Anda di halaman 1dari 73

BUKU AJAR

BIOLOGI

OLEH

Dr. Agus Ramdani


Dr. I Wayan Suana

UNIVERSITAS MATARAM
2013
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan buku ajar Biologi ini. Buku ajar
ini disusun dalam rangka program matrikulasi mahasiswa baru Universitas
Mataram kelompok Saintek. Program matrikulasi ini bertujuan untuk
menyetarakan kemampuan akademik mahasiswa baru dalam bidang Biologi,
sehingga mahasiswa baru mempunyai bekal pengetahuan yang sama dalam
mengikuti perkuliahan selanjutnya.
Pada saat pembuatan silabus untuk penyusunan buku ajar ini, kami
menemui sedikit kendala karena harus menyarikan materi Biologi yang begitu
luas menjadi sebuah buku ajar yang diharapkan dapat memenuhi harapan
semua program studi dalam kelompok Saintek. Setelah melalui diskusi yang
cukup panjang, akhirnya tersusunlah silabus matrikulasi Biologi, yang terdiri
atas 5 butir Standar Kompetensi, 10 butir Kompetensi Dasar, dan 21 butir
Indikator. Semuanya dirancang dalam 8 kali tatap muka, dengan alokasi waktu
100 menit per tatap muka.
Kami menyadari bahwa buku ajar ini tidak sempurna, namun kami telah
berupaya dengan tetap mempertimbangkan mutu sesuai dengan tujuan
program matrikulasi. Harapan kami semoga buku ajar ini dapat memenuhi
harapan semua program studi dalam kelompok Saintek, serta bermanfaat bagi
mahasiswa baru sebagai dasar dalam perkuliahan selanjutnya. Saran dan kritik
sangat kami harapkan demi kesempurnaan buku ajar ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) Universitas Mataram, yang telah memfasilitasi
proses penyusunan buku ajar ini. Kepada Rektor Universitas Mataram yang
telah mengalokasikan dana BOPTN untuk menyelenggarakan program
matrikulasi ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan buku ajar ini, kami ucapkan terima kasih.

Mataram, Agustus 2013


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUBUH MAKHLUK HIDUP
1. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
2. Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan
Rangkuman
Latihan Soal
BAB II SISTEM FISIOLOGI MAKHLUK HIDUP
2.1 Sistem Fisiologi Tumbuhan
2.2 Sistem Fisiologi Hewan
Rangkuman
Latihan Soal
BAB III KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
3.1 Keanekaragaman Bryophyta
3.2 Keanekaragaman Pteridophyta
3.3 Keanekaragaman Spermatophyta
3.4 Keanekaragaman Invertebrata
3.5 Keanekaragaman Vertebrata
Rangkuman
Latihan Soal
BAB IV BIOTEKNOLOGI MODERN
4.1 Sel, Kromosom, DNA
4.2 Teknologi DNA
Rangkuman
Latihan Soal
BAB V INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM DAN
PERANAN MANUSIA DALAM EKOSISTEM
5.1 Interaksi antar Komponen Ekosistem
5.2 Peranan Manusia dalam Ekosistem
Rangkuman
Latihan Soal

3
BAB I
STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUBUH MAKHLUK HIDUP

STANDAR KOMPETENSI: Memahami struktur dan fungsi jaringan tubuh


makhluk hidup

KOMPETENSI DASAR:
1. Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkan dengan
fungsinya
2. Mengidentifikasi struktur jaringan hewan dan mengaitkan dengan
fungsinya

INDIKATOR:
1. Menentukan struktur jaringan tumbuhan
2. Menjelaskan fungsi berbagai macam struktur jaringan tumbuhan
3. Menentukan struktur jaringan hewan
4. Menjelaskan fungsi berbagai macam struktur jaringan hewan

PENDAHULUAN
Jaringan penyusun tubuh tumbuhan dan hewan merupakan kumpulan
sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Ada bermacam-macam
jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan dan hewan. Bermacam-macam
jaringan tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok
jaringan yang saling bekerjasama akan membentuk organ dari suatu organisme.
Beberapa organ yang bekerjasama melaksanakan fungsi tertentu akan
membentuk sistem organ.

1. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan


Tumbuhan memiliki struktur tubuh yang terdiri atas jaringan dan organ.
Pada dasarnya jaringan pada tumbuhan terdiri atas 2 macam, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristem dikenal pula dengan jaringan
embrional tersusun oleh sel-sel yang masih muda yang sifatnya selalu

4
membelah dan belum terdiferensiasi. Jaringan dewasa atau dikenal pula dengan
jaringan permanen dicirikan dengan sel-selnya yang sudah tidak membelah,
tetapi telah terdiferensiasi sehingga membentuk berbagai jaringan yang lebih
kompleks. Jaringan kompleks yang terbentuk dari hasil diferensiasi ini antara
lain adalah jaringan epidermis, parenkim, klorenkim, kolenkim, xilem, dan
floem.

1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem tersusun atas sel-sel yang sifatnya selalu membelah.
Adanya jaringan ini mengakibatkan terjadinya aktivitas pertumbuhan pada
tumbuhan. Daerah tempat terjadinya pertumbuhan tersebut dinamakan titik
tumbuh primer yang terletak antara lain pada pucuk batang dan ujung akar
(Gambar 1.1). Pertumbuhan yang terjadi pada titik tumbuh primer
mengakibatkan tumbuhan dapat tumbuh memanjang (bertambah tinggi).
Sementara itu pada tumbuhan dikotil, selain adanya titik tumbuh primer juga
terdapat titik tumbuh sekunder yang terletak pada bagian kambium. Adanya
aktivitas pertumbuhan pada titik tumbuh sekunder mengakibatkan dapat
membesarnya batang tumbuhan dikotil.

Gambar 1.1 Jaringan Meristem

2. Jaringan Epidermis
Jaringan epidermis tersusun oleh sel-sel pipih selapis berderet rapat
tanpa ruang antarsel. Jaringan ini terletak pada lapisan terluar dari organ
tumbuhan, yaitu antara lain pada permukaan daun dan akar serta lapisan

5
terluar dari ranting (Gambar 1.2). Fungsi dari jaringan epidermis ini adalah
melindungi lapisan sel-sel yang ada dibawahnya. Jaringan epidermis dapat
mengalami modifikasi seperti kutikula/lapisan lilin untuk mencegah penguapan
air yang berlebihan, bulu-bulu, duri, trikhoma yang berfungsi sebagai alat
perlindungan bagi tumbuhan.

Gambar 1.2 Jaringan Epidermis

3. Jaringan Parenkim
Jaringan parenkim tersusun oleh sel-sel yang berukuran besar,
berdinding tipis, dan susunannya renggang (Gambar 1.3). Struktur yang
demikian ini memungkinkan adanya banyak ruang antar sel dan memiliki
vakuola besar. Jaringan ini terletak pada korteks dan empulur batang dan akar,
pada buah, serta antara xilem dan floem. Jaringan ini berfungsi sebagai
penyimpan cadangan makanan dalam bentuk zat tepung. Selain itu terdapat
pula jaringan parenkim yang mengandung klorofil yang disebut dengan jaringan
klorenkim. Jaringan ini terletak pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau,
seperti daun, ranting hijau, dan kelopak bunga. Klorenkim berfungsi untuk
melakukan fotosintesis karena adanya klorofil didalamnya.

6
Gambar 1.3 Jaringan Parenkim

4. Jaringan Kolenkim
Sel-sel penyusun jaringan kolenkim pada umumnya mempunyai dinding
yang menebal tidak rata (Gambar 1.4). Jaringan ini dapat dijumpai pada batang,
daun, bagian-bagian bunga, buah, dan akar. Fungsi jaringan ini adalah sebagai
alat penunjang pada organ yang mulai tumbuh, pada tumbuhan herba, dan juga
pada organ dewasa.

Gambar 1.4 Jaringan Kolenkim

Berdasarkan tipe penebalan dinding selnya, jaringan kolenkim dapat


dibedakan menjadi: (1) kolenkim menyudut (angular), yaitu penebalan dinding
selnya terjadi secara membujur di sudut-sudut sel, (2) kolenkim lamelar,
penebalan terutama terjadi pada dinding tangensial selnya, (3) kolenkim

7
lakunar, penebalan terjadi di bagian dinding sel yang menghadap ke ruang
interselular.

5. Jaringan Sklerenkim
Jaringan sklerenkim disusun oleh sel-sel dengan penebalan dinding
sekunder, yang berlignin atau tidak berlignin. Jaringan ini terletak di bagian
korteks, perisikel, serta diantara xilem dan floem (Gambar 1.5). Fungsi jaringan
ini adalah menopang/sebagai alat penyokong dan kadang-kadang juga sebagai
pelindung.

Gambar 1.5 Jaringan Sklerenkim

Jaringan sklerenkim dapat dibedakan menjadi serat dan sklereid.


Berdasarkan asal muasal unsur-unsurnya, serat berkembang dari sel meristem
sedangkan sklereid berkembang dari sel parenkim yang dindingnya mengalami
penebalan sekunder.

6. Jaringan Xilem
Jaringan xilem terdapat pada bagian kayu tanaman (Gambar 1.6). Fungsi
jaringan ini adalah menyalurkan air dan zat terlarut dari akar menuju bagian
atas tanaman. Xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri atas beberapa
tipe sel. Unsur-unsur penyusun jaringan xilem adalah sebagai berikut: (a) unsur
trakheal terdiri dari trakea yang sel-selnya berbentuk tabung dan trakeid yang
panjang dan dinding selnya berlubang-lubang, (b) serabut xilem yang terdiri
atas sel-sel panjang dan ujungnya meruncing, (c) parenkim kayu yang berisi
berbagai zat seperti cadangan makanan, tanin, dan kristal.

8
Gambar 1.6 Jaringan Xilem

7. Jaringan Floem
Jaringan floem terdapat pada bagian kulit kayu dan berfungsi terutama
untuk menyalurkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan
(Gambar 1.7). Floem merupakan jaringan majemuk yang terdiri atas unsur-
unsur sebagai berikut: (a) buluh tapis yang berbentuk tabung dengan bagian
ujung berlubang-lubang, (b) sel pengiring berbentuk silinder-silinder dan
ukurannya lebih besar daripada sel-sel tapis serta plasmanya pekat, (c) serabut
floem bentuk panjang dengan ujung-ujung berhimpit dan dindingnya tebal, (d)
parenkim floem, selnya hidup, memiliki dinding primer dengan lubang kecil
yang disebut noktah halaman.

Gambar 1.7 Jaringan Floem

9
2. Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan
Tubuh hewan multiseluler, terdiri atas bermacam-macam sel yang
berbeda struktur dan fungsinya. Sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi sama
berkelompok membentuk jaringan. Pada hewan, termasuk manusia terdapat
empat jaringan utama yaitu: jaringan epitel, jaringan otot, jaringan saraf, dan
jaringan ikat.

1. Jaringan epitel
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan luar atau
permukaan dalam tubuh hewan. Epitel yang melapisi permukaan dalam disebut
endotelium. Epitel yang melapisi rongga yang besar dan menyelaputi organ
tertentu disebut mesotelium. Epitel yang melapisi permukaan tubuh paling luar
disebut epidermis (Gambar 1.8).

Gambar 1.8 Jaringan endotelium, mesotelium, dan epidermis. Jaringan epitel pada
(a) kulit manusia dan (b) usus manusia.

Sel-sel epitel tersusun rapat sehingga tidak terdapat rongga antar sel.
Struktur sel-sel epitel yang tersusun rapat tersebut berhubungan dengan fungsi
jaringan ini sebagai pelindung (proteksi). Selain sebagai pelindung, sel-sel
dalam jaringan epitel termodifikasi untuk beberapa fungsi lainnya seperti
sekresi, ekskresi, absorbsi, dan sebagai membran semipermeabel.

10
Berdasarkan struktur dan susunannya, epitel dapat dibedakan menjadi:
epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis, epitel kubus selapis, epitel kubus
berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis, epitel silindris berlapis
semu, dan epitel peralihan.

1. Epitel pipih selapis


Epitel pipih selapis terdiri atas satu lapis sel yang berbentuk pipih.
Dilihat dari permukaan, sel-sel ini terlihat seperti lantai ubin namun dengan
batas yang tidak teratur (Gambar 1.2a). Epitel ini terdapat pada kapsula
Bowman, lapisan dalam pembuluh darah dan limfa, alveolus, ruang jantung,
selaput bagian dalam telinga, serta sel ekskresi kecil dari sebagian besar
kelenjar. Epitel ini umumnya berfungsi sebagai pelindung bagian dalam rongga
dan saluran, serta tempat difusi dan infiltrasi zat.

2. Epitel pipih berlapis


Epitel pipih berlapis merupakan sel-sel berbentuk pipih serta berlapis-
lapis (Gambar 1.2b). Epitel ini terdapat pada kulit, epidermis, rongga mulut,
esofagus, laring, vagina, anus, dan rongga hidung. Epitel ini berfungsi sebagai
pelindung dan penghasil lendir (mucus).

3. Epitel kubus selapis


Epitel kubus selapis terdiri atas satu lapis sel berbentuk kubus. Dari
permukaan sel-sel itu terlihat seperti sarang lebah atau berbentuk poligonal
(Gambar 1.2c). Epitel ini terdapat pada kelenjar ludah, retina mata, dinding
ovarium, dan saluran dalam nefron ginjal. Epitel ini berfungsi sebagai
pelindung, absorpsi, dan sekresi (penghasil lendir atau mucus).

11
(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g) (h)

Gambar 1.2 Jaringan epitel, (a) pipih selapis, (b) pipih berlapis, (c) kubus
selapis, (d) kubus berlapis, (e) silindris selapis, (f) silindris
berlapis, (g) silindris berlapis semu, dan (h) transisional

4. Epitelium kubus berlapis

12
Epitelium kubus berlapis terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk
kubus (Gambar 1.2d). Epitel ini ditemukan pada kelenjar keringat, kelenjar
minyak, ovarium, dan buah zakar. Epitel ini berfungsi sebagai pelindung dan
penghasil mucus.

5. Epitel silindris selapis


Epitel silindris selapis terdiri atas satu lapis sel yang berbentuk silindris
(Gambar 1.2e). Sel epitel ini ada yang memiliki silia pada permukaannya, ada
pula yang tidak. Epitel silindris selapis yang bersilia terdapat pada dinding
dalam rongga hidung, trakea, bronkus, dan dinding dalam oviduk. Fungsinya
sebagai penghasil mucus untuk menangkap benda asing yang masuk, serta
gerakan silianya berfungsi menghalau benda asing yang masuk. Sementara itu,
epitel silindris selapis yang tidak bersilia terdapat pada dinding dalam lambung,
usus, kantong empedu, dan uterus. Fungsinya sebagai pelindung, sekresi, dan
absorbsi.

