Anda di halaman 1dari 9

4.

1 Rumusan masalah
Bagaimana pola anomali magnetik di sekitar kampus LIPI Karangsambung.
Tujuan
Mengetahui pola anomali magnetik di sekitar kampus LIPI Karangsambung.
4.2 Teori
Medan magnet bumi
Penyebab utama kemagnetan bumi sekitar 99 % adalah gejala yang terjadi di dalam
bumi, yakni berdasar teori magnetohidrodinamis, disebabkan oleh arus listrik yang terbentuk
karena adanya proses rotasi bumi dan arus konveksi, sehingga menginduksi material
material bersifat magnetik di dekatnya dan mempengaruhi perubahan variasi medan magnet.
Sifat kemagnetan bumi ini terpolarisasi menjadi dua kutub yakni kutub utara dan kutub
selatan, sehingga seolah-olah di dalam bumi ini terdapat magnet batang yang sangat besar
dengan dua kutub yang letaknya terpisah jauh.
Berdasar penyelidikan ahli seismologi, bumi terdiri dari bagian inti yang cair, mantel
dan kerak bumi. Sumber medan magnet bumi utama berasal dari dalam bumi akibat pengaruh
rotasi bumi sehingga material magnetis di inti bumi seperti FeO, Fe2O3, MgO, CaO, SiO2
termagnetisasi akibat perputaran bumi pada porosnya (arus konveksi dalam inti bumi ).
Nilai magnet bumi merupakan besaran vektor total magnet bumi (F) dan dapat
dinyatakan dalam komponen-komponennya. Hal ini berarti disembarang titik disuatu ruang,
besaran, arah total medan magnet bumi ( F ) berubah sebagai fungsi waktu. Komponen
medan magnet bumi dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 4.1 komponen-komponen kemagnetan bumi


Keterangan:
1. Vektor X,Y,dan H terletak pada bidang horizontal dengan komponen X berada
disepanjang sumbu geografis, komponen Y pada timur geografis dan H pada komponen
horizontal.
2. Vektor Z merupakan komponen vertikal medan magnet bumi.
3. Vektor F merupakan komponen total medan magnet yang terletak pada bidang vertikal
yang memuat komponen H dan Z.

4. Sudut D merupakan sudut deklinasi yang dibentuk oleh utara sebenarnya (X) dengan
komponen horizontal (H).
5. Sudut I merupakan sudut Inklinsi yang besarnya ditentukan oleh vektor H dan F.
Nilai komponen kemagnetan yang diperoleh melalui pengukuran adalah XYZ,
HNHEZ, FHEV baik manual maupun digital, sedangkan komponen yang lain diperoleh
melalui perhitungan. Berdasar pengukuran medan magnet bumi di berbagai tempat, dapat
dibuat peta -peta isomagnetik yang terdiri atas peta isogonik, isoklinik, dan isodinamik.
Isogonik merupakan garis pada peta yang menghubungkan tempat - tempat yang mempunyai
deklinasi sama. Isoklinik adalah garis dalam peta yang menghubungkan tempat - tempat yang
mempunyai inklinasi sama, sedangkan isodinamik merupakan garis yang menghubungkan
tempat - tempat dengan kesamaan nilai kuat medan magnet atau komponen-komponennya
( H, Z, dan F ).
Satuan Intensitas medan magnet yang digunakan adalah oersted (Oe). Satuan lain
yang digunakan adalah nano Tesla (nT). Satu nano Tesla (nT) sama dengan 10-5 Oersted
(Oe). Nilai maksimum terdapat di sekitar kutub magnet bumi, yaitu 0,7 Oe di kutub utara
magnet bumi 0,6 Oe di kutub selatan magnet bumi. Sedangkan nilai minimumnya sekitar
0,25 Oe di Pasifik Selatan dan chili utara.
Medan magnet luar bumi
Sekitar 1 % dari kemagnetan bumi disebabkan oleh pengaruh dari luar bumi. Medan
magnet ini disebabkan oleh arus listrik di lapisan ionosfer yang menginduksi medan magnet
di permukaan bumi akibat adanya arus listrik yang berasal dari proses ionisasi gas oleh
partikel elektromagnetik, terutama sinar ultra violet yang berasal dari matahari. Medan luar
menyebabkan perubahan yang sifatnya periodik. Berdasar periodanya dapat dibedakan
menjadi variasi harian matahari, bulan dan badai magnetik.
Variasi Harian Matahari
Variasi harian matahari disebabkan oleh interaksi aliran listrik antara matahari dan
lapisan ionosfera yang mempunyai perioda 24 jam dengan amplitudo 10 sampai 50 nT.
Radiasi elektromagnetis ini menyebabkan sistem arus listrik dalam lapisan ionosfera pada
ketinggian 100 kilometer diatas permukaan bumi. Amplitudo variasi harian ini tergantung
pada lintang tempat pengamatan.
Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan medan magnet bumi secara tiba-tiba disebabkan
oleh induksi partikel bermuatan listrik yang sampai pada permukaan bumi. Badai magnetik
ini cenderung berulang setiap 27 hari dan kejadiannya dipicu oleh aktivitas sunspot di
matahari yang mengarah ke bumi sehingga menginduksi magnetosfera dan mengacaukan
medan magnet bumi, akibatnya variasi magnet bumi menjadi terganggu. Ketika terjadi badai
magnetik, segala aktivitas yang berkaitan dengan magnet dan memanfaatkan lapisan ionosfer
akan mengalami gangguan, contohnya GPS, sinyal komunikasi, dan lain-lain. Terganggunya
medan magnet bumi karena badai magnetik tercatat dalam variogram berupa perubahan
irregular terhadap variasi harian magnet, dengan amplitudo mencapai > 50 nT. Sehingga,
dalam pengolahan data magnet harus dilakukan koreksi terhadap badai magnetik ini.
Sedangkan survey magnet, tidak dapat dilakukan sebab alat pengukuran magnet tidak dapat
bekerja secara optimal.
Medan anomali lokal

