Anda di halaman 1dari 16

Modul Praktikum

METODE GRAVITASI

Almira Mahsa
TEKNIK GEOFISIKA Insitut Teknologi Sepuluh Nopember
2017
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 0
BAB II DASAR TEORI ........................................................................................................................ 0
2.1 Metode Gravitasi ........................................................................................................................... 0
2.2 Hukum Newton tentang Gravitasi................................................................................................. 1
2.3 Percepatan Gravitasi ..................................................................................................................... 1
2.4 Koreksi dan Reduksi ................................................................................................................. 2
2.5 Penentuan Rapat Massa Rata-Rata ............................................................................................... 4
2.5 Analisa Spektrum ...................................................................................................................... 5
2.6 Pemisahan Anomali Regional-Residual................................................................................... 5
2.6 Data ............................................................................................................................................... 5
2.8 Forward Modeling (Pemodelan ke Depan) .................................................................................. 6
BAB III METODELOGI .................................................................................................................. 1
3.2 Alur Kerja ................................................................................................................................. 1
3.3 Cara Kerja ..................................................................................................................................... 2
3.3.1 Set Projection ......................................................................................................................... 2
3.3.2 Terrain Correction .................................................................................................................. 2
3.3.2 Input Data di Oasis Montaj .................................................................................................... 2
3.3.4 Gridding Data......................................................................................................................... 3
3.3.5 SURFER ................................................................................................................................. 3
3.3.6 Membuat Map ........................................................................................................................ 4
3.3.7 Grid Profil .............................................................................................................................. 4
REFERENSI ........................................................................................................................................... 0
BAB I PENDAHULUAN

Dalam eksplorasi geofisika, metode gravitasi merupakan metode yang banyak digunakan
dalam penentuan adanya struktur geologi di bawah permukaan. Metode ini merupakan salah
satu metode penyelidikan yang berlandaskan hukum fisika yang terkenal yaitu hukum Newton.
Metode penyelidikan ini berdasarkan pengukuran kepada adanya perbedaan kecil dari medan
gravitasi. Perbedaan ini disebabkan karena adanya distribusi massa yang tidak merata di kerak
bumi dan menyebabkan tidak meratanya distribusi massa jenis batuan. Adanya perbedaan
massa jenis batuan dari satu tempat dengan tempat lain ini menimbulkan medan gaya berat
yang tidak merata pula dan perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi.
BAB II DASAR TEORI

2.1 Metode Gravitasi


Metode gravitasi merupakan suatu metode yang melibatkan pengukuran variasi medan
gravitasi bumi yang disebabkan oleh perbedaan densitas batuan bawah permukaan. Daerah di
bawah permukaan yang memiliki densitas berbeda dari sekitarnya menyebabkan
penyimpangan nilai gravitasi yang dikenal sebagai anomali gravitasi. Beberapa penyebab
adanya anomali gravitasi dan kontras densitas batuan bawah permukaan antara lain:
pengendapan mineral, alterasi hidrotermal, patahan dan dykes, intrusi batuan, variasi porositas
dan sebagainya. Dalam eksplorasi panas bumi, metode gravitasi digunakan pada tahap survei
pendahuluan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi geologi bawah
permukaan. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memantau subsidence dan
perubahan massa yang terjadi di reservoir panas bumi pada saat proses produksi dan injeksi
kembali fluida. (Santos dan Rivas, 2009). Tujuan utama dari studi mendetil data gravitasi
adalah untuk memberikan suatu pemahaman yang lebih baik mengenai lapisan bawah geologi.
Metoda gravitasi ini secara relatif lebih murah, tidak mencemari dan tidak merusak (uji tidak
merusak) dan termasuk dalam metoda jarak jauh yang sudah pula digunakan untuk mengamati
permukaan bulan. Metoda ini tergolong pasif, dalam arti tidak perlu ada energi yang
dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan data sebagaimana umumnya pengukuran.

Pengukuran metoda gravity dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik ikat dan
pengukuran titik-titik gaya berat. Sebelum survey dilakukan perlu menentukan terlebih dahulu
base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal dan dijangkau.
Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan. Masing-masing
base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi, nama tempat,
skala dan petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari nilai gaya berat yang
mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di daerah penelitian. TTG
tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat Internasional atau
International Gravity Standardization Net. Pada pekerjaan lapangan, peralatan yang akan
dipakai dikalibrasi lebih dulu. Hal ini dilakukan supaya dihindari kesalahan alat. Secara
teoritis kalibrasi dapat dilakukan dengan tilting, sementara sistem geometri yang presisi
dilibatkan. Tetapi cara ini bukan cara yang biasa. Secara umum kalibrasi dilakukan dengn
mengukur harga suatu tempat yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya sehingga
diperoleh harga skalanya (mGal/skala).