6. Epitelium silindris berlapis


Epitelium silindris berlapis ini terdiri atas sel berbentuk silindris yang
berlapis-lapis (Gambar 1.2f). Epitel ini terdapat pada lapisan konjungtiva,
dinding dalam kelopak mata, laring, faring, dan uretra. Fungsinya sebagai
pelindung, penghasil mucus, dan absorbsi.

7. Epitel silindris berlapis semu


Struktur sel epitel ini hampir mirip dengan epitel silindris berlapis.
Perbedaannya, epitel ini terdiri atas satu lapis sel yang tingginya tidak sama
sehingga terlihat berlapis-lapis (Gambar 1.2g). Epitel ini ditemukan pada rongga
hidung dan trakea, yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, dan pertukaran
gas.

8. Epitel peralihan

13
Epitel peralihan atau transisional terdapat di kantung air seni (vesica
urinaria). Pada saat kantung air seni kosong, lapisan epitel tampak seperti epitel
kubus berlapis atau silindris berlapis, tetapi ketika kantung penuh terisi air seni,
permukaan epitel memipih sehingga tampak seperti epitel pipih berlapis.
Perubahan struktur inilah yang membuat epitel ini disebut epitel transisional
(Gambar 1.2h). Epitel ini berfungsi untuk menahan regangan dan tekanan.

2. Jaringan otot
Jaringan otot terdiri atas serabut-serabut otot (miofibril) yang tersusun
oleh sel-sel otot. Sel-sel otot dibungkus oleh selaput (sarkolema), dan berisi
cairan sel (sarkoplasma). Otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi
kemudian berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tubuh pada tempat
melekatnya otot tersebut. Otot berkontraksi karena adanya protein kontraktil,
yaitu: aktin dan miosin. Berdasarkan struktur dan kontraksi selnya, jaringan
otot dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: otot lurik, otot polos, dan otot jantung.

1.2.2.1 Otot lurik


Otot lurik merupakan otot yang menempel pada rangka, sehingga sering
disebut otot rangka (Gambar 1.3a). Struktur selnya silindris memanjang dan
memiliki banyak inti yang terletak di bagian tepi. Miofibril tersusun sejajar
membentuk daerah-daerah terang dan gelap, sehingga tampak seperti berlurik-
lurik. Kontraksinya disadari (volunter) karena dipengaruhi oleh susunan saraf
sadar. Reaksi terhadap rangsangan cepat, tetapi cepat lelah.

1.2.2.2 Otot polos


Otot polos tersusun oleh sel yang berbentuk gelendong dan memiliki inti
satu di tengah (Gambar 1.3b). Otot polos mempunyai pola permukaan yang
polos, tanpa adanya pola lurik. Otot polos dilengkapi dengan saraf yang berasal
dari sistem saraf tak sadar, sehingga kontraksinya tidak disadari (involunter).
Reaksi terhadap rangsangan lambat, namun bekerja terus-menerus dan tidak
mudah lelah. Otot polos terdapat pada organ-organ dalam, seperti: usus,
lambung, ginjal, pembuluh darah, kandung kemih, dan saluran pernapasan.

14
1.2.2.3 Otot jantung
Otot jantung merupakan perpaduan antara otot lurik dengan otot polos,
dan hanya terdapat pada jantung. Strukturnya seperti otot lurik, yaitu memiliki
pola lurik melintang tetapi miofibrilnya bercabang-cabang yang ujungnya saling
berikatan yang disebut sinsitium (Gambar 1.3c). Berbeda dengan otot lurik, sel
otot jantung memiliki satu atau dua inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot
jantung seperti otot polos, yaitu tidak disadari, bekerja terus-menerus dan tidak
mudah lelah.

Inti sel Inti sel Sel otot Inti sel

a b c

Sinsitium

Gambar 1.3 Jaringan otot, (a) lurik, (b) polos, dan (c) jantung

3. Jaringan saraf
Jaringan saraf tersusun oleh sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
terdiri atas badan sel dan serabut sel. Serabut sel terdiri atas dendrit dan neurit
atau akson (Gambar 1.4).
Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung inti dan
sitoplasma yang tidak bergranula. Badan sel saraf terdapat di pusat saraf dan
ganglion (kumpulan badan sel saraf). Ganglion-ganglion ini letaknya hanya pada
tempat tertentu, yaitu di kiri dan kanan sumsum tulang belakang.
Dendrit adalah cabang-cabang yang menjulur dari badan sel saraf.
Fungsinya untuk menangkap impuls saraf (rangsang) dari luar atau dari neuron
lain, lalu meneruskannya ke badan sel.

15
Gambar 1.4 Struktur sel saraf (neuron) dengan bagian-bagiannya

Neurit adalah penjuluran yang keluar dari badan sel saraf, yang
fungsinya meneruskan impuls saraf dari badan sel menuju neuron lain atau ke
efektor. Neurit dibungkus oleh selubung lemak (fosfolipid), yaitu mielin dan
neurilema. Mielin adalah selubung terdalam yang langsung membungkus neurit,
yang berfungsi sebagai isolator dan pemberi nutrien bagi neurit. Di bagian
tertentu, selubung mielin menipis, kemudian menebal kembali. Bagian selubung
mielin yang menipis disebut nodus Ranvier. Nodus ini sangat berperan untuk
penguatan dan percepatan pengiriman impuls saraf. Neurilema atau selubung
Schwann, terdiri atas sel-sel Schwann yang menghasilkan mielin. Neurilema
merupakan selubung terluar dari serabut saraf yang berfungsi untuk regenerasi
neurit dan dendrit yang rusak.
Berdasarkan fungsinya dalam mengirimkan impuls saraf, maka neuron
dapat dikelompokkan menjadi: neuron aferen, neuron intermedier, dan neuron
eferen.

1.2.3.1 Neuron aferen


Neuron aferen disebut juga neuron sensorik berfungsi menghantarkan
impuls dari organ penerima rangsang (reseptor) ke pusat susunan saraf, yaitu
otak dan sumsum tulang belakang. Sekelompok badan sel neuron sensorik
berkumpul membentuk ganglion yang berlanjut ke sumsum tulang belakang.

16
1.2.3.2 Neuron intermedier
Neuron intermedier merupakan penghubung antara neuron aferen dan
neuron eferen. Neuron intermedier terdapat di sistem saraf pusat. Neuron
intermedier meneruskan rangsang dari neuron aferen ke neuron eferen, atau ke
neuron intermedier yang lain.

1.2.3.3 Neuron eferen


Neuron eferen berfungsi meneruskan impuls saraf yang diterima dari
neuron intermedier. Pesan yang dikirim menentukan tanggapan tubuh terhadap
impuls saraf yang diterima oleh neuron aferen. Dendrit dari neuron eferen
menempel di otot sehingga sering disebut juga neuron motorik.

4. Jaringan ikat
Jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong, serta penghubung
satu jaringan dengan jaringan yang lain. Berbeda dengan sel epitel, sel-sel
jaringan ikat lebih jarang dan menyebar di dalam matriks. Pada umumnya,
matriks terdiri atas serabut yang melekat dalam bahan dasar berupa cairan, gel,
atau solid. Serabut yang menyusun jaringan ikat, yaitu serabut kolagen, serabut
elastin, dan serabut retikuler. Serabut kolagen memiliki daya regang sangat
tinggi dengan elastisitas yang rendah. Serabut elastin memiliki elastisitas tinggi,
tetapi akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia seseorang.
Serabut retikuler mirip dengan serabut kolagen hanya ukuran serabutnya lebih
pendek dibandingkan dengan serabut kolagen.
Jaringan ikat dapat dikelompokkan dalam enam kelompok utama, yaitu
jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan tulang rawan, jaringan tulang
keras, jaringan lemak, dan jaringan darah (Gambar 1.5).

1.2.4.1 Jaringan ikat longgar


Jaringan ikat longgar, matriksnya tersusun dari serabut elastin dan
kolagen (Gambar1.5a). Jaringan ini terdapat pada mesentrium dan di bawah
kulit. Jaringan ini mengikat jaringan epitel dengan jaringan di bawahnya dan
menjaga organ-organ pada tempatnya. Selain itu, jaringan ikat longgar juga

17
berfungsi sebagai tempat penyimpanan air, glukosa, dan garam-garam untuk
sementara waktu.

Sel Sel

Serabut
kolagen
Serabut
kolagen
Serabut
elastin
(a) (b)

Kanal
pusat
Matriks
Kanalikuli

Sel Osteosit

(c) (d)

Tetes
lemak

Inti sel

(e) (f)

Gambar 1.5 Jaringan ikat, (a) longgar, (b) padat, (c) tulang rawan, (d) tulang keras,
(e) lemak, dan (f) darah

1.2.4.2 Jaringan ikat padat


Penyusun utama jaringan ikat padat adalah serabut kolagen (Gambar
1.5b). Susunan sel-selnya tidak rapat, tetapi matriksnya rapat. Berdasarkan
struktur serabutnya, jaringan ikat padat dapat dikelompokkan menjadi jaringan

18
ikat padat teratur dan jaringan ikat padat tidak teratur. Jaringan ikat padat
teratur menghubungkan antara otot dan tulang (tendon), serta menghubungkan
tulang dengan tulang (ligamen). Jaringan ikat padat tidak teratur terdapat di
kulit.

1.2.4.3 Jaringan tulang rawan


Tulang rawan (kartilago) memiliki matriks yang elastis dan tebal. Tulang
rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang terletak dalam
kantung-kantung (lakuna) di dalam matriks (Gambar 1.5c). Kondrosit dibentuk
oleh sel kondroblas.
Berdasarkan susunan serabutnya, jaringan tulang rawan dapat
digolongkan menjadi tulang rawan hialin, tulang rawan elastik, dan tulang
rawan fibrosa. Tulang rawan hialin, serabutnya tersebar dalam anyaman yang
halus dan rapat. Contohnya, ujung-ujung tulang rusuk yang menempel ke tulang
dada. Tulang rawan elastik, susunan sel dan matriksnya mirip dengan tulang
rawan hialin, tetapi anyaman serabutnya tidak sehalus dan serapat tulang
rawan hialin. Contohnya, cuping telinga, laring, dan epiglotis. Tulang rawan
fibrosa, matriksnya disusun oleh serabut kolagen yang kasar dan tidak
beraturan. Contohnya, di cakram antartulang belakang dan simfisis pubis
(pertautan tulang kemaluan).

1.2.4.4 Jaringan tulang keras


Tulang keras (osteon) tersusun dari sel-sel tulang keras (osteosit) yang
dibentuk oleh sel osteoblas (Gambar 1.5d). Matriks intraseluler dari osteosit
mengalami mineralisasi sehingga permukaannya menjadi keras. Substansi
mineral tersebut disimpan dalam suatu lapisan tipis yang disebut lamela.
Beberapa lamela mengelilingi suatu saluran berisi pembuluh darah yang
disebut saluran Havers. Keseluruhan lamela dan saluran Havers membentuk
sistem Havers. Tulang keras berfungsi sebagai pemberi bentuk tubuh, penyusun
rangka tubuh, dan pelindung alat-alat vital tubuh.

19
1.2.4.5 Jaringan lemak
Jaringan lemak (adiposa) tersusun atas sel-sel lemak yang umumnya
memiliki sebuah rongga besar yang berisi tetes lemak (Gambar 1.5e). Jaringan
lemak banyak ditemukan di bagian bawah lapisan kulit. Jaringan ini berfungsi
sebagai makanan cadangan dan mencegah kehilangan panas berlebih dari
tubuh.

1.2.4.6 Jaringan darah


Jaringan darah merupakan jaringan ikat yang sangat khusus. Gambar 1.5f
menunjukkan jaringan darah yang terdiri atas tiga komponen, yaitu eritrosit
(sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit atau platelet
(keping darah). Jaringan ini berfungsi sebagai alat transportasi serta melawan
bibit penyakit. Selain darah, tubuh juga mempunyai jaringan yang mirip
jaringan darah, yaitu cairan getah bening (limfa). Cairan getah bening memiliki
komponen sel berupa limfosit dan granulosit. Jaringan ini berfungsi untuk
transpor lemak dan protein dari satu jaringan ke jaringan yang lain.

RANGKUMAN
Jaringan penyusun tubuh tumbuhan terdiri atas 2 macam, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristem tersusun oleh sel-sel yang masih
muda dan selalu membelah serta belum terdiferensiasi. Jaringan dewasa
dicirikan dengan sel-selnya yang sudah tidak membelah, tetapi telah
terdiferensiasi sehingga membentuk berbagai jaringan yang lebih kompleks.
Jaringan tersebut antara lain adalah jaringan epidermis, parenkim, klorenkim,
kolenkim, xilem, dan floem yang memiliki struktur serta fungsi tersendiri.
Jaringan epidermis tersusun oleh sel-sel pipih selapis berderet rapat
tanpa ruang antarsel. Jaringan ini terletak pada lapisan terluar dari organ
tumbuhan, yaitu antara lain pada permukaan daun dan akar serta lapisan
terluar dari ranting. Fungsi dari jaringan epidermis ini adalah melindungi
lapisan sel-sel yang ada dibawahnya.
Jaringan parenkim tersusun oleh sel-sel yang berukuran besar,
berdinding tipis, dan susunannya renggang. Jaringan ini terletak pada korteks

20
dan empulur batang dan akar, pada buah, serta antara xilem dan floem. Fungsi
jaringan ini adalah sebagai penyimpan cadangan makanan dalam bentuk zat
tepung.
Jaringan kolenkim tersusun oleh sel-sel yang pada umumnya mempunyai
dinding yang menebal tidak rata. Jaringan ini dapat dijumpai pada batang, daun,
bagian-bagian bunga, buah, dan akar. Fungsi jaringan ini adalah sebagai alat
penunjang pada organ yang mulai tumbuh, pada tumbuhan herba, dan juga pada
organ dewasa.
Jaringan sklerenkim disusun oleh sel-sel dengan penebalan dinding
sekunder, yang berlignin atau tidak berlignin. Jaringan ini terletak di bagian
korteks, perisikel, serta diantara xilem dan floem. Fungsi jaringan ini adalah
menopang/sebagai alat penyokong dan kadang-kadang juga sebagai pelindung
Jaringan xilem terdapat pada bagian kayu tanaman. Fungsi jaringan ini
adalah menyalurkan air dan zat terlarut dari akar menuju bagian atas tanaman.
Xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri atas beberapa tipe sel.
Jaringan floem terdapat pada bagian kulit kayu dan berfungsi terutama
untuk menyalurkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Floem
merupakan jaringan majemuk yang terdiri atas unsur-unsur buluh tapis, sel
pengiring, serabut floem, dan parenkim floem.
Pada tubuh hewan terdapat empat jaringan, yang meliputi jaringan
epitel, jaringan otot, jaringan saraf, dan jaringan ikat.
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan luar atau
permukaan dalam tubuh hewan. Sel-selnya tersusun rapat yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai pelindung, serta beberapa fungsi lainnya, seperti
sekresi, ekskresi, absorbsi, dan sebagai membran. Berdasarkan struktur dan
susunannya, epitel dapat dibedakan menjadi: epitel pipih selapis, epitel pipih
berlapis, epitel kubus selapis, epitel kubus berlapis, epitel silindris selapis, epitel
silindris berlapis, epitel silindris berlapis semu, dan epitel peralihan.
Jaringan otot terdiri atas miofibril yang dibungkus oleh sarkolema, dan
berisi sarkoplasma. Otot dapat berkontraksi karena adanya protein aktin dan
miosin. Berdasarkan struktur dan kontraksi selnya, jaringan otot dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu: otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Struktur otot lurik

