Anda di halaman 1dari 36

POLITEKNIK NEGERI BALI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROYEK KONTRUKSI

LAPORAN HARIAN

PENGUJIAN BAHAN II
Oleh:

Putu Santhi Dharma Gita (1515124046)

IVA – MPK

Tahun Ajaran

2017/2018
LAPORAN HARIAN I
KEGIATAN PRATIKUM PENGUJIAN BAHAN II

 Waktu Pelaksanaan : Senin, 10 April 2017


 Tempat Pelaksanaan : Lab. Material Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Bali

1. Penjelasan Materi
Pertama, dimulai dari Pengertian dari Jobmix Beton Aspal yaitu
rancangan campuran agregat dengan pengikatnya aspal. Lebih detailnya
yakni suatu material konstruksi yang terbuat dari komposisi campuran
Agregat Kasar, Agregat Sedang, Agregat Halus dan Aspal sebagai material
pengikatnya. Dimana Agregat Kasar ( 2 – 3 cm), Agregat Sedang (1/2 – 1
cm), dan Agregat Halus (Pasir yang telah lolos ayakan ukuran 4.75mm).
Kedua, Tujuan dari Jobmix Beton Aspal adalah untuk
memperoleh komposisi campuran Agregat Kasar, Agregat Sedang, Agregat
Halus, dan Aspal yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Ketiga, sedikit penjelasan mengenai sifat fisik aspal yakni titik
leleh, penetrasi, berat jenis, datilitas aspal. Sifat fisik ini akan dicari setelah
beton aspal diuji dengan Marshall Test.
Keempat, satu sampel beton aspal yang akan dibuat memerlukan
1200 gram material yang meliputi Agregat Kasar, Agregat Sedang,
Agregat Halus serta pengikatnya yaitu Aspal itu sendiri.

2. Persiapan Material untuk Praktik


a. Alat dan Bahan
- Agregat Kasar (2 – 3 cm) - Sekop
- Agregat Sedang (1/2 – 1 cm) - Splitter
- Agregat Halus ( pasir yang lolos ayakan ukuran 4.75mm)
- Ompreng Besar dan Kecil - Oven
- Cetok
b. Prosedur Pelaksanaan
1. Ambil dan siapkan alat-alat serta bahan-bahan yakni Ompreng,
Cetok, Sekop, Splitter, Oven, Agregat Kasar, Sedang dan Halus
2. Tata dua ompreng dengan splitter yang digunakan untuk membagi
ketiga agregat tersebut. Pertama agregat dibagi menjadi 2 bagian
terlebih dahulu. Kedua 2 bagian tersebut dibagi kembali menjadi 2
bagian yang menghasilkan 4 bagian. Ketiga 4 bagian tersebut
dibagi kembali menjadi 8 bagian.
Dikarenakan dikelas IVA MPK ada 6 kelompok, dari 8 bagian
tersisa 2 bagian, 2 bagian tersebut dikumpulkan kembali.
3. Setelah semua terbagi rata, dan masing-masing kelompok telah
mendapatkan bagian 3 agregat tersebut, Agregat Kasar, Sedang dan
Halus siap untuk dimasukkan ke dalam Oven selama ± 24 jam.
Yang keesokan harinya akan dipergunakan untuk Pengujian
Analisa Saringan Agregat. Berat setelah di oven tersebut yang
nantinya akan menjadi berat awal sebelum pengayakan.
LAPORAN HARIAN II
KEGIATAN PRATIKUM PENGUJIAN BAHAN II

 Waktu Pelaksanaan : Selasa, 11 April 2017


 Tempat Pelaksanaan : Lab. Material Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Bali

1. Penjelasan Materi
Pertama, mengayak adalah suatu kegiatan untuk memisahkan
Agregat Kasar, Agregat Sedang, dan Agregat Halus yang singkron dengan
ukuran ayakan yang digunakan. Pada praktik kali ini ada 10 ayakan dan 1
pan yang digunakan dengan ukuran dari atas ke bawah 38.1, 19.0, 9.5,
4.75, 2.36, 1.18, 0.60, 0.30, 0.15, 0.075, dan pan.
Kedua, yang dikatakan agregat halus adalah agregat yang lolos
ayakan 4.75 mm, sedangkan yang dikatakan agregat kasar dan sedang
adalag agregat yang tidak lolos ayakan 4.75 mm ke bawah.
Ketiga, dilakukan pemisahan ini memiliki fungsi untuk
memudahkan nantinya dalam mencari berat jenis, karena agregat yang
lolos ayakan 4.75 mm itu tidak akan bisa dilaksanakan pengujian yang
sama dengan agregat yang tidak lolos ayakan 4.75 mm
Keempat, tujuan dari praktik hari ini adalah untuk memisahkan
butiran agregat yang lolos ayakan 4.75 mm dan agregat yang tidak lolos
ayakan 4.75 mm, untuk mendapatkan tabel analisa data saringan agregat
yang nantinya dilanjutkan ke grafik, dan agar bisa dilanjutkan ke
pelaksanaan pencarian berat jenis di masing-masing agregat.

2. Pelaksanaan Praktik
a. Alat dan Bahan :
- Ayakan (menggunakan ayakan standar ASTM)
- Loyang (wadah untuk Agregat Kasar, Sedang dan Halus)
- Mesin Pengayak / sieve shaker
- Stopwatch
- Timbangan Triple beam
- Sikat dan Kuas
- Agregat Kasar (20 – 30 mm)
- Agregat Sedang (5 – 10 mm )
- Agregat Halus (Pasir yang telah lolos ayakan 4.75 mm)

b. Prosedur Pelaksanaan
1. Keluarkan dan Ambil Agregat Kasar, Sedang, dan Halus yang telah
di oven kemarin selama ± 24 jam.
2. Dari pengarahan Dosen pembimbing, tidak setiap kelompok
melakukan ayakan untuk keseluruhan agregat, tetapi dibagi,
sehingga nanti data yang didapat bisa saling dibagi dan ditukar ke
kelompok yang lain.
Untuk kelompok 1 dan 2 mendapat bagian Agregat Sedang,
kelompok 3 dan 4 mendapat Agregat Kasar, serta kelompok 5 dan
6 mendapat Agregat Halus.
Setelah itu Timbang agregat tersebut menggunakan Timbangan
Triple Beam yang nantinya dijadikan berat awal sebelum diayak.
Dan tidak lupa untuk di catat
3. Bersikah ayakan menggunakan sikat dan kuas, lalu timbang berat
Ayakan menggunakan timbangan triple beam, setelah itu susun
Ayakan dari pan, 0.075, 0.15, 0.30, 0.60, 1.18, 2.36, 4.75, 9.50,
19.0, 38.1. dan tidak lupa juga untuk dicatat.
4. Setelah itu, agregat kasar, sedang maupun halus (secara bergantian)
bisa dituang ke dalam ayakan dan siap untuk diayak dengan
menggunakan sieve shaker selama ± 15 menit, untuk mengatur
waktunya kita gunakan stopwatch.
5. Setelah selesai diayak, kita timbang kembali berat ayakan dan berat
agregat yang tertahan di setiap ayakan menggunakan timbangan
triple beam.
6. Setelah itu catat data dan data sudah bisa kita analisis apakah sudah
masuk kriteria atau belum. Untuk Agregat Kasar dan Sedang
kehilangan agregat yang diperbolehkan maksimal 5%, sedangkan
untuk Agregat Halus kehilangan agregat yang diperbolehkan
maksimal 1%. Sebelum analisis benar, agregat tidak boleh
digabung terlebih dahulu sehingga nantinya error yang terjadi bisa
ditanggulangi. Untuk mengkoreksi tersebut kita perlu mencari
agregat yang hilang dengan cara berat agregat tertahan pada
setiap ayakan dibagi total berat setelah diayak dikalikan selisih
dari total berat sebelum diayak dengan total berat setelah
diayak. Hal ini dilakukan untuk ke semua berat agregat di setiap
ayakan, lalu kita jumlahkan dan hasilnya akan sama dengan selisih
dari total berat sebelum diayak dengan total berat setelah diayak.
Sehingga agregat yang terkoreksi kita dapat melalui
menambahkan berat agregat tertahan pada setiap ayakan
dengan berat agregat yang hilang, kita jumlahkan seluruh
hasilnya sehingga akan mendapat total berat yang sesuai dengan
berat awal sebelum diayak.
7. Setelah analisa data kita sudah benar, agregat yang lolos ayakan
4.75 mm dan yang tidak lolos ayakan 4.75 mm dipisahkan
ditaruh di wadah Loyang yang berbeda.
8. Setelah semua agregat selesai kita ayak dan analisa dengan benar,
serta telah dipisahkan yang lolos ayakan 4.75 mm dan tidak lolos
ayakan 4.75 mm, kita rendam dengan air selama ± 24 jam.
9. Agregat Kasar, Sedang dan Halus direndam untuk keesokan
harinya bisa digunakan untuk mencari Berat Jenis dari tiap
Agregat.
3. Hasil Analisa Data
Berikut adalah hasil analisa ayakan dari praktik yang telah kami lakukan
hari ini :
NB : Data Agregat Halus dan Sedang saya peroleh dari kelompok
lain.
a. Agregat Halus ( Pasir yang lolos ayakan 4.75 mm)
b. Agregat Sedang ( 5 – 10 mm )
c. Agregat Kasar (20 – 30 mm)
LAPORAN HARIAN III
KEGIATAN PRATIKUM PENGUJIAN BAHAN II

 Waktu Pelaksanaan : Rabu, 12 April 2017


 Tempat Pelaksanaan : Lab. Material Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Bali

1. Penjelasan Kegiatan

Pertama, pengukuran berat SSD setiap agregat yaitu agregat kasar,


sedang dan halus saat di udara maupun di dalam air, yang nantinya data
tersebut bisa mendapatkan nilai Berat Jenis dan Berat Volume dari agregat
tersebut. Untuk berat jenis yang tertahan ayakan 4.75 mm menggunakan
keranjang digantung dalam air, sedangkan berat jenis yang lolos ayakan
4.75 mm menggunakan setoples. Disamping itu pengujian ini untuk
mendapatkan perwakilan keadaan yang ideal dari bahan yang ada
dilapangan.

Kedua, titik leleh aspaldiujikan dengan suhu ketika bola baja


mendesak turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin aspal menyentuh
pelat dasar pemegang cincin akibat dari pemanasan yang terjadi. Titik
leleh menjadi salah satu aspek dalam penggolongan jenis aspal.

Ketiga, penetrasi aspal, menggambarkan kekerasan dari aspal pada


suhu standar yakni 25ºC yang di dapat dari pengukuran kedalaman jarum
penetrasi dengan beban standar 50 gram dalam waktu 5 detik.

Keempat, berat jenis aspal dilakukan setelah melakukan pengujian


penetrasi aspal, dengan cara menimbang cawan berisi aspal dan tutupnya,
lalu cawan aspal air tutup, kemudian aspal dilelehkan, cawan tutup dan
cawan air dan tutup, serupa seperti pengujian berat jenis agregat halus
2. Pelaksanaan Praktik
 Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar, Sedang dan Halus
a. Alat dan Bahan
- Loyang (wadah agregat kasar, sedang dan halus)
- Timbangan Triple Beam
- Keranjang kawat ukuran 4.75 mm
- Oven - Penyedot air
- Tempat air - Kerucut Abram
- Batang penumbuk - Alas kaca
- Setoples (Piknometer) - Tutup kaca datar
- Cetok kecil - Kuas
- Lap - Spatula
- Karung / spanduk bekas
- Agregat Kasar (20 – 30 mm) yang telah direndam
- Agregat Sedang ( 5 – 10 mm) yang telah direndam
- Agregat Halus (pasir yang lolos ayakan 4.75 mm) yang telah
direndam
b. Prosedur pelaksanaan
a) Berat Jenis yang tertahan ayakan 4.75 mm (Agregat
Kasar dan Agregat Sedang )
1. Ambil dan persiapkan alat dan bahan pengujian berat jenis

2. Tiriskan air rendaman agregat sedang dan kasar, kemudian kita


lap agregat kasar dan sedang untuk mendapatkan kondisi SSD
(saturated surface dry) atau kering permukaan jenuh

3. Setelah semua agregat selesai kita lap, timbang agregat tersebut


dengan timbangan triple beam dalam kondisi SSD di udara

4. Lalu, timbang berat benda uji agregat dalam air dengan


menuang sampel agregat ke dalam keranjang, dan digantung di
dalam tempat air.