Setelah kalibrasi alat dilakukan kemudian ditentukan lintasan pengukuran dan stasiun yang
harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan titik yang telah diketahui percepatan
gravitasinya). Selanjutnya ditentukan loop lintasan pengukuran dan titik ikat tiap loop
pengukuran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan titik pengamatan adalah:
a. Letak titik pengkuran harus jelas dan mudah dikenal misal pada titik
triangulasi, penunjuk kilometer, persimpangan jalan dsb.
b. Lokasi titik harus dapat dibaca di peta.
c. Titik pengamatan harus bersifat tetap (permanen), mudah dijangkau, bebas dari
ganguan seperti getaran mesin dsb.
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan koreksi-koreksi terhadapnya untuk
mendapatkan hasil yang sebenarnya.
2.2 Hukum Newton tentang Gravitasi
Teori gaya berat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton
yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik antara dua buah benda adalah sebanding dengan
massa kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara pusat massa
kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6):
Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m1 dan m2
12
F (r) = -G r (1)
2

dengan: F = gaya tarik menarik (Newton)


G = konstanta universal gravitasi (6,67 x 10-11 m 3 kg-1 s -2 )
m1 = massa benda 1 (kg) m2 = massa benda 2 (kg)
r = jarak antar pusat massa (m)
Untuk gaya gravitasi antara benda bermassa m dengan bumi bermassa M, adalah:

F=G (2)
2

karena jarak benda ke permukaan bumi sangat kecil, maka nilai r sebanding dengan nilai jari-
jari bumi (R), sehingga persamaan (2) menjadi:

F=G (3)
2

2.3 Percepatan Gravitasi


Percepatan gravitasi dalam pengukuran gaya berat yang diukur bukan gaya gravitasi F,
melainkan percepatan gravitasi g. Hubungan antara keduanya dijelaskan oleh hukum Newton
II yang menyatakan bahwa sebuah gaya adalah hasil perkalian dari massa dengan percepatan.
Hukum Newton mengenai gerak Newton, yaitu:
F = m.g (4)

Interaksi antara bumi (bermassa M) dengan benda di permukaan bumi (bermassa m) sejauh
jarak r dari pusat keduanya juga memenuhi hukum tersebut, maka dari persamaan (3) dan (4)
didapatkan:

g=G 2 (5)

dimana satuan g adalah m/det2 dalam SI, atau Gal (Galileo), yaitu 1 cm/det2 . Karena
pengukuran dilakukan dalam variasi percepatan gravitasi yang begitu kecil, maka satuan yang
sering digunakan adalah miliGal (mGal).
Persamaan (5) menunjukkan bahwa besarnya percepatan yang disebabkan oleh gravitasi di
bumi (g) adalah berbanding lurus dengan massa bumi (M) dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jari-jari bumi (R). Dalam metode gravitasi, pengukuran dilakukan terhadap nilai
komponen vertikal dari percepatan gravitasi di suatu tempat. Namun pada kenyataannya,
bentuk bumi tidak bulat sehingga terdapat variasi nilai percepatan gravitasi untuk masing-
masing tempat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai percepatan gravitasi adalah perbedaan
derajat garis lintang, perbedaan ketinggian (topografi), kedudukan bumi dalam tata surya,
variasi rapat massa batuan di bawah permukaan bumi, perbedaan elevasi tempat pengukuran,
dan hal lain yang dapat memberikan kontribusi nilai gravitasi, misalnya bangunan.
2.4 Koreksi dan Reduksi
2.4.1 Koreksi Data
Seperti halnya metode geofisika lainnya, data hasil pengukuran gravity masih
dipengaruhi oleh berbagai efek dari luar yang akan mempengaruhi data. Untuk itu perlu
dilakukannya koreksi-koreksi dan reduksi. Prinsip dari dilakukannya koreksi dan reduksi
dalam pengukuran gravity adalah untuk menjadikan data yang kita miliki menjadi data dalam
satu kondisi yang sama tanpa pengaruh dari apapun. Semisal kita mengambil data didaerah
pegunungan, titik satu kita melakukan pengukurannya di atas lembah, seddangkan titik lainnya
diukur didataran. Dari fakta tersebut kita tahu bahwa antara titik satu dan lain memiliki
pengaruh yang berbeda-beda yang disebabkan oleh topografi, lintang dsb. Untuk itu, maksud
dari dilakukannya koreksi ini adalah untuk menjadikan titik-titik pengukuran tadi itu berada
pada kondisi yang sama.