21
silindris panjang dengan pola gelap terang, serta mempunyai banyak inti di tepi.
Kontraksinya disadari, responnya cepat, tetapi mudah lelah. Terdapat di rangka
yang berfungsi untuk menggerakkan organ-organ luar. Otot polos terdapat di
organ-organ dalam, kontraksinya tidak disadari, responnya lambat, tetapi tidak
mudah lelah. Struktur selnya gelendong dengan satu inti di tengah sel. Struktur
otot jantung mirip dengan otot lurik, tetapi kontraksinya seperti otot polos. Otot
jantung bercabang-cabang, intinya satu atau dua di tengah.
Jaringan saraf tersusun oleh sel-sel saraf atau neuron. Neuron terdiri
atas badan sel dan serabut sel (dendrit dan neurit). Badan sel terdapat di pusat
saraf dan ganglion. Dendrit berfungsi menangkap impuls dan meneruskannya
ke badan sel, sedangkan neurit berfungsi meneruskan impuls dari badan sel.
Pada neurit terdapat selubung mielin, nodus Ranvier dan sel Schwann.
Berdasarkan fungsinya neuron dapat dikelompokkan menjadi: neuron aferen,
neuron intermedier, dan neuron eferen.
Jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong, serta penghubung
satu jaringan dengan jaringan yang lain. Struktur selnya terdiri atas serabut
kolagen, elastin, atau retikuler. Jaringan ikat dapat dikelompokkan menjadi:
jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan tulang rawan, jaringan tulang
keras, jaringan lemak, dan jaringan darah.

LATIHAN SOAL

1. Jaringan penyusun organ tumbuhan dikotil memiliki persamaan dan perbedaan


dengan jaringan penyusun organ tumbuhan monokotil. Jaringan-jaringan di bawah
ini yang tidak terdapat pada tumbuhan monokotil adalah...
1. jaringan parenkim
2. jaringan klorenkim
3. jaringan kolenkim
4. jaringan kambium
5. jaringan sklerenkim

2. Berdasarkan struktur, letak, dan kontraksinya, sel otot lurik berbeda dengan sel
otot jantung dalam hal... .
1. inti sel otot lurik banyak yang terletak di tengah, sedangkan inti sel otot jantung
hanya satu dan terletak di tepi
2. kontraksi otot lurik involunter, sedangkan otot jantung volunter

22
3. sel otot lurik silindris panjang, sedangkan sel otot jantung lurik-lurik dan
bercabang
4. otot lurik terdapat pada organ bagian dalam, sedangkan otot jantung pada
jantung
5. kontraksi otot lurik cepat dan tidak mudah lelah, sedangkan otot jantung cepat
dan mudah lelah

3. Selubung mielin pada neurit terdapat bagian yang menebal dan menipis
berselang-seling. Bagian yang menipis disebut nodus Ranvier,
SEBAB
nodus Ranvier sangat berperan untuk penguatan dan percepatan pengiriman impuls
saraf.

4. Pada tumbuhan dikotil, selain terdapat titik tumbuh primer juga terdapat titik
tumbuh sekunder
SEBAB
Aktivitas titik tumbuh sekunder mengakibatkan batang tumbuhan dapat membesar

5. Berikut ini adalah jaringan dan fungsinya yang benar adalah... .


1. jaringan saraf berfungsi untuk mengatur dan mengoordinasikan kerja tubuh
2. jaringan ikat berfungsi sebagai penyokong dan penghubung jaringan lain
3. jaringan otot berfungsi sebagai pergerakan organ-organ tubuh
4. jaringan epitel berfungsi sebagai pelindung jaringan di bawahnya

6. Diskusikan dalam kelompok, pada percobaan perendaman pangkal batang


pacar air (Impatien balsamina) yang telah dipotong dalam larutan eosin. Jaringan
apakah yang terlebih dahulu berwarna merah? Mengapa demikian?

23
BAB II
SISTEM FISIOLOGI MAKHLUK HIDUP

STANDAR KOMPETENSI: Memahami sistem fisiologi makhluk hidup

KOMPETENSI DASAR:
1. Mendeskripsikan sistem fisiologi pada tumbuhan
2. Mendeskripsikan sistem fisiologi pada hewan

INDIKATOR
1. Menjelaskan mekanisme transpor pada tumbuhan
2. Menjelaskan kebutuhan nutrisi pada tumbuhan
3. Menjelaskan mekanisme proses fotosintesis
4. Menjelaskan kebutuhan nutrisi pada hewan
5. Menjelaskan sistem sirkulasi dan pertukaran gas pada hewan
6. Menjelaskan sistem pertahanan tubuh pada hewan

PENDAHULUAN
Sistem fisiologi makhluk hidup terkait erat dengan proses dan fungsi,
respon makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan serta pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup yang dapat diamati sebagai hasil dari adanya
respon tersebut. Pemahaman terhadap berbagai proses yang terjadi dalam
tubuh makhluk hidup dan respon terhadap perubahan lingkungan adalah
penting sebagai bekal dalam mendalami ilmu-ilmu terapan yang relevan.
Proses yang dimaksudkan dalam hal ini adalah merupakan urutan
kejadian alamiah yang berkesinambungan. Fungsi yang dimaksud dalam tulisan
ini adalah merupakan aktivitas alamiah dari sebuah benda, yang dapat berupa
sel, jaringan, organ, senyawa kimia dan lainnya. Proses dan fungsi bergantung
pada dan dapat diubah oleh faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya, suhu dan
lainnya. Oleh karena itu pada bab ini dibahas tentang peristiwa alamiah yang
terjadi pada makhluk hidup (tumbuhan dan hewan) dan juga respon makhluk
hidup terhadap perubahan lingkungan.

24
1. Sistem Fisiologi Tumbuhan
Sistem fisiologi tumbuhan berhubungan dengan proses dan fungsi,
respon tumbuhan terhadap perubahan lingkungan serta pertumbuhan dan
perkembangan yang dihasilkan dari adanya respon tersebut. Pada buku ajar ini
pembahasan dibatasi pada: (a) mekanisme transpor pada tumbuhan, (b)
kebutuhan nutrisi pada tumbuhan, dan (c) mekanisme proses fotosintesis, yang
diharapkan dapat membekali mahasiswa baru untuk mendalami materi yang
relevan dengan perkuliahan selanjutnya.

1. Mekanisme Transpor pada Tumbuhan


Tumbuhan perlu melakukan transpor air dan zat terlarut dari salah satu
bagian tubuh ke bagian tubuhnya yang lain. Proses transpor ini diawali dengan
penyerapan air dan zat terlarut oleh sel-sel tumbuhan. Proses penyerapan air
dan zat terlarut yang terjadi di dalam tanah oleh sel-sel tumbuhan dilakukan
dengan dua cara yaitu, penyerapan pasif dan penyerapan aktif. Penyerapan
pasif terjadi secara imbibisi, difusi, dan osmosis, sedangkan penyerapan aktif
terjadi melalui transpor aktif.
Pengangkutan air dan zat terlarut juga dapat dibedakan menjadi
pengangkutan ekstravaskuler dan pengangkutan vaskuler. Pengangkutan
ekstravaskuler atau disebut juga pengangkutan di luar pembuluh angkut yaitu,
pengangkutan air dan zat terlarut melalui jalur bulu akar, sel korteks, sel
endodermis, sel perisikel dan berakhir di xilem (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Jalur transportasi molekul air dan zat terlarut

25
Berdasarkan pada jalur yang dilalui oleh air maka pengangkutan
ekstravaskuler dapat dibedakan menjadi: (1) apoplas yaitu, mengalirnya air
melalui dinding-dinding sel, (2) simplas yaitu, mengalirnya air melalui
protoplasma dan plasmodesmata, dan (3) vakuolar yaitu, mengalirnya air
melalui vakuola. Transpor air dan zat terlarut yang melalui jalur apoplas tidak
dapat masuk ke stele, karena adanya pita kaspari yang menghalangi. Sementara
itu, yang melalui jalur simplas dapat mencapai stele dan masuk ke xilem.
Pengangkutan vaskuler yaitu, pengangkutan air dan zat terlarut yang terjadi di
dalam pembuluh angkut menuju ke daun dan bagian-bagian tubuh tumbuhan
lainnya. Pengangkutan vaskuler ini terjadi pada pembuluh xilem dan floem.
Penyerapan air tanah dan zat terlarut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: (1) perbedaan konsentrasi zat antara sitoplasma dan larutan
dalam tanah, (2) daya tukar ion antara ion pada sel akar dengan ion yang
menempel pada partikel tanah, dan (3) perbedaan jumlah muatan positif dan
negatif antara larutan tanah dan sitoplasma.

2. Kebutuhan Nutrisi pada Tumbuhan


Tumbuhan memerlukan unsur-unsur esensial untuk tumbuh dan
berkembang serta menyelesaikan siklus hidupnya. Kebutuhan tumbuhan akan
unsur-unsur esensial dapat diketahui melalui teknik kultur hidroponik
(hydroponic culture), yaitu menumbuhkan tanaman dalam larutan mineral.
Melalui teknik ini, akar tumbuhan direndam di dalam larutan yang teraerasi
dengan komposisi mineral yang telah diketahui sebelumnya. Aerasi air berguna
untuk menyuplai akar dengan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi selular.
Penelitian semacam ini telah mampu mengidentifikasi 17 unsur esensial
yang dibutuhkan oleh tumbuhan (Tabel 2.1). Dari 17 unsur esensial tersebut, 9
diantaranya digolongkan kedalam makronutrien (macronutrient) karena
diperlukan dalam jumlah besar oleh tumbuhan. Unsur-unsur tersebut adalah:
karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosfor, sulfur, kalium, kalsium, dan
magnesium. Sementara itu 8 unsur esensial lainnya digolongkan kedalam
mikronutrien (micronutrient) karena dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh

26
tumbuhan. Unsur-unsur tersebut adalah: klorin, besi, mangan, boron, seng,
tembaga, nikel, dan molibdenum.

Tabel 2.1 Unsur-unsur Esensial di dalam Tumbuhan

Unsur Bentuk yang % Massa Fungsi Utama


Tersedia bagi dalam
Tumbuhan Jaringan
Kering
Makronutrien
Karbon CO2 45% Komponen utama senyawa-senyawa
organik tumbuhan
Oksigen CO2 45% Komponen utama senyawa-senyawa
organik tumbuhan
Hidrogen H2O 6% Komponen utama senyawa-senyawa
organik tumbuhan
Nitrogen NO3-, NH4+ 1,5% Komponen asam nukleat, protein,
hormon, klorofil, koenzim
Kalium K+ 1,0% Kofaktor yang berfungsi dalam sintesis
protein; zat terlarut utama yang
berfungsi dalam keseimbangan air;
kerja stomata
Kalsium Ca2+ 0,5% Penting dalam pembentukan dan
stabilitas dinding sel serta
pemeliharaan struktur dan
permeabilitas membran; mengaktivasi
beberapa enzim; meregulasi respons-
respons sel terhadap stimulus
Magnesium Mg2+ 0,2% Komponen klorofil; mengaktivasi
berbagai macam enzim
Fosfor H2PO4-, HPO42- 0,2% Komponen asam nukleat, fosfolipid,
ATP, beberapa koenzim
Sulfur SO42- 0,1% Komponen protein, koenzim
Mikronutrien
Klorin Ci- 0,01% Dibutuhkan untuk langkah pemecahan
air dalam fotosintesis; berfungsi dalam
keseimbangan air
Besi Fe2+, Fe3+ 0,01% Komponen sitokrom; mengaktivasi
beberapa enzim
Mangan Mn2+ 0,005% Aktif dalam pembentukan asam amino;
mengaktivasi beberapa enzim;
pemecahan air dalam fotosintesis
Boron H2BO3- 0,002% Kofaktor dalam sintesis klorofil;
berperan dalam fungsi dinding sel
Seng Zn2+ 0,002% Aktif dalam pembentukan klorofil;
mengaktivasi beberapa enzim
Tembaga Cu+, Cu2+ 0,001% Komponen dari berbagai redoks dan
enzim-enzim lignin-biosintetik
Nikel Ni2+ 0,001% Kofaktor untuk enzim dalam
metabolosme nitrogen
Molibdenum MoO42- 0,0001% Esensial untuk hubungan mutualistik
dengan bakteri pemfiksasi nitrogen;

27
kofaktor dalam reduksi nitrat
3. Mekanisme Proses Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses penyusunan senyawa organik kompleks
(karbohidrat) dari zat anorganik H2O dan CO2 yang memerlukan energi cahaya.
Proses ini hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu
pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari. Organel
yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas yang mengandung pigmen
klorofil dan menyebabkan warna hijau pada daun. Pada kloroplas juga terdapat
pigmen karoten yang berwarna kuning sampai jingga. Pigmen tersebut
mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen
yang berperan penting dalam proses fotosintesis yang disebut dengan
fotosistem.
Fotosistem berperan dalam proses penangkapan cahaya. Fotosistem ada
dua macam yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Setiap fotosistem tersusun oleh
rangkaian klorofil, molekul karotinoid, dan pusat reaksi fotokimia. Fotosistem I
tersusun oleh rangkaian klorofil dan tereksitasi secara maksimum oleh cahaya
pada panjang gelombang 700 nm sehingga sering juga disebut dengan P700.
Fotosistem II tersusun oleh rangkaian klorofil dan tereksitasi secara maksimum
oleh cahaya pada panjang gelombang 680nm sehingga sering juga disebut
dengan P680 (Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Fotosistem I dan Fotosistem II

28
Fotosintesis berlangsung dalam 2 tahapan reaksi, yaitu reaksi terang dan
reaksi gelap. Kedua reaksi tersebut berlangsung di dalam kloroplas tetapi pada
bagian yang berbeda. Reaksi terang membutuhkan energi cahaya dan
berlangsung di dalam grana. Sementara itu reaksi gelap berlangsung di dalam
stroma dan tidak membutuhkan cahaya tetapi energi yang digunakan
bersumber dari energi kimia yang dihasilkan dalam reaksi terang.
Reaksi terang yang menggunakan energi cahaya berpusat pada
fotosistem I dan fotosistem II. Pada saat cahaya mengenai kloroplas, elektron
dari klorofil pada kedua sistem akan tereksitasi (Gambar 2.2). Elektron yang
kaya energi ini dipindahkan melalui akseptor untuk dimanfaatkan energinya.
Elektron yang tereksitasi pada fotosistem I ditransfer ke NADP dan disisi lain
NADP juga menerima ion H+ dari hasil fotolisis air. Dengan demikian sampai
pada tahap ini dihasilkan NADPH 2. Elektron yang tereksitasi pada fotosistem II
diterima oleh akseptor dan selanjutnya menuju fotosistem I. Pada saat terjadi
transfer elektron terbentuklah ATP dari ADP. Fotosistem II yang kehilangan
elektron segera digantikan dari proses fotolisis air. Pada proses fotolisis air ini
dibebaskan pula oksigen yang berasal dari H 2O. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada reaksi terang dihasilkan: NADPH 2, ATP, dan O2.
Reaksi gelap dikenal pula dengan proses fiksasi CO 2 untuk membentuk
glukosa dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan pada saat reaksi terang.
Hal ini berarti sumber energi untuk reaksi gelap adalah senyawa kimia yang
berupa ATP dan NADPH2. Reaksi gelap terjadi di dalam stroma melalui tahapan
sebagaimana dijelaskan Calvin-Benson. Karbondioksida diikat oleh Ribulosa 1-5
difosfat dengan bantuan enzim karboksilase dan terbentuk Asam fosfogliserat
(APG). Selanjutnya APG direduksi menjadi fosfogliseraldehid (2 PGAL) dengan
menggunakan energi berupa ATP dan NADPH 2. PGAL yang terbentuk pada
reaksi gelap ini merupakan hasil fotosintesis. Untuk membentuk glukosa dan
regenerasi ribulosa difosfat diperlukan 6 kali putaran siklus Calvin-Benson,
sehingga terbentuk 12 PGAL. Selanjutnya 2 PGAL digunakan untuk
pembentukan glukosa dan 10 PGAL lainnya digunakan untuk regenerasi
ribulosa difosfat.

