Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

PELAKSANAAN PROYEK
PEMBANGUNAN JEMBATAN (J31)

4.1. Data Teknis Proyek


Spesifikasi Dari Jembatan J31 :
1. umum :
 Panjang jembatan efektif : 40 m
 Lebar lantai kendaraan : 7.00 m
 Lebar trotoar : 1.00 m
2. Pondasi :
 Jenis Pondasi : Tiang Pancang Precast type A
 Diameter : 40 cm
 Isi : beton bertukang K250
beton cyclopen K175
3. Bangunan Bawah :
 Lantai Kerja : beton K175
 Abutment : beton K250
 Sayap abutment : beton K250
 Perletakan lateral stop : beton bertulang K250
 Loneng : beton K175
4. Bangunan Atas
a. Rangka Baja :
 Rangka : bahan high strength finising
galvanis
 Komponen Jembatan : Hasil Pabrikasi
 Pembebanan BM : 100 %
b. Plat Lantai
 Plat lantai : beton K350
 Trotoar : beton K250
5. Oprit Jembatan
 Jalan : beton K250 tebal 20cm
 Bahu beton : beton K175 tebal 10 cm
6. Baja Tulangan
 Baja Tulangan : > D12 – Baja Ulir
 Baja Tulangan : < D12 – Baja Polos

19
4.2. Pelaksanaan Proyek
4.2.1 Pekerjaan Konstruksi Abutmen
4.2.1.1 Material
Adapun material yang di gunakan pada pengerjaan pembangunan
jembatan ini adalah sebagai berikut:
1. Beton
a. Air
sumber air yang digunakan adalah sumber air yang diambil langsung
dari sekitar lokasi proyek tersebut.
b. Sement
Dalam proyek Jembata J31 ini, semen yang dgunakan adalah semen
PCC yang didatangkan dari PT. SEMEN PADANG
c. Agregat Halus
Agregat halus didatangkan dari Quarry PT. Andalas Muara Sejahtera
d. Agregat Kasar
Suatu agrgat dapat dikategorikan sebagai agregat kasar bila
mempunyai ukuran butiran 5 mm – 40 mm, sedangkan yang lebih
besar dari itu disebut sebagai batu.
2. Baja Tulangan
Dalam Proyek Jembatan J31 ini,Baja Tulangan yang dpakai adalah
Baja Tulangan > d12 menggunakan Tulangan Ulir dan Baja Tulangan
< d12 menggunakan Tulangan Polos
3. Bekisting
Dalam Proyek Jembatan J31 ini menggunakan kayu multiplek
dengan ketebalan 5-10 mm dengan ukuran 240 x 112 cm.Untuk kayu
penyangga menggunakan ukuran 4x6.

4.2.1.2. Peralatan
 Genset/Motor Diesel
 Dump Truck
 Excavator
 Water Tank/Pompa Air
 Concrete Vibrator
 Mobile Crane
 Mobil Pick Up
 Total Station
 Alat Bantu

20
4.2.1.3 Pelaksanaan Pekerjaan abutment
Pembuatan abutment pada Proyek Jembatan Muaro Putuih (J.31)
ini menggunakan pondasi Tiang Pancang dengan kedalaman 22 m.
Secara keseluruhan pekerjaan abutment meliputi:
1. Pemasangan penulangan abutment
2. Pemasangan bekisting
3. Pengecoran abutment
4. Pembongkaran bekisting

1. Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan


Pekerjaan penulangan pada pekerjaan abutment ini meliputi pekerjaan
penulangan untuk :

a.Pemasangan Tulangan Footing Abutment


Sebelum dirangkai jadi footing abutment, seluruh tulangan dibentuk
sesuai gambar shop drawing untuk bagian footing abutment. Pengerjaan
tersebut dilakukan di luar area pekerjaan aburment. Setelah seluruh
tulangan selesai dibentuk, tulangan-tulagan tersebut dibawa ke area
pengerjaan abutment untuk dirangkai menjadi footing.Penulangan
footing tersebut menggunakan tulangan berukuran diameter D13, D16
dan D22.
Pada saat perangkaian footing, tulangan diameter D13 dengan jarak
400 mm digunakan tulangan bagi dan tulangan diameter D16 dengan
jarak 200 mm digunakan tulangan Pokok. Untuk keseluruhan tulangan
footing ini, jenis tulangan yang dipakai adalah tulangan ulir.Untuk
pekerjaan pemasanagan tulangan footing dapat dilihat pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2

Gambar 4.1. Pemasangan Tulangan footing

21
Gambar 4.2. Tulangan footing Terpasang

b. Penulangan Dinding Abutment


Pekerjaan selanjutnya adalah Penulangan pada dinding abutment.
Dinding abutment menggunakan tulangan dengan diameter D13, D16,
dan D22. Dengan tinggi dinding abutment 3 m,lebar 3 m, dan panjang
abutment 8,6 m. Untuk tulangan bagi digunakan tulangan D13 dengan
jarak 400mm sedangkan untuk tulangan pokok menggunakan tulangan
D16 dengan jarak 200 mm. Pekerjaan penulangan pada dinding
abutment sangat sulit karena pada pekerjaan penulangan abutment ini
memiliki ruang kerja yang sempit. Sehingga pekerja melakukannya
dengan sangat hati-hati dan harus teliti dalam memasang
tulangan.Untuk Pekerjaan Penulangan dinding abutment dapat dilihat
pada Gambar 4.3

Gambar 4.3. Penulangan Dinding

c. Penulangan Wing Wall Abutment


Dalam pekerjaan abutment ini, pekerjaan penulangan pada Wingwall
dilakukan bersamaan dengan pekerjaan penulangan dinding
abutment.Ini dikarenakan kemudahan dalam pekerjaan penulangan
dinding abutment dengan penulangan Wingwall dibandingkan dengan
penulangan satu-satu. Dalam pekerjaan penulangan Wingwall tulangan
hanya menggunakan tulangan berukuran D13 dengan jarak 200

22
mm.Untuk Pekerjaan Penulangan Wing Wall Abutment dapat dilihat
pada Gambar 4.4

Gambar 4.4. Penulangan sayap abutment

d. Penulangan Kepala Abutment


Setelah semua bagian dinding abutment selsesai dirangkai pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan penulangan pada kepala abutment. Karena
pekerjaan penulangan kepala abutment paling atas maka pada bawah
kepala abutment seperti pondasi, dinding abutment harus telah selesai
dirangkai.
Dalam pekerjaan penulangan kepala abutment ini menggunakan
tulangan yang berukuran D13 dan D16. Untuk Tulangan pokok
menggunakan tulangan D16 dengan jarak 400/400 mm, Tulangan bagi
menggunakan tulangan D13 dengan jarak 200 mm dan untuk puncak
dari bagian Kepala Abutment menggunakan Tulagan D16 dengan jarak
150 mm.Untuk Pelaksanaan Penulangan Kepala Abutment dapat dilihat
pada Gambar 4.5

Gambar 4.5. Penulangan Kepala Abutment

23
2. Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting meliputi pekerjaan sebagai berikut:

a. Pekerjaan Acuan dan Perancah untuk Poer Abutment


Sebelum memulai pengerjaan bekisting, bekisting yang dipakai
adalah kayu multiplek yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran poer
abutment. Perangkaian bekisting dilakukan diluar area pengerjaan
abutment. Setelah bekisting selesai di rangkai, pengerjaan selanjutnya
dimulai dengan memasang bekisting pada pondasi poer abutment.
Dalam Pemasangan bekisting pada poer abutment terdapat sedikit
permasalahan, dikarenakan area pengerjaan yang kecil. Untuk Pekerjaan
Bekisting untuk poer dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6. Bekisting untuk Poer Abutment

b. Pekerjaan Acuan dan Perancah untuk Dinding Abutment


Setelah pemasanagan bekisting pada area footing selesai, selanjutnya
pemasangan bekisting di area dinding abutment. Sebelumnya bekisting
dibentuk dan ukuran bekisting disesuaikan dengan ukuran dinding
abutment.Setelah itu bekisting dipasang pada dinding abutment.
Pekerjaan ini dilakukan agar mudah dalam memasang bekisting ke
dinding abutment.Kemudian antar bekisting sebelah depan dan belakang
dikaitkan dengan menggunakan alat terot.
Terot ini berfungsi untuk pengencang/pengait antar bekisting agar
tidak berubah bentuk dan saat pengecoran bekisting tidak lepas.Untuk
Pekerjaan Bekisting pada dinding abutment dapat dilihat pada Gambar
4.7