5. Setelah mendapatkan berat benda uji dalam kondisi SSD, dan


di dalam air, benda uji agregat tersebut bisa dimasukkan ke
dalam oven selama ± 24 jam, untuk mendapatkan berat kering.

b) Pengujian Berat Jenis yang lolos ayakan 4.75 mm


(Agregat Halus)

1. Persiapkan alat dan bahan pengujian berat jenis agregat halus


2. Buang air rendaman agregat halus dengan cara disedot
menggunakan penyedot air, setelah air terbuang semua, agregat
kita jemur beralaskan karung untuk mendapatkan kondisi SSD
dibawah sinar matahari

3. Setelah agregat halus sudah dirasa kondisi SSD, dilakukan


pengetestan kondisi tersebut menggunakan kerucut abram

4. Siapkan alas kaca, taruh kerucut abram diatasnya kemudian


masukkan agregat kedalam kerucut abram menggunakan cetok
kecil dalam tiga tahap, setiap tahap diberikan tumbukan
sebanyak 8 kali, dan setelah tahap 3 ditumbuk, penuhkan
kerucut kembali sampai menyembul lalu tumbuk sekali dan
ratakan menggunakan spatula. Angkat kerucut secara vertikal
dan perhatikan keruntuhan yang terjadi. Sambil menunggu
pengujian SSD, timbang berat piknometer beserat tutup kaca
dengan timbangan triple beam, kemudian catat nilainya

5. Setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, masukkan


sampel agregat halus ke dalam piknometer yang telah kita
timbang sebelumnya. Lalu catat nilainya

6. Kemudian masukkan air kedalam piknometer yang telah berisi


sampel tersebut sampai penuh kemudian ditutup menggunakan
tutup kaca, usahakan tidak ada gelembung yang tersisa dalam
piknometer, lalu timbang piknometer, sampel, air dan tutup
menggunakan timbangan triple beam, tidak lupa catat nilainya

7. Keluarkan sampel dari dalam piknometer ke dalam Loyang,


lalu keringkan dalam oven selama ± 24 jam

8. Timbang kembali piknometer dengan air dan tutup kaca dengan


timbangan triple beam. Catat nilainya
 Pengujian Titik Leleh Aspal

a. Alat dan Bahan

- Pemegang cincin - Beaker glass

- Penghantar bola baja - Es batu dan air

- Bola baja - Stopwatch

- Cincin aspal - Thermometer

- Kompor listrik

b. Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapkan alat dan bahan pengujian titik leleh, rendam


penghantar bola baja, bola baja, cincin aspal dalam air es, hal
ini dilakukan untuk mencapai suhu 5ºC

2. Sambil menunggu direndam, siapkan juga beaker glass berisi


air es, taruh diatas kompor listrik yang belum dinyalakan

3. Pasang penghantar bola menyatu dengan cincin aspal,


kemudian pasangkan ke pemegang cincin. Lalu masukkan ke
dalam beaker glass yang telah kita siapkan sebelumnya.

4. Taruh thermometer untuk melihat suhu sudah mencapai 5ºC,


siapkan pula stopwatch, bila sudah pengujian sudah bisa
dilakukan, hidupkan kompor listrik dan mulai mengukur.

5. Mulai untuk mengukur suhu dalam kelipatan 5, jadi dari 5, 10,


15, 20 dan seterusnya sampai 51, disetiap mencapai suhu
tersebut catat waktu pencapaiannya.
6. Lihat bola baja apa sudah menyentuh ke bawah pada suhu
berapa dan waktunya. Bila dalam suhu maksimal 51 belum
bola menyentuh, jadi yang kita jadikan patokan adalah waktu
pencapainnya.

