Anda di halaman 1dari 11

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

PASAL 1
PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1. Kontraktor pelaksana harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan kerja serta


peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi pekerjaan sesuai dengan lingkup
pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya pengangkutan.
2. Kontraktor pelaksana harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-
alat berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3. Konsultan pengawas atau pemberi pekerjaan berhak memerintahkan untuk menambah
atau menolak peralatan yang tidak sesuai tidak memenuhi persyaratan.
4. Bila pekerjaan telah selesai, kontraktor pelaksana diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas-bekasnya.
5. Di samping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksud pada ayat (1),
kontraktor pelaksana harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada
kondisi apapun, seperti: tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah
(scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan
lainnya.

PASAL 2
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI

1. Kontraktor pelaksana harus membuat administrasi dan dokumentasi serta


penggandaannya kepada Pemberi pekerjaan serta pihak-pihak lain yang diperlukan
sebanyak 3 (tiga) rangkap.
2. Yang dimaksud dalam pekerjaan administrasi dan dokumentasi ialah:
a. Laporan-laporan perkembangan pekerjaan (harian, mingguan, dan bulanan).
b. Foto-foto pekerjaan dari 0% , 50% sampai dengan 100%.
c. Surat-surat dan dokumen yang menyangkut lainnya.
3. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan pekerjaan hendaknya dilakukan sesuai dengan
petunjuk konsultan pengawas dan dibuat minimal sebanyak 3 (tiga) peristiwa, yaitu:
a. Sebelum pekerjaan dimulai
b. Pada saat pelaksanaan pekerjaan
c. Setelah pelaksanaan pekerjaan
4. Untuk kondisi tertentu pemberi pekerjaan dapat meminta kontraktor pelaksana untuk
membuat dokumentasi pekerjaan berupa video jika diperlukan.
5. Gambar-gambar detail pelaksanaan (shop drawing)
Kontaktor pelaksana diwajibkan membuat shop drawing sebelum melaksanakan suatu
pekerjaan berikut perhitungan yang secara teknis dapat dipertanggung-jawabkan untuk
diminta persetujuan konsultan pengawas. Segala akibat yang ditimbulkan karena
kelalaian kontraktor pelaksana dalam pelaksanaan akan ditanggung sepenuhnya oleh
kontraktor pelaksana.
6. Gambar-gambar terlaksana (as built drawing)

11
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

Setelah disetujui konsultan pengawas, setiap item pekerjaan, digambar sebagai gambar
“as built drawing” dalam 3(tiga) rangkap dan diserahkan dalam tempo paling lambat 6
(enam) hari kepada konsultan pengawas.

PASAL 3
DIREKSI KEET

1. Pembuatan bangsal kerja


a. Kontraktor pelaksana harus membuat bangsal kerja dan bangunan untuk tempat
istirahat bagi pekerja, serta menempatkan petugas keamanan pada proyek.
b. Bangunan tersebut adalah milik kontraktor pelaksana dan apabila pekerjaan telah
selesai, secepatnya dibongkar dan dibawa keluar dari lapangan pekerjaan.
c. Bedeng harus dilengkapi dengan kamar mandi dan wc.
2. Kantor dan Gudang Kontraktor Pelaksana
a. Kontraktor pelaksana harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat wakil
dan seluruh stafnya bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
b. Kontraktor pelaksana juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup
untuk menyimpan bahan bangunan dan peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca
dan pencurian.
3. Ruang K3
• Harus membuat ruang K3 yang dilengkapi dengan alat-alat K3 ada dari pelaksana
pekerjaaan dilokasi yang mengalami kecelakaan harus Untuk pertolongan pertama,
obat obatan, serta alat savety.
• Ruang kontraktor bisa memberikan ruang dan perawatan untuk pertolongan pertama
apabila kerja.
4. Pos Jaga
• Kontraktor harus membuat pos jaga di lokasi proyek untuk menempatkan security
atau satpam untuk menjaga keamanan lokasi proyek.
• Pos jaga harus memiliki lampu sorot yang bisa memonitoring lokasi proyek.
5. Kantor Konsultan Pengawas
a. Konsultan pengawas harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat wakil dan
seluruh stafnya bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
b. Konsultan pengawas juga harus menyediakan ruang meeting,ruang penyimpanan
laporan dan peralatan yang digunakan untuk kepentingan pengawasan.
c. Penempatan kantor konsultan pengawas harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

12
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

PASAL 5
BOWPLANK
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang sangat awal dikerjakan dalam pembangunan
gedung, pemasangan bowplank dilakukan dengan menggunakan bahan material kayu yang
terdiri dari kayu balok, papan, paku, benang, selang air atau waterpass, theodolyt, meter dan
palu. Pekerjaan ini dikerjakan oleh beberapa orang tukang dan beberapa orang kernet.
Pemasangan bowplank dilakukan berdasarkan site plan yang telah direncanakan yang
terlampir pada gambar bestek yang di lakukan dengan metode pengukuran, level yang sudah
dijelaskan dengan gambar kerja DED dan disaksikan oleh konsultan pengawas.

PASAL 6
TES BETON DAN BAJA

1. Tes Beton
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menentukan kuat
tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan
dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di lapangan. Kuat tekan beban beton
adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Sebelum
melakukan pengujian kuat tekan beton siapkan benda uji terlebih dahulu, peralatan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung dibulatkan,
dibuat dari baja yang bersih dan bebas karat
3. Mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
5. Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan
6. Satu set alat pelapis (capping)
7. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata, dan talam;
8. Satu set alat pemeriksa slump;
9. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
10. 20 sampel per item pengujian

Setelah peralatan disiapkan, berikut ini adalah cara pembuatan benda uji:
1. Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton;
2. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan, pada saat
pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25
mm kedalam lapisan dibawahnya.
3. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan
sampai rongga bekas tusukan tertutup, ratakan permukaan beton dan tutuplah
segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat, kemudian biarkan beton
dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari getaran.
4. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji, untuk perencanaan
campuran beton, rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air pada
temperatur 250 C disebutkan untuk pematangan (curing), selama waktu yang

13
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

dikehendaki, untuk pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan,


pematangan (curing) disesuaikan dengan persyaratan.

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam,
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji
3. Lapisilah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang
4. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris
5. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2 per detik
6. Lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
7. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji
Perhitungan:
Kuat tekan beton = P/A
Keterangan:
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)

Beberapa ketentuan khusus yang harus diikuti sebagai berikut:


1. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm cetakan diisi dengan
adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 29 kali tusukan;
tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 600 mm.
2. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan diisi
dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali
tusukan, tongkat pemadat diameter 10 mm, panjang 300 mm.
3. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi
4. Bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke
bentuk silinder.
5. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari.
6. Hasil pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji.
7. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan
campuran beton), isi bak pengaduk maksimum 7 dm3 dan pengadukan tidak boleh
dilakukan untuk campuran beton slump.
8. Untuk pengujian slump mutu beton dapat diterima dengan syarat 10+2.
9. Sebelum melakukan pengecoran dilapangan, pelaksana pekerjaan harus
mengajukan hasil pengujian beton berdasarkan mix desain yang telah disepakati
konsultan pengawas.
10. Beton yang digunakan diberikan zat addictive Sika Viscocrete 1003 untuk
meningkatkan mutu beton dengan takaran 3 liter/m3

2. Tes Baja
Kekuatan suatu struktur desain material sangat dipengaruhi oleh sifat fisik
materialnya oleh Karena itu diperlukan pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
tersebut. Salah satunya adalah pengujian tarik (Tensile test). Dalam dunia manufaktur
pengetahuan tentang sifat-sifat fisik suatu beban sangat penting khususnya dalam
mendesain dan menentukan proses manufakturnya. Pengujian tarik merupakan jenis

