BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 1
PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
PASAL 2
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
11
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
Setelah disetujui konsultan pengawas, setiap item pekerjaan, digambar sebagai gambar
“as built drawing” dalam 3(tiga) rangkap dan diserahkan dalam tempo paling lambat 6
(enam) hari kepada konsultan pengawas.
PASAL 3
DIREKSI KEET
PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
12
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
PASAL 5
BOWPLANK
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang sangat awal dikerjakan dalam pembangunan
gedung, pemasangan bowplank dilakukan dengan menggunakan bahan material kayu yang
terdiri dari kayu balok, papan, paku, benang, selang air atau waterpass, theodolyt, meter dan
palu. Pekerjaan ini dikerjakan oleh beberapa orang tukang dan beberapa orang kernet.
Pemasangan bowplank dilakukan berdasarkan site plan yang telah direncanakan yang
terlampir pada gambar bestek yang di lakukan dengan metode pengukuran, level yang sudah
dijelaskan dengan gambar kerja DED dan disaksikan oleh konsultan pengawas.
PASAL 6
TES BETON DAN BAJA
1. Tes Beton
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menentukan kuat
tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan
dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di lapangan. Kuat tekan beban beton
adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Sebelum
melakukan pengujian kuat tekan beton siapkan benda uji terlebih dahulu, peralatan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung dibulatkan,
dibuat dari baja yang bersih dan bebas karat
3. Mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
5. Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan
6. Satu set alat pelapis (capping)
7. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata, dan talam;
8. Satu set alat pemeriksa slump;
9. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
10. 20 sampel per item pengujian
Setelah peralatan disiapkan, berikut ini adalah cara pembuatan benda uji:
1. Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton;
2. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan, pada saat
pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25
mm kedalam lapisan dibawahnya.
3. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan
sampai rongga bekas tusukan tertutup, ratakan permukaan beton dan tutuplah
segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat, kemudian biarkan beton
dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari getaran.
4. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji, untuk perencanaan
campuran beton, rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air pada
temperatur 250 C disebutkan untuk pematangan (curing), selama waktu yang
13
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam,
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji
3. Lapisilah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang
4. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris
5. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2 per detik
6. Lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
7. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji
Perhitungan:
Kuat tekan beton = P/A
Keterangan:
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
2. Tes Baja
Kekuatan suatu struktur desain material sangat dipengaruhi oleh sifat fisik
materialnya oleh Karena itu diperlukan pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
tersebut. Salah satunya adalah pengujian tarik (Tensile test). Dalam dunia manufaktur
pengetahuan tentang sifat-sifat fisik suatu beban sangat penting khususnya dalam
mendesain dan menentukan proses manufakturnya. Pengujian tarik merupakan jenis
14
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
15
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan
sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di
mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk
sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan
perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan
elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya
ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
ofsetnya 0,1% atau 0,5%.
Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk
perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari
kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.
16
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada
material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan
uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang
hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat
terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar
penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen
uji, pemilihan grips dan lain-lain.
Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau
retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen
uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break).
Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di
seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face, beban yang diberikan pada bahan yang di uji
ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda
uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.
17
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
s= P/A0
Keterangan : s : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Keterangan:
e : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
18
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
Keterangan:
E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter,
1993]: kekuatan tarik, kuat luluh dari material, keuletan dari material, modulus
elastic dari material, kelentingan dari suatu material, ketangguhan.
e. Kekuatan Putus (Breaking Strenght)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putir
(breaking) dengan tuas penampang awal (Ao), untuk bahan yang bersifat ulet pada
saat beban maksimum terlampaui M dan bahan tersebut terdeformasi hingga titik
putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu
deformasi yang terlokalisasi.
19
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
Pada bahan ulet, kekuatan putus lebih kecil dari kekuatan maksimum dan pada
bahan getas kekuatan putus sama dengan kekuatan maksimumnya.
f. Keuletan (Ductility)
Didefinisikan sebagai sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan
deformasi hingga tejadinya perpatahan. Pengujian tarik memberikan dua metode
pengukuran keuletan bahan.
g. Modulus elastic (Modulus Young)
Didefinisikan sebagai ukuran kekakuan suatu material, semakin harga modulus ini
semakin kecil regangan elastic yang terjadi, atau semakin kaku. Modulus
kekakuan dihitung gradien dari batas proporsional kurva tegangan-regangan:
Makin besar modulus elastisitas maka makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan modulus elastic (modulus young). Modulus
elastisitas ditentukan oleh gaya ikatan antar atom. Karena gaya ini tidak dapat
diubah tanpa terjadinya suatu perubahan sifat yang sangat mendasar pada material
maka modulus elastisitas merupakan suatu sifat dari material yang tidak mudah
diubah.
h. Modulus Kelentingan (modulus of resilience)
Didefinisikan sebagai kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa
terjadinya kerusakan. Nilai modulus merupakan luas segitiga area elastis kurva
tegangan-regangan (daerah abu-abu).
i. Modulus Ketangguhan (Modulus of Toughness)
Didefinisikan sebagai kemampuan material dalam mengabsorbsi energi hingga
terjadinva perpatahan. Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas area
keseluruhan dibawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian tarik.
j. Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa dan Sesungguhnya
Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan
panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-regangan
seungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan
setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlalu besar pada regangan
yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya pengerasan regangan
(strain hardening) yaitu setelah titik luluh terlampaui. Secara khusus perbedaan
menjadi demikian besar didalam daerah necking. Pada kurva tegangan-regangan
rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara actual mampu menahan
turunnya beban karena luas area awal A0 bernilai konstan pada saat perhitunan
tegangan σ = F/A0. Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luar
area aktual adalah selalu turun sehingga terjadinya perpatahan dan benda uji
maupun menahan peningkatan tegangan Karena σ = F/A.
PASAL 7
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
20
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERPADU UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE – MAULUKU UTARA
melaksanakan pekerjaan pelaksanaan tersebut, bila mana hal itu disebabkan oleh
kelalaian Kontraktor pelaksana.
3. Kontraktor pelaksana wajib memenuhi peraturan-peraturan hukum mengenai perawatan
dan tunjangan/ganti rugi bagi korban dan keluarganya.
4. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).
5. Papan dan patok papan info harus jelas untuk menjamin keselamatan para pekerja dan
pengguna gedung.
6. Pelaksanaan harus memperhatikan K3 dalam setiap pelaksanaan berupa pengecekan
asuransi keselamatan kerja dan kelengkapan alat kerja.
PASAL 8
SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN
21