5 .. 590
580 603 564 78.0 .......... 54.1 66.2 87.5 72.1 59.9 72 580
554 ..........
570 597 545 77.8 .......... 53.6 65.8 87.2 71.7 59.3 . 570
560 590 77.4 .......... 53.0 65.4 86.9 71.2 58.6 71 560
550 585 535 77.0 .......... 52.3 64.8 86.6 70.5 57.8 . 550
540 578 525 76.7 .......... 51.7 64.4 86.3 70.0 57.0 69 540
530 571 517 76.4 .......... 51.1 63.9 86.0 69.5 56.2 . 530

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 40


507
520 564 497 76.1 .......... 50.5 63.5 85.7 69.0 55.6 . 520
510 557 75.7 .......... 49.8 62.9 85.4 68.3 54.7 67 510
500 550 488 75.3 .......... 49.1 62.2 85.0 67.7 53.9 500
490 542 479 74.9 .......... 48.4 61.6 84.7 67.1 53.1 66 490
480 536 471 74.6 .......... 47.7 61.3 84.3 66.4 52.2 . 480
460 ..........
470 . 527 452 74.1 .......... 46.9 60.7 83.9 65.7 51.3 64 470
460 519 73.6 .......... 46.1 60.1 83.6 64.9 50.4 . 460
450 512 442 73.3 45.3 59.4 83.2 64.3 49.4 62 450
440 503 433 72.8 .......... 44.5 58.8 82.8 63.5 48.4 . 440
430 495 425 72.3 .......... 43.6 58.2 82.3 62.7 47.4 59 430
420 415 71.8 .......... 42.7 57.5 81.8 61.9 46.4 . 420
487 405 .......... 57
479 397 ..........
471 ..........
460 ..........
. 452 ..........
....
442 ..........
433 ..........
425 ..........
415 ..........
. 405 ..........
50 397 ..........
5 ..........
49 ..........
6
48 ..........
8 ..........
..........
48 ..........
0 ..........
47 ..........
3 ..........
46 ..........
5 ..........
45 ......
6
44
8

44
1
43
3
42
5
41
5

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 41


40
5
39
7

Note. The value in this table shown in bold-faced type correspond to the values shown in the corresponding joint SAE-ASM-ASTM Committee on
Hardness Conversions as prioted in ASTM Spec E4S-43T.

Rockwell

number. Vickers, 50-kg load


Brinell hardness

Diamond pyramid hardness


Shere seleroscupe hardness
superficial
numbers 10-mm
Rockwell hardness number hardnes number
ball 3000-kg
superficial Brale
50 kg load

load
Diamond pyramid

penetrator
Hardness number

A scale 60-kg

kg load Brale

kg load Brale
kg load 1/10-
Hultgren ball
Vickers, ball

A scale 150-

D scale 100-
B scale 100-
carbide ball

15-kg load

30-kg load

45-kg load
15-N scale

30-N scale

45-N scale
meida ball
load Brale
penetrator

penetrator

penetrator
Tungalen
Standard

number
410 38 388 386 71.4 ......... 41.8 56.8 81.4 61.1 46.3 ....... 410
400 6 379 379 70.8 . 40.8 56.0 81.0 60.2 44.1 ... 400
390 37 369 369 70.3 ......... 39.8 55.2 80.3 59.3 42.9 55 390
380 9 360 360 69.8 . 38.8 54.4 79.8 58.4 41.7 ....... 380
370 36 350 350 69.2 ......... 37.7 53.6 79.2 57.4 40.4 ... 370
9 . 52
360 36 341 341 68.7 (110. 36.6 52.8 78.6 56.4 39.1 ....... 360
350 0 331 331 68.1 0) 35.5 51.9 78.0 55.4 37.8 ... 350
340 35 322 322 67.6 ......... 34.4 51.1 77.4 54.4 36.5 340
330 0 313 313 67.0 . 33.3 50.2 76.8 53.6 36.2 50 330
320 303 303 66.4 32.2 49.4 76.2 52.3 33.9 ....... 320
34 (109. ...
310 1 294 294 65.6 0) 31.0 48.4 75.6 51.3 32.3 47 310
300 33 284 284 65.2 ......... 29.8 47.5 74.9 50.2 31.1 ....... 300
295 1 280 280 64.8 . 29.3 47.1 74.6 49.7 30.4 ... 295
290 32 275 275 64.5 28.5 46.5 74.2 49.0 29.5 45 290
285 2 270 270 64.2 (108. 27.8 46.0 73.8 48.4 28.7 285
31 0) .......
280 3 265 265 63.8 ......... 27.1 45.3 73.. 47.8 27.9 ... 280
275 30 261 261 63.5 . 26.4 44.9 4 47.3 27.1 42 275
270 3 256 256 63.1 (107. 25.6 44.3 73.0 46.4 26.3 ....... 270
265 252 252 62.7 0) 24.8 43.7 72.6 45.7 25.3 ... 265
260 29 247 247 62.4 24.0 43.1 72.1 45.0 24.3 41 260
4 ......... 71.6 .......

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 42


255 28 240 240 62.0 . 23.1 42.3 44.2 23.2 ... 255
250 4 238 238 61.6 (105. 22.2 41.7 71.1 43.4 22.3 250
245 28 233 233 61.2 5) 21.3 41.1 70.6 42.5 21.1 40 245
240 0 228 228 60.7 ......... 20.3 40.3 70.1 41.7 19.9 ....... 240
230 27 219 219 ........ . (18.0 ......... 69.6 ....... ....... ... 230
5 (104. ) . ....... ... ... 33
220 27 209 209 ........ 5) ... ....... 220
210 0 200 200 .. ......... (15.7 ......... ....... ....... ... 210
200 190 190 ........ . ) . ....... ... ... 37 200
190 26 181 181 .. (13.4 ......... ... ....... ....... 190
180 5 171 171 ........ (103. ) . ....... ... ... ....... 180
26 .. 5) (11.0 ......... ... ....... ....... ...
170 1 162 162 ........ ......... ) . ....... ... ... 36 170
160 25 152 152 .. . (8.5) ......... ... ....... ....... ....... 160
150 6 143 143 ........ (102. (6.0) . ....... ... ... ... 150
140 25 133 133 .. 0) ......... ... ....... ....... 34 140
130 2 124 124 ......... (3.0) . ....... ... ... 33 130
24 ........ . (0.0) ...
120 7 114 114 .. (101. ........ ......... ....... ....... 32 120
110 105 105 ........ 0) .. . ....... ... ... 30 110
100 24 95 95 .. ........ ......... ... ....... ....... 29 100
95 0 90 90 ........ ......... .. . ....... ... ... 28 95
90 23 86 86 .. . ........ ......... ... ....... ....... 26 90
85 8 81 81 ........ 99.5 .. . ....... ... ... 85
23 .. ......... ......... ... ....... ....... 25
3 ........ . ........ . ....... ... ... 24
22 .. 98.1 .. ......... ... ....... ....... 22
8 96.7 ........ . ....... ... ... 21
21 ........ .. ... 20
9 .. 95.0 ........ ......... ....... .......
........ 93.1 .. . ....... ... ... .......
20 .. 91.5 ........ ......... ... ....... ....... ...
9 ........ 89.5 .. . ....... ... ... .......
20 .. 87.1 ........ ......... ... ....... ....... ...
0 ........ .. . ....... ... ... .......
19 .. 85.0 ........ ......... ... ....... ....... ...
0 ........ 81.7 .. . ....... ... ... .......
18 .. 78.7 ......... ... ....... ....... ...
1 ........ 73.0 . ....... ... ... .......
17 .. 71.2 ......... ... ....... ....... ...
1 . ....... .... ... .......
66.7 ... ...
16 62.3
2 56.2
15 52.0
2 48.0
14 41.0
3
13
3

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 43


12
4

11
4
10
5
95
90
86
81

Note. The value in this table shown in bold-faced type correspond to the values shown in
the corresponding joint SAE-ASM-ASTM Committee on Hardness Conversions as
prioted in ASTM Spec E4S-43T.
Values in ( ) are beyond range : given for information only.