14
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

pengujian material yang paling banyak dilakukan Karena mampu memberikan


informasi representative dari perilaku mekanik material. Pengujian tarik sangat
mudah, relative murah dan sangat memenuhi standar. Pada dasarnya pecobaan tarik
ini dilakukan untuk menentukan respons material pada saat dikenakan beban atau
deformasi dari luar (gaya-gaya yang diberikan dari luar yang dapat menyebabkan
suatu material mengalami perubahan struktur, yang terjadi dalam kisi Kristal material
tersebut). Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh perilaku inheren, yaitu yang
lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomic maupun mikroskopik dan
bukan dipengaruhi bentuk dan ukuran benda uji.
Prinsip pengujian ini yaitu sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu
diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara berulang pada kedua
ujung specimen tarik hingga putus, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. Tegangan yang dipergunakan pada
kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik. Pada specimen
panjang bagian tengahnya biasanya lebih kecil luas penampangnya dibandingkan
kedua ujungnya agar patahan terjadi pada bagian tengah. Panjang ukur (gauge length)
adalah daerah dibagian tengah dimana elongasi diukur atau alat extensometer
diletakkan untuk pengukuran data yang diukur secara manual, yakni diameter
specimen. Luas penampang A, dan data yang terekam dari mesin tarik, berupa beban
F yang diberikan (load cell) dan strain ε (extensometer), direduksi menjadi kurva
tegangan-regangan.
a. Batas proporsionalitas (Proportionality Limit)
Didefinisikan sebagai daerah dimana tegangan dan regangan mempunyai
hubungan proporsionalitas satu dengan yang lainnya. Setiap penambahan
tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam
hubungan linier.
b. Batas elastis (elastic limit)
Didefinisikan sebagai daerah dimana bahan akan kembali panjang semula bila
tegangan luar dihilangkan. Daerah proposionalitas merupakan bagian dari batas
elastic. Bila beban terus diberikan maka batas elastik pada akhirnya akan
terlampaui sehingga bahan tidak kembali seperti ukuran semula. Batas elastic
merupakan titik dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya
deformasi plastis untuk pertama kalinya. Kebanyakan material teknik mempunyai
batas elastic yang hampir berhimpit dengan batas proposionalitasnya.
c. Titik Luluh (Yield Point) dan Kekuatan Luluh (Yield Strength)
1. Latar Belakang
Didefinisikan sebagai batas dimana sebuah material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang
mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tengan luluh
(Yield stress). Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet
dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution
dari atom-atom karbon, boron, hydrogen dan oksigen. Interaksi antar dislokasi dan
atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukkan titik
luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas (upper yield point).
Baja berkekuatan tinggi dan besi tulangan yang getas pada umumnya tidak
memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh
material seperti ini maka digunakan suatu metode offset. Dengan metode ini
kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan dimana bahan memperlihatkan batas
penyimpangan/ deviasi tertentu proporsionalitas tegangan dan regangan. Garis

15
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

offset OX ditarik parallel dengan OP, sehingga perpotongan XW dan kurva


tenganan regangan memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh. Umumnya garis
offset OX diambil 0,1 – 0,2% dari regangan total dimulai dari O. Kekuatan luluh
atau tiitk luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi
permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending atau puntir. Di sisi lain, batas
luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan dipakai dalam proses
manufaktur produk-produk logam seperti rolling, drawing, stretching dan
sebagainya. Dapat diambil kesimpulan bahwa titik luluh adalah suatu tingkatan
tegangan yang tidak boleh dilewati dalam pengunaan struktural (in service) dan
harus dilewati dalam proses manufaktur logam (foring process).
2. Syarat Pengujian
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh (yield strength) merupakan titik
yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter,
1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan sebagai berikut:

Keterangan: Ys: Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)


Py: Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao: Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan
sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di
mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk
sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan
perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan
elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya
ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
ofsetnya 0,1% atau 0,5%.
Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk
perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari
kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.

d. Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)


Latar Belakang

16
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

Didefinisikan sebagai tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh material


sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum tarik
dapat ditentukan dari beban maksimum luas penampang.
Syarat Pengujian
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland,
1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa
teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian
uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat.

Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.


Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama
besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada
material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan
uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang
hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat
terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar
penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen
uji, pemilihan grips dan lain-lain.
Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau
retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen
uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break).
Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di
seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face, beban yang diberikan pada bahan yang di uji
ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda
uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.

17
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 3. Contoh kurva uji tarik


Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban
yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti
dalam persamaan berikut:

s= P/A0
Keterangan : s : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan


linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
dalam persamaan berikut.

Keterangan:
e : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)

18
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan
dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
regangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik. Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan,
dapat diketahui nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam
persamaan

Keterangan:
E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter,
1993]: kekuatan tarik, kuat luluh dari material, keuletan dari material, modulus
elastic dari material, kelentingan dari suatu material, ketangguhan.
e. Kekuatan Putus (Breaking Strenght)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putir
(breaking) dengan tuas penampang awal (Ao), untuk bahan yang bersifat ulet pada
saat beban maksimum terlampaui M dan bahan tersebut terdeformasi hingga titik
putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu
deformasi yang terlokalisasi.

19
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

Pada bahan ulet, kekuatan putus lebih kecil dari kekuatan maksimum dan pada
bahan getas kekuatan putus sama dengan kekuatan maksimumnya.
f. Keuletan (Ductility)
Didefinisikan sebagai sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan
deformasi hingga tejadinya perpatahan. Pengujian tarik memberikan dua metode
pengukuran keuletan bahan.
g. Modulus elastic (Modulus Young)
Didefinisikan sebagai ukuran kekakuan suatu material, semakin harga modulus ini
semakin kecil regangan elastic yang terjadi, atau semakin kaku. Modulus
kekakuan dihitung gradien dari batas proporsional kurva tegangan-regangan:
Makin besar modulus elastisitas maka makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan modulus elastic (modulus young). Modulus
elastisitas ditentukan oleh gaya ikatan antar atom. Karena gaya ini tidak dapat
diubah tanpa terjadinya suatu perubahan sifat yang sangat mendasar pada material
maka modulus elastisitas merupakan suatu sifat dari material yang tidak mudah
diubah.
h. Modulus Kelentingan (modulus of resilience)
Didefinisikan sebagai kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa
terjadinya kerusakan. Nilai modulus merupakan luas segitiga area elastis kurva
tegangan-regangan (daerah abu-abu).
i. Modulus Ketangguhan (Modulus of Toughness)
Didefinisikan sebagai kemampuan material dalam mengabsorbsi energi hingga
terjadinva perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area
keseluruhan dibawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian tarik.
j. Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa dan Sesungguhnya
Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan
panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-regangan
seungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan
setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlalu besar pada regangan
yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya pengerasan regangan
(strain hardening) yaitu setelah titik luluh terlampaui. Secara khusus perbedaan
menjadi demikian besar didalam daerah necking. Pada kurva tegangan-regangan
rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara actual mampu menahan
turunnya beban karena luas area awal A0 bernilai konstan pada saat perhitunan
tegangan σ = F/A0. Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luar
area aktual adalah selalu turun sehingga terjadinya perpatahan dan benda uji
maupun menahan peningkatan tegangan Karena σ = F/A.

PASAL 7
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1. Kontraktor pelaksana harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan


persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang
diwajibkan untuk semua bidang pekerjaan berupa asuransi keselamatan (BPJS
Ketenagakerjaan).
2. Kontraktor pelaksana bertanggung jawab atas biaya, kerugian tuntutan ganti rugi (claim)
yang diakibatkan oleh adanya kecelakaan atau peristiwa meninggalnya seseorang dalam

20
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA

melaksanakan pekerjaan pelaksanaan tersebut, bila mana hal itu disebabkan oleh
kelalaian Kontraktor pelaksana.
3. Kontraktor pelaksana wajib memenuhi peraturan-peraturan hukum mengenai perawatan
dan tunjangan/ganti rugi bagi korban dan keluarganya.
4. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).
5. Papan dan patok papan info harus jelas untuk menjamin keselamatan para pekerja dan
pengguna gedung.
6. Pelaksanaan harus memperhatikan K3 dalam setiap pelaksanaan berupa pengecekan
asuransi keselamatan kerja dan kelengkapan alat kerja.

PASAL 8
SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN

1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama pekerjaan berlangsung, kontraktor


pelaksana harus menyiapkan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi/wc, selama berlangsungnya pekerjaan.
2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PDAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan
pekerjaan.
3. Kontraktor pelaksana juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan direksi keet dan penerangan pekerjaan pada malam
hari sebagai keamanan selama pekerjaan berlangsung. Penyediaan penerangan tenaga
listrik berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dengan generator set, dan semua perijinan untuk
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.
5. Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi
dan armatur, stop kontak serta saklar/panel.

21

Anda mungkin juga menyukai