Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PELAKSANAAN PKLI

A. Gambaran Umum Proyek


1. Lokasi Proyek
Lokasi Proyek yang kami lakukan berada di Jalan William Iskandar Ps.V,
Kenangan Baru,Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Medan, Sumatera Utara. Lokasi ini
merupakan wilayah Universitas Negeri Medan lebih tepatnya berada di Fakultas
Matematika dn IPA (FMIPA). Lokasi proyek ini akan menjadi Gedung Tower Fisika
UNIMED.

Gambar 3.1 Denah Lokasi Proyek Gedung Belajar Fisika FMIPA

2. Data Proyek
Adapun data proyek pembangunan Gedung TOWER FMIPA ini berada di dalam
kampus UNIMED, samping Jl. Williem Iskandar Ps. V, Medan.Adapun data teknik
Proyek Pembangunan Tower FMIPA Jurusan Fisika Universitas Negeri Medan adalah
sebagai berikut :

a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Tower Fisika FMIPA UNIMED


b. Lokasi Proyek : JL. Williem Iskandar Ps. V, Medan.
c. Pemilik Proyek : Universitas Negeri Medan
d. Fungsi Bangunan : Ruang Belajar Kampus
e. Ukuran Bangunan : 18m x 18m
f. Konsultan Pengawas : PT.Wahanacipta Bangunwisma
g. Kontraktor Pelaksana : PT. Gunakarya Nusantara
h. Nilai Poyek : Rp. 28.600.454.000,00
i. Sumber Dana : Tahun Anggaran PNBP 2018
j. Jumlah Lantai : 8 Lantai + 1 Top Floor
k. Jenis Struktur Atas : Struktur Beton
l. Jenis Struktur Bawah : Bor Pile
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG TOWER FMIPA JURUSAN FISIKA UNIMED MEDAN
3. Struktur Organisasi Proyek (dari kontraktor)

` PROJECT MANAGER
KALMON LEONARD SITINJAK

SITE MANAGER Q/C SUPERVISOR


ROLAND H MANIK EDWAN N SILITONGA

KEUANGAN KEPALA LAPANGAN KEPALA LOGISTIK


SITI RAYANI DANIEL HUTAPEA HILALUDIN

ADMINISTRASI KEP. PELAKSANA KEP. PELAKSANA KEP. PELAKSANA Gd


INTANSARY LESMANA Bag. ME Bag. Struktur Bag. Arsitektur LISA
RUDI SIREGAR YENTI ROULIE FERRYANSYAH

PELAKSANA PELAKSANA
Bag. ME Bag. Struktur
LABE SILALAHI SIHITE

Gambar 3.2 Bagian Struktur Organisasi Proyek (kontraktor)

4. Tahap Pelaksanaan
a. Persiapan /Pengukuran
Pada tahap pekerjaan persiapan untuk pembuatan kolom bahan yang di butuhkan
adalah tulangan D22 dan tulangan D10, kawat pengikat (bendrat),meteran, dan kayu
sebagai alas besi tulangan. Alat-alatnya adalah bar cutter untuk memotong besi tulangan
sesuai shop drawing, bar bender digunakan untuk membengkokkan tulangan, tang
kawat/kakaktua digunakan untuk merangkai tulangan kolom sesuai gambar.
Gambar 3.3 Pekerjaan Persiapan

Pada tahap pengukuran, dilakukan marking atau memberi tanda berupa garis pada
pelat lantai agar menjadi acuan (penentuan as kolom), marking dapat dijadikan sebagai
dasar penentuan letak kolom. Marking memerlukan alat theodolite, waterpass,
sipatan/benang lot tarik,unting-unting, meteran.

Adapun cara pengukuran ini adalah sebagai berikut:


1) Penentuan as kolom dengan theodolite dan waterpass berdasarkan shop drawing
dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan bersama dari titik BM (Bench
Mark)
2) Buat as kolom dari garis pijaman 1m dari garis as kolom
3) Pemasangan patok dimensi kolom bangunan (tanda berupa garis sipatan)
Gambar 3.4 Marking

b. Fabrikasi Besi
Pada pekerjaan fabrikasi besi, merupakan tahap dimana kolom K.1 pada lantai 6 di
rakit. Tulangan yang di gunakan yaitu tipe tulangan ulir. Tulanngan yang di buuhkan
untuk kolom K1 pada lantai 6 adalah:
a. Tulangan Pokok : 12 buah D22
b. Sengkan atas/ bawah : 2 buah D10
c. Sengkang Tengah : 2 buah D10
d. Tulangan Extra : 2 Buah D10

Kemudian tulangan tersebut di potong menggunakan bar cutter dan di bengkokkan


dengan bar bender sesuai dengan yang ada pada shop drawing. Setelah selesai di
potong, tulangan tersebut di rangkai/di anyam di tempat pembesian. Lakukan
pengukuran jarak antar sengkang yang sesuai dengan shop drawing . Lalu rakit tulangan
utama dan sengkang kolom serta atur jarak sengkang kolom sesuai dengan gambar.
Gambar 3.5 Pabrikasi Kolom
c. Fabrikasi Bekisting
Jenis bekisting yang digunakan pada proyek ini adalah type peri. Bekisting ini
merupakan jenis bekisting yang praktis karena bekisting ini dapat digunakan beberapa
kali serta mudah di pasang dan di bongkar. Sama halnya seperti kolom, bekisting juga di
rangkai sesuai ukuran kolom yang akan di bekisting. Karena menggunakan bekisting
jenis peri, setiap kali ingin di gunakan pekerja merakit harus ulang bekisting

Gambar 3.6 Pekerja sedang merakit bekisting


Gambar 3.7 Bekisting siap di rakit

d. Instalasi Tulangan Kolom dan Bekisting

Setelah proses pabrikasi kolom selesai, kemudian tulangan kolom yang telah
dirakit di angkut menggunakan tower crane ke dalam kolom yang telah di pasang stek
kolom. Perkuat sambungan stek kolom dengan kawat bendrat . Stek pada kolom yaitu
40D dari D22. Di butuhkan alat tang kawat untuk memotong kawat bendrat pada saat
penyambungan stek kolom.

Gambar 3.8 Instalasi Pembesian


Kawat Bendrat

Gambar 3.9 Kawat Bendrat


Sebelum pemasangan bekisting, terlebih dahulu di buat sepatu kolom pada setiap
sisi kolom. Sepatu kolom ini merupakan besi yang di masukkan ke pelat lantai dengan
cara di bor menggunakan bor beton. Tujuan di buat sepatu beton agar menjaga jarak besi
tulangan dengan bekisting agar mencapai tebalnya selimut beton yang di rencanakan.
Sepatu kolom bisa juga disebut sebagai acuan.

Gambar 3.10 Pekerja Memasang Sepatu Kolom


Sepatu kolom di buat berdasarkan markingan kolom yang dilakukan sebelumnya
agar hasil pengecoran sesuai dengan ukuran yang ada di shop drawing.

Sepatu Kolom
Tanda Marking

Gambar 3.11 Sepatu Kolom

Setelah sepatu kolom selesai di buat, lalu masuk ketahap instalasi bekisting.
Bekisting yang terlebih dahulu di rakit, kemudian di angkut dengan mobil crane ke
lokasi yang akan melakukan pemasangan bekisting.

Gambar 3.12 Bekisting diangkut oleh crane dan di pasang oleh pekerja.

Setelah di pasang di lokasi yang akan dilakukan pemasangan bekisting, pekerja


lalu memasang base plate sebagai tumpuan bracket push up bekisting. Pada proyek,
penguncian base plate menggunakan besi yang di tancapkan ke plat lantai. Agar
bekisting tegak, pada sisi bekisting berikan unting-unting antara benang atas dan benang
bawah harus sama agar dinyatakan tegak dan rata.

Gambar 3.13 Pemasangan Bekisting

e. Beton Ready Mix


Beton Ready Mix di pesan melalui Batching plant. Pada dasarnya ready mix
berupa campuran semen, agregat , air, dan bahan admixture untuk meningkatkan
workability. Pada proyek ini menggunakan ready mix dengan mutu beton yang di
rencanakan yaitu K-350.Beton Ready Mix yangdi pesan oleh proyek berasal darai PT
Berkah Mulia Beton sebanyak 7 m3 Bahan admixture yang di gunakan pada beton ready
mix yaitu Sika. Di butuhkan transportasi yaitu Concrete Mixer truck untuk membawa
ready mix ke lokasi proyek. Perjalaan concrete mixer truck haruslah di perhitungkan
karena beton mengeras ada batasan waktunya. Maka dari itu, maksimal yang di tetapkan
jarak tempuh dari batching plant ke lokasi proyek adalah 3 jam.
Gambar 3.14 Concrete Mixer Truck tiba di lokasi
f. Uji Slump Test
Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk
mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam pekerjaan
pengecoran. Sesampainya concrete mixer truck pada lokasi proyek, dilakukanlah
pengecekan sederhana pada beton segar. Alat yang di butuhkan adalah, meteran, sampel
beton segar , kerucut Abrams, triplek dengan ketebalan 5mm (tempat datar), batang besi
agar beton segar padat (tidak ada yang kopong).Setelah itu di masukkanlah beton segar
kedalam kerucut Abrams sambil di ratakan agar padat menggunakan batang besi, lalu
ratakan bidang atas . Lalu kerucut di tarik secra vertikal dengan cara perlahan. Lalu
diukur penurunan puncak beton segar yang di uji slumpnya menggunakan
meteran.Ketentuan pada proyek ini kekentalan beton adalah 12cm. Toleransi dari
kekentalan beton yang diinginkan untuk test ini yaitu ±2 cm.
Gambar 3.15 Pengujian Slump
g. Pelaksanaan Pengecoran
Setelah melewati tahap uji slump, beton segar di masukkan kedalam concrete
bucket yang sudah dipasang pipa tremie.

Gambar 3.16 Concrete Bucket


Setelah beton dimasukkan kedalam concrete bucket, concrete bucket kemudian
dinaikkan ke lokasi yang akan di cor menggunakan motor crane. Terdapat 1 orang
pengemudi di concrete bucket yang tugasnya membuka-tutup bucket dan mengatur pipa
tremie agar beton tidak tercecer. Sambil di tuangkan sedikit demi sedikit, vibrator di
hidupkan agar beton padat merata. Pengecoran di lakukan pada malam dan siang hari.
Gambar 3.17 Pengecoran menggunakan concrete bucket

h. Pembongkaran Bekisting
Pada proyek ini, di butuhkan waktu 15 jam dalam pembongkaran bekisting dari
selesainya pengecoran . Proses pembongkaran bekisting menggunakan tower crane yang
dimana terlebih dahulu membuka base plate , lalu pengendoran baut yang terdapat pada
bracket push pull. Kemudian bekisting di pindahkan menggunakan tower crane secara
hati-hati agar tidak merusak hasil pengecoran.

Gambar 3.18 Pembongkaran Bekisting


i. Perawatan Beton
Tahap pelaksanaan perawatan beton adalah dengan cara merapikan siku beton
kolom dan melakukan curing compound (penyiraman air).

Gambar 3.19 Beton Kolom yang sudah jadi

Anda mungkin juga menyukai