Anda di halaman 1dari 24

STUDI PUSTAKA

Transformasi Arsitektur
Transformasi bentuk dalam arsitektur terutama sekali merupakan hasil dari proses sosial
budaya. Termasuk didalamnya adalah perubahan-perubahan yang paling berguna terhadap
lingkungan fisik. Perubahan bentuk terjadi salah satunya karena penetrasi (Krier,2001).
Kategori transformasi dapat dibedakan menjadi empat Jenis Transformasi yang
memiliki sifat yang berbeda-beda ini diungkapkan Laseau (1980) dalam Loebis (2002).
Kategori tersebut adalah:
1. Transformasi bersifat topological (geometri). Yaitu: Bentuk telah berubah,namun
memiliki komponen ataupun fungsi ruang yang sama.
2. Transformasi bersifat gramatikan hiasan (ornamental). Yaitu: Hanya sebagai hiasan
ataupun hanya sebagai pelengkap saja.
3. Transformasi bersifat reversal (kebalikan) pembalikan citra pada figur objek dirubah
menjadi citra sebaliknya.
4. Transformasi bersifat distorition (merancukan). Yaitu: Memiliki bentuk yang tidak sesuai
namun masih bisa di kenali.

Dalam mendesain sebuah karya sangat berkaitan erat dengan munculnya ide-ide
baru, setiap ide baru yang muncul pastilah mempertimbangkan akan strategi yang digunakan.
Dalam teori Anthony Antoniades tentang Transformasi, beliau menggambarkan ada tiga
strategi Transformasi arsitektur, yakni:
 Strategi Tradisional.
Adalah evolusi progresif dari sebuah bentuk melalui penyesuaian langkah demi langkah
terhadap batasan.
 Strategi Peminjaman (borrowing).
Adalah meminjam dasar bentuk dari lukisan, patung,obyek benda - benda lainnya.
 Dekonstruksi atau dekomposisi.
Adalah sebuah proses dimana sebuah susunan yang ada dipisahkan untuk dicari cara baru
dalam kombinasinya.
Transformasi arsitektur di sebabkan beberapa Faktor – faktor yang menyebabkan
terjadinya transformasi (Pakpahan, 2010) adalah:
1. Kebutuhan identitas diri (identification). Pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin
memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
2. Perubahan gaya hidup (life style). Perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak
dgn budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan
lingkungannya.
3. Penggunaan teknologi baru.
Timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat dipakai secara teknis.
4. Perubahan sosial.
Faktor lingkungan fisik, perubahan penduduk, isolasi dan kontak, struktur masyarakat,
sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yang dianggap perlu dan dasar budaya masyarakat.
5. Perubahan ekonomi.
Karena Kekuatan yang paling dominan dalam menentukan perubahan lingkungan fisik
adalah kekuatan ekonomi.
6. Perubahan politik.
Karena Peran aspek politis melalui bentuk intervensi non fisik melalui kebijakan
pengembangan kawasan.
STUDI KASUS

1. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara

(Sumber: https://www.museumindonesia.com/museum/33/1/Museum_Negeri_Provinsi_Sumatera
_Utara_Medan)
Lokasi Studi :

Jalan Haji Muhammad Joni


(HM. Joni No. 51),
Medan, Sumatera Utara.
(Sumber : Google Maps)

Sejarah :

Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 April 1982 oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Dr.Daoed Yoesoef, namun peletakan koleksi pertama dilakukan
oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, tahun 1954 berupa makara. Oleh
karena itu museum ini terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum Negeri Provinsi
Sumatera Utara terletak di Jalan H.M.Joni no. 15, Medan. Bangunan museum berdiri di atas
lahan seluas 10.468 meter persegi, terdiri dari bangunan induk dua lantai yang difungsikan
sebagai ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang audio-visual/ceramah, ruang
Kepala Museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan, perpustakaan, ruang mikro film, ruang
komputer, serta gudang. Secara arsitektur, bentuk bangunan induk museum ini
menggambarkan rumah tradisional daerah Sumatera Utara. Pada bagian atap depan dipenuhi
dengan ornamen dari etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak, dan
Nias.
(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Sumatera_Utara,https://www.museumindones
ia.com/museum/33/1/Museum_Negeri_Provinsi_Sumatera_Utara_Medan)

Elemen Arsitektur Suku Batak Toba :


Menurut Loebis (2002) Elemen-element pada bangunan dibagi sebagai berikut:
1. Elemen pada bagian Depan bangunan:

Gambar.1. Elemen pada bagian depan bangunan


Sumber: Loebis (2002).

Tabel.1. Elemen bagian depan.