29
2. Sistem Fisiologi Hewan
Sistem fisiologi hewan berhubungan dengan proses dan fungsi, respon
hewan terhadap perubahan lingkungan serta pertumbuhan dan perkembangan
yang dihasilkan dari adanya respon tersebut. Pada buku ajar ini pembahasan
dibatasi pada: (a) kebutuhan nutrisi pada hewan, (b) sistem sirkulasi dan
pertukaran gas pada hewan, dan (c) sistem pertahanan tubuh pada hewan.

1. Kebutuhan Nutrisi pada Hewan


Kebutuhan hewan akan nutrisi terutama digunakan sebagai sumber
energi dan molekul-molekul organik yang digunakan untuk menyusun molekul-
molekul, sel-sel, dan jaringan-jaringan baru. Meskipun memiliki kebutuhan yang
sama, namun hewan memiliki diet yang beraneka ragam. Sebagai contoh,
herbivora terutama memakan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, karnivora
terutama memakan berbagai jenis hewan lain, dan omnivora dapat
mengkonsumsi tumbuhan maupun hewan.
Diet yang dikonsumsi hewan, selain menyediakan bahan bakar untuk
produksi adenosin tri fosfat (ATP) juga menyuplai material-material mentah
yang dibutuhkan untuk biosintesis. Hewan memerlukan sumber karbon organik
(misalnya gula) dan sumber nitrogen organik (misalnya asam amino) untuk
membangun berbagai jenis molekul-molekul organik.
Material-material yang dibutuhkan oleh sel-sel hewan, namun tidak bisa
disintesis disebut dengan nutrien esensial. Nutrien esensial ini harus diperoleh
dari sumber-sumber makanan yang dapat berupa mineral maupun molekul-
molekul organik yang belum dirangkai. Beragamnya jenis hewan yang ada maka
beberapa nutrien dapat esensial bagi semua hewan, sementara itu nutrien-
nutrien yang lain hanya dibutuhkan oleh spesies-spesies tertentu.
Secara keseluruhan, diet yang memadai harus memenuhi tiga kebutuhan
nutrisional, yaitu sebagai sumber energi kimiawi untuk proses-proses seluler,
material untuk biosintesis, dan mengandung nutrien-nutrien esensial. Ada 4
macam nutrien esensial, yaitu (1) asam amino esensial, (2) asam lemak esensial,
(3) vitamin, dan (4) mineral.

30
RANGKUMAN
Pengangkutan air dan zat terlarut yang terjadi pada tumbuhan dapat dibedakan
menjadi pengangkutan ekstravaskuler dan pengangkutan vaskuler. Pengangkutan
ekstravaskuler terjadi melalui jalur bulu akar, sel korteks, sel endodermis, sel perisikel
dan berakhir di xilem. Pengangkutan vaskuler terjadi di dalam pembuluh angkut
menuju ke daun dan bagian-bagian tubuh lainnya. Pengangkutan vaskuler
terjadi pada pembuluh xilem dan floem.
Tumbuhan memerlukan unsur-unsur esensial untuk tumbuh dan
berkembang serta menyelesaikan siklus hidupnya. Kebutuhan tumbuhan akan
unsur-unsur esensial dapat diketahui melalui teknik kultur hidroponik. Melalui
teknik ini dapat diidentifikasi 17 unsur esensial yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Dari 17 unsur esensial tersebut, 9 diantaranya digolongkan kedalam
makronutrien dan 8 unsur esensial lainnya digolongkan kedalam mikronutrien.
Fotosintesis merupakan proses penyusunan senyawa organik kompleks
(karbohidrat) dari zat anorganik H2O dan CO2 yang memerlukan energi cahaya,
hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil. Mekanisme
reaksi fotosintesis melalui 2 tahapan yaitu, reaksi terang dan reaksi gelap. Pada
reaksi terang dihasilkan ATP, NADPH 2, dan O2, sementara itu pada reaksi gelap
dihasilkan glukosa dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan pada saat
berlangsungnya reaksi terang.
Diet yang memadai bagi hewan harus memenuhi tiga kebutuhan
nutrisional, yaitu sebagai sumber energi kimiawi untuk proses-proses seluler,
material untuk biosintesis, dan mengandung nutrien-nutrien esensial. Ada 4
macam nutrien esensial, yaitu asam amino esensial, asam lemak esensial,
vitamin, dan mineral.
Sistem sirkulasi dan pertukaran gas pada sebagian besar hewan terkait secara
fungsional. Ada berbagai variasi bentuk dan organisasi terkait dengan sistem-sistem
ini. Pada hewan dikenal adanya sistem sirkulasi terbuka dan sistem sirkulasi tertutup.
Sistem sirkulasi tertutup pada hewan dibedakan menjadi sirkulasi tunggal dan sirkulasi
ganda. Sistem pertukaran gas...

31
LATIHAN SOAL

1. Pengangkutan air dan zat terlarut dari dalam tanah ke daun secara berurutan
melalui...
1. epidermis, endodermis, korteks, perisikel, xilem
2. epidermis, endodermis, korteks, perisikel, floem
3. epidermis, korteks, endodermis, perisikel, xilem
4. epidermis, korteks, perisikel, floem, xilem
5. epidermis, perisikel, korteks, endodermis, floem

2. Perbedaan antara reaksi terang dan reaksi gelap dalam peristiwa fotosintesis
adalah...

Reaksi Terang Reaksi Gelap


a. menggunakan energi tidak menggunakan energi kimia
b. berlangsung di stroma berlangsung di grana
c. terbentuk glukosa terbentuk H2O dan O2
d. menghasilkan ATP dan NADPH2 menghasilkan glukosa
e. melalui siklus Calvin-Benson melalui fosforilasi

3. Reaksi gelap dikenal dengan proses fiksasi CO 2 untuk membentuk


glukosa dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan pada saat reaksi
terang.
SEBAB
Pada reaksi terang terjadi fotolisis air (H2O) yang menghasilkan oksigen (O2).

4. Berikut ini adalah kumpulan unsur-unsur esensial yang digolongkan kedalam


makronutrien karena dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah besar.
1. karbon, oksigen, hidrogen
2. magnesium, fosfor, sulfur
3. nitrogen, kalium, kalsium
4. Besi, mangan, tembaga

5. Berikut di bawah ini adalah macam nutrien esensial yang dibutuhkan oleh sel-
sel hewan.
1. asam amino esensial
2. vitamin
3. asam lemak esensial
4. mineral

6. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rancangan percobaan untuk


membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen dan glukosa.

32
33
BAB III
KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

STANDAR KOMPETENSI: Memahami keanekaragaman makhluk hidup

KOMPETENSI DASAR:
1. Mendeskripsikan keanekaragaman tumbuhan
2. Mendeskripsikan keanekaragaman hewan

INDIKATOR:
1. Menjelaskan keanekaragaman Bryophyta
2. Menjelaskan keanekaragaman Pteridophyta
3. Menjelaskan keanekaragaman Spermatophyta
4. Menjelaskan keanekaragaman Invertebrata
5. Menjelaskan keanekaragaman Vertebrata

PENDAHULUAN
Keanekaragaman makhluk hidup meliputi variasi tingkat gen, spesies,
dan ekosistem. Pada bab ini akan dibahas keanekaragaman tingkat spesies, dari
Kerajaan Tumbuhan (Kingdom Plantae) serta Kerajaan Hewan (Kingdom
Animalia). Masing-masing spesies memiliki ciri khas dari segi morfologi, siklus
hidup, serta peranannya bagi kehidupan manusia. Ciri-ciri tersebut digunakan
sebagai dasar dalam pengklasifikasian makhluk hidup ke dalam golongan atau
unit tertentu.

3.1 Keanekaragaman Bryophyta


Bryophyta (tumbuhan lumut) merupakan peralihan dari Thalophyta
(tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati) ke Kormophyta (memiliki akar,
batang, dan daun sejati). Akarnya berupa rizoid yang berfungsi untuk
menempel pada substratnya, sekaligus untuk menyerap air dan nutrien dari
substratnya. Daunnya mempunyai tulang tengah yang terdiri atas satu atau
beberapa lapis sel. Tidak ada daging daun (mesofil). Dalam daun terdapat

34
jaringan untuk melakukan proses fotosintesis serta jaringan untuk menyimpan
makanan.
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran generasi (metagenesis), yaitu
generasi gametofit dan sporofit (Gambar 3.1). Generasi gametofit merupakan
individu multiseluler yang memiliki sel-sel haploid, sedangkan generasi sporofit
adalah individu multiseluler yang sel-selnya diploid.
Generasi gametofit berupa tumbuhan lumut yang bersifat haploid. Pada
gametofit jantan terdapat antheridium, sedangkan pada gametofit betina
terdapat arkegonium. Anteridium akan menghasilkan sperma melalui
pembelahan mitosis, sedangkan arkegonium menghasilkan sel telur juga
dengan pembelahan mitosis. Penyatuan sperma dengan sel telur membentuk
zigot. Zigot akan berkembang menjadi sporogonium (generasi sporofit) yang
bersifat diploid. Generasi sporofit akan menghasilkan spora haploid setelah
melalui pembelahan meiosis. Spora haploid akan berkembang menjadi
protonema, yang selanjutnya menjadi generasi gametofit.

Gambar 3.1 Pergiliran generasi pada tumbuhan lumut

35
Bryophyta terdiri atas tiga kelas, yaitu Musci (lumut daun), Hepaticae
(lumut hati) dan Anthocerotae (lumut tanduk).

3.1.1 Musci
Lumut daun mempunyai struktur yang menyerupai akar (rizoid) serta
menyerupai daun (Gambar 3.2). Lumut daun terdiri atas tiga ordo, yaitu
Andreaeales, Sphagnales, dan Brayales. Contoh spesiesnya adalah Andrea
petrophila dan Andrea rupestris (Andreaeales), Sphagnum fimbriatum,
Sphagnum squarrosum dan Sphagnum acutifolium (Sphagnales), serta
Polytrichum commune dan Pogonatum cirrhatum (Brayales). Sphagnum sering
dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan anggrek, serta berpotensi sebagai
pengganti kapas.

3.1.2 Hepaticae
Lumut hati strukturnya terdiri atas dua lobus yang menyerupai hati
(Gambar 3.3). Lumut hati mempunyai dua ordo, yaitu: Marchantiales dan
Jungermaniales. Contoh spesiesnya adalah: Marchantia polymorpha, dan
Ricciocarpus natans (Marchantiales), Pellia epiphylla dan Plagiochila asplenoides
(Jungermaniales). Marchantia polymorpha dapat dimanfaatkan sebagai obat
hepatitis.

3.1.3 Anthocerotae
Lumut tanduk mempunyai struktur yang khas pada sporofitnya yang
berbentuk kapsul memanjang seperti tanduk (Gambar 3.4). Terdiri atas satu
ordo yaitu Anthocerotales, serta beberapa spesies antara lain: Anthoceros leavis
dan Anthoceros fusiformis.

36
Gambar 3.2 Lumut daun dan bagian-bagiannya

Gambar 3.3. Lumut hati dan bagian-bagiannya

sporofit

gametofit

rizoid

Gambar 3.4 Lumut tanduk dan bagian-bagiannya

1. Keanekaragaman Pteridophyta

37
Pteridophyta (tumbuhan paku) merupakan Kormophyta, yaitu
tumbuhan yang telah memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya.
Tumbuhan paku berakar serabut yang sudah berdiferensiasi menjadi epidermis,
korteks, xilem dan floem yang tersusun konsentris. Daunnya dapat dibedakan
menjadi daun mikrofil dan makrofil. Daun makrofil sudah berdiferensiasi
menjadi epidermis, palisade, spons, dan tulang daun. Berdasarkan fungsinya,
daun tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi daun tropofil dan sporofil. Daun
tropofil berfungsi untuk berfotosintesis, sedangkan daun sporofil berfungsi
untuk menghasilkan spora. Spora terdapat di dalam kotak spora (sporangium)
yang terkumpul dalam sorus yang terdapat di sisi bawah daun.
Berdasarkan cara hidupnya tumbuhan paku dibedakan menjadi epifit,
hidrofit, higrofit, dan saprofit. Epifit merupakan tumbuhan paku yang hidup
menempel pada tumbuhan lain. Tumbuhan paku yang hidup di air tergolong
hidrofit, sedangkan yang hidup di tempat-tempat lembab termasuk higrofit. Ada
beberapa spesies tumbuhan paku yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan mati,
sehingga tergolong saprofit.
Seperti halnya tumbuhan lumut, tumbuhan paku juga mengalami
metagenenis (Gambar 3.5). Berbeda halnya dengan tumbuhan lumut yang
merupakan generasi gametofit, tumbuhan paku merupakan generasi sporofit.
Tumbuhan paku menghasilkan spora haploid yang merupakan alat
perkembangbiakan secara vegetatif. Spora akan berkembang menjadi protalium
(generasi gametofit). Protalium menghasilkan gamet yang merupakan alat
perkembangbiakan secara generatif. Peleburan gamet jantan dan betina akan
menghasilkan tumbuhan paku.
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu: paku homospora (isospora), paku heterospora
(anisospora), dan paku peralihan antara homospora dengan heterospora. Paku
homospora merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan satu macam ukuran
spora. Paku heterospora menghasilkan dua macam ukuran spora, yaitu:
mikrospora dan makrospora. Mikrospora berukuran kecil yang berkelamin
jantan, sedangkan makrospora berukuran besar dan berkelamin betina. Paku
peralihan antara homospora dengan heterospora menghasilkan spora yang

38
ukuran dan bentuknya sama, tetapi sebagian merupakan spora jantan dan
sebagian lagi spora betina.
Pteridophyta termasuk yang sudah punah digolongkan ke dalam empat
kelas, yaitu: Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan Filicinae.

Gambar 3.5 Pergiliran generasi pada tumbuhan paku

3.2.1 Psilophytinae
Psilophytinae merupakan paku purba atau dikenal juga dengan sebutan
paku telanjang karena tidak berdaun atau berdaun kecil-kecil (daun mikrofil).
Beberapa spesies belum memiliki akar. Psilophytinae tergolong ke dalam paku
homospora. Sebagian besar telah punah, yang masih hidup sampai sekarang
diantaranya adalah Psilotum nudum (Gambar 3.6). Psilophytinae terdiri atas dua
ordo, yaitu: Psilophytales dan Psilotales.

39
Gambar 3.6 Paku purba (Psilotum nudum)

Gambar 3.7 Paku kawat (Lycopodium cernuum)

Gambar 3.8 Paku ekor kuda (Equisetum debile)


3.2.2 Lycopodiinae

40
Lycopodiinae dikenal dengan nama paku kawat atau paku rambat.
Batang dan akarnya bercabang, daunnya kecil-kecil (daun mikrofil) tidak
bertangkai dan bertulang satu. Sporofil terletak di ujung batang berbentuk bulir.
Lycopodiinae tergolong paku heterospora, diantaranya adalah Selaginella (paku
rane) dan Lycopodium cernuum (paku kawat) (Gambar 3.7). Lycopodiinae
terbagi menjadi empat ordo, yaitu: Lycopodiales, Selaginellales,
Lepidodendrales, dan Isoetales.

3.2.3 Equisetinae
Equisetinae memiliki batang bercabang dan beruas-ruas, berwarna hijau
yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis. Daun tunggal yang berukuran
kecil seperti selaput halus yang tersusun melingkar. Sporofil-sporofilnya
bersatu berbentuk kerucut yang terletak di ujung batang atau cabang.
Equisetinae termasuk paku peralihan antara homospora dan heterospora.
Equisetinae terdiri atas tiga ordo, yaitu: Equisetales, Sphenophyllales, dan
Protoarticulatales. Spesies yang paling dikenal adalah paku ekor kuda
(Equisetum debile) (Gambar 3.8).

3.2.4 Filicinae
Filicinae merupakan paku sejati yang dikenal sehari-hari dengan sebutan
pakis. Filicinae memiliki daun besar (makrofil), bertangkai, terdapat tulang
daun serta mesofil daun. Sewaktu muda daunnya menggulung pada ujungnya.
Sporangium terletak di sisi bawah daun sporofil. Habitusnya yang beragam
menjadi daya tarik untuk dijadikan sebagai tanaman hias, seperti: Adiantum
cuneatum (suplir), Asplenium nidus (paku sarang burung) dan Platycerium
bifurcatum (paku tanduk rusa). Ada pula yang menjadikannya sebagai obat,
seperti: Dryopteris filix-mas, serta sebagai pupuk hijau, yaitu: Azolla pinnata.

2. Keanekaragaman Spermatophyta

41
Spermatophyta (tumbuhan biji) sering juga disebut Anthophyta karena
sebagian besar tumbuhan biji memiliki bunga. Berdasarkan letak bijinya,
Spermatophyta digolongkan ke dalam dua kelas, yaitu: Gymnospermae dan
Angiospermae.

3.3.1 Gymnospermae
Gymnospermae merupakan tumbuhan biji terbuka, karena bijinya tidak
terbungkus daging buah sehingga tampak dari luar. Gymnospermae tidak
memiliki bunga yang sesungguhnya. Bijinya terdapat di dalam strobilus, yang
merupakan alat perkembangbiakan generatif. Secara alami, jarang
berkembangbiak secara vegetatif.
Gymnospermae diklasifikasikan menjadi empat ordo, yaitu: Cycadales,
Ginkgoales, Coniferales, dan Gnetales.
Gymnospermae banyak dimanfaatkan sebagai: tanaman hias, seperti
pakis haji (Cycas rumpii); bahan baku kertas, misalnya pinus (Pinus merkusii);
obat-obatan, misalnya balsam (Abies balsamea); serta makanan, yaitu melinjo
(Gnetum gnemon).

3.3.2 Angiospermae
Angiospermae merupakan tumbuhan biji yang memiliki bunga yang
sesungguhnya. Bunga mempunyai bakal biji yang terletak di dalam bakal buah.
Bijinya terbungkus daging buah sehingga tidak tampak dari luar (biji tertutup).
Selain berkembangbiak secara generatif dengan biji, Angiospermae juga
berkembangbiak secara vegetatif alami (misalnya: umbi lapis, umbi batang,
geragih, tunas), serta vegetatif buatan (misalnya: stek, cangkok).
Angiospermae memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai: sumber
karbohidrat (padi, jagung, ubi); sumber protein (kedelai); sumber lemak
(kelapa); sumber vitamin dan mineral (wortel, jeruk, pisang); bahan sandang
(kapas); bahan minuman (kopi, teh); rempah-rempah (kunyit, jahe); obat-
obatan (kina, kayu putih); tanaman hias (anggrek); serta bahan bangunan dan
perabotan (jati, mahoni).

42
Berdasarkan jumlah daun lembaga (kotiledon), maka Angiospermae
dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu: Dicotyledonae dan Monocotyledonae.

3.3.2.1 Dicotyledonae
Dicotyledonae merupakan tumbuhan yang bijinya memiliki dua keping
daun lembaga, sehingga dikenal sebagai tumbuhan berkeping dua. Tumbuhan
memiliki akar tunggang, batang berkambium serta umumnya bercabang.
Pertulangan daun menyirip atau menjari. Bagian-bagian bunga berjumlah dua,
empat, lima, atau kelipatannya. Pembuluh angkut (floem dan xilem) tersusun
melingkar, dimana xilem berada di sebelah dalam floem (konsentris).
Famili-famili tumbuhan berkeping dua adalah: Euphorbiaceae (jarak-
jarakan), Solanaceae (terung-terungan), Myrtaceae (jambu-jambuan),
Papilionaceae (kacang-kacangan), Mimosaceae (petai-petaian), Caesalpiniaceae
(kembang merak), Malvaceae (kapas-kapasan), serta Compositae (bunga
matahari).

3.3.2.2 Monocotyledonae
Monocotyledonae adalah tumbuhan yang bijinya memiliki satu keping
daun lembaga. Tumbuhan memiliki akar serabut, batang tidak berkambium,
serta umumnya tidak bercabang. Pertulangan daun sejajar atau melengkung,
dan umumnya berpelepah. Bagian-bagian bunga berjumlah tiga atau
kelipatannya. Floem dan xilem letaknya tersebar.
Famili-famili tumbuhan berkeping satu, yaitu: Palmae atau Arecaceae
(pinang-pinangan), Graminae atau Poaceae (rumput-rumputan), Musaceae
(pisang-pisangan), Zingiberaceae (jahe-jahean), serta Orchidaceae (anggrek-
anggrekan).

3. Keanekaragaman Invertebrata
Invertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak memiliki tulang
belakang. Invertebrata diklasifikasikan menjadi sembilan kelas, yaitu: Porifera,
Cnidaria, Ctenophora, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca,
Arthropoda, dan Echinodermata.

43
3.4.1 Porifera
Porifera adalah kelompok hewan yang tubuhnya berpori yang disebut
ostium. Tubuhnya terdiri atas dua lapisan (diploblastik), yaitu: lapisan luar
(epidermis) dan lapisan dalam yang mengandung sel-sel leher (koanosit).
Ostium merupakan jalan masuknya air ke dalam spongosoel, lalu dikeluarkan
melalui lubang keluar (oskulum). Air yang mengandung plankton ditangkap
oleh sel-sel koanosit, yang kemudian mencernanya. Makanan yang telah dicerna
kemudian diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel ameboid. Sistem
saluran air pada Porifera sangat beragam, mulai dari tipe saluran yang
sederhana (tipe askon), berlekuk (tipe sikon), sampai tipe saluran yang rumit
(tipe leukon). Porifera bernapas dengan cara mengabsorpsi oksigen yang
terlarut di air, yang dilakukan oleh tiap-tiap sel di permukaan tubuhnya.
Porifera tidak memiliki susunan saraf, dan hanya memiliki sel koanosit yang
peka terhadap rangsangan. Perkembangbiakan Porifera dengan dua cara, yaitu:
aseksual dan seksual. Perkembangbiakan aseksual dengan cara membentuk
tunas dan gemula. Gemula adalah sel koanosit yang membungkus diri saat
lingkungan memburuk. Setelah keadaan membaik gemula akan tumbuh menjadi
Porifera baru. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan melalui
pembentukan gamet oleh sel arkeosit. Peleburan sel gamet jantan
(spermatozoid) dengan sel gamet betina (ovum) akan membentuk zigot. Zigot
berkembang menjadi larva bersilia, yang kemudian menempel pada substrat
yang sesuai dan tumbuh menjadi Porifera baru. Porifera hidup menempel di
dasar perairan (sesil), umumnya di air laut, dan hanya sebagian kecil hidup di
air tawar.
Porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu: Calcarea,
Hexactinellida, dan Demospongia.

3.4.1.1 Calcarea

44
Calcarea hidup di laut dangkal. Rangkanya terdiri atas spikula dari zat
kapur. Contoh spesiesnya adalah: Sycon sp. dan Clathrina sp.

3.4.1.2 Hexactinellida
Hexactinellida rangkanya terdiri atas spikula dari zat kersik. Habitatnya
adalah di laut dalam. Contohnya adalah: Pheronema sp.

3.4.1.3 Demospongia
Demospongia memiliki rangka yang terdiri dari serabut spongin atau
campuran serabut spongin dengan spikula dari zat kersik. Beberapa anggota
kelas ini ada yang tidak mempunyai rangka. Demospongia banyak dimanfaatkan
sebagai spons untuk alat pembersih. Contohnya adalah: Euspongia sp. dan
Spongilla sp.

3.4.2 Cnidaria
Cnidaria memiliki rongga tubuh (selom) dan rongga pencernaan (rongga
gastrovaskuler). Tubuh terdiri atas dua lapisan sel (diploblastik), yaitu: lapisan
luar (ektoderma) dan lapisan dalam (endoderma). Antara ektoderma dan
endoderma terdapat mesoglea. Lubang mulut terdapat di tubuh bagian atas
yang dikelilingi oleh tentakel. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel beracun
(knidoblas) yang mengandung sel penyengat (nematosista). Makanan yang
ditangkap oleh tentakel, dimasukkan ke mulut untuk kemudian dicerna di
rongga gastrovaskuler. Sisa-sisa makanan dikeluarkan kembali melalui lubang
mulut, karena tidak memiliki lubang anus. Cnidaria bernapas dan mengeluarkan
sisa metabolisme melalui permukaan tubuhnya secara difusi. Sistem saraf
seperti jala yang sangat sederhana yang terdapat pada ektoderma. Cnidaria
memiliki dua tipe bentuk tubuh, yaitu: polip dan medusa. Polip merupakan
bentuk tubuh yang menempel pada substrat, sedangkan medusa adalah bentuk
tubuh yang dapat bergerak bebas. Cnidaria bereproduksi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksualnya dengan cara membentuk tunas, sedangkan
reproduksi seksual melalui pembuahan ovum oleh sperma yang membentuk

45
zigot. Zigot akan tumbuh menjadi larva bersilia (planula), dan kemudian
berkembang menjadi individu baru bila menemukan substrat yang cocok.
Cnidaria dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu: Hydrozoa, Anthozoa, dan
Scyphozoa.

3.4.2.1 Hydrozoa
Hydrozoa ada yang hidup di air tawar dan air laut. Hydra sp. hidup soliter
di air tawar dan berbentuk polip. Obelia sp. hidup berkoloni di air laut, dalam
bentuk polip dan medusa.

3.4.2.2 Anthozoa
Anthozoa merupakan hewan yang hidup selamanya sebagai polip.
Habitatnya di air laut yang jernih. Dalam tubuh Anthozoa terdapat ganggang
bersel satu (Zooxanthellae) yang menghasilkan kalsium karbonat, sehingga
membentuk batu karang yang dikenal sebagai terumbu karang.
Anthozoa terdiri atas dua subkelas, yaitu: Octacorallia dan Hexacorallia.
Octacorallia memiliki delapan sekat (septa) atau kelipatannya, sedangkan
Hexacorallia memiliki enam sekat atau kelipatannya. Contoh spesies dari
Octacorallia adalah: Euplexaura antipathes (akar bahar) dan Tubifora musica,
sedangkan contoh spesies dari Hexacorallia adalah: Stylophora mordax dan
Fungia sp.

3.4.2.3 Scyphozoa
Scyphozoa hidup di laut dan sebagian besar fase hidupnya sebagai
medusa. Contohnya adalah ubur-ubur (Aurelia sp). Ubur-ubur berkembang dari
larva planula yang merupakan hasil peleburan sperma dengan ovum. Planula
kemudian melekat pada dasar perairan sebagai polip yang disebut skifistoma.
Skifistoma menghasilkan kuncup yang akan lepas menjadi efira. Efira
selanjutnya menjadi ubur-ubur (medusa dewasa) (Gambar 3.9).

46
Gambar 3.9. Siklus hidup ubur-ubur

3.4.3 Ctenophora
Ctenophora, seperti halnya Cnidaria merupakan hewan yang memiliki
rongga gastrovaskuler, sehingga keduanya digolongkan dalam kelompok
nontakson yang disebut Coelenterata. Ctenophora bertubuh lunak, tidak
berwarna, dan mampu menghasilkan cahaya (bioluminesensi). Memiliki
sepasang tentakel panjang yang mengandung koloblas. Koloblas mengeluarkan
semacam benang lengket yang berfungsi untuk menangkap plankton, cacing dan
Crustacea sebagai makanannya. Ctenophora bereproduksi secara seksual.
Gamet dihasilkan oleh gonad yang terdapat di dalam rongga gastrovaskuler, lalu
dikeluarkan lewat mulut. Fertilisasi terjadi di air laut. Telur yang telah dibuahi
akan tumbuh menjadi Ctenophora kecil yang kemudian tumbuh menjadi
Ctenophora dewasa.
Contoh spesiesnya adalah: Beroe cucumis, Mertensia ovum, Mnemiopsis
sp., dan Pleurobranchia sp.

3.4.4 Platyhelminthes
Platyhelminthes adalah kelompok cacing yang bertubuh pipih. Tidak
memiliki rongga tubuh dan tidak memiliki sistem peredaran darah. Embrionya
memiliki tiga lapisan (triploblastik), yaitu: ektoderm (lapisan luar), mesoderm
(lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam). Sistem pencernaannya tidak

47
sempurna (sistem gastrovaskuler). Pernapasan melalui permukaan kulit secara
difusi. Memiliki sel api di seluruh permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai
alat ekskresi. Sistem saraf terdiri atas ganglion otak dengan serabut saraf tepi
yang melintang (sistem saraf tangga tali).
Platyhelminthes terdiri atas tiga kelas, yaitu: Turbellaria, Trematoda, dan
Cestoda.

3.4.4.1 Turbellaria
Turbellaria hidup di air tawar yang jernih dan banyak tumbuhan air.
Turbellaria hidup bebas, memiliki bintik mata, serta silia sebagai alat
pergerakannya. Bersifat hermafrodit, serta memiliki daya regenerasi yang
tinggi. Contohnya adalah Planaria sp.

3.4.4.2 Trematoda
Trematoda hidup sebagai parasit yang memiliki satu atau lebih alat
pengisap. Contohnya adalah Fasciola hepatica yang hidup parasit di dalam hati
sapi atau hewan ternak lainnya.
Siklus hidupnya (Gambar 3.10) memerlukan inang perantara, yaitu
keong. Telur cacing menetas menjadi mirasidium bersilia (larva I). Mirasidium
lalu masuk ke dalam tubuh keong menjadi sporosista. Sporosista pecah menjadi
redia (larva II) yang akan masuk ke jaringan tubuh keong menjadi serkaria
(larva III). Serkaria keluar dari tubuh keong lalu menempel pada tumbuhan air
dan membentuk sista, dan berkembang menjadi metaserkaria (larva IV). Jika
metaserkaria atau sista yang menempel pada tumbuhan termakan oleh ternak,
maka akan menetas menjadi cacing di usus. Cacing kemudian bermigrasi ke hati
dan menjadi dewasa di sana.
Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang hidup parasit pada hati
manusia. Siklus hidupnya melibatkan dua inang perantara, yaitu keong dan
ikan. Schistosoma mansoni dan Schistosoma japonicum hidup di vena usus, serta
Paragonimus westermani hidup di paru-paru.

48
Gambar 3.10 Siklus hidup cacing hati

3.4.4.3 Cestoda
Cestoda dikenal sebagai cacing pita karena tubuhnya yang pipih dan
panjang seperti pita. Tubuhnya bersegmen-segmen yang disebut proglotid.
Kepala (skoleks) mempunyai alat pengisap yang berotot. Cacing pita hidup
sebagai parasit pada saluran pencernaan vertebrata. Daur hidupnya (Gambar
3.11) memerlukan inang perantara (hospes), seperti babi, sapi, dan ikan. Jika
proglotid dewasa yang mengandung embrio termakan oleh hospes, maka dalam
usus hospes akan menjadi larva heksakant. Heksakant akan menembus dinding
usus hospes, masuk dalam aliran darah, lalu ke dalam jaringan otot (daging)
hospes dan berkembang menjadi sistiserkus. Sistiserkus yang terdapat di dalam
daging hospes, jika termakan oleh manusia, maka akan menetas menjadi cacing
pita dewasa di dalam usus manusia.
Contohnya adalah: Taenia solium (hospesnya babi), Taenia saginata
(hospesnya sapi), Diphyllobotrium latum (hospesnya ikan).

49
Gambar 3.11 Siklus hidup cacing pita

3.4.5 Nemathelminthes
Nemathelminthes adalah kelompok cacing yang memiliki tubuh gilik
silindris (bulat memanjang), tidak beruas dan tidak bersilia. Tubuh tersusun
atas tiga lapisan (triploblastik) dan mempunyai rongga semu (pseudoselomata).
Tubuh mengandung cairan mirip darah, tetapi tidak memiliki pembuluh darah
dan jantung. Sudah memiliki mulut, usus, dan anus. Bernapas melalui
permukaan tubuh secara difusi. Proses ekskresinya melalui nefridium. Bergerak
melalui kontraksi otot-otot tubuhnya. Reproduksi secara seksual. Alat kelamin
terpisah, sehingga dapat dibedakan antara cacing jantan dan cacing betina.
Cacing jantan umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan cacing betina.
Sebagian besar hidup bebas di air dan di dalam tanah, tetapi ada beberapa yang
hidup parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Beberapa contoh yang bersifat parasit pada manusia adalah: Ascaris
lumricoides (cacing perut), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
(cacing tambang), Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi (cacing filaria),
Enterobius vermicularis (cacing kremi).

50
Ascaris lumricoides hidup di usus halus manusia. Cacing jantan berukuran
lebih kecil dan tubuh bagian posterior bengkok dan berkait, sedangkan cacing
betina bertubuh lebih besar. Cacing menginfeksi manusia melalui makanan yang
mengandung telur cacing. Telur akan menetas menjadi larva di usus halus.
Larva kemudian menembus dinding usus, masuk ke peredaran darah, jantung,
paru-paru dan akhirnya ke kerongkongan. Larva tertelan kembali dan
berkembang menjadi cacing dewasa di usus halus (Gambar 3.12).
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus hidup di usus halus
manusia. Cacing menginfekasi manusia melalui larva yang menetas dari telur
cacing yang dikeluarkan bersama feses di tanah. Larva menembus kulit
(biasanya kulit kaki) menuju pembuluh darah. Larva mengikuti aliran darah
menuju jantung, paru-paru, dan akhirnya sampai di kerongkongan. Larva
tertelan masuk ke lambung dan menjadi cacing dewasa di usus halus. Cacing
menempel pada dinding usus dengan kait-kait di mulutnya, lalu mengisap
darah. Cacing mengeluarkan zat antikoagulan sehingga darah tidak membeku.
Manusia yang terinfeksi bisa menderita anemia (Gambar 3.13).

Gambar 3.12 Siklus hidup cacing perut

51
Gambar 3.13 Siklus hidup cacing tambang

Gambar 3.14 Siklus hidup cacing filaria

52
Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi hidup di saluran dan kelenjar
getah bening (limfa) manusia, sehingga menyebabkan pembengkakan pada
telapak kaki (seperti kaki gajah). Larvanya (mikrofilaria) hidup di dalam darah.
Darah yang mengandung larva, bila diisap oleh nyamuk Culex quinquefasciatus,
Mansonia, serta beberapa jenis Anopheles, akan menyebar ke manusia lainnya
melalui gigitan nyamuk tadi.
Enterobius vermicularis hidup di usus besar manusia. Cacing betina
bertelur di sekitar anus, dan menimbulkan rasa gatal. Saat menggaruk anus
yang gatal, telur cacing terbawa di jari-jari tangan. Jika lupa mencuci tangan saat
mau makan, maka telur cacing ikut tertelan (autoinfeksi) bersama makanan,
dan akhirnya menetas menjadi cacing dewasa di usus besar.

3.4.6 Annelida
Annelida mempunyai tubuh gilik dan beruas-ruas. Pada setiap ruas
terdapat alat-alat tubuh yang sama, yang disebut metameri. Setiap ruas juga
mengandung rambut atau seta. Tubuh terdiri atas tiga lapisan (triploblastik)
dan terdapat rongga (selomata). Alat pencernaan makanan sudah sempurna.
Bernapas dengan seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Proses
ekskresinya melalui nefridium. Sistem peredaran darah tertutup, artinya darah
beredar melalui pembuluh darah. Darah dapat mengangkut sari-sari makanan
dan sisa metabolisme. Sistem saraf terdiri atas ganglion otak dengan serabut
saraf tangga tali. Pergerakannya melalui kontraksi otot-otot tubuh serta dengan
bantuan rambut-rambut di tubuhnya. Reproduksinya secara seksual. Umumnya
bersifat hermafrodit.
Annelida dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan jumlah
rambut (seta) di tubuhnya, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

3.4.6.1 Polychaeta
Polychaeta memiliki ramput-rambut yang banyak di tubuhnya. Pada tiap
ruas tubuh terdapat sepasang parapodia yang ditumbuhi banyak rambut. Pada
bagian kepala terdapat mata, tentakel, dan mulut berahang. Habitatnya hampir
semua di laut.

53
Contohnya adalah Eunice viridis (cacing palolo) dan Lysidice oele (cacing
wawo). Cacing ini oleh masyarakat Sasak di Lombok dikenal dengan nama
nyale.

3.4.6.2 Oligochaeta
Oligochaeta mempunyai sedikit rambut di tubuhnya. Tidak memiliki
parapodia. Bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum. Klitelum merupakan
organ yang menghasilkan ovum dan sperma. Di dalam klitelum terdapat
kelenjar yang digunakan untuk membungkus telur menjadi kokon. Habitatnya
di air tawar serta di daratan. Cacing memakan zat organik dari sisa organisme
mati (saprofit).
Contohnya adalah Pheretima sp. (cacing tanah di Asia), dan Lumbricus sp.
(cacing tanah di Eropa dan Amerika).

3.4.6.2 Hirudinea
Hirudinea tidak memiliki rambut di tubuhnya. Tubuhnya pipih serta
tidak memiliki parapodia. Memiliki alat pengisap darah di bagian anterior dan
posterior tubuhnya. Dapat menghasilkan zat antikoagulan. Cacing bersifat
hermafrodit. Habitatnya di air dan di darat.
Contohnya adalah Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemadipsa javanica
(pacet).

3.4.7 Mollusca
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak dan tidak beruas. Biasanya
memiliki cangkang untuk melindungi tubuhnya. Sistem pencernaan sudah
sempurna, yang terdiri atas: mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.
Bernapas dengan insang (yang hidup di air) serta paru-paru (yang hidup di
darat). Sisa-sisa makanan dikeluarkan dalam bentuk cair, melalui organ yang
disebut nefridium. Sistem peredaran darahnya tertutup. Darah dapat
mengangkut zat makanan, sisa metabolisme, dan oksigen. Reproduksi secara
seksual. Umumnya jenis kelamin jantan dan betina terpisah, tetapi ada yang

54
bersifat hermafrodit. Yang bersifat hermafrodit, sperma dan ovum dihasilkan
oleh alat tubuh yang disebut ovotestis.
Mollusca dapat dibedakan menjadi tiga kelas berdasarkan bentuk dan
kedudukan kakinya, yaitu: Pelecypoda, Cephalopoda, dan Gastropoda.

3.4.7.1 Pelecypoda
Pelecypoda merupakan hewan berkaki pipih. Pelecypoda dikenal juga
dengan nama Lamellibranchiata karena memiliki insang yang berlapis-lapis,
serta Bivalvia karena memiliki dua cangkang. Sistem saraf terdiri atas tiga
pasang ganglion yang saling berhubungan, yaitu: ganglion anterior, ganglion
pedal, dan ganglion posterior. Mempunyai dua otot aduktor di bagian anterior
dan posterior yang menyebabkan kedua cangkangnya dapat membuka dan
menutup. Cangkangnya tersusun atas tiga lapisan, yaitu berturut-turut dari luar
ke dalam: periostrakum, prismatik, dan nakreas. Periostrakum (lapisan tanduk)
merupakan lapisan tipis dan gelap yang dihasilkan oleh tepi mantel. Lapisan
prismatik berbentuk prisma, tebal, dan terdiri atas kristal CaCO 3 yang dihasilkan
oleh tepi mantel. Lapisan nakreas dikenal juga dengan nama lapisan mutiara,
merupakan lapisan yang tersusun atas kristal CaCO 3 yang dihasilkan oleh
seluruh permukaan mantel.
Contohnya adalah Pinctada margaritifera (kerang mutiara) yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi, karena menghasilkan mutiara yang
digunakan sebagai perhiasan.

3.4.7.2 Cephalopoda
Cephalopoda adalah hewan berkaki di kepala. Cephalopoda umumnya
tidak memiliki cangkang. Sistem saraf berkembang dengan baik. Mata
berkembang paling baik yang mirip mata pada vertebrata. Mempunyai
kromatofora, yaitu sel-sel pembawa warna sehingga hewan dapat merubah
warna tubuhnya. Mempunyai kantong tinta yang menghasilkan cairan berwarna
hitam, yang disemprotkan bila dalam keadaan bahaya.
Contohnya adalah Loligo sp., Octopus sp., Nautilus sp. Loligo (cumi-cumi)
mempunyai delapan anggota gerak pendek, dan dua anggota gerak panjang.

55
Octopus (gurita) mempunyai delapan anggota gerak. Nautilus merupakan
anggota Cephalopoda yang memiliki cangkang. Cangkangnya sering
dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan untuk menghias furnitur oleh
masyarakat di Lombok (kerajinan cukli).

3.4.7.3 Gastropoda
Gastropoda adalah hewan yang berkaki perut, karena menggunakan
perutnya untuk bergerak. Gastropoda mempunyai cangkang yang lapisan
penyusunnya sama seperti pada Pelecypoda. Mempunyai lidah perut untuk
memotong-motong makanannya. Gastropoda bersifat hermafrodit.
Contohnya adalah Achatina fulica (bekicot), Conus sp., Limnaea sp.

3.4.8 Arthropoda
Arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang beruas-ruas. Tubuhnya dapat
dibedakan atas kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Telah
memiliki rongga tubuh (selom) yang sesungguhnya. Tubuh dilindungi rangka
luar (eksoskeleton) yang berupa kutikula dan bahan kitin. Umumnya
mengalami metamorfosis dan pergantian kulit (ekdisis). Sistem pencernaan
sudah sempurna. Proses ekskresi melalui tubulus malpighi, sedangkan pada
Crustacea melalui kelenjar hijau. Sistem peredaran darah terbuka (tidak melalui
pembuluh darah). Darah (hemolimfa) tidak mengandung hemoglobin, sehingga
tidak dapat mengangkut oksigen dan karbondioksida. Darah hanya berfungsi
untuk mengangkut zat makanan. Pada Crustacea, darahnya mengandung
hemosianin yang dapat mengangkut oksigen. Reproduksi secara seksual,
dengan fertilisasi internal. Beberapa spesies dapat mengalami partenogenesis.
Partenogenesis adalah individu baru yang berkembang dari ovum yang tidak
dibuahi sperma. Individu baru yang tumbuh bersifat mandul. Sistem sarafnya
terdiri atas ganglion otak yang dilanjutkan ke arah belakang melalui bagian
ventral tubuh (sistem saraf tangga tali).
Arthropoda dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu: Insecta,
Crustacea, Arachnida, dan Myriapoda.