Medan anomali magnet merupakan bagian dari medan magnet bumi yang ditimbulkan
karena ketidakteraturan distribusi material magnetis di kerak bumi bagian luar. Materi
penyusun kerak bumi tidak homogen yang terlihat dari adanya anomali sampai kedalaman
beberapa puluh kilometer. Anomali medan magnet bumi ini biasanya bersifat lokal sehingga
tidak terlihat pada peta-peta isomagnetik secara regional. Untuk kegiatan ekplorasi
menggunakan metode magnet bumi akan selalu berkaitan dengan anomali medan magnet,
karena nilai anomali yang terdeteksi di lapangan akan diinterpretasi untuk mengidentifikasi
penyebab anomali ini.
Reduksi data
Nilai medan magnet total yang tercatat pada sensor magnet merupakan gabungan dari
medan utama bumi, variasi harian, dan medan anomali lokal. Sehingga sebelum melakukan
interpretasi, data yang diperoleh dikoreksi / direduksi terlebih dahulu terhadap variasi harian
dan medan utama bumi untuk memperoleh nilai anomali lokalnya saja.
Koreksi Diurnal
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan variasi harian yang disebabkan pengaruh
dari luar bumi. Koreksi ini dihitung dari kurva variometer yang dihasilkan oleh variograf di
stasiun pengamatan permanen di sekitar wilayah pengamatan, dimana alat tersebut mencatat
nilai medanutama bumi dan variasi kemagnetan bumi secara terus menerus atau dari base
station yang ditentukan sendiri dalam pengukuran lapangan. Pereduksian pengaruh diurnal
ini, dapat juga dilakukan dengan metode tie point. Dalam penulisan ini koreksi diurnal
dilakukan menggunakan data langsung dari base stasiun.
Koreksi Normal
Koreksi normal dilakukan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet utama
bumi, yakni medan magnet yang ditimbulkan oleh keadaan dalam bumi berupa aktivitas arus
konveksi yang menginduksi batuan-batuan yang berada di dalam bumi. Koreksi ini dihitung
menggunakan peta-peta isomagnet hasil pengamatan data megnet selama kurun waktu
tertentu atau menggunakan data IGRF. Nilai koreksi normal dalam penelitian ini diambil dari
data yang tercatat di base stasiun karena metode survei yang digunakan adalah metode base
stasiun dan wilayah survei relatif sempit sehingga gradien koreksi normalnya dapat
diabaikan.
Berikut persamaan untuk proses koreksi data pengamatan medan magnet total di
suatu titik pengamatan :
T = T obs Tvh T IGRF
Tbasestasiun = Tbaseline Tvh
T = T obs - Tbasestasiun
Dimana T = anomali magnet
T obs = data pengamatan
Tvh = koreksi diurnal
T IGRF = koreksi normal
Tbasestasiun = data di base stasiun
Interpretasi magnet
Sebelum melakