Dosen :
Dra. Daryati, M.T.
Disusun oleh :
Budi Afriani 1506520008
Ricky Johanes Saputra 1506520049
Azmi Fallah Alfarizi 1506520050
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang
dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup
besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada
arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang.
1.3 Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material
ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan
balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan .
BAB II
PERALATAN
BAB III
BAHAN
h = 3500
h1 = 150
Keterangan :
• L : Panjang besi spiral (mm)
• h : Tinggi/ panjang borepile (mm)
• h1 : Jarak antar spiral (mm)
• d : Diameter spiral (mm)
• D : Keliling lingkaran spiral
3500 2
=√( 3,14 . 150 . 847,8) + 3500²
= √(62115,48)2 + 3500²
= √3858332855 + 12250000
= √62214,00851
= 62214,00851 mm (diubah meter)
= 62,21400851 m
= 62,21400851 x Berat besi D10 permeter
= 62,21400851 x 0,627 kg
= 39,0081 Kg/m
Jadi, kebutuhan besi polos D10 untuk spiral, yaitu panjang 62,21 m
dengan berat 39,00 Kg, dengan kebutuhan batang 5 batang besi dengan
panjang 12 m per-batangnya.
Jadi, kebutuhan besi polos D29 untuk spiral, yaitu panjang 23,94 m
dengan berat 124,24 Kg, dengan kebutuhan batang 2 batang besi dengan
panjang 12 m per-batangnya.
BAB V
LANGKAH PEMBUATAN
1. Tulangan pokok
a. Masukkan batang besi sejumlah yang telah ditetapkan ke dalam gulungan tulangan
sengkang spiral
b. Regangkan tulangan sengkang yang jaraknya sesuai yang telah ditetapkan
c. Ikat tulangan utama dan sengkang menggunakan kawat bendrat
2. Tulangan spiral
a. Atur ukuran pipa roller sesuai dengan diameter sengkang yang dibutuhkan
b. Gulung besi dengan pipa roller (langkah ini membutuhkan minimal 2 orang)
BAB VI
Untuk pengangkutan dengan jarak cukup jauh atau untuk pengangkutan dalam
kemacetan lalu lintas di perkotaan, biasanya memerlukan waktu tempuh cukup lama.
Untuk kondisi seperti itu sebaiknya menggunakan bahan tambahan (admixture) yang
dapat menunda waktu pengikatan. Mengingat besarnya resiko kegagalan akibat
kesalahan cara mengangkut beton segar, kiranya perlu diperhatikan cara mengangkut
adukan beton dengan benar.
Pada saat pengangkutan juga perlu diperhatikan segregasi agar terhindar dari
beton yang tak seragam. Adukan beton yang dibuat dengan tangan maupun dengan
mesin harus diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai behidrasi (bereaksi
dengan air). Selama pengangkutan harus selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang
tumpah/keluar atau yang memisahkan diri dari campuran. Cara pengangkutan adukan
beton ini tergantung jumlah adukan yang dibuat dan keadaan tempat penuangan.
Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan menempatkan di dalam ember, gerobak
dorong, truk aduk beton, ban berjalan atau pompa. Umumnya pengadukan beton
dilakukan di dekat lokasi penuangan, dan pengangkutan dengan ember atau gerobak
cukup memuaskan.
Pengecoran pada kolom biasanya memiliki volume yang kecil, sehingga dapat
menggunakan bucket dan pipa tremie yang kemudian diangkut menggunakan tower
crane ke tempat kolom yang ingin dicor. Tahapannya adalah sebagai berikut :
Getaran Minimal
Diameter
(RPM)
> 80 mm 8.000
< 80 mm 12.000
Gambar 3 Screeding
2. Floating
Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang diperoleh
dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan raskam (float) kayu atau
aluminium magnesium. Setelah beton sebagian mengeras, floating dapat dilakukan
untuk kedua kalinya agar didapat permukaan yang lebih halus.
Raskam Kayu & Magnesium Alat Float Bertangkai
3. Trowelling
Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton setelah
proses floating dan beton telah cukup keras. Trowelling yang terlalu awal cenderung
mengurangi keawetan beton, sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan
permukaan terlalu keras untuk dapat dikerjakan dengan baik. Titik-titik air harus
dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing tidak boleh dilanjutkan hingga
air terserap lebih dulu, menguap atau dibersihkan. Prosedur menggunakan trowel baja,
sebagai berikut :
a. Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan trowel berhadapan
secara datar dengan beton
b. Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup keras sehingga
tidak ada mortar yang menempel pada trowel dan suara berdering dihasilkan
saat trowel melewati permukaan beton
c. Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan sedikit dan
gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah padat sepenuhnya
Kesimpulan
Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai
dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu
menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke
pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah
bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar apabila tanah ambles atau
terjadi gempa tidak mudah roboh.
Pemasangan Kolom Bulat diatas sudah sesuai dengan PBI 1971 dan SNI 03-2847-
2002.