56
3.4.8.1 Insecta
Insecta atau Hexapoda (serangga) memiliki tiga pasang kaki. Tubuhnya
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: caput, toraks, dan abdomen. Umumnya
memiliki dua pasang sayap. Mengalami metamorfosis sempurna (holometabola)
dan tidak sempurna (hemimetabola). Respirasi dengan trakea yang memanjang
pada bagian kiri dan kanan tubuhnya yang dihubungkan dengan stigma.
Insecta dibagi menjadi dua subkelas, yaitu: Apterygota dan Pterygota.
Apterygota merupakan serangga yang tidak bersayap, serta umumnya tidak
mengalami metamorfosis. Contohnya adalah Lepisma saccharina (kutu buku).
Pterygota adalah kelompok serangga bersayap, yang dapat dibedakan menjadi
Exopterygota dan Endopterygota. Exopterygota adalah serangga yang sayapnya
merupakan tonjolan luar dari dinding tubuh, serta mengalami metamorfosis
tidak sempurna. Endopterygota merupakan serangga yang sayapnya
berkembang dari penonjolan ke dalam dari ektoderma, dan mengalami
metamorfosis sempurna.
Insecta terdiri atas beberapa ordo, yaitu: Isoptera (bersayap tipis dengan
ukuran yang sama, misalnya: rayap), Neuroptera (bersayap jala, misalnya:
undur-undur), Orthoptera (bersayap lurus, misalnya: belalang, jangkrik),
Hemiptera (bersayap tak sama, misalnya: wereng, walang sangit), Homoptera
(bersayap sama, misalnya: kutu daun), Coleoptera (bersayap tebal dan keras,
misalnya: kumbang, kepik), Diptera (bersayap dua, misalnya: lalat, nyamuk),
Lepidoptera (bersayap sisik, misalnya: kupu-kupu), Hymenoptera (bersayap
selaput, misalnya: lebah, tawon), Siphonoptera (tidak bersayap, misalnya:
pinjal), Phthiraptera (tidak bersayap, misalnya: kutu kepala).

3.4.8.2 Crustacea
Crustacea (udang-udangan), tubuhnya terdiri atas dua bagian, yaitu:
sefalotoraks (kepala dan dada menyatu), serta abdomen. Tubuh dilindungi
eksoskeleton yang keras dari bahan CaCO3. Mempunyai lima pasang kaki jalan
yang terletak di sefalotoraks, serta kaki renang yang terdapat di bagian ventral
abdomen. Mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibula, dan dua pasang

57
maksila. Respirasi umumnya dengan insang, tetapi ada juga yang menggunakan
permukaan tubuhnya secara difusi.
Crustacea dapat dibedakan menjadi dua subkelas, yaitu: Entomostraca
dan Malacostraca.
Entomostraca merupakan kelompok udang-udangan yang hidup sebagai
zooplankton di perairan. Entomostraca dibagi menjadi empat ordo, yaitu:
Brachiopoda, Ostracoda, Copepoda, dan Cirripedia.
Malacostraca adalah kelompok hewan yang terdiri atas udang, ketam,
rajungan, dan kepiting. Dibedakan menjadi beberapa ordo, diantaranya adalah:
Isopoda, Stomatopoda, dan Decapoda.

3.4.8.3 Arachnida
Arachnida (laba-laba) memiliki empat pasang kaki. Tubuhnya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu: sefalotoraks dan abdomen. Mulutnya tersusun atas
kelisera (taring) untuk melumpuhkan mangsa, serta pedipalpus (seperti cakar)
untuk memegang mangsa.
Arachnida terdiri atas beberapa ordo, antara lain: Scorpionida
(kalajengking), Araneae (laba-laba), Acarina (caplak).

3.4.8.4 Myriapoda
Myriapoda merupakan kelompok hewan berkaki banyak yang terdapat
pada tiap-tiap ruas tubuhnya. Jumlah ruas-ruas tubuhnya antara 10 sampai 200
atau bahkan lebih. Kepalanya jelas terlihat dengan sepasang antena. Dadanya
tidak dapat dibedakan dengan perutnya.
Myriapoda mempunyai dua ordo, yaitu: Chilopoda (lipan) dan Diplopoda
(kaki seribu).

3.4.9 Echinodermata
Echinodermata adalah hewan yang berkulit duri. Rangka luarnya
tersusun dari zat kapur atau kitin. Memiliki sistem ambulakral yang merupakan
suatu sistem saluran air di dalam tubuhnya. Tidak memiliki sistem peredaran
darah. Sudah memiliki sistem pencernaan yang lengkap. Sistem respirasi dan

58
ekskresi melalui papula. Pada papula terjadi pertukaran ion dan gas antara
cairan selom (rongga tubuh) dengan lingkungan luar (air laut). Sistem saraf
terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi mulut dengan cabang-cabang pada
setiap lengan. Reproduksi secara seksual, dengan fertilisasi eksternal.
Pergerakan menggunakan kaki tabung atau kaki ambulakral. Pada ujung kaki
tabung terdapat otot yang disebut ampula.
Echinodermata dapat diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu:
Asteroidea (bintang laut), Echinoidea (landak laut), Ophiuroidea (bintang
mengular), Crinoidea (lilia laut), dan Holothuroidea (teripang).

4. Keanekaragaman Vertebrata
Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki ruas-ruas tulang
belakang. Ruas-ruas tulang belakang merupakan perkembangan dari korda
dorsalis (notokorda). Korda dorsalis hanya terlihat pada masa embrio. Celah
insang tetap ada sampai dewasa pada Pisces. Pada Amphibia, celah insang
hanya terdapat pada fase larva, sedangkan pada Reptilia, Aves, dan Mammalia
hanya pada masa embrio.
Vertebrata dapat diklasifikasikan menjadi enam kelas, yaitu: Agnatha,
Chondrichthyes, Osteichthyes, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia.

1. Agnatha
Agnatha merupakan golongan ikan yang tidak mempunyai rahang dan
tidak bersisik. Tubuhnya panjang silindris dan rangkanya dari tulang rawan.
Contohnya adalah ikan lamprey (Lampreta sp.).

2. Chondrichtyes
Chondrichtyes adalah kelompok ikan yang bertulang rawan, serta sisiknya
bertipe plakoid. Celah insang tampak dari luar karena tidak memiliki tutup
insang. Jantungnya terdiri atas dua ruang, yaitu satu atrium dan satu ventrikel.
Contohnya adalah ikan hiu, ikan pari.

59
3. Osteichtyes
Osteichthyes adalah golongan ikan bertulang keras, serta mempunyai sisik
bertipe sikloid atau stenoid. Celah insang tertutup operkulum (tutup insang).
Jantungnya terdiri atas dua ruang, yaitu satu atrium dan satu ventrikel.
Contohnya adalah ikan nila, ikan kakap.

4. Amphibia
Amphibia adalah kelompok hewan yang mengalami metamorfosis.
Stadium larva hidup di air dan bernapas dengan insang, sedangkan hewan
dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru. Suhu tubuhnya selalu
berubah-ubah sesuai suhu lingkungan sehingga tergolong hewan poikiloterm.
Jantungnya terdiri atas tiga ruang, yaitu dua atrium dan satu ventrikel.
Contohnya adalah katak, salamander.

5. Reptilia
Reptilia adalah kelompok hewan yang kulitnya tertutup sisik dari zat
tanduk. Umumnya mengalami penggantian kulit (ekskuvikasi). Alat
pernapasannya adalah paru-paru, serta tergolong hewan poikiloterm. Jantung
terdiri atas empat ruang, yaitu dua atrium dan dua ventrikel, namun sekat yang
memisahkan antar ventrikel kiri dan kanan belum sempurna sehingga darah
masih tercampur.
Contohnya adalah ular, buaya, kura-kura.

6. Aves
Aves adalah kelompok hewan yang kulitnya ditutupi bulu. Bernapas
dengan paru-paru dan kantong udara (saccus pneumaticus). Suhu tubuhnya
tetap, tidak terpengaruh oleh naik turunnya suhu lingkungan sehingga
tergolong hewan homoiterm. Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu: dua
atrium dan dua ventrikel. Sel darah merah (eritrosit) memiliki inti.
Contohnya adalah merpati, ayam, tekukur.

60
7. Mammalia
Mammalia adalah golongan hewan yang memiliki kelenjar susu (glandula
mammae). Tubuhnya tertutup rambut. Bernapas dengan paru-paru, dan bersifat
homoiterm. Jantungnya terdiri atas empat ruang, yaitu dua atrium dan dua
ventrikel. Eritrositnya tidak mempunyai inti.
Contohnya adalah sapi, kera, kelelawar.

RANGKUMAN
Kingdom Plantae (kerajaan tumbuhan) meliputi Bryophyta (tumbuhan
lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan biji).
Tumbuhan biji dapat dikelompokkan lagi menjadi tumbuhan biji terbuka
(Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Angiospermae
dapat dibedakan lagi menjadi tumbuhan berkeping dua (Dicotyledonae) dan
tumbuhan berkeping satu Monocotyledonae.
Kingdom Animalia (kerajaan hewan) terdiri atas Invertebrata dan
Vertebrata. Invertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak memiliki
tulang belakang, seperti: Porifera (hewan berpori), Cnidaria (hewan berongga),
Ctenophora (hewan berongga), Platyhelminthes (cacing pipih),
Nemathelminthes (cacing gelang), Annelida (cacing gilig), Mollusca (hewan
bertubuh lunak), Arthropoda (hewan kaki beruas), dan Echinodermata (hewan
berkulit duri). Kelompok hewan yang memiliki tulang belakang tergolong
Vertebrata, yang meliputi: Agnatha (ikan tak berahang), Chondrichtyes (ikan
bertulang rawan), Osteichtyes (ikan bertulang keras), Amphibia (katak),
Reptilia (kadal), Aves (burung), dan Mammalia (hewan menyusui).

LATIHAN SOAL
1. Tumbuhan lumut dan tumbuhan paku memiliki persamaan, yaitu… .
1. memiliki berkas pengangkut
2. memiliki akar, batang dan daun
3. mengalami pergiliran keturunan dalam siklus hidupnya
4. memiliki rizoid yang berfungsi sebagai akar
5. memiliki biji sebagai alat perkembangbiakan

61
2. Spora tumbuhan paku yang jatuh ke tempat lembab akan tumbuh
menjadi….
1. sporofit
2. protonema
3. sporogonium
4. protalium
5. sporangium

3. Tumbuhan lumut yang sehari-hari kita lihat berwarna hijau adalah


bagian….
1. sporofit
2. sporogonium
3. gametofit
4. protonema
5. sporofil

4. Strobilus pada tumbuhan Gymnospermae sering dianggap sebagai… .


1. biji
2. buah
3. kelopak
4. bunga
5. daun

5. Ciri khas yang membedakan Angiospermae dengan kelompok tumbuhan


lain adalah… .
1. bunga sejati dengan bakal biji di dalam bakal buah
2. memiliki akar tunggang
3. memiliki pembuluh xilem dan floem
4. bagian bunga kelipatan dua, empat atau lima
5. dapat mengalami pertumbuhan sekunder

6. Anggota filum Arthropoda yang memiliki rangka luar, berkaki tiga pasang,
bersayap umumnya dua pasang, dan bernapas dengan trakea termasuk
kelas… .
1. Crustacea
2. Insecta
3. Arachnida
4. Myriapoda
5. Chilopoda

7. Pergerakan hewan Echinodermata dilakukan oleh… .


1. pseudopodia
2. tentakel
3. silia
4. sistem gastrovaskular
5. sistem ambulakral

62
8. Mamalia berbeda dengan semua kelompok Vertebrata yang lain karena…
.
1. menyusui anaknya
2. bernapas dengan paru-paru
3. homoiterm
4. poikiloterm
5. memiliki jantung beruang empat

9. Pernyataan yang benar tentang paku sejati adalah… .


1. Paku sejati paling beragam di daerah tropis
2. Sporofit paku sejati mempunyai rizom, akar dan daun
3. Paku sejati memiliki pembuluh angkut
4. Paku sejati merupakan anggota Bryophyta yang memiliki nilai ekonomis
tinggi

10. Penderita penyakit cacing tambang terinfeksi melalui… .


1. makan daging sapi yang tidak dimasak dengan baik
2. makan sayuran mentah yang mengandung telur cacing Ascaris
lumbricoides
3. berbicara dengan penderita cacing tambang
4. kaki yang tidak memakai alas kaki pada tempat yang banyak
mengandung cacing Ancylostoma duodenale

11. Kelompok hewan yang diklasifikasikan sebagai Amfibia karena… .


1. dapat hidup di dua alam
2. bertelur di air dengan telur bercangkang keras
3. dapat hidup di air dan di darat
4. pada awal fase hidupnya bernapas dengan insang, setelah dewasa dengan
paru-paru

12. Mirasidium merupakan larva yang menetas dari telur cacing hati,
SEBAB
cacing hati tergolong dalam filum Platyhelminthes.

13. Spermatophyta dikenal juga dengan nama Anthophyta,


SEBAB
terdiri atas dua kelas, yaitu Bryophyta dan Pteridophyta.

14. Burung merpati dan kelelawar sama-sama diklasifikasikan ke dalam


kelas Aves,
SEBAB
keduanya merupakan hewan yang bersifat homoiterm dan tubuhnya
tertutup bulu.

63
BAB V
INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM DAN
PERANAN MANUSIA DALAM EKOSISTEM

STANDAR KOMPETENSI: Memahami interaksi antar komponen ekosistem


serta menganalisis peranan manusia dalam
ekosistem

KOMPETENSI DASAR:
1. Menjelaskan interaksi antar komponen ekosistem
2. Menganalisis peran manusia dalam ekosistem

INDIKATOR :
1. Menjelaskan interaksi antar komponen ekosistem
2. Menjelaskan aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem
3. Menganalasis peranan manusia dalam ekosistem yang mengakibatkan
ketidakseimbangan ekosistem

PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup mendiami habitat tertentu. Habitat merupakan
lingkungan yang sesuai untuk tempat hidup suatu makhluk hidup. Dalam suatu
habitat, selain terdapat makhluk hidup itu sendiri, juga terdapat benda-benda
tak hidup. Antar makhluk hidup yang satu dengan yang lain, serta dengan
benda-benda tak hidup di sekitarnya terjadi interaksi. Dalam interaksi tersebut
terjadi aliran energi dan siklus materi, yang menjadikan kehidupan dapat terus
berlanjut dalam keseimbangan yang dinamis. Manusia memiliki peranan yang
besar dalam mengubah keseimbangan tersebut, sehingga diperlukan kesadaran
bahwa manusia juga merupakan bagian dari sebuah sistem yang tidak
terpisahkan.

64
1. Interaksi antar Komponen Ekosistem
Komponen ekosistem meliputi komponen biotik (hidup) dan abiotik (tak
hidup). Komponen biotik terdiri atas semua organisme hidup, seperti
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Komponen abiotik meliputi faktor-
faktor kimiawi dan fisik tak hidup, seperti udara, cahaya matahari, air, dan
tanah.
Antar komponen ekosistem saling berinteraksi yang menunjukkan
adanya hubungan saling mempengaruhi yang dinamik antar komponen-
komponen tersebut. Interaksi antar komponen ekosistem dapat berupa
interaksi antar individu, interaksi antar populasi, dan interaksi antara
komunitas dengan komponen abiotik.

1. Interaksi antar individu


Interaksi antar individu terjadi karena setiap individu memerlukan
sumberdaya, seperti makanan, ruang, dan pasangan kawin. Interaksi antar
individu dalam spesies yang sama pada suatu tempat tertentu akan membentuk
populasi. Interaksi antar individu juga dapat terjadi antar spesies yang berbeda.

5.1.2 Interaksi antar populasi


Interaksi antar populasi yang satu dengan yang lain akan membentuk
komunitas. Interaksi antar populasi dalam suatu komunitas dapat membentuk
hubungan yang bersifat kompetisi, predasi, dan simbiosis.
Kompetisi terjadi apabila antar populasi memerlukan sumberdaya yang
sama, sementara ketersediaan sumberdaya terbatas. Misalnya, interaksi antar
populasi sapi dan kuda yang merumput pada suatu padang pengembalaan.
Karena musim kemarau yang berkepanjangan, rumput mulai berkurang,
sehingga terjadi kompetisi antar populasi sapi dan kuda untuk mendapatkan
makanan.
Predasi (pemangsaan) terjadi apabila interaksinya berupa peristiwa
makan dan dimakan. Organisme yang dimakan disebut mangsa (prey),
sedangkan yang memakan disebut pemangsa (predator). Predator membunuh

65
mangsa secara langsung setelah menangkapnya, kemudian memakan sebagian
atau seluruh tubuh mangsanya.
Simbiosis (hidup bersama) merupakan bentuk interaksi yang beragam,
dimana dua organisme (inang dan simbion) mempertahankan suatu
persekutuan yang dekat. Ada tiga jenis umum simbiosis, yaitu mutualisme,
komensalisme, dan parasitisme. Mutualisme merupakan interaksi yang saling
menguntungkan bagi organisme yang berinteraksi. Apabila organisme yang satu
untung, sedangkan yang lain tidak menderita kerugian, maka interaksinya
bersifat komensalisme. Parasitisme terjadi apabila suatu organisme (parasit)
mengambil keuntungan dari organisme lain (inang), yang menyebabkan
kerugian bagi inangnya.

5.1.3 Interaksi antara komunitas dengan komponen abiotik


Komunitas dan komponen abiotik saling mempengaruhi. Banyaknya
sinar matahari dan curah hujan (komponen abiotik) dapat mempengaruhi jenis
tumbuhan (komponen biotik) yang hidup di suatu tempat. Misalnya, pada
daerah yang memiliki curah hujan yang rendah dengan intensitas cahaya
matahari yang tinggi, maka daerah tersebut akan didominasi oleh rumput-
rumputan. Sebaliknya, penanaman pohon (komponen biotik) yang dilakukan
pada daerah-daerah yang tandus akan meningkatkan kandungan oksigen di
udara serta menurunkan suhu udara (komponen abiotik), sehingga kualitas
udara menjadi lebih baik.

5.1.4 Aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem


Energi matahari masuk ke dalam jaring-jaring kehidupan melalui
produsen. Kelompok produsen meliputi semua tumbuhan yang mampu
melakukan fotosintesis, sehingga mampu menghasilkan materi organik dari
materi anorganik dengan memanfaatkan energi matahari. Materi organik yang
tersimpan sebagai biomassa tumbuhan, yang berupa daun, buah, biji kemudian
menjadi makanan bagi kelompok populasi lainnya, seperti sapi, belalang,
burung pipit. Kelompok populasi yang memakan produsen disebut konsumen

66
primer (herbivora). Populasi belalang kemudian menjadi mangsa bagi populasi
katak, sehingga katak tergolong ke dalam konsumen sekunder (karnivora), dan
demikian seterusnya sampai konsumen puncak. Hal ini akan membentuk
sebuah rantai makanan (Gambar 5.1).

Belalang
Katak

Ular
Padi

Gambar 5.1 Rantai makanan

Dalam suatu ekosistem, rantai makanan saling berkaitan antara satu


rantai makanan dengan rantai makanan yang lain, sehingga membentuk suatu
jaring-jaring makanan (Gambar 5.2). Semakin kompleks jaring-jaring makanan
dalam suatu ekosistem, maka semakin stabil ekosistem tersebut.

Burung bentet

Gambar 5.2 Jaring-jaring makanan

Dalam suatu ekosistem yang seimbang, jumlah produsen yang


menempati tingkat trofik I akan selalu lebih banyak daripada konsumen primer

67
yang menempati tingkat trofik II. Demikian pula tingkat trofik II selalu lebih
banyak dibandingkan dengan tingkat trofik III, dan seterusnya. Keadaan ini
digambarkan dalam sebuah piramida makanan atau piramida ekologi (Gambar
5.3). Piramida ekologi dapat dibedakan menjadi piramida jumlah, piramida
biomassa, dan piramida energi.

Gambar 5.3 Piramida makanan (piramida ekologi)

Hubungan antar populasi dalam komunitas menggambarkan


perpindahan (aliran) energi. Energi matahari yang ditangkap oleh produsen
melalui proses fotosintesis (produktivitas primer kotor) akan tersimpan sebagai
biomassa produsen (produktivitas primer bersih). Selanjutnya, energi yang
tersimpan sebagai biomassa produsen akan berpindah ke tubuh konsumen
setelah produsen dimakannya. Laju konsumen dalam mengubah makanan
menjadi biomassa tubuhnya merupakan produktivitas sekunder. Dari proses
makan dan dimakan itu telah terjadi perpindahan energi yang melibatkan
komponen-komponen penyusun ekosistem, sesuai dengan tingkat trofik
organisme.
Energi yang berpindah dari produsen ke konsumen primer hanya
sebagian saja, karena produsen juga memerlukan energi untuk hidupnya.
Demikian pula energi yang berpindah dari konsumen primer ke konsumen
sekunder. Dengan demikian, energi yang diteruskan dari tingkat trofik yang

68
lebih rendah ke tingkat trofik yang lebih tinggi akan terus berkurang. Jumlah
energi yang tersedia bagi setiap tingkat trofik ditentukan oleh produktivitas
primer bersih dan efisiensi energi makanan diubah menjadi biomassa pada
setiap hubungan rantai makanan. Prosentase energi yang diubah dari satu
tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya merupakan efisiensi ekologis, yang
umumnya berkisar antara 5% sampai 20%. Semakin tinggi tingkatan trofik
suatu organisme, maka semakin kecil energi yang didapatnya.
Aliran energi akan berakhir pada proses penguraian. Dalam proses ini,
energi akan dilepaskan ke lingkungan. Kelompok organisme yang berperan
dalam proses ini adalah bakteri dan jamur (dekomposer). Dekomposer
berperan dalam menguraikan organisme yang mati, sehingga materi organik
(biomassa) yang tersimpan dalam tubuh organisme mati berubah kembali
menjadi materi anorganik (mineral). Materi anorganik tersebut akan diserap
oleh akar tumbuhan untuk diubah kembali menjadi materi organik, sehingga
menjadi sebuah siklus materi yang memungkinkan kehidupan dalam biosfer
bisa berlanjut (Gambar 5.4).

Gambar 5.4 Aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem


2. Peranan Manusia dalam Ekosistem

69
Aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem menjadikan ekosistem
berada dalam keseimbangan yang dinamis. Keseimbangan akan tercapai apabila
komponen-komponen penyusun ekosistem yang terbagi ke dalam tingkat trofik
berada pada tingkat yang proporsional. Ekosistem (lingkungan) yang seimbang
memiliki daya lenting dan daya dukung yang tinggi. Daya lenting adalah
kemampuan lingkungan untuk pulih kembali secara alami setelah mengalami
gangguan. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya sehingga dapat tumbuh dan
berkembang.
Proporsi tingkat trofik yang tidak seimbang, akibat pengaruh secara
alamiah maupun gangguan oleh manusia, akan menyebabkan gangguan
terhadap keseimbangan lingkungan. Gangguan secara alamiah, misalnya
disebabkan oleh badai, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.
Manusia merupakan komponen biotik yang berpengaruh paling besar
terhadap keseimbangan lingkungan, dibandingkan dengan komponen biotik
lainnya. Berbagai macam kegiatan manusia dapat mencemari air, udara, dan
tanah.
Pencemaran air akibat praktek pertanian yang membuang sisa nutrien
ke aliran sungai atau danau akan merangsang pertumbuhan alga yang
berlebihan. Peningkatan populasi alga yang sangat pesat akan menghabiskan
oksigen terlarut dalam air, serta mempercepat terjadinya eutrofikasi.
Pembuangan limbah beracun ke tanah, seperti DDT sering bertahan
selama periode waktu yang panjang. Bila diserap oleh akar tumbuhan, maka
ikut tersimpan sebagai biomassa tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuhan
tersebut, juga akan menyimpannya sebagai biomassa hewan. Demikian
seterusnya, DDT akan terkonsentrasi di sepanjang rantai makanan.
Pembukaan kawasan hutan untuk lahan pertanian, perkebunan,
pertambangan serta berbagai kebutuhan manusia lainnya, juga menyebabkan
perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan salah satu
mata rantai dalam rantai makanan hilang, sehingga mengganggu keseimbangan
ekosistem. Pembukaan hutan berarti menghilangkan sebagaian besar produsen
dalam suatu ekositem yang akan berpengaruh terhadap komponen-komponen

70
ekosistem yang lain. Populasi rusa akan turun akibat kehilangan sumber
makanan serta habitatnya. Harimau akan susah mendapatkan mangsa, sehingga
masuk ke kampung memangsa hewan ternak.
Perubahan iklim global merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan
dalam dekade terakhir. Perubahan iklim secara global dipicu oleh naiknya kadar
karbondioksida di atmosfer akibat terus meningkatnya pembakaran bahan
bakar fosil. Kadar karbondioksida yang tinggi di atmosfer menyebabkan
terhalangnya pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga kembali ke bumi,
yang mengakibatkan permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini
dikenal sebagai efek rumah kaca, yang menjadi penyebab perubahan iklim
global. Penggunaan CFCs pada alat pendingin juga dapat mengikis lapisan ozon,
sehingga radiasi ultarviolet akan masuk ke bumi tanpa ada yang menyaringnya.
Perubahan keseimbangan lingkungan, baik lokal maupun global, telah
menyebabkan turunnya kualitas kehidupan dalam biosfer. Manusia sebagai
penyebab terbesar terhadap perubahan keseimbangan lingkungan harus
menyadari bahwa manusia adalah bagian dari lingkungan yang tidak
terpisahkan. Manusia adalah salah satu komponen ekosistem yang menempati
tingkat trofik paling tinggi (puncak). Ledakan populasi manusia akan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan proporsi tingkatan trofik yang berada
dibawahnya, sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup manusia yang
berada pada tingkat trofik diatasnya.

RANGKUMAN

Ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling


berinteraksi. Dalam ekosistem tidak ada makhluk hidup yang mampu menyusun
zat makanannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kecuali
tumbuhan hijau. Kebutuhan hidup organisme diperoleh dari lingkungan melalui
interaksi antar individu, antar populasi, serta antara komunitas dengan
lingkungan abiotiknya. Interaksi yang terjadi dapat berupa kompetisi, predasi,
dan simbiosis.

71
Dalam ekosistem, terjadi aliran energi dan siklus materi. Sumber
energinya adalah matahari yang ditranfer melalui produsen, konsumen, dan
berakhir pada pengurai. Pengurai bertugas merombak materi organik dalam
organisme yang telah mati menjadi materi anorganik, untuk diserap kembali
oleh produsen.
Keseimbangan ekosistem merupakan keseimbangan proporsi antara
komponen-komponen penyusun ekosistem yang menempati setiap tingkat
trofik, serta kesimbangan antara energi yang masuk dan energi yang digunakan
dalam ekosistem. Manusia mempunyai peranan yang paling besar dalam
mengubah keseimbangan dalam ekosistem, sehingga diperlukan kesadaran
bahwa manusia merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan di dalam
ekosistem.

LATIHAN SOAL

1. Makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen abiotik di sekitarnya


merupakan satu kesatuan yang disebut… .
1. ekosistem
2. habitat
3. komunitas
4. ekologi
5. populasi

2. Dalam aliran energi, tingkat trofik yang paling sedikit mengandung


energi adalah….
1. produsen
2. konsumen I
3. konsumen II
4. konsumen III
5. konsumen IV

3. Suatu ekosistem terdiri atas senyawa anorganik, plankton, ikan, burung


camar, dan guano. Jika manusia mengambil ikan secara berlebihan maka
akan terjadi… .
1. penurunan populasi burung camar
2. penurunan populasi plankton
3. kenaikan populasi plankton
4. kenaikan kadar senyawa anorganik

72
4. Penggunaan insektisida yang berlebihan dalam bidang pertanian
mengakibatkan efek negatif seperti… .
1. keseimbangan ekosistem terganggu
2. musuh alami hama ikut musnah
3. matinya hewan non-target
4. hama menjadi resisten terhadap pestisida

5. Penghijauan dalam kota merupakan salah satu cara untuk


menanggulangi kerusakan lingkungan,
SEBAB
penghijauan dapat meningkatkan kadar oksigen di udara.

6. Pada piramida makanan, yang menempati posisi pada dasar piramida


adalah pengurai,
SEBAB
pengurai berperan dalam menyediakan mineral yang diperlukan oleh
produsen.

DAFTAR PUSTAKA

Begon, M., J.L. Harper, & C.L. Townsend. 1986. Ecology (Individuals, Populations
and Communities. Blackwell Scientific Publications. Oxford.

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Edisi Kelima-Jilid I.
Terjemahan: Lestari, R., E.I.M. Adil, & N. Anita. Erlangga. Jakarta.

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi Kelima-Jilid II.
Terjemahan: Manalu, W. Erlangga. Jakarta.

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima-Jilid III.
Terjemahan: Manalu, W. Erlangga. Jakarta.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan: Soediarto, A.,


Koesoemaningrat, T., Natasaputra, M., Akmal, H. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

Mayers, E. & P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic Zoology. McGraw-Hill,


Inc. New York.

Sudarsono. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Universitas Negeri Malang


Press. Malang.

Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,


Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

73

Anda mungkin juga menyukai