Gambar 2.1 Perumpamaan Koreksi Data


2.4.2 Koreksi Apungan
Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gayaberat dari stasiun yang sama
pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan pegas alat gravimeter
selama proses transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan efek ini,
akuisisi data gayaberat didesain dalam suatu rangkaian tertutup (loop), sehingga besar
penyimpangan tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktu tertentu.

dimana:
tn = waktu pembacaan pada stasiun ke-n
t1 = waktu pembacaan pada stasiun base (awal looping)
tN = waktu pembacaan pada stasiun base (akhir looping)
g1 = bacaan gravimeter terkoreksi tidal pada stasiun base (awal looping)
gN = bacaan gravimeter terkoreksi tidal pada stasiun base (akhir looping)
2.4.3 Koreksi pasang surut
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda-benda di luar bumi
seperti bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan waktu. Dalam prakteknya,
koreksi tidal dilakukan dengan cara mengukur nilai gayaberat di stasiun yang sama (base) pada
interval waktu tertentu. Kemudian bacaan gravimeter tersebut diplot terhadap waktu agar
menghasilkan suatu persamaan yang digunakan untuk menghitung koreksi tidal. Nilai koreksi
tidal ini selalu ditambahkan pada pembacaan gravitasi.

2.4.4 Koreksi Lintang (Latitude Correction)


Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat sempurna,
sehingga terdapat perbedaan antara jari-jari bumi di kutub dengan di daerah katulistiwa sebesar
21 km. Dengan demikian nilai gayaberat di kutub akan lebih besar dibandingkan nilai
gayaberat di katulistiwa.

2.4.5 Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)


Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek topografi atau efek ketinggian yang
mempengaruhi nilai pembacaan nilai gayaberat tanpa memperhatikan efek dari massa batuan.
Dengan kata lain koreksi udara bebas merupakan perbedaan gayaberat yang diukur pada mean
sea level (geoid) dengan gayaberat yang diukur pada ketinggian h meter dengan tidak ada
batuan diantaranya. Koreksi udara bebas merupakan proses pemindahan medan gravitasi
normal di referensi sferoida (z = 0) menjadi medan gravitasi normal di permukaan topografi

Gambar 2.2 lustrasi FAC


2.4.6 Koreksi Bouguer (Bougeur Correction)
Koreksi Bouguer mencakup massa berbentuk lempeng (slab) horizontal dengan
ketebalan tertentu yang panjangnya tak hingga. Massa ini terletak antara bidang Bouguer
dengan referensi sferoida. Dimana bidang Bouguer merupakan slab tak hingga yang melalui
titik amat. Efek dari massa ini disebut dengan efek Bouguer. Model koreksi ini dikenal model
slab horizontal tak hingga dengan ketebalan h, relatif dari referensi sferoida ke bidang Bouguer
letak titik amat. Besarnya koreksi Bouguer adalah persamaan :
BC=2Gh
dengan adalah densitas massa Bouguer (massa topografi), G adalah konstanta gravitasi
umum dan h adalah ketinggian titik amat dari referensi sferoida.

2.4.7 Koreksi Bougeur Sederhana


Anomali Bouguer sederhana didefinisikan sebagai berikut :
SBA =G Obs- ( G Lint ang +FAC +BC)
dengan SBA adalah nilai anomali Bouguer sederhana, G Obs adalah nilai gravitasi observasi,
GLint ang adalah nilai gravitasi terkoreksi lintang, FAC adalah nilai koreksi free air dan BC
adalah koreksi Bouguer.

