Anda di halaman 1dari 30

11

BAB III

URAIAN PRAKTIK

A. Kajian pelaksanaan pekerjaan yang diamati

1. Pekerjaan kolom

a. Pembesian kolom

Pekerjaan pembesian kolom yang dilaksanakan menggunakan besi ulir

D22. Yang dipabrikasi yang di proses dan dilakukan di area pembangunan

(barak kerja). Besi tersebut dipotong sesuai dengan gambar yang ada di shop

drawing dan telah disetujui oleh pihak kontraktor dan pengawas, kemudian

dipotong dengan menggunakan mesin bar cutter. Setelah itu besi

dibengkokkan sesuai dengan ukuran dimesin bar bander kemudian dirangkai

oleh pekerja (tukang besi). Proses perangkaian besi dilakukan ditempat/titik

pemasangan kolom.

Gambar 3. Pekerjaan Pembesian Kolom

Pada Proyek Pembangunan pekerjaan struktur Gedung PPG Fakultas

Tarbiayah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Kolom yang kami tinjau
12

dimulai pada kolom lantai 1. Jenis kolom yang dipergunakan pada masing-

masing lantai adalah kolom segi empat. Dengan tipe kolom dan dimensinya

yaitu tipe kolom K1, K2, K3, K4, K3.2, KT, K5, KP dan mutu beton yang

digunakan adalah K300.

Pekerjaan pembesian kolom pada proyek pembangunan pekerjaan

struktur Gedung PPG Fakultas Tarbiayah Dan Keguruan UIN Alauddin

Makassar. Dimulai dengan pembuatan rangka kolom dengan memasang

beugel pada besi dengan jarak yang telah ditentukan. Ketika rangka kolom

selesai, pasangan pada tempat yang ditentukan dengan cara diangkat. Setelah

terpasang ikat rangka kolom tersebut menggunakan kawat agar tetap berdiri.

Berdasarkan gambar kerja, pekerjaan pembesian kolom pada lantai 1

dapat dilihat table dibawah ini.

Tabel 1. Daftar Pembesian kolom

Jumla
h
Kolom Detail penulangan Tipe Ukuran Tulangan
Kolo
Kolom
m

Lantai K1 70x70 13-D19 6


1
13

10-D19 6
K2 50x70

8-D19 46
K3 50x50

5-D16 -
K4 30x50

6-D16 -
K5 25x25

2
K3.2 30x50 4-D19
14

3-D16 -
KT 30x30

2-10 -
KP 15x15

Pekerjaan pembesian yang meliputi pekerjaan kolom, balok dan

pelat lantai dikerjakan oleh pekerja dilokasi proyek. Pekerjaan pembesian

dimulai dengan pengukuran. Besi tersebut diukur sesuai dengan gambar

kemudian dipotong dengan menggunakan mesin pemotong, selanjutnya

dibengkokkan kemudian dirakit dengan gambar kerja.

b. Pekerjaan bekisting kolom

Adapun bahan bekisting kolom dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

BalokPengunci

Plat triplek 5 mm
BalokBesi 5/7

Waller

Gambar 4. Bahan Bekisting Kolom


15

Pembuatan bekisting kolom menggunakan bahan-bahan yaitu balok

besi ukuran 5/7 cm untuk rangka dan untuk selimut beton di pakai plat triplek

dengan tebal 5 mm. Konstruksi bekisting harus kokoh dan cukup rapat

sehingga dapat mencegah kebocoran adukan saat pengecoran dan dapat

mempertahankan kondisi kolom agar tetap vertikal. Adapun hal-hal yang

harus diperhatikan sebelum mengerjakan bekisting kolom, sebelum

pelaksanaan pekerjaan bekisting kolom, terlebih dahulu memperhatikan

peranan perancah yang dibuat sedemikian kuat untuk menahan beban

bekisting dan beban diatasnya selama pelaksanaan sampai dengan

pembongkaran.

Bekisting kolom dibuat mengikuti bentuk dari kolom yang

dipergunakan pada pekerjaan tersebut. Ukuran bekisting untuk semua kolom

pada lantai 1 mengikuti ukuran kolom. Pemasangan bekisting dirakit sesuai

dengan dimensi kolom kemudian diangkat. Terlebih dahulu, bekisting dirakit

sesuai dengan dimensi kolom lalu dipasang pada rangka tulangan kolom

tersebut. Ketinggian bekisting kolom yang dibuat adalah 315 cm. adapun

pemasangan bekisting kolom dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


16

Gambar 5. Pemasangan Bekisting Kolom.

c. Pekerjaan pengecoran kolom

Setelah pemasangan bekisting selesai pada kolom, maka pekerjaan

pengecoran dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu membersihkan

bekisting dan tulangan dari kotoran-kotoran dengan menyemprotkan dengan

mesin compressor.