7. Catat hasil pengujian tersebut.

 Pengujian Penetrasi Aspal

a. Alat dan Bahan

- Penetrometer - Penyangga cawan aspal - Aspal

- Cawan kaca (tempat Air) - air dan es batu

- Cawan tempat aspal - Pemberat seberat ± 50 gram

- Jarum penetrasi di dalam cairan TCE ( berfungsi untuk


membersikan dari aspal )

b. Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapkan alat dan bahan untuk pengujian penetrasi aspal

2. Tuang air ke dalam cawan kaca, masukkan penyangga cawan,


dan taruh cawan yang berisi aspal diatas penyangga, ukur suhu
air menggunakan thermometer sampai menunjukkan suhu
25ºC, jika suhu telalu naik, beri es batu untuk menurunkan
suhu. Bila suhu sudah 25 prosedur bisa dilanjutkan
3. Sambal menunggu suhu, stel alat penetrometer, dimulai dari
dial pembaca kondisi 0 agar mudah untuk dibaca besar nilai
penetrasi, bacaan dial dalam satuan div = 0.1 mm.

4. Kemudian pasang pemberat dalam alat penetrometer, ambil


jarum yang telah direndam cairan TCE, lap bersihkan jarum
tersebut lalu pasang ke alat penetrometer

5. Setelah itu hidupkan alat, setting alat penetrometer setiap


penusukan dalam waktu ± 5detik

6. Setelah alat siap, dan sampel siap, pengujian bisa dilakukan,


taruh cawan kaca tersebut dibawah alat penetrometer, mulai
tempatkan titik di permukaan aspal dengan menurunkan jarum
penetrasi secara perlahan-lahan. Kemudian atur kembali angka
0 di dial bacaan sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

7. Tekan tombol start untuk mulai penetrasi, setelah 5 detik


turunkan perlahan pemegang dial agar menyentuh kembali
pemegang jarum penetrasi, kemudian baca nilai bacaan dial
tersebut.

8. Setelah selesai satu titik, lepaskan jarum penetrasi dan ukur


suhu kembali dan atur kembali alat penetrasi, sampai 5 titik.

 Pengujian Berat Jenis Aspal

a. Alat dan Bahan

- Cawan yang telah berisi aspal dari percobaan penetrasi

- Tutup kaca

- Air dan penyedot air


- Timbangan triple beam

- Kompor

- Cairan TCE

- Aspal

b. Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapkan alat dan bahan untuk pengujian berat jenis aspal

2. Timbang cawan yang telah berisi aspal dengan tutup kaca


menggunakan timbangan triple beam, catat nilainya

3. Masukkan air ke dalam cawan berisi aspal menggunakan


penyedot air, lalu tutup jangan sampai ada gelembung yang
terperangkap

4. Timbang cawan yang berisi aspal air dan tutup kaca


menggunakan timbangan triple beam, catat nilainya

5. Lelehkan aspal diatas kompor, kemudian bersihkan cawan


menggunakan cairan TCE

6. Setelah bersih timbang berat cawan kosong dengan tutup kaca


menggunakan timbangan triple beam

7. Timbang lagi berat cawan berisi air dan tutup kaca


menggunakan timbangan triple beam, catat nilainya

8. Setelah semua data didapat, data sudah bisa dianalisa


3. Hasil Pengujian

a. Pengujian Berat Jenis Agregat

Nb : data Agregat Sedang (5 – 10 mm) dan Agregat Halus


mengambil dari kelompok lain.
b.
e. TITIK
Tit c. SUHU YANG d. WAKT
LEMB
DIAMATI (°C) U
EK

i. k.
f. h. j.
g. I I
I I
l. n. o. p. q.
1 m. 5 0 0
t. u.
r. 2 2 v. w.
2 s. 10
z. aa.
x. 5 5 bb. cc.
3 y. 15
ff. gg.
dd. 7 7 hh. ii.
4 ee. 20
ll. mm.
jj. 9 9 nn. oo.
5 kk. 25
rr. ss.
pp. 1 1 tt. uu.
6 qq. 30
xx. yy.
vv. 1 1 zz. aaa.
7 ww. 35
ddd. eee.
bbb. 1 1 fff. ggg.
8 ccc. 40
jjj. kkk.
hhh. 1 1 lll. mmm.
9 iii. 45
ppp. qqq.
nnn. 1 1 rrr. sss.
10 ooo. 50
vvv. www.
ttt. 1 1 xxx. yyy.
11 uuu. 51
bbbb. cccc. eeee.
zzz. 1 1 dddd. 5
12 aaaa. 55
hhhh. jjjj.
ffff. 1 iiii. 5 kkkk.
13 gggg. 57
llll.
mmmm. Penetrasi dan Berat Jenis Aspal
LAPORAN HARIAN IV
KEGIATAN PRATIKUM PENGUJIAN BAHAN II

 Waktu Pelaksanaan : Kamis, 13 April 2017


 Tempat Pelaksanaan : Lab. Material Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Bali

1. Penjelasan Kegiatan

Pertama, melanjutkan menambahkan data dalam pengujian Berat Jenis


Agregat Kasar, Sedang dan Halus yakni dengan melakukan penimbangan
berat kering setiap agregat.

Kedua, setelah semua data terkumpul, kami semua melakukan


penginputan data. Dari pengujian analisa ayakan, pembuatan tabel grafik dari
analisa ayakan dengan grafik metode Rothluchs, pengujian berat jenis dan
penyerapan dari masing-masing agregat, pengujian titik leleh aspal, pengujian
penetrasi dan terakhir pengujian berat jenis aspal.

2. Pelaksanaan Praktik
a. Alat dan Bahan
1. Laptop
2. Semua data di setiap pengujian
3. File excel yang telah diberikan Dosen Pembimbing
b. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan semua hal yang diperlukan dalam penginputan data
2. Mulai membuka file, dan lalu mulai input setiap data sesuai dengan
pengujiannya.
3. Untuk grafik analisa ayakan dibuat dalam aplikasi autocad
4. Input seluruh data dengan benar dan terperinci
5. Jika ada hal yang masih belum dimengerti, bisa kita tanyakan
kepada teman yang lebih mengerti atau Dosen Pembimbing
3. Hasil Penginputan Data
a. Pengujian Analisa Ayakan
Agregat Halus ( Pasir yang lolos ayakan 4.75 mm)
Agregat Sedang ( 5 – 10 mm )
Agregat Kasar (20 – 30 mm)
b. Grafik metode Rothluchs

PENCAMPURAN 3 FRAKSI AGGREGAT DENGAN


METODE ROTHLUCHS
100,0

90,00
% YANG LEWAT AYAKAN

2682
80,00 % Agg Kasar

70,00

60,00
3558
50,00 % Agg Sedang
40,00

30,00

20,00
3760
% Agg Halus
10,00

0,000

4,760
2,380
0,075

0,150

0,300

0,600

9,500

38,00
1,180

19,00
UKURAN MATA AYAKAN (mm)

c. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat


Agregat Halus (Pasir lolos ayakan 4.75 mm)
Agregat Sedang ( 5 – 10 mm )
Agregat Kasar ( 20-30 mm )
d. Pengujian Penetrasi Aspal

Penetrasi dengan Hasil Bacaan Dial (mm)


No suhu 25°C dalam
waktu 5 detik
1 2 3 4 5 6
1 Pengamatan 1 5 3,4 7,4 4,2 6,9 4,5
2 Pengamatan 2 4,5 3,6 6,5 6,8 4,2 5
3 Pengamatan 3 4,6 2,2 4 3,6 2,0 4,65
4 Pengamatan 4 4 3,5 3,7 2,4 3,3 3,2
5 Pengamatan 5 5 3,1 3,65 3,1 4,0 2,4
Rata-rata Penetrasi 4,62 3,16 5,05 4,02 4,08 3,95
Rata-rata Hasil Penetrasi Aspal 4

e. Pengujian Titik Leleh Aspal


f. Pengujian Berat Jenis Aspal

Anda mungkin juga menyukai