No. Elemen Bagian Depan Deskripsi
1. Ulu paung Ulu paung merupakan ornamen yang berbentuk
raksasa setengah manusia setengah hewan. Ulu paung
sekilas mirip wajah manusia bertanduk kerbau.
2. Dilapaung. Lidah seperti papan tegak melambangkan payung
(Santungsantung)
3. Sibombong Ari. Perisai atau kasau dalam bentuk struktur segitiga atap
pelana, juga disebut Sibombong Anting
4. Sitindangi. Papan tegak - untuk menjaga frame tegak.
5. Halang gordang. Pendukung Drum di balkon.
6. Songsong rak. Balok horisontal dari balkon
7. Songsong boltok. Juga disebut Pamoltoki, bagian balok utama yang
dilambangkan sebagai Perut.
8. Tomboman adopadop Papan depan terletak di belakang Dorpi Jolo.
9. Dorpi jolo. Sepotong kecil kayu vertikal yang disebut papan
tengah
10. Singasinga. Makhluk mitos ornamen yang menggambarkan
Makhluk mitos ornamen yang menggambarkan
Mangala Bulan.
11. Parhongkom. Papan horisontal sebagai dasar dorpi Jolo
12. Tureture Pendukung papan lantai, bertopang pada balok.
Sumber: Loebis (2002).

2. Elemen pada bagian Samping bangunan:

Gambar.2. Elemen pada bagian depan bangunan


Sumber: Loebis (2002).
Tabel.2. Elemen Bagian Samping.
No. Elemen Bagian Samping Deskripsi
1. Pandingdingan. Bagian ini adalah bagian yang paling penting dari
dinding, itu adalah bagian paling tebal dari sisa
dinding, itu berdiri di Tureture. Bentuknya mirip
dengan perahu dayung tradisional Toba.
2. Dorpi sandesande. Papan tengah yang bisa dipindahkan, berdiri di
atas Pandingdingan.
3. Dinding Parginjang. Pendukung dari papan tengah tembok
4. Urur Hodahoda. Kasau.
5. Pangumbari. Balok utama.
6. Sundalap. Balok jaring.
7. Niggor atau bungkulan. Ring balok.
8. Lais-lais. Rentang reng.
9. Sendal-sendal. Balok canopy.
10. Rassang. Papan yang di masukkan ke dalam kolom.
Sumber: Loebis (2002).

Pembahasan :

A. Elemen Pada Bagian Depan Bangunan


1. Ulu Paung.
Ulu paung merupakan ornamen yang berbentuk raksasa setengah manusia setengah
hewan. Ulu paung sekilas mirip wajah manusia bertanduk kerbau.

Gambar 4. Elemen Ulu paung


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian di temukan elemen ulu paung seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Elemen ulu paung pada lokasi


penelitian.
Sumber: Data pribadi

Jenis transformasi: Jenis transformasi yang terjadi pada elemen ulu apung adalah
Transformasi bersifat (geometri) karena bentuk geometri yang berubah dengan komponen
pembentuk dan fungsi ruang yang sama.
Strategi transformasi: Strategi transformasi yang di gunakanan adalah Dekonstruksi
atau dekomposisi. Merupakan sebuah proses dimana sebuah susunan yang ada dipisahkan
untuk dicari cara baru dalam kombinasinya dan menimbulkan sebuah kesatuan baru dan
tatanan baru dengan strategi struktural dalam komposisi yang berbeda. Itu terlihat dari
bentuk yang berbeda tetapi masih tetap memiliki khas sebagai elemen ulu paung.
Faktor penyebab transformasi: Faktor penyebab perubahan adalah kebutuhan identitas
diri (identification). Karena peletakan dari ulu paung pada lokasi penelitian tetap sama
namun bentuk yang telah sedikit berubah. Ulu paung pada lokasi penelitian mengambil
bentuk dasar dari ulu paung yang sebenarnya,ini di lakukan untuk mempertahankan
identitas arsitektur tradisional batak toba pada lokasi penelitian.

2. Dilapaung.
Lidah seperti papan tegak melambangkan payung (Santungsantung).

Gambar 6. Elemen Dila paung.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian tidak ditemukan elemen dila paung.

3. Sihombong Ari.
Sihombong Ari merupakan Perisai atau kasau dalam bentuk struktur segitiga atap

Gambar 7. Elemen sihombong ari.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian di temukan elemen sihombong ari (Gambar 8).

Gambar 8. Elemen sihombong ari.


Sumber: Data pribadi
Pada elemen sihombong ari tidak terjadi transformasi dalam bentuk peletakan ataupun
fungsi.

