Anda di halaman 1dari 53

PENGERTIAN

Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari

wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara

turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari

zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan

ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala Kosali, Asta

patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh

para Undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk

dimaksud.
FILOSOFIS – TRI HITA KARANA
Tri : Tiga
Hita : Sejahtera Tri Hita Karana : Tiga Penyebab Kesejahteraan / Kebahagiaan
Karana : Sebab

PARAHYANGAN

PALEMAHAN
PAWONGAN
FILOSOFIS – HULU TEBEN (ORIENTASI)

KAJA

KANGIN

KAUH

KELOD
FILOSOFIS – TRI ANGGA
FILOSOFIS – TRI ANGGA
FILOSOFIS – SANGA MANDALA (ZONASI)

MADYA UTAMA
UTAMA NISTA

MADYA
UN UM UU

MN MM MU

NISTA
NN NM NU
SOSIAL MASYARAKAT – TAT TWAM ASI
SOSIAL MASYARAKAT – TRI KAYA PARISUDHA

TRI KAYA PARISUDHA


TIGA PERILAKU BAIK, BERSIH, SUCI

KAYIKA WACIKA WACIKA


BERBUAT YANG BAIK BERKATA YANG BAIK BERKATA YANG BAIK
PERANCANGAN TAPAK
PERANCANGAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
Dialog Desain dan Pelaksanaan:
Sulinggih-Undagi-Pemilik
Dasar-dasar Ukuran
Dasar-dasar Ukuran
Dimensi RAI
Penentuan dimensi tampang tiang
didasarkan atas:
a. Jumlah ruas jari (dua, tiga, tiga
setengah, empat, empat setengah,
lima ruas jari, dan asangga). Untuk
rumah umumnya menggunakan 4
ruas jari (catur adnyana). Pelinngih
2-3,5 ruas. A sangga untuk tiang
lumbung.
b. Tumpukan uang kepeng (75, 100,
111) umumnya untuk pelinggih.
c. Jengkal, dengan pengurangan dan
penambahan tebal jari atau ruas
jari. Untuk lumbung dan meru
d. A musti, untuk lumbung/meru
Rain Gelebeg dan Bangunan Suci
Rain Meru dan Lumbung
Rain Bale
PEMILIHAN KAYU
• Fungsi bangunan
• Lokasi tumbuh
• Latar belakang kayu
• Kondisi fisik
• Cara rebah
• Arah rebah

RAJAH KAYU CACAT


Klasifikasi Penggunaan Kayu

• Bangunan Suci:
cendana, menengen, cempaka, majagau, suren.
• Bangunan Perumahan (bale):
nangka, jati, sentul, teep, sukun, timbul.
• Bangunan Dapur dan Lumbung:
wangkal, kutat, bentenu, blalu, dan endep.
Penebangan dan Pengolahan Kayu
• Pemilihan
• Penebangan (dimulai dg. upacara)
• Perawatan
• Pengolahan dan penyetelan
• Ornamentasi
12-24 RAI + PENGURIP
Panjang SAKA
Kaki Tiang (suku bawak)
NAMA DAN AKIBAT

Prabu Anyakrane-
gara, baik
Kesumadewi, utama

Prabu Angrebut Keda-


ton, baik
Gagak Ansungan,
buruk
Wangke lima, buruk

Wangke pitu, buruk

Gana murti, buruk

(Asta KOsali No. 231)


Panjang RONG

SH. Durga Murti, jelek Mantri Wijaya, baik

Kalki Masandi, jelek Dewa Asih, baik

Prabu Wibuh, baik Dewi Anagkil, baik

Prabu Digjaya, baik Mantri Anglayang,


baik
Prabu Wibuh, baik
Merta Asih, baik
SH. Rwamurti, baik
Prabu Wibuh, baik
Merta Siwa, baik SH.Iga Aguncang,
jelek
(Asta Kosali L16T)
Ilmu desti, jelek
Lebar RONG
1. Eka Durga Sandi, baik
2. Dwi Klika Yogi, baik
3. Tri Yama Dustala, jelek
4. Catur Brahma Jagra, sedang
5. Panca Jagra Krama, buruk
6. Sad Pada Negara, buruk
7. Sapta Durga Sandi, buruk
8. Astha Gana Rsi, baik
9. Sanga Padu Laksmi, baik
10. Dasi Kesuma Sana, baik
11. Welas Drawa Gendis, baik

(Asta Kosali L05T)


Proporsi RONG “ Suntagi Manik”
Waton

Saka

Slimar a

b = 1,5 a – 0,5 Rai


Potongan prinsip
Undag dan Tepas Hujan
Konstruksi Badan
• Tiang-sunduk
• Tiang lambang
Struktur Atap
Bangunan Jadi
DETAIL KONSTRUKSI BADAN
DIMENSI KAKI BANGUNAN
BAGIAN KEPALA BANGUNAN
Bentala dan Murda
Tugeh, Pemade, Pemucu
Denah Petaka
Variasi Dimensi Petaka-Dedeleg
Dimensi Dedeleg Bale
Lambang – Sineb – Saka
Pemasangan Lambang Mayeng
Pemasangan Lambang-sineb
Badan Jineng
Merakit Jineng

Panjang Tiang
Konstruksi Atap Jineng
Koknstruksi atap jineng
Konstruksi Atap Paon

Langit-langit
Konstruksi Atap Paon
Langit-langit
Persiapan Raab (atap)
Raab
Detail Raab
Atap Bangunan Meten Sekutus, Sekutus Meamben, dan
Gunung Rata
PERANCANGAN MERU

Anda mungkin juga menyukai