1) Slump test

Slump test merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

pengecoran, karena slump test dilakukan untuk mengetahui mutu beton

yang digunakan, termasuk pada pekerjaan kolom.

Gambar 6. Pengujian slump test


17

Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa pengecoran kolom

slump test yang digunakan adalah 10 ± 2, artinya slump test yang

digunakan antara 8-12 cm dengan menggunakan kualitas beton mutu K

300 kg/cm².

2) Pengecoran

Adapun langkah-langkah prosedur yang harus dilakukan

pengecoran kolom sebagai berikut :

a) Prosedur pengecoran

 Beton ready mix pada truck mixer dialihkan ke concrete pump

 Concrete pump di angkat untuk diarahkan kekolom. Ketika

concrete bucket sudah selurus dengan kolom maka dilakukan

pengecoran.

Gambar 7. Pengecoran kolom.

 Setelah ketinggian mencapai 50 cm beton dipadatkan

menggunakan mesin getar (vibrator) atau dipukul-pukul pake

palu karet pelat bekisting kolom agar beton tidak keropos, lalu

pengecoran dilanjutkan kembali hingga dipadatkan ketinggian

50 cm berikutnya.
18

Gambar 8. Penggunaan vibrator.

 Setelah beton mencapai 315 cm ,maka pengecoran dihentikan

sesuai dengan batas ketinggian kolom. Diamkan antara 8-12

jam, kemudian bekisting dibuka atau dilepas.

b) Prosedur perawatan

Prosedur perawatan dimulai pada saat bekisting kolom telah

mengeras dilepas, kemudian seluruh permukaan kolom tersebut disiram

dengan air yang berguna agar tidak terjadi kekurangan air atau

penguapan pada beton kolom tersebut. Pada umumnya beton baru

mengeras pada umur 28 hari, akan tetapi untuk mengejar waktu

pelaksanaan maka diberikan bahan tambah yang berfungsi untuk

mempercepat pengikatan bahan campuran. Bahan tambah yang dipakai

yaitu Tambah C (accelator) yang berfungsi mempercepat pengikatan.

2. Pekerjaan balok dan pelat lantai

Pengerjaan balok pada Proyek Apartemen Proyek Pembangunan Gedung

PPG Fakultas Tarbiayah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar pada lantai 2.

Tipe balok yang dipakai pada lantai 2 yaitu:


19

a. Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai

Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai dimulai dengan terlebih

dahulu mengukur ketinggian lantai kemudian diulangi dengan tebal pelat

dengan tinggi balok. Setelah itu memasang scaffolding yang berfungsi sebagai

penopang. Selanjutnya memasang bekisting pelat lantai sesuai dengan ukuran

yang telah ditentukan pada gambar kerja.

Adapun bagian-bagian dari scaffolding yaitu sebagai berikut :

1) Main Frame yang berfungsi pembentuk dan penyangga utama dari

bentuk konstruksi sebuah scaffolding

Gambar 9. Main frame

2) Ladder Frame yang berfungsi sebagi pembatas dari pada pekerja

melakukan aktifitas diatas scaffolding.

Gambar 10. Ladder Frame.


20

3) Cross Brace yang berfungsi untuk mempersatukan sepasang main

frame sehingga didapatkan konstruksi scaffolding yang kuat

Gambar 11. Cross Brace

4) U-Head Jack berfungsi menyangga konstruksi diatasnya,

bentuknya huruf U memungkinkan mengapit bagian konstruksi

diatasnya.

Gambar 12. Cross Brace U-Head.

Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai dimulai dengan

pemasang scaffolding dengan cara merangkai bagian-bagian dari

scaffolding yang dimulai dengan jake base dan diakhiri pemasangan U-

Jack head.
21

Gambar 13. Pemasangan scaffolding.

Konstruksi bekisting balok dan pelat dibuat bersamaan karena

merupakan suatu kesatuan dan pada pelaksanaan pengecoran pun akan

dicor secara bersamaan.

Gambar 14. Pekerjaan Bekisting balok dan pelat lantai.

Bekisting untuk balokdan pelat lantai menggunakan bahan-bahan

yaitu balok kelas II ukuran 5 x 7 cm untuk rangka dan plywood atau

multipleks dengan tebal 12 mm sebagai selimut/alas serta paku untuk alat

penyambung. Setelah pekerjaan bekisting selesai, maka pekerjaan

pengecoran dapat dilaksanakan, dengan terlebih dahulu dilakukan survey

menggunakan alat waterpass untuk menghindari kemiringan pada balok

dan pelat lantai.


22

Gambar 15. Survey Kedataran Pelat.

b. Pekerjaan pembesian balok dan pelat lantai

Pekerjaan pembesian balok dan pelat lantai yang meliputi pemotongan,

pembengkokan, dan perakitan dikerjakan oleh tukang. Setelah selesai, dimulai

pembuatan terlebih dahulu pembesian balok dengan cara memasukkan besi

pada tempat balok tersebut lalu memasang beugel dengan cara ditentukan.

Gambar 16. Pemotongan Besi.


23

Gambar 17. Pembengkokan Besi.

Gambar 18, Pemasangan Pembesian Balok

Pembesian pelat lantai dikerjakan mulai dengan pemasangan

pembesian pelat lantai. Pembesian balok dan pelat lantai dikerjakan oleh

tukang. Besi diarahkan ke dua arah yaitu vertical dan horizontal lalu ikat

menggunakan kawat agar tidak goyang. Setelah selesai pembesian pelat lantai,

letakkan tahu beton dibawah rangkaian besi pelat lantai.


24

Gambar 19. Pembesian Pelat Lantai.

Berdasarkan gambar kerja pembesian untuk balok tipe BI, B2, B3, B4,

B5,B5-2, B4-2, B6, B7, B8, B9, B10, B2-R, B3-R, B4-R,BP, BT dapat di lihat

pada table di bawah ini :

Tabel 2. Pembesian Balok

Tipe Balok BI
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 50x70
Tulangan Atas 1 8-D19 8-D19
Tulangan Tengah 4-D16 4-D16
Tulangan Bawah 1 8-D19 8-D19
Tulangan Bawah 2 3-D19 2-D19
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
Beugel ø10-10 ø10-15
Tipe Balok B2
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan
25

Dimensi 30x70
Tulangan Atas 1 5-D19 5-D19
Tulangan Atas 2 3-D19 3-D19
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 4-D16 4-D16
Tulangan BAwah 1 5-D19 5-D19
Tulangan Bawah 2 3-D19 3-D19
Beugel ø10-10 ø10-15
Tipe Balok B3
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 40x50
Tulangan Atas 1 5-D16 5-D16
Tulangan Atas 2 3-D16 3-D16
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 2- ø12 2- ø12
Tulangan Bawah 1 5-D16 5-D16
Tulangan Bawah 2 3-D16 3-D16
Beugel ø8-10 ø8-15
Tipe Balok B4
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 30x50
Tulangan Atas 1 5-D16 5-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 2- ø12 2- ø12
Tulangan Bawah 1 5-D16 5-D16
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel ø8-10 ø8-15
Tipe Balok B5
Posisi Balok Tumpuan Lapangan
26

Potongan

Dimensi 25x40
Tulangan Atas 1 4-D16 4-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulngan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 2-ø12 2- ø12
Tulangan Bawah 1 4-D16 4-D16
Tulangan Bawah 2 2-D16 2-D16
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B5-2
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 25x40
Tulangan Atas 1 4-D16 44-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 2- ø12 2- ø12
Tulagan Baawah 1 4-D16 4-D16
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B4-2
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 30x40
Tulangan Atas 1 4-D16 4-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 2- ø12 2- ø12
27

Tulangan Bawah 1 5-D16 5-D16


Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B6
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 30x40
Tulangan Atas 1 5-D16 5-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulanagan Geser 2-D16 2-D16
Tulangan Tengah 2-Ø12 2-Ø12
Tulangan Bawah 1 5-D16 5-D16
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B7
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 25x15
Tulangan Atas 1 2- ø12 2- ø12
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser - -
Tulangan Tengah - -
Tulangan Bawah 1 2- ø12 2- ø12
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B8
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 10x25
28

Tulangan Atas 1 2-Ø12 2-Ø12


Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser - -
TulanganTengah 2-Ø10 2-Ø10
Tulangan Bawah 1 2-Ø12 20-Ø12
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B9
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 30x120
Tulangan Atas 1 3-D19 3-D19
Tulangan Atas 2 2-D16 2-D16
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
TulanganTengah 4-D16 4-D16
Tulangan Bawah 1 5-D19 5-D19
Tulangan Bawah 2 3-D16 3-D16
Beugel Ø10-10 Ø10-15
Tipe Balok B10
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 10x50
Tulangan Atas 1 2-D13 2-D13
Tulangan Atas 2 - -
29

Tulangan Geser - -
TulanganTengah 4-Ø12 4-Ø12
Tulangan Bawah 1 2-D13 2-d13
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok B2-R
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 30x70
Tulangan Atas 1 5-D16 5-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
TulanganTengah 2-D16 2-D16
Tulangan Bawah 1 5-D16 5-D16
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø10-10 Ø10-15
Tipe Balok B3-R
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 40x50
Tulangan Atas 1 4-D16 4-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
TulanganTengah 2- Ø12 2- Ø12
Tulangan Bawah 1 4-D16 4-D16
Tulangan Bawah 2 2-D16 2-D16
Beugel Ø8-10 Ø8-15
30

Tipe Balok B4-R


Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 30x40
Tulangan Atas 1 3-D16 3-D16
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser 2-D16 2-D16
TulanganTengah 2-Ø12 2-Ø12
Tulangan Bawah 1 5-D16 5-D16
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok Bp
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan

Dimensi 15x20
Tulangan Atas 1 2-Ø12 2-Ø12
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser - -
TulanganTengah - -
Tulangan Bawah 1 2-Ø12 2-Ø12
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15
Tipe Balok Bt
Posisi Balok Tumpuan Lapangan

Potongan
31

Dimensi 12x12
Tulangan Atas 1 2-Ø10 2-Ø10
Tulangan Atas 2 - -
Tulangan Geser - -
TulanganTengah - -
Tulangan Bawah 1 2-Ø10 2-Ø10
Tulangan Bawah 2 - -
Beugel Ø8-10 Ø8-15

Sedangkan pekerjaan pelat lantai pada Proyek pembangunan struktur

Gedung PPG Fakultas Tarbiayah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

dilakukan pada lantai 2. Pekerjaan pembesian pelat pada lantai 2 menggunakan

besi ø10-500 mm dengan tebal pelat 120 mm.

c. Pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai

Setelah pekerjaan bekisting dan pembesian selesai pada balok dan pelat,

maka pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan dengan terlebih dahulu

membersihkan bekisting dan tulangan dari kotoran-kotoran dengan

menyemprotnya dengan mesin compressor.

1) Slump Test

Slump test merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

pengecoran, karena slump test dilakukan untuk mengetahui mutu beton

yang ingin digunakan, termasuk pada pekerjaan balok dan pelat.


32

Gambar 20. Pengujian slump test.

Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa pengecoran kolom slump

test yang digunakan adalah 10 ± 2, artinya slump test yang digunakan

antara 8-12 dan menggunakan kualitas beton dengan mutu K 300 kg/cm².

2) Pengecoran

Adapun langkah-langkah prosedur yang harus dilakukan

pengecoran balok dan pelat sebagai berikut :

a) Prosedur pengecoran

 Beton ready mix padatruck mixer dialihkan pada concrete pump

Gambar 21. Concrete Pump.

 concrete pump diarahkan pada balok dan pelat yang siap dicor.

Ketika concrete pump sudah sampai pada balok dan pelat yang

akan dicor maka dilakukan pengecoran balok dan pelat.


33

Gambar 22. Pengecoran balok dan pelat.

 Pada saat pengecoran, ada yang bertugas mengarahkan concrete

pump pada tempat yang akan dicor sedangkan yang lain

memegang mesin getar (vibrator) untuk meratakan campuran

dan mengisi tempat-tempat yang tidak dijangkau sehingga

nantinya beton tidak berongga.

Gambar 23. Penggunaan vibrator.

3) Prosedur perawatan

Prosedur perawatan dimulai pada saat bekisting balok dan pelat

yang telah mengeras dilepas, kemudian seluruh permukaan balok dan

pelat tersebut disiram dengan air yang berguna agar tidak terjadi

kekurangan air atau penguapan pada beton balok dan pelat tersebut. Pada
34

umumnya beton baru mengeras pada umur 28 hari, akan tetapi untuk

mengejar waktu pelaksanaan maka diberikan bahan tambahan yang

berfungsi untuk mempercepat pengikatan bahan campuran. Bahan

tambahan yang dipakai yaitu C (accelerator) yang berfungsi

mempercepat pengikatan.

B. Alat, Bahan, dan Tenaga Kerja yang Digunakan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan selama pekerjaan adalah

a. Dump Truck : 1-2 unit

b. Bar Bender : 2 unit

c. Bar Cutter : 2 unit

d. Gen-set : 2 unit

e. Truck Mixer : 1-4 unit

f. Concrete Pump : 1-2 unit

g. Theodolite : 1-2 unit

h. Vibrator : 1 unit

i. Mesin compressor : 1 unit


35

Gambar 24. Dump Truck

Gambar 25. Bar Bander.

Gambar 26. Bar Cutter.


36

Gambar 27. Truck Mixer.

Gambar 28. Concrete Pump.

Gambar 30. Alat Getar (Vibrator).


37

Gambar 31. Mesin Compressor.

2. Bahan

Bahan yang digunakan selama melaksanakan kerja praktik yaitu :

a. Beton ready mix K 300 dan K 700 MPa

b. Besi Ulir dan besi polos

c. Semen

3. Tenaga kerja

Jumlah Tenaga kerja pada proyek pembangunan pekerjaan struktur Gedung

PPG Fakultas Tarbiayah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar selama

melaksanakan praktik, yaitu :

a. Tukang Besi : 12 orang

b. Tukang Kayu : 17 orang

c. Tukang Batu Lt 1 : 23 orang

d. Tukang Batu Lt 2 : 20 orang

e. Tukang Batu Area Luar : 6 orang

f. Tukang Plumbing : 6 orang

g. Tukang Listrik : 4 orang


38

h. Tukang Kebersihan/Bongkar : 4 orang

i. Tukang Las = 2 Orang

C. Quality dan Quantity Kontrol selama Kerja Praktik

Selama melaksanakan kerja praktik, quality control yang kami

dapatkan adalah tes kubus. Pada saat truk mixer tiba dilokasi proyek, sebelum

ready mix dituang ke cetakan beton, terlebih dahulu dilakukan slump test.

Selanjutnya mengambil campuran lalu dimasukkan kedalam cetakan silinder

diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. setelah itu dilakukan pengujian kuat

tekan beton dengan menggunakan compression strenghth machine pada umur

7, 21, dan 28 hari. Setelah itu menimbang beratnya.

Gambar 32. Uji Slump

Gambar 33. Campuran pada cetakan silinder diameter 150 mm dan tinggi 300
mm.

BAB IV
39

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan yang kami dapatkan dari bangku kuliah masih sangat kurang

jika dibandingkan dengan apa yang dibutuhkan didunia konstruksi. Selain itu,

apa yang kami dapatkan dari bangku kuliah juga sering tidak sejalan dengan

apa yang kami lihat dilapangan, pengatahuan teoritis yang ada hingga hari ini

tidak boleh dipaksakan untuk diterapkan dilapangan karena segala sesuatu

yang dikerjakan dilapangan haruslah disesuaikan dengan situasi dan kondisi

yang ada pada saat itu sehingga dengan demikian pekerjaan dapat terus

dilanjutkan tanpa menafikkan teori.

2. Mahasiswa yang melakukan praktik industri mendapatkan sangat banyak

pengetahuan dan wawasan yang tidak di dapatkan di bangku kuliah, sehingga

kegiatan ini sangatlah bermanfaat bagi mahasiswa.

3. Kegiatan praktik ini memberikan gambaran dan pengetahuan kepada

mahasiswa tentang bagaimana situasi dan kondisi dunia konstruksi dan dunia

proyek sehingga kedepannya mahasiswa tidak canggung lagi menghadapi

hal-hal yang seperti itu.

4. Pelaksanaan proyek masih terdapat kekurangan-kekurangan namun,

mahasiswa yang melakukan kegiatan praktik industri tidak mengikutinya

sampe selesai.

B. Saran
40

1. Dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan oleh kontraktor, hendaknya

mendapat pengawasan yang ekstra dari pihak-pihak yang terkait (pemilik

proyek/perencana/pengawas/MK)

2. Pengawas hendaknya memberi petunjuk sebelum dilakukannya pekerjaan

sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana

kerja dan syarat-syarat serta time schedule yang ada sehingga tidak terdapat

kekeliruan dan kesalahan setelah pekerjaan terlaksana.

3. Untuk setiap mahasiswa praktik industri harus betul-betul memperhatikan

segala bentuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan, mengambil data-data

sebanyak mungkin agar dalam penyusunan laporan tidak mendapatkan

kesulitan.

4. Diharapkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan untuk memperhatikan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan kepada para pengawas untuk

bersikap tegas terhadap para pekerja yang tidak menerapkan K3.

Anda mungkin juga menyukai