2.4.8 Koreksi Terrain


Kita tahu bahwa pengukuran gravity sangat mungkin dilakukan di daerah ketinggian, dimana
dari satu titik dengan titik yang lain memiliki ketinggian yang berbeda pula. Adanya massa
yang terletak di bawah permukaan antara titik pengamatan pada ketinggian h dan bidang
sferoida sangat mempengaruhi gaya gravitasi oleh karena itu dilakukan koreksi terrain.
Sebelumnya telah dibahas bagaimana koreksi Bouguer sederhana mencakup massa berbentuk
slab horisontal tak hingga. Dalam koreksi Bouguer ini keberadaan massa di atas bidang
Bouguer dan bagian massa yang hilang di bawah bidang Bouguer yakni lembah tidak
diperhitungkan. Akibat dari massa ini disebut dengan efek medan (terrain effect) dan untuk
mengatasinya dilakukan koreksi medan (terrain).

Gambar 2.3 Ilustrasi koreksi Terrain


2.5 Penentuan Rapat Massa Rata-Rata
Dalam eksplorasi geofisika dengan metode gravitasi dimana besaran yang menjadi
sasaran utama adalah rapat masa (kontras densitas), maka perlu diketahui distribusi harga rapat
massa batuan baik untuk keperluan pengolahan data maupun interpretasi. Rapat massa batuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rapat massa butir atau matriks
pembentuknya, porositas, dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-porinya. Namun
demikian, terdapat banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi rapat massa batuan, diantaranya
adalah proses pembentukan, pemadatan (kompaksi) akibat tekanan, kedalaman, serta derajat
pelapukan yang telah dialami batuan tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan rapat massa rata-rata, yaitu:
1. Analisis batuan daerah survei dari pengukuran di laboratorium
2. Metode Nettleton
3. Metode Parasnis

Analisis batuan daerah survei merupakan penentuan rapat massa rata-rata batuan yang
dilakukan secara kualitatif, sedangkan Metode Nettleton dan Metode Parasnis merupakan
penentuan rapat massa rata-rata batuan yang dilakukan secara kuantitatif.
2.5 Analisa Spektrum
Analisis spektrum merupakan proses Transformasi Fourier (transformasi dari domain
spasial atau waktu ke dalam domain frekuensi) untuk mengubah suatu sinyal menjadi
penjumlahan beberapa sinyal sinusoidal dengan berbagai frekuensi. Hasil dari transformasi ini
akan berupa spektrum amplitudo dan fasa spektrum sehingga dapat memperkirakan kedalaman
sumber anomaly di bawah permukaan dengan mengestimasi nilai bilangan gelombang (k) dan
amplitudo (A) yang dapat digunakan untuk menghitung lebar jendela filter yang selanjutnya
dijadikan sebagai input data dalam proses filtering, pemisahan anomali regional, dan anomali
residual.

Gambar 2.4 Hubungan antara amplitudo dan bilangan gelombang pada analisis
spektrum(Sarkowi, 2011).

2.6 Pemisahan Anomali Regional-Residual


Dalam peta anomali Bouguer, medan gravitasi yang kita inginkan (biasanya dari daerah
yang kurang dalam) sering ditutupi oleh gravitasi dari struktur dalam yang luas. Gravity oleh
struktur ini disebut regional gravity. Dikatakan regional karena gravitasi ini mempunyai
cakupan/pengaruh yang luas. Oleh karena itu perlu memisahkan pengaruh regional dari
anomali Bouguer sehingga anomali yang kita inginkan terlihat lebih jelas. Pemisahan ini biasa
menggunakan berbagai jenis filtrering yang memanfaatkan prinsip panjang dan pendeknya
bilangan gelombang.

2.6 Data
Dibawah ini adalah contoh dari pembacaan alat. bisa dilihat ada beberapa kolom seperti
: LINE,STATION,ALT,GRAV, SD, TILTX, TILTY, TEMP, TIDE, DUR, TIME,
DEC.TIME+TIME, TERRAIN,DATE.
a. Station :
Bisa dilihat pada station terdapat 2 nilai, yaitu 9999 dan 71. Maksud dari nilai 9999
adalah nama lain dari Base, sedangkan nilai 71 adalah station pengukurannya. Perlu
diingat bahwa dalam pengukuran data gravity dilakukan dengan cara looping, yang
artinya dari base akan berakhir dibase juga, maka contoh nilai diatas juga demikian
yaitu Base-Station 71-Base.
b. Grav :
Adalah nilai pengukuran gravitasi relative di satu titik pada saat pengukuran dan sudah
dalam miliGall.
c. SD(Standart Deviation) :
menunjukan besarnya gangguan dari luar. Makin besar nilai, maka makin besar
ketidakakuratan data. Standar untuk QC dari SD ini adalah tidak lebih dari 0,2
d. TilX dan TilY
Gravimeter adalah alat yang sangat sensitive, termasuk dalam peletakannya pada saat
pengambilan data, dimana alat tersebut darus berada pada bidang yang datar, dan nilai
TilX dan Til Y adalah nilai error dari ketinggian atau letak alat tersebut.
e. Temp (Temperature)
Dalam koreksi drift, kita tahu bahwa gravimeter dipengaruhi oleh 2 faktor, yang
pertama yaitu factor kelelahan alat dan yang kedua adalah factor temperature.
Keduanya akan mempengaruhi data. oleh karena itu dalam pengambilan data, kita juga
harus memperhatikan nilai temperature alat, dimana alat memiliki sifat jika terlalu lama
dipakai, temperature akan naik dan jika terlalu lama tidak dipakai, temperature dingin.
f. Time
Menunjukan waktu pengambilan data. Dalam pengambilan data gravity yang memiliki
metode looping, saat awal dari base sampai berakhir dibase harus diusahakan dalam
rentang waktu 12 jam dan dihari yang sama. Hal ini menjadi salah satu penilaian dalam
QC data
g. Terrain
Kita tahu bahwa pengukuran gravity sangat mungkin dilakukan di daerah ketinggian,
dimana dari satu titik dengan titik yang lain memiliki ketinggian yang berbeda pula.
Hal ini tentu akan mempengaruhi dari data, oleh karena itu kita tahu bahwa pada metode
gravity dilakukan koreksi terrain. Lalu mengapa pada pembacaan alat,nilai terrain nya
0? Sebenarnya, koreksi terrain dapat dilakukan dari alat dengan mencatat latitude,
longitude dan elevasi daerah pengukuran, namun hal tersebut dirasa tidak akurat karena
masih akan dipengaruhi oleh efek-efek lain dari daerah pengukuran. Oleh karena itu,
nilai terrain dikosongkan dan untuk perhitungan koreksi terrain dilakukan dengan
koreksi biasa.

2.8 Forward Modeling (Pemodelan ke Depan)


Forward modeling (pemodelan ke depan) adalah suatu metode interpretasi yang
memperkirakan densitas bawah permukaan dengan membuat terlebih dahulu benda geologi
bawah permukaan. Kalkulasi anomali dari model yang dibuat kemudian dibandingkan dengan
anomali Bouger yang telah diperoleh dari survei gaya berat. Prinsip umum pemodelan ini
adalah meminimumkan selisih anomaly pengamatan untuk mengurangi ambiguitas.
BAB III METODELOGI

3.1Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah software oasis montaj, surfer dan Microsoft excel
sedangkan bahan yang digunakan adalah data CBA sekunder
3.2 Alur Kerja

Mulai

Data awal gravity

Koreksi dan Reduksi


Data

Informasi Geologi
CBA

Lebar window & Estimasi Kedalaman

Anomali Regional Anomali Residual

Forward Modelling

Model 2D Geologi

Interpretasi

Selesai
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Set Projection
1. Pilih Coordinates
2. Pilih Set Projection
3. Kemudian atur kolom X dan Y, lalu klik Projection
4. Lalu pada kolom selanjutnya akan muncul kolom X,Y channel sesuai dengan yang telah
kita pilih. Jika sudah sesuai, klik Modify
5. Atur Cordinates System dengan memilih projected x,ykemudian pilih next
6. AturDatum dan Projected Method sesuai dengan wilayah kerja atau lokasi
pengambilan data. Lalu klik next
7. Kemudian akan muncul kembali Datum dan coordinates System yang akan
menunjukan datum dan koordinat yang telah kita atur sebelumnya. Jika sudah sesuai,
klik next
8. Pilih length units dalam meter
9. Kemudian akan muncul informasi mengenai Projected Cordinate System yang telah
kita atur sebelumnya, jika sudah sesuai, maka klik OK
10. Secara otomatis peta akan ter setting sesuai dengan kordinat yang telah kita atur.

3.3.2 Terrain Correction


Koreksi ini digunakan untuk mendapatkan nilal Complete Bouger Anomaly, dimana untuk
mendapatkan koreksi ini diperlukan bantuan software seperti Global Mapper dan Geosoft Oasis
Montaj. Jika sebelumnya telah didapat peta DEM local dan Regional, maka tahap selanjutnya
adalah memasukkan data tersebut ke software Geosoft Oasis Montaj.