2.2.8. Hubungan antara kekuatan dan kekerasan


Dari pengalaman dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kekuatan dan
kekerasan suatu logam. Tetapi mencari bentuk hubungan itu secara teoritik bukanlah hal
yang mudah. Memang ada beberapa rumusan yang diajukan untuk itu tetapi semuanya
masih jauh dari memuaskan.
Secara empirik juga banyak diajukan rumusan untuk menyatakan hubungan antara
kekuatan dan kekerasan, dan ini biasanya hanya berlaku untuk satu jenis logam tertentu
pada kondisi tertentu, misalnya untuk baja karbon (konstruksi) yang dianil. Pada
umumnya kekuatan sebanding dengan kekerasan, kekuatan akan naik dengan naiknya
kekerasan (bersamaan dengan itu keulatan akan menurun).
Hubungan antara kekuatan dan kekerasan dapat dinyatakan sebagai berikut :
-untuk baja karbon :
UTS = 0,36 BHN (kg/mm2) atau UTS = 500 BHN (psi)
-untuk baja paduan :
UTS = 0,34 BHN (kg/mm2)
Hubungan anatara kekerasan dan kekuatan juga dapat digambarkan dengan suatu
grafik seperti terlihat pada Gambar 2.19. (hubungan antara angka kekerasan dengan
kekuatan tarik untuk baja konstruksi). Dari grafik tersebut terlihat bahwa angka kekerasan
Brinell (standar) menunjukkan suatu hubungan yang paling linier. Dengan angka
kekerasan yang lain akan terjadi sedikit penyimpangan pada angka kekerasan yang agak
tinggi.

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 44


2.3. Langkah Langkah Percobaan

Percobaan Brinell

Sebelum Percobaan
1. Permukaan benda uji (specimen) dibersihkan sehingga permukaan tersebut rata
dan sejajar terhadap permukaan meja uji.
2. Catat merk, type, nomor seri , tahun pembuatan kemampuan mesin dll
3. Sket mesin secara keseluruhan dan bagian utamanya.
4. Catat bagaimana pemakaian mesin, misalnya bagaimana cara meletakkan benda
uji, menyetel benda uji ditempat yang tepat, memberikan beban tekan yang akan
digunakan, mengukur diameter kedalaman, dan menggunakan mesin.
5. Gambar skematis mesin Brinell.
6. Buatlah table atau kolom kolom untuk pengujian Brinell.
7. Pasanglah benda uji pada landasan mesin Brinell.

Saat Percobaan
1. Putarlah hand well hingga benda uji menyentuh indentor.
2. Pompalah tuas untuk menaikkan beban yang akan diberikan pada benda uji.
3. Setelah sampai pada beban yang telah ditentukan tahan sekitar 10detik, kemudian
beban dilepaskan dengan membuka katup beban.
4. Lakukan 3 5 kali percobaan dengan bahan yang sama, sehingga kedalaman
indentasi rata rata dapat ditetapkan.
5. Lihat diameter hasil indentasi pada benda uji tadi, baik secara vertical atau
horizontal dengan menggunakan mikroskop (dalam satuan mm).
6. Hasilnya masukkan ke dalam table yang telah dibuat.
7. Hasil yang didapatkan tadi dicari nilai rata ratanya.

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 45


Percobaan Rockwell
Sebelum Percobaan
1. Permukaan benda uji (specimen) dibersihkan sehingga permukaan tersebut rata
dan sejajar terhadap permukaan meja uji.
2. Catat merk, type, nomor seri , tahun pembuatan kemampuan mesin dll
3. Sket mesin secara keseluruhan dan bagian utamanya.
4. Catat bagaimana pemakaian mesin, misalnya bagaimana cara meletakkan benda
uji, menyetel benda uji ditempat yang tepat, memberikan beban tekan yang akan
digunakan, mengukur diameter kedalaman, dan menggunakan mesin.
5. Gambar skematis mesin Brinell.
6. Buatlah table atau kolom kolom untuk pengujian Brinell.
7. Siapkan bahan bahan pengujian Rockwell.
8. Letakkan landasan pengujian Rockwell.

Saat Percobaan
1. Perhatikan beban yang diberikan pada mesin pengujian Rockwell sesuaikan
dengan indentor yang dipakai (lihat table pada mesin).
2. Naikkan landasan mesin hingga benda uji menyentuh indentor (ball atau cone),
kemudian naikkan beban hingga mencapai beban minor atau jarum hitam kecil
sampai pada titik merah pada dial indicator.
3. Pada mesin uji Rockwell ada dua dial, yaitu berwarna hitam dan merah, yang
hitam untuk pengujian yang menggunakan indentor ball, sedangkan yang
berwarna merah menggunakan indentor cone (intan).
4. Tentukan tuas beban dari posisi nol ke posisi satu, sambil dibaca dial indikatornya
5. Apabila sudah berhenti jarum pembacanya, catat hasil pada table yang sudah anda
persiapkan.
6. Lakukan pengujian ini berulang ulang, minimal sebanyak tiga kali hingga
mendapatkan nilai rata rata.

2.4.Data Hasil Pengujian


1. Table Pengujian Brinell
NO Benda BebanPeng Indentasi Indentasi HBN HBN
Uji ujian (P) Kg (D) mm (d) mm Rata-rata
1 Besi 3000 10 4,2 206,63 kg/mm2
4,3 196,65 kg/mm2 193,178
4,5 178,63 kg/mm2 kg/mm2
4,4 187,39 kg/mm2
4,3 196,65 kg/mm2

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 46


2. Tabel Pengujian Rockwell
Kondisi H RA
No Benda uji Indentasi H RA Keterangan
Indentasi rata2
51,5
47,5
P=60 kg Cone
1 Alumunium 52 51 Sama
t=5 detik (skala warna hitam)
52,5
51,5
75,5
P=100 75.5
Ball
2 Besi kg 76 75,6 Sama
(skala warna merah)
t=5 detik 47
74
51,5
P=150 51
Cone
3 Baja kg 53 51,9 Sama
(skala warna merah)
t=5 detik 52,5
51,5

2.5 Jawaban pertanyaan sesudah praktikum


1. Nilai kekerasan Rockwell dari hasil pengujian
Kondisi H RA
No Benda uji Indentasi H RA Keterangan
Indentasi rata2
51,5
47,5
P=60 kg Cone
1 Alumunium 52 51 Sama
t=5 detik (skala warna hitam)
52,5
51,5
75,5
P=100 75.5
Ball
2 Besi kg 76 75,6 Sama
(skala warna merah)
t=5 detik 47
74
51,5
P=150 51
Cone
3 Baja kg 53 51,9 Sama
(skala warna merah)
t=5 detik 52,5
51,5

2. Pengujian Rocwell, karena pengujiannya mudah dan membutuhkan waktu yang


relative singkat dan kemungkinan terjadinya kesalahan sangat kecil, karena
penentuan angka kekerasan dilakukan oleh mesin dan langsung dapat dilihat
angka kekerasannya dari bahan yang diuji.

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 47


3. Pengujian Brinell
- Keuntungan
1 . Mudah untuk dilakukan.
2 . Dapat menguji berbagai macam bahan
3 .Dapat menggunakan berbagai indentor dengan diameter yang berbeda asal
memenuhi P/ D = Konstan
4 .Dapat mengetahui BHN yang besar.
- Kerugian
1. Karena pengukuran dilakukan secara manual maka kemungkinan kesalahan
yang terjadi cukup besar.
2. Untuk mengukur bahan yang sangat keras (di atas 500 BHN) bahan indentor
dari baja tidak cukup baik.
3. Maksimal pengukuran sampai 650 BHN

Pengujian Rocwell
- Keuntungan
a. Hasilnya lebih akurat dan prosesnya cepat.
b. Terdapat 3 skala kekerasan untuk pengujian bahan-bahan yang berbeda.
c. Dapat digunakan untuk menuji specimen yang tipis.
- Kerugian
a. Tidak dapat mengetahui nilai BHN.
b. Karena ada 3 skala yang berbeda maka harus dalakukan beberapa kali
percobaan untuk kekerasan suatu bahan.
c. Karena ujungnya lancip kurang akurat pada bahan yang tidak homogen.

4. * Uji Brinell

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 48


F0 F1 F
Indentor
(kgf) (kgf) (kgf) Jenis Material Uji
Scale
A Diamond cone 10 50 60 Exremely hard materials, tungsten carbides,
dll
B 1/16" steel ball 10 90 100 Medium hard materials, low dan medium
carbon steels, kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone 10 140 150 Hardened steels, hardened and tempered
alloys
D Diamond cone 10 90 100 Annealed kuningan dan tembaga
E 1/8" steel ball 10 90 100 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel ball 10 50 60 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball 10 140 150 Cast iron, alumunium alloys

5. Pada kekerasan Brineel besarnya diameter indentasi (d) dibatasi yaitu 0,2 D <d<0,7
D agar tidak terjadi indentasi yang terlalu dangkal/dalam dan juga boleh
menggunakan gaya tekan dan indentor dengan diameter yang bebeda asal memenuhi
syarat P/ D = Konstan, sebagai akibat deformasi pada saat penekanan dan terjadinya
recovery pada saat beban dibebaskan dari specimen maka terdapat pada hasil
indentasi yang tidak sepenuhnya berbentuk bola.Untuk 0,2 D indentasinya cukup
dangkal sehingga kekerasan suatu bahan tidak sepenuhnya dapat dilihat.Untuk 0,7 D
indentasinya terlalu dalam dan hasil kekerasannya akan melebihi kekerasan
maksimal suatu bahan.

2.6 Analisa Data


3. Table Pengujian Brinell

NO Benda BebanPeng Indentasi Indentasi HBN HBN


Uji ujian (P) Kg (D) mm (d) mm Rata-rata
1 Besi 3000 10 4,2 206,63 kg/mm2
4,3 196,65 kg/mm2 193,178
4,5 178,63 kg/mm2 kg/mm2
4,4 187,39 kg/mm2
4,3 196,65 kg/mm2

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 49


Tabel Pengujian Rockwell

Kondisi H RA
No Benda uji Indentasi H RA Keterangan
Indentasi rata2
51,5
47,5
P=60 kg Cone
1 Alumunium 52 51 Sama
t=5 detik (skala warna hitam)
52,5
51,5
75,5
P=100 75.5
Ball
2 Besi kg 76 75,6 Sama
(skala warna merah)
t=5 detik 47
74
51,5
P=150 51
Cone
3 Baja kg 53 51,9 Sama
(skala warna merah)
t=5 detik 52,5
51,5

Kesimpulan
1. Bahan baja mempunyai kekerasan paling tinggi diantara besi dan aluminium,
sedangkan yang terendah adalah aluminium.
2. Dari hasil konversi diatas diketahui bahwa untuk kekerasan brinell kira-kira 3X
kekerasan Ra dan 2X kekerasanRb ,sedangkan terhadap Rockwell c kira-kira 10x
lebihbesar.

LAPORAN PRATIKUM MATERIAL TEKNIK 50

Anda mungkin juga menyukai