Anda di halaman 1dari 32

ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

I NYOMAN ANOM PURWA WINAYA


Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata
ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah
berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-
aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada
perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang
terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali

Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh


setiap individual untuk berimajinasikan diri
mereka dan ilmu dalam merancang bangunan.
tradisional/tra·di·si·o·nal/ a 1 sikap dan cara berpikir serta
bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan
adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun
Lontar Asta Kosali, Kosala dan Asta
Patali
• ASTA KOSALA dan ASTA BUMI.
• Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang
bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran
panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan.
• Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang
luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak
antar pelinggih.
• Aturan tentang Asta Kosala dan Asta Bumi ditulis oleh
Pendeta: Bhagawan Wiswakarma dan Bhagawan
Panyarikan. Uraian mengenai Asta Kosala khusus untuk
bangunan Padmasana telah dikemukakan pada bab: Hiasan
Padmasana, Bentuk-bentuk Padmasana dan Letak
Padmasana.
Arsitektur Tradisional Bali Dipengaruhi
Oleh :
• Aspek Historis
• Aspek Filosofis
• Tata Ruang
• Teknik Bangunan
• Ornamen
• Aspek ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya
Aspek Historis
• Zaman Prasejarah
a. Hidup berkeliaran
b. Hidup bercocok tanam, berpindah
pindah (nomaden)
c. Hidup menetap (zaman logam)
• Zaman Bali Kuna
a. Bali Mule (Bali Age) (kerajaan Belingkang, Bedulu – pejeng) Arsitek
terkenal Kebo Iwa yaitu ahli : terowongan, bendungan, dan pencetus konsep
Bale Agung
b. Masa Mpu Kuturan (zaman Airlangga – Jawa Timur) dengan
konsep Parhyangan (Kahyangan dewa). Contoh Kahyangan Tiga dan Sanggah
Kemulan
• Zaman Pengaruh Majapahit (kerajaan Dalem Baturenggong) bersamaan
dengan kedatangan dari Dang Hyang Nirartha dengan konsep Padmasana
artinya : teratai untuk tempat duduk
• Zaman Kedatangan Orang Asing
a. perdagangan cina dan penjajahan
belanda contoh bangunan : toko, loteng, loji, los
(panjang/lodge) sampai pada istilah Balisering
• Zaman Kemerdekaan sampai sekarang
(Pariwisata): villa, hotel, terpengaruh dengan
tata ruang termasuk bentuk bangunan.
contoh : raab/atap menggunakan
sumi/jerami diganti dengan goodyear
(karangpilang)
Konsep Perencanaan Arsitektur
Tradisional di Bali
• Didasarkan pada tata nilai ruang yang dibentuk oleh tiga
sumbu yaitu:
A. Sumbu Cosmos
a. Bhur (hidrosfir/alam kehidupan kita)
b. Bwah (Lithosfer/alam roh roh)
c. Swah (atmosfer/alam para dewa)
B. Sumbu Ritual
a. Sumbu ritual yaitu terbit dan terbenamnya matahari
(Kangin dan Kauh)/(Timur dan Barat)
C. Sumbu Natural
a. Berpedoman pada letak gunung dan laut (Kaja dan
Kelod) / (utara dan selatan)
Aplikasinya
Konsep Tri Hita Karana dan Tri Angga
• Tri Hita Karana : Tiga hal yang membuat sesuatu
menjadi senang, selaras dan seimbang
a. Hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan)
b. Hubungan manusia dengan manusia (Pawongan)
c. Hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan)
• Dikaitkan dengan arsitektur tradisional adalah :
a. atma/Kepala
b. Angga/Badan
c. Khaya/Bayu (Tenaga)
• Dalam lingkngan desa adat :
a. Pura Kahyangan Tiga : Atma/Jiwa : Kepala
b. Teritorial desa / wilayah : Angga :
Badan/fisik
c. Penduduk dan pamerintahannya :
Khaya/Bayu : Kaki/Tenaga
• Dalam lingkungan rumah :
a. Mrajan : atma/jiwa / Kepala

b. Bale Meten/Bale Daje, Bale Dauh, Bale


Dangin, Sedahan Karang, Pengijeng, Bale delod :
angga / Badan
c. Kuri, lumbung, pawon, km : Khaya/kaki
• Dalam lingkungan bangunan fisik Pelinggih :
a. Bataran / khaya/kaki
b. Pengawak / angga / badan / fisik
c. Bunga, sanggah,raab / atma / kepala / jiwa
• Dalam lingkungan bangunan bale meten
a. Bataran / khaya / kaki
b. Tembok, sake/tiang, sanggawang, lambang,
sineb, kincut, tapuk manggis : angga/badan/fisik
c. Iga iga/jurai, kolong/listplang, genting/ijuk,
murda : kepala/jiwa
Jenis Bangunan :
a. Tembok
b. Pilar
c. Kori Agung
d. Penampih
e. Bale
Asta Bumi menyangkut pembuatan Pura
atau Sanggah Pamerajan adalah
Tujuan a Memperoleh kesejahteraan dan kedamaian atas lindungan Hyang Widhi
1 Asta Bumi b Mendapat vibrasi kesucian
adalah c Menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi

Memanjang dari Timur ke Barat ukuran yang baik adalah: Panjang dalam
ukuran "depa" (bentangan tangan lurus dari kiri ke kanan dari
pimpinan/klian/Jro Mangku atau orang suci lainnya):
a
2,3,4,5,6,7,11,12,14,15,19. Lebar dalam ukuran depa:
1,2,3,4,5,6,7,11,12,14,15. Alternatif total luas dalam depa: 2x1,3x2, 4x3, 5x4,
6x5, 7x6, 11x7, 12x11, 14x12, 15x14, 19x15.
Memanjang dari Utara ke Selatan ukuran yang baik adalah: Panjang dalam
b ukuran depa: 4,5,6,13,18. Lebar dalam ukuran depa: 5,6,13. Alternatif total
luas dalam depa: 6x5, 13x6, 18x13
Luas
2
halaman Jika halaman sangat luas, misalnya untuk membangun Padmasana kepentingan
orang banyak seperti Pura Jagatnatha, dll. boleh menggunakan kelipatan dari
alternatif yang tertinggi. Kelipatan itu: 3 kali, 5 kali, 7 kali, 9 kali dan 11 kali.

Misalnya untuk halaman yang memanjang dari Timur ke Barat, alternatif luas
maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(19x15), 5x(19x15), 7x(19x15),
9x(19x15), 11x(19x15).

Untuk yang memanjang dari Utara ke Selatan, alternatif luas maksimum dalam
kelipatan adalah: 3x(18x13), 5x(18x13), 7x(18x13), 9x(18x13), 11x(18x13).
Contoh
Perencanaan Pura Kahyangan Tiga
Kasus pengambilan sikut dari
KAJA Utara ke Selatan
Panjang : 2,3,4,5,6,7,11,12,14,15,19
KANGIN/BARAT

ALTERNATIF LUAS :
3,5,7,9,11 x
a. 2x1
Lebar : 1,2,3,4,5,6,7,11,12,14,15 b. 3x2
KAUH/TIMUR c. 4x3
d. 11x7
e. 19x15
KELOD/SELATAN
atengan depa agung = 60 cm
11 x 7 = (22) m x (14) m
Contoh
Perencanaan Pura Kahyangan Tiga
Kasus pengambilan sikut dari
KAJA Timur ke Barat

Lebar : 4,5,6,13,18
KANGIN/BARAT

ALTERNATIF LUAS :
3,5,7,9 x
a. 5x4
b. 6x5
KAUH/TIMUR c. 13x6
Panjang : 5,6,13,18 d. 18x13

KELOD/SELATAN atengan depa agung = 60 cm


13 x 6 = (26) m x (12 ) m
ASTA BUMI
• “luwir tingkahe nyikut, matunain aneh, Purwa
Luwih, Utara Longin” : pelaksanaan
pengukuran mengurangi sebelah, ke arah
Timur dibuat lebih, ke arah Utara dikurangi.
• Artinya pekarangan yang memanjang arah
Timur lebih baik dari pada yang memanjang
arah Utara
Jenis Jenis Ukuran Pekarangan
• Ukuran Gajah Lembu: 15 x 14
• Ukuran Duaja : 10 x 9, 14 x 13
• Ukuran Singa : 9 x 8, 13 x 12
• Ukuran Wreksa : 12 x 11, 9 x 8, 8 x 7
• Ukuran Lembu : 11 x 10
• Ukuran Mawah Sare : 6 x5
• Ukuran Kumba : 7 x 5
• Sedangkan untuk tata letak bangunan
berpedoman kepada : ASTA WARA : Sri, Indra,
Guru, Yama, Rudra, Brahma, Kala, Uma.
Letak Bangunan
• Bangunan Suci/Parahyangan : Guru/Indra
• Bangunan Pawongan : Uma
• Jineng : Sri
• Dapur/paon : Brahma
• Gerbang/Kori/angkul angkul : Kala
• Kandang : Rudra
agemel Jenis Ukuran
akacing

atapak batis

alek
acengkang
atapak batis ngandang
aguli

amusti
auseran
atengan depa agung petang nyari

atengan depa alit

sahasta

duang nyari

tampak lima
Uger Uger (lontar Asta Kosali)
• Urip (Satria Sudra) (Singa) : 3 x 4
(Prabada Bali Sudra) (Lembu Agung) : 5 x 6
(Sang Brahmana) (Gajah) : 6 x 7
Menghitung : ½ depa + 5 kilah Sedema + 5 nyari (dibagi 9)
• Sukat : (Mawah Sare, Kumba, Wreksa, Singa, Duaja, Lembu,
Gajah Lembu
Menghitung : 1 Depa + 1 Hasta + 1 Musti
• Sesa : Sesa 1 (ratu), Sesa 2 (dagang), sesa 3 (manca mantri
agung), sesa 4 (dagang), sesa 5 (pande, sudra), sesa 6
(bendesa pamesan), sesa 7 (petani), sesa 8 (pedagang)
• Menghitung : (sukat U-S)-(sukat T-B) (dibagi 8)
Contoh : sukat suatu karang paumahan
E
F D
(Bebas) meter
C
A B
Luas ??? meter persegi

(Bebas) meter Khusus untuk Sambiang


Rencanakan : Pengiasan : Pakai Sikut ASTA
a. Mrajan (ambil sikut BUMI
ASTA BUMI)
b. Bangunan pelinggih : a) Gambar tangan, terskala,
Sambiang Pengiasan, b) ukuran depa mengikuti !!!
Kemulan, c) Pertiwi, d)
Padma Sari, e) Taksu, f)
Penglurah
A. MRAJAN/BANGUNAN SUCI
Fungsi : sebagai tempat pemujaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai tempat
pemujaan roh leluhur yang suci

Tata Letak di Kaje Kangin


Tembok penyengker

1. Rong Tiga/Kemulan
2. Taksu
3. Pertiwi Uma

4. Sambyang
5. Candi Bentar Kem
Kala

6. Penglurah ulan
Bale Dangin
Fungsi : Tempat upacara dan biasa difungsikan sebagai
tempat tidur. Fasilitas yang ada pada bale tersebut
adalah bale bale. Bentuk bangunan tersebut bisa segi
empat persegi ataupun persegi panjang.

1. Sakenem (6 tiang/saka)
2. Sakutus/astasari (8 tiang/saka)
3. Sangasari (9 tiang/saka)
4. Saka roras (12 tiang/saka)

Uma
Ketentuan :
a. Sisi panjang sangat Uma
tergantung dengan tinggi
saka
b. Lebar sama

Anda mungkin juga menyukai