1. Langkah pertama adalah mengatur Coordinate seperti yang telah dijelaskan


sebelumnya.
2. Kemudian Load Menu dan pilih gravity.omn. Hal ini bermaksud untuk
menyediakan fitur-fitur yang sekiranya dibutuhkan pada pengolahan data gravity.
3. Kemudian pilih gravity pada menu bar
4. Pada menu gravity, pilih Terrain Correction, lalu pilih create regional correction grid
5. Disana akan diminta data peta DEM local dan regional yang telah dikerjakan
sebelumnya di Global Mapper, lalu ubah terrain density sesuai dengan nilai density
yang telah diukur. nilai density ini bisa didapat dengan menggunakan metode Parasnis
maupun Nettleton. Jangan lupa untuk men klik scan X,Y dan secara otomatis kolom
minimum dan maksimum X,Yakan terisi, hal ini karena sebelumnya kita telah men
set Kordinat supaya sesuai dengan koordinat yang akan kita gunakan. Lalu klik ok
6. Kemudian akan didapat nilai Terrain yang kemudian dimasukkan kedalam perhitungan
untuk didapatkan nilai koreksi terrain supaya bbisa digunakan untuk mendapat nilai
CBA.

3.3.2 Input Data di Oasis Montaj


1. Buka data yang sebelumnya sudah dilakukan koreksi dan reduksi hingga sudah didapat
data akhir CBA dengan cara klik Datalalu New Database.
2. Akan muncul beberapa informasi yang harus diisi, isi informasi nama database dengan
nama file yang diinginkan, untuk informasi yang lainnya bisa dibiarkan, lalu klik OK.
Maka akan terlihat kolom-kolom yang masih kosong.
3. Langkah selanjutnya yaitu kita input data kedalam kolom dengan cara klik Data=>
Import=> Database Table=>All table lalu klik YES
4. Pilih data excel yang mau dimasukkan. Jangan lupa untuk mengubah files type menjadi
files. Dan untuk informasi selection, bisa pilih Selected table and fieldsJika sudah
klik OK. Lalu akan muncul kembali informasi mengenai database table distu pilih
sheet tempat semua data sudah berada. Lalu cek juga pada kolom selected fields apakah
data yang mau dimasukkan sudah benar. Jika sudah, klik OK. Maka data akan muncul
pada kolom.

3.3.4 Gridding Data


1. Klik menu Grid=> Gridding=>Krigging=>Dialog Control lalu akan muncul
informasi yang harus diisi, seperti informasi data mana yang akan di grid, nama grid dan
ukuran grid. Untuk data, pilih data yang sekiranya ingin di grid, umumnya yang dilakukan
gridding adalah data elevasi,CBA, dan G_Obs. Lalu untuk nama grid, sesuaikan dengan
nama data nya. Untuk grid cell, dikosongkan. Lalu klik OK. Maka akan muncul
penampang data hasil grid.
2. Lakukan hal serupa untuk data lainnya.

3.3.5 SURFER
Surfer digunakan untuk melakukan pemisahan anomaly regional dan residual dengan
metode moving average. Langkah-langkahnya adalah :
1. Klik New Contur Map lalu pilih data CBA yang sebelumnya sudah di grid di Oasis
Montaj. Lalu klik OK
2. Maka akan mucul penampang yang sama dengan di Oasis Montaj.
3. Lalu pilh menu Grid lalu pilih Filter.
4. Selanjutnya pilih Low Pass Filter, lalu pilih Moving average
5. Beri nama output dari hasil filter dengan nama Regional
6. Lalu padda kolom Filter Size masukkan angka 9 pada kedua kolom Rows dan Cols.
Untuk informasi yang lainnnya dibiarkan, lalu klik OK
7. Lalu klik new Contur Map dan pilih hasil grid anomali Regional yang telah dibuat.
Maka akan terlihat Anomali Regional. Pada anomaly regional terlihat memiliki bentuk
yang lebih smooth dari anomaly CBA.
8. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan anomaly residual, yaitu dengan klik Grid
Math. lalu klik Add Grids, masukkan grid CBA pada variable A dan Regional pada
variable B. Jika diingat kembali, untuk medapatkan anomaly residual, bisa dilakukan
dengan cara mengurangkan anomaly bougeur dengan anomaly regional. Lalu jangan
lupa untuk memberi nama pada data output dengan nama Residual dan dengan tipe file
nya Geosoft Binary. Jika sudah, klik OK
9. Lalu jangan lupa untuk new Contur Map dan pilih grid Residual.
10. Maka kita akan mendapatkan anomaly residual yang kemudian dapat dibandingkan
dengan anomaly bougeur dan anomaly regionalnya.
Gambar 3.1 (kiri-kanan) Anomali Bougeur, Anomali Regional, dan Anomali Residual