24
Gambar 4.7. Pemasangan Bekisting pada Dinding

c. Pekerjaan Acuan dan Perancah untuk Kepala Abutment


Untuk Pekerjaan Perancah bagian Kepala Abutment, dilakukan
setelah pekerjaan pengecoran dinding abutment selesai. Setelah bagian
pengecoran dinding selesai, barulah bagian kepala abutment dipasang
bekisting. Sebelum pembuatan bekisting, ukuran bekisting disesuaikan
dengan ukuran dari kepala abutment. Setelah bekisting disesuaikan
dengan ukuran kepala abutment, tahap selanjutnya pemasagan bekisting
di bagian kepala abutmen tersebut.Untuk Pekerjaan Bekising pada
Kepala Abutment dapat dilihat pada Gambar 4.8

Gambar 4.8. Bekisting pada Kepala Abutment

3. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan pada siang hari perlengkapan-perlengkapan
dan lain-lain yang diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada saat pengecoran:
 Pada saat pengecoran tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari
1.5 m
 Pemadatan dilakukan menggunakan mesin vibrator.
 Dilakukan lapis demi lapis lalu dipadatkan perlapisan.
25
 Tebal lapisan sekitar 30 cm sampai 50 cm.

`Gambar 4.9. pengecoran abutment

Bersamaan dengan proses pengecoran terdapat beberapa pekerjaan


antara lain:
a. Pengujian Slump Test
Sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter
bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm diletakkaan diatas yang rata dan tidak
kedap air. Adukan beton diisikan kedalam kerucut dalam tiga lapis yang
kira-kira sama tebalnya dan setiap lapis ditusuk-tusuk sekurang-
kurangnya 10 kali dengan tongkat baja diameter 16 mm dan panjang 60
cm dengan ujung yang dibulatkan. Setelah bidang atasnya disipat rata,
maka dibiarkan 30 detk.
Spesifikasi teknis mensyaratkan tinggi slump pada pekerjaan beton
umunya nilai slump berkisar antara 7,5 cm sampai 15cm. Pada
pengujian slump didapatkan tinggi slump 10cm. Dengan demikian beton
cukup baik digunakan untuk pengecoran.Untuk pengujian Slump test
dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10.Pengujian Slump test


(sumber : Documentasi Proyek)

26
b. Pemadatan
Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan
alat-alat pemadat salah satunya adalah vibrator. Ketelitian dalam hal ini
sangat diperlukan dan diperhatikan, agar semua sudut-sudut terisi dan di
sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan

tersebut, membuat agar permukaan menjadi rata dan halus,


mengeluarkan gelembung-gelembung udara, dan mengisi semua rongga.
Untuk pekerjaan pemadatan dapat dilihat pada Gambar 4.11
Gambar 4.11. pemadatan menggunakan vibrator

c. Pengujian Kuat Tekan Beton


Bentuk benda uji beton yang digunakan adalah kubus Sebelum
cetakan diisi dengan beton segar, permukaan cetakan bagian dalam
diolesi dengan lapisan minyak tipis.Beton segar dimasukkan kedalam
cetakan,kemudian dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk atau dengan
alat penggetar beton yang khusus dibuat untuk tujuan
tersebut,permukaan beton pada cetakan diratakan,kemudian diberi tanda
yang jelas mengenai tanggal pembuatan dan lainnya.Pengujian kuat
tekan beton dilakukan setelah umur beton mencapai kurang lebih 3 hari.
Untuk Hasil sampel beton dapat dilihat pada Gambar 4.12

Gambar 4.12. sampel kubus beton


27
4. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting
Setelah pengecoran selesai, mulai dari bekisting poer sampai
bekisting kepala abutment, pekerjaan yang terakhir adalah
pembongkaran semua bekisting abutment.Cetakan dan acuan hanya
boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan sistem
cetakan dan acuan yang masih ada mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja
padanya.Untuk salah satu Pekerjaan pembongkaran bekisting dapat
dilihat pada Gambar 4.13

Gambar 4.13 Pembongkaran bekisting

4.3. Perhitungan Bobot Pekerjaan


1.Time schedule
Time Schedule berisikan uraian pekerjaan proyek tiap minggunya,
dapat berupa bobot perencanaan ataupun bobot realisasi. Time Schedule
rencana pada proyek dibuat untuk mengetahui lamanya proyek
berlangsung dan kapan suatu item pekerjaan dimulai dan harus selesai,
serta berisi besarnya bobot masing-masing pekerjaan yang harus
diselesaikan tiap minggunya oleh kontraktor pelaksana. Pembuatan
Time Schedule rencana berpedoman kepada:
1.Durasi atau waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
2.Persentase bobot setiap pekerjaan yang berkaitan dengan volume
dan harga pekerjaan.
3.Persentase bobot setiap pekerjaan yang berkaitan dengan volume
dan harga pekerjaan.

2.Persentase bobot
Persentase bobot pekerjaan adalah besarnya proses pekerjaan siap
(telah selesai) per item dibanding dengan pekerjaan selesai seluruhnya.
28
Keuntungan dibuatnya persentase bobot pekerjaan adalah untuk
penjadwalan pelaksanaan pekerjaan sehingga mempermudah kontrol
terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan.
Keuntungan dibuatnya persentase bobot pekerjaan adalah untuk
penjadwalan pelaksanaan pekerjaan sehingga mempermudah kontrol
terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan.Cara menghitung persentase
bobot pekerjaan adalah :

Keterangan:
HSP = Harga satu pekerjaan
HTP = Harga total pekerjaan
Harga Total Seluruh pekerjaan yang terdapat pada
Pembangunan Jembatan J31 ini adalah Rp5.244.658.993. Harga per
item pekerjaan yang terdapat pada pekerjaan abutment dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Harga Item Pekerjaan Abutment
no Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Pekerjaan

DIVISI 7. STRUKTUR ( volume * harga satuan )


Rp
Pekerjaan Abutment
592.903.236
Beton struktur fc’20 Rp
1 M3 141,36
Mpa (K-250) 233.346.849
Rp
Beton fc’15 MPa M3 28,83
33.759.039
Baja Tulangan Sirip Rp
Kg 20.302,67
BjTS 280 325.797.348

Persentase Bobot Pekerjaan abutment meliputi :


1.Bobot pekerjaan Abutment

2.Bobot pekerjaan yang tidak dipantau


= 29,98%

Dari perhitungan bobot tersebut didapatkan jumlah total bobot


selama pelaksanaan Kerja Praktek adalah 41,29 %, sedangkan bobot
pekerjaan yang telah selesai minggu sebelumnya yaitu 24,92 %
29
Jadi total bobot pekerjaan proyek dari awal proyek sampai saat
selesai pelaksanaan Kerja Praktek adalah 62,078 %. Untuk bobot total
rencana pada minggu terakhir pelaksanaan kerja praktek adalah
59,622%. Jika dibandingkan bobot realisasi dengan bobot rencana
(bobot realisasi – bobot rencana) didapatkan defiasi sebesar +2,456%
artinya pelaksanaan proyek lebih cepat dari jadwal perencanaan
Bobot Pekerjaan dihitung dalam mingguan, ini bertujuan untuk
memudahkan dalam mengontrol pekerjaan dilapangan sesuai dengan
jadwal yang direncanakan. Pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilihat
pada Kurva S pada lampiran. Perbandingan bobot rencana dengan bobot
realisasi selama Kerja Praktek dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2.Bobot Mingguan Pekerjaan


Bobot Komulatif Bobot Komulatif
N Minggu
Tanggal rencana Bobot Realisasi bobot defiasi
o Ke-
mingguan rencana Mingguan realisasi
13/07/20
1 17 s/d 20,535 20,794
19/07/20
20/07/20
2 18 s/d 4,382 24,917 4,561 25,355 +0,438
26/07/20
27/07/20
3 19 s/d 4,197 29,114 4,296 29,651 +0,537
02/08/20
03/08/20
4 20 s/d 1,751 30,866 1,961 31,612 +0,746
09/08/20
10/08/20
5 21 s/d 2,266 33,131 2,319 33,931 +0,800
16/08/20
17/08/20
6 22 s/d 3,303 36,434 3,392 37,323 +0,889
23/08/20
24/08/20
7 23 s/d 23,187 59,622 24,755 62,078 +2,456
30/08/20

Dari Tabel tersebut, bahwa dari minggu ke 18 sampai minggu ke


23 defiasi daari bobot pekerjaan tersebut selalu positif, yang artinya
pelaksanaan pekerjaan cenderung lebih cepat dari yang direncanakan.

30
3.Perhitungan Volume Penulangan Abutment

1. 2 22-150

-Panjang : (0.07 x2) +0.76+(1.20x2)=3.30 m


-NOS : 8.6/0.15+1=58,3
-Total Panjang : 3.30x58.3=192.39 m
-Berat Jenis : 0.006165x(22x22)=2.983
-Total Berat : 192.39x2.983=573.899 kg

2.2 22-150

-Panjang : 0 +2.90+(0.65x2)=4.20 m
-NOS : 8.6/0.15+1=58,3
-Total Panjang : 4.20x58.3=244.86 m
-Berat Jenis : 0.006165x(22x22)=2.983
-Total Berat : 244.86x2.983=730.417 kg

31
3.2 16-200

-Panjang : (0.05x2)+8.50=8.60 m
-NOS : 63.0
-Total Panjang : 8.60x63.0=541.8 m
-Berat Jenis : 0.006165x(16x16)=1.578
-Total Berat : 541.8x1.578=854.960 kg

4.2 22-150

-Panjang : (0.05 x2) +2.85+(0.40x2)=3.75m


-NOS : 58.3
-Total Panjang : 3.75x58.3=218.625 m
-Berat Jenis : 0.006165x(22x22)=2.983
-Total Berat : 218.625x2.983=652.158 kg

32
5. 2 22-150

-Panjang : (0.08 +1.45+0.40)=1.93 m


-NOS : 58.0
-Total Panjang : 1.93x58.0=111.94 m
-Berat Jenis : 0.006165x(22x22)=2.983
-Total Berat : 111.94x2.983=333.917 kg

6. 2 22-150

-Panjang : (0.13 +1.85+0.40+1.20)=3.58 m


-NOS : 58.0
-Total Panjang : 3.58x58.0=207.64 m
-Berat Jenis : 0.006165x(22x22)=2.983
-Total Berat : 207.64x2.983=619.390 kg

33
7. 2 16-150

-Panjang : (0.08x2)+0.25+(1.68x2)=3.77 m
-NOS : 58.0
-Total Panjang : 3.77x58.0=218.66 m
-Berat Jenis : 0.006165x(16x16)=1.578
-Total Berat : 218.66x1.578=345.045 kg

8.213-200

-Panjang : (0.05x2)+8.50=8.60 m
-NOS : 14.0
-Total Panjang : 8.60x14.0=120.4 m
-Berat Jenis : 0.006165x(13x13)=1.041
-Total Berat : 120.4x1.041=125.336 kg

34
9. 216-400/400

-Panjang : (0.05x2)+0.30=0.40 m
-NOS : 67.5
-Total Panjang : 0.40x67.5=27.00 m
-Berat Jenis : 0.006165x(16x16)=1.578
-Total Berat : 27.00x1.578=42.606 kg

Jadi,Sub jumlah dari penulangan abutment ini adalah sebanyak


4.277,728 kg dengan jumlah pekerjaan sebanyak 2,maka total
penulangan abutment ini adalah 8.555,456 kg

4.4. Kendala dan Masalah dalam Proyek


Pada saat Kerja Praktek berlangsung, ada beberapa kendala yang
ditemui di lapangan pada saat pelaksanaan pekerjaan abutment,
diantaranya :
1. Pada saat pengecoran footing, terdapat genangan air yang cukup
banyak yang disebabkan oleh cuaca yang kurang mendukung
2. Pada pengerjaan pemasangan tulangan pada bagian plat tegak
abutment, terdapat kesalahan dimana ukuran yang sudah
ditentukan pada shop drawing berbeda pada saat pelaksanaan
dilapangan.
3. Para pekerja dilapangan yang kurang memperhatikan K3

4.5. Alternatif Solusi


Untuk Solusi pada kendala yang terdapat di lapangan ada beberapa
cara yang dilakukan, diantaranya :
1. Untuk membuang genangan air yang terdapat pada area
pengecoran footing, maka digunakan mesin water pomp untuk
mengeluarkan genangan air yang terdapat pada area sekitar
footing abutment tersebut, sehingga pengecoran dapat
dilaksanakan kembali
35
2. Untuk permasahan ukuran tulangan yang tidak sesuai, maka
tulangan pada bagian plat tegak tersebut diganti dengan ukuran
yang sudah ditentukan pada shop drawing
3. Untuk para pekerja yang kurang memperhatikan K3, Adanya
ketegasan dari mandor kepada para pekerja agar lebih
memperhatikan K3 pada saat bekerja dilapangan

36

Anda mungkin juga menyukai