4. Sitindangi.
Papan tegak - untuk menjaga frame tegak,

Gambar 9. Elemen sitindangi.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian di temukan elemen sitindangi (Gambar 10).

Gambar 10. Elemen sitindangi.


Sumber: Data pribadi

Jenis transformasi: Jenis transformasi yang terjadi pada elemen sitindangi adalah:
Transformasi yang bersifat (geometri) bentuk geometri yang berubah dengan komponen
pembentuk dan fungsi ruang yang sama.
Strategi transformasi:
Strategi transformasi yang terjadi pada elemen sitindangi adalah: Dekonstruksi atau
dekomposisi adalah sebuah proses dimana sebuah susunan yang ada dipisahkan untuk
dicari cara baru dalam kombinasinya dan menimbulkan sebuah kesatuan baru dan tatanan
baru.
Faktor penyebab transformasi:
Faktor penyebab transformasi yang terjadi pada elemen sitindangi adalah:
Kebutuhan identitas diri (identification). Karena secara keseluruhan bentuknya telah
berbeda,namun peletakanya masih tetap sama ini untuk menjaga elemen sitindangi tetap
berada dalam bangunan ini, untuk tetap menjaga khas arsitektur tradisional batak toba
pada bangunan museum provinsi sumatera utara.

5. Halang Gordang.
Halang gordang Merupakan Pendukung Drum di balkon.

Gambar 11. Halang gordang.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian tidak ditemukan elemen halang gordang.

6. Songsong rak.
Songsong rak merupakan Balok horisontal dari balkon, biasanya di hiasi ukiran
menyerupai hewan cica

Gambar 12. Songsong rak.


Sumber: Loebis (2002)

Pada lokasi penelitian di temukan elemen songsong rak (Gambar 13).

Gambar 13. Songsong rak.


Sumber: Data pribadi

Jenis transformasi: Jenis transformasi yang terjadi pada elemen songsong rak adalah:
Transformasi yang bersifat hanya sebagai hiasan (ornamental).
Strategi transformasi: Strategi transformasi yang terjadi pada elemen songsong rak
adalah: Strategi Peminjaman (borrowing) karena meminjam bentuk dan peletakan elemen
songsong rak yang sesungguhnya.
Faktor penyebab transformasi: Faktor penyebab transformasi yang terjadi pada elemen
songsong rak adalah:
Kebutuhan identitas diri (identification), karena songsong rak telah berubah fungsi nya.
Namun tetap di jaga bentuknya untuk menunjukan identitas bangunan sebagai museum
provinsi sumatera utara. Dimana seperti yang kita tau bahwa sebagian besar penduduk
sumatera utara merpakan suku batak toba.

7. Songsong Boltok.
Songsong boltok Juga disebut Pamoltoki Merupakan bagian balok utama yang
dilambangkan sebagai Perut.

Gambar 14. Songsong Boltok.


Sumber: Loebis (2002)

Pada lokasi penelitian di temukan elemen songsong boltok(Gambar 15).

Gambar 15. Element Songsong boltok pada


lokasi penelitian.
Sumber: Data pribadi

Jenis transformasi: Jenis transformasi yang terjadi pada elemen Songsong boltok adalah:
Jenis Transformasi yang bersifat hiasan (ornamental). Karena jika di lihat dari fungsinya
Songsong boltok Merupakan bagian balok utama yang dilambangkan sebagai Perut.
Tetapi di kawasan penelitian songsong boltok bukan merupakan balok utama.
Strategi transformasi: Strategi transformasi yang terjadi pada elemen Songsong boltok
adalah:
Strategi Peminjaman (borrowing) karena elemen songsong boltok pada lokasi penelitian
hanya bersifat ornamental yang meminjam dasar bentuk dari songsong boltok
sesungguhnya.
Faktor penyebab transformasi: Faktor penyebab transformasi yang terjadi pada elemen
Songsong boltok adalah: Kebutuhan identitas diri (identification). Karena tujuan nya
hanya untuk mempertahankan bentuk arsitektur tradisional batak toba pada gedung
museum ini.

8. Tomboman Adopadop.
Tomboman adopadop Merupakan Papan depan terletak di belakang Dorpi Jolo.

Gambar 16. Elemen tomboman adop-adop.


Sumber: Loebis (2002)

Pada lokasi penelitian tidak ditemukan elemen halang gordang.

9. Dorpi jolo.
Dorpi jolo merupakan Sepotong kecil kayu vertikal yang disebut papan tengah.

Gambar 17. Elemen dorpi jolo.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian tidak ditemukan elemen dorpi jolo.

10. Singasinga.
Singasinga merupakan Makhluk mitos ornamen yang menggambarkan Mangala Bulan

Gambar 18. Elemen singasinga.


Sumber: Loebis (2002
Pada lokasi penelitian di temukan elemen singasinga (Gambar 19).

Gambar 19. Element singasinga pada lokasi


penelitian.
Sumber: Data pribadi
Pada elemen singa-singa tidak terjadi transformasi dalam bentuk peletakan ataupun
fungsi.

11. Parhongkom.
Parhongkom merupakan Papan horisontal sebagai dasar dorpi Jolo.

Gambar 20. Elemen parhongkom.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian tidak ditemukan elemen parhongkom.

12.Ture-ture.
Ture-ture Merupakan Pendukung papan lantai, bertopang pada balok.

Gambar 20. Elemen ture-ture.


Sumber: Loebis (2002)
Pada lokasi penelitian tidak ditemukan elemen ture ture.

B. Elemen Pada Bagian Samping Bangunan.


Untuk bagian samping bangunan museum provinsi sumatera utara ini tidak ada di
temukan elemen arsitektur tradisional suku batak toba.
C. Bentuk Dan Dimensi

(Sumber : https://www.slideshare.net/macrobrachium/30043338-
arsitekturtradisionalbataktoba)
Bentuk dan dimensi pada bangunan museum provinsi sumatera utara secara sekilas
Nampak hampir sama dalam proporsi bangunan namun secara nyata memiliki
perbedaan akibat perbedaan fungsi bangunan, serta bentuk atap yang tidak berbeda, dari
kedua hal ini dapat di katakan bahwa jenis transformasi yang di gunakan ialah
transformasi (meracukan), strategi yang digunakan ialah strategi peminjaman (
brrowing) sedangkan factor yang mempengaruhi ialah penggunaa teknologi baru.

Kesimpulan :
Banyak elemen-elemen pada Arsitektur tradisional batak toba yang tidak di temukan di
bangunan Museum provinsi Sumatera utara. Untuk bagian samping Museum Provinsi
Sumatera Utara tidak di temukan elemen Arsitektur tradisional batak toba, Hanya pada
bagian depan saja yang di temukan Beberapa Elemen Arsitektur Batak toba. Elemen yang di
temukan adalah: Elemen Ulu paung,SihombongAri,Sitindangi,Songsong Rak,Songsong
Boltok,Singasinga.
Transformasi yang terjadi pada setiap elemen bervariasi sifatnya. Namun kebanyakan
faktor penyebabnya adalah identitas diri,untuk menunjukan bahwa bangunan tersebut
merupakan kebanggaan masyarakat sumatera utara.
Sedangkan untuk bentuk dan dimensi menggunakan transformasi meracukan diamana
bentuk pada bangunan ini tidak mengikuti sepenuhnya nama masih bisa di kenali.
2. NGURAH RAI INTERNATIONAL AIRPORT

(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Ngurah_Rai)
Lokasi :

Jalan Raya Gusti Ngurah Rai,


Tuban, Kuta, Kabupaten
Badung, Bali 80362
(Sumber: Google maps)

Sejarah :

Bandar Udara Ngurah Rai dibangun tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en
Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang
700 m dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya berada di
Desa Tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan udara Tuban.[1]
Tahun 1935 sudah dilengkapi dengan peralatan telegraph dan KNILM (Koninklijke
Nederlands Indische Luchtvaar Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways
mendarat secara rutin di South Bali (Bali Selatan), yang merupakan nama lain dari Pelabuhan
Udara Tuban.
Tahun 1942 South Bali Airstrip dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian dikuasai untuk
tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang rusak akibat
pengeboman diperbaiki oleh Tentara Jepang dengan menggunakan Pear Still Plate (sistem
plat baja).
Lima tahun berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu
menjadi 1,2 km dari semula 700 m. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara
pengawas penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan
menggunakan transceiver kode morse.
Untuk meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membangun gedung
terminal internasional dan perpanjangan landas pacu kearah barat yang semula 1,2 km
menjadi 2,7 km dengan overrun 2×100 meter. Proyek yang berlangsung tahun 1963-1969
diberi nama Proyek Airport Tuban dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi
Pelabuhan Udara Tuban.
Proses reklamasi pantai sejauh 1,5 km dilakukan dengan mengambil material batu kapur yang
berasal dari Ungasan dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari – Tabanan.
Seiring selesainya temporary terminal dan runway pada Proyek Airport Tuban, pemerintah
meresmikan pelayanan penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban, tanggal 10
Agustus 1966.
Penyelesaian Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan
nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai (Bali
International Airport Ngurah Rai).
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dan kargo, maka pada tahun 1975-1978
Pemerintah Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan
membangun terminal internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya dialihfungsikan
menjadi terminal domestik, sedangkan terminal domestik yang lama digunakan sebagai
gedung kargo, usaha jasa katering, dan gedung serba guna.
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Ngurah_Rai)
Arsitektur Bali :
A. Bentuk Dan Dimensi :
Dasar-dasar ukuran yang digunakan dalam rumah tradisional Bali yakni
menggunakan petunjuk-petunjuk lontar Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi. Adapun
ukuran-ukuran dasar yang digunakan memanfaatkan proporsi keseimbangan dengan
lingkungan sekitar/alam.
Tranformasi : yang digunakan ialah tranformasi
Geometri dimana bentuk yang digunakan masih
sama, namun berbeda pada dimensinya.
Strategi transformasi : dekomposisi
Factor penyebab : identitas diri

B. Elemen-Elemen Arsitektur :
1. Atap :

Salah satu jenis atap yang digunakan ialah atap raap. Atap pada bangunan arsitektur
bali cenderung di ekspose bangian strukturnya, bentuk atapnya limas persegi, dan
persegi panjang dengan bagian-bagian atap dapat diliat pada gambar
Tranformasi : secara keseluruhan tidak terjadi transformasi yang signifikan karena
bentuk dan dimensi serta bagian-bagian tidak terjadi perubahan.
Strategi transformasi : -
Factor penyebab : identitas diri

2. Tiang
Tiang pada arsitektur bali sering disebuk dengan sesaka yang terbuat dari kayu yang
di bagian dasar biasanya di buat pondasi yang di buat ukiran .
Tranformasi : secara keseluruhan tidak terjadi transformasi yang signifikan karena
bentuk dan dimensi serta bagian-bagian tidak terjadi perubahan.
Strategi transformasi : -
Factor penyebab : identitas diri

3. Badan/Dinding
Pada bangian badan/dinding arsitektur bali biasanya di buat bertingkat dan biasanya
menggunakan material alam yaitu menggunakan bata merah, tanah dan cadas.
Tranformasi : secara keseluruhan tidak terjadi transformasi yang signifikan karena
bentuk dan dimensi serta bagian-bagian tidak terjadi perubahan.
Strategi transformasi : -
Factor penyebab : identitas diri

4. Pintu Dan Jendela


Pintu pada arsitektur bali terbuat dari kayu dan biasanya di beri hiasan/motif.
Sedangkan jendela pada umumnya sama seperti pintu.
Tranformasi : transformasi yang digunakan
ialah tranformasi geometri, karena bentuk
yang telah berubah namun memiliki
komponen/fungsi yang sama.
Strategi transformasi : brrowing
Factor penyebab : identitas diri

5. Bebatuan (Kaki Bangunan)

Bebaturan dan undag merupakan elemen yang mempengaruhi proporsi dan skala
pada bangunan arsitektur tradisional bali. pada dasarnya rumah bali terdiri atas
beberapa fungsi yang bersifat terbuka. Kehadiran bebaturan dengan sopan akan
memisahkan level antara bangunan dengan teman, atau hal-hal yang bersifat kotor
dan bebas berkeliaran.

Tranformasi : transformasi yang digunakan ialah tranformasi geometri, karena


bentuk yang telah berubah namun memiliki komponen/fungsi yang sama.
Strategi transformasi : brrowing
Factor penyebab : identitas diri

6. Ornament
Ornament pada arsitektur tradisional bali merupakan reprensentasi dari
fauna/binatang, merupakan symbol ritual/agamis serta bentuk ekspresionis.

Karang bentulu

Karang goak
Tranformasi : secara keseluruhan tidak terjadi transformasi yang signifikan karena
bentuk dan dimensi serta bagian-bagian tidak terjadi perubahan.
Strategi transformasi : -
Factor penyebab : identitas diri

Kesimpulan :

Secara keseluruhan transformasi arsitektur tradisional bali yang di terapkan pada


salah satu bangunan yang terdapat pada bandara internasional ngurah rai bali ialah
memanfaatkan transformasi geometri dan sebagian elemen dan material tidak terjadi
tranformasi/ mengikuti bentuk aslinya.
TRANSFORMASI ARSITEKTUR
(MAKALAH)

OLEH
ANTHONIO A SOGEN (221 16 092)
ELUTORIO DOS REIS (221 16 071)
KONRADUS BALA WUWUR (221 16 016)
TOBIAS DE OLIVIERA (221 16 086)

FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG

Anda mungkin juga menyukai