3.3.6 Membuat Map


Setelah dilakukan pemisahan anomaly regional dan residual pada Surfer, selanjutnya
dilakukan slicing pada anomaly residual yang memiliki zona interest untuk mendapatkan
model 2D. Slicing pada anomaly residual dilakukan karena anomalil residual
merepresentasikan adanya struktur dangkal dibawah permukaan. Langkah-langkahnya adalah
1. Klik kanan pada kolom Grids, lalu pilih add grid(s)
2. Pilih data anomali bougeur, regional dan residual yang sebelumnya telah diolah pada
surfer
3. Pilih menu Mapping, lalu klik New Map->New Map From X,Y
4. Pastikan informasi kordinat telah terisi, dan untuk distance unit pilih dalam meter, lalu
klik Next
5. Lalu beri nama Map dan atur ukuran sesuai dengan kebutuhan. Klik Finish Jika sudah
kalian akan mendapati halaman yang blank. Jika sudah seperti itu langkah selanjutnya
yaitu klik lagi pada menu Mapping, lalu pilih Base Map->Draw Base Map
6. Untuk informasi mengenai basemap layout, full map style base map dan map title box
bisa diisi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Jika sudah klik Finish maka akan
terlihat base map yang telah kita buat.
7. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan penampang anomali pada map yaitu dengan
cara klik Grid->Display Grid->Single Grid. Pada kolom informasi, pilih anomali yang
ingin dimunculkan, lalu klik Current Map. Jika sudah, Map beserta penampang
anomalinya akan muncul.
3.3.7 Grid Profil
Grid Profil dilakukan untuk meenentukan daerah interest yang kemudian akan diproses
lebih lanjut untuk pembuatan penampang 2D dengan forward modelling. Langkahnya sebagai
berikut :
1. Yang pertama dilakukan yaitu menentukan daerah interest, buat tanda dengan Map
Group Mode lalu double klik pada peta.
2. Pilih Draw Straight Line on Map, lalu tandai pada daerah yang sekiranya akan dibuat
model penampang 2D nya. Lakukan hal sama jika ingin membuat lebih banyak sllicing
pada penampang anomali
3. Jika sudah, pilih menu Load Menu, lalu pilih GYM-SYS
4. Lalu pada GYM-SYS pilih New Model->From Map Profile
5. Grid pada tanda yang sebelumnya telah dibuat
6. Pada kolom informasi, yang pertama beri nama pada model yang akan dibuat, lalu
untuk data gravity, pada informasi gravity grid bisa diisi dengan data grid residual, lalu
gravity grid elevation dan grid topography diisi dengan grid elevasi. Constant gravity
elevation dan constant topography diisi 0. Untuk informasi sisanya bisa diisi sesuai
kebutuhan. Jika sudah, klik Finish.
7. Lalu mulai buat model sesuai dengan parameter yang ada.

Gambar 3.2 Grid Profile

Gambar 3.3 Contoh hasil Forward Modeling


REFERENSI

Ali H. Yusuf, Azimi Ali, Wulandari Anita. 2015. Pemetaan Sesar Nusa Laut Berdasarkan
Hiposenter Gempa Bumi Nusa Laut Agustus-September 2015 Dan Data Gravitasi. Institut
Teknologi Bandung. Bandung

Bagus Hardiansyah.2011. Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi TG-11
Dengan Menggunakan Metode Gaya Berat. Universitas Lampung.Lampung.

Blakely,R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Application. Cambridge


University Press.

Buku Panduan Geophysics Expedition. 2016. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Kadir, W. G. A., 2000, Eksplorasi Gaya Berat dan Magetik, Departemen Teknik Geofisika,
FIKTM, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Meilisa, Sarkowi. 2013. Analisa Data Gravity Untuk Menentukan Struktur Bawah Permukaan
Daerah Manifestasi Panas Bumi Di Lereng Selatan Gunung Ungaran. Seminar Nasional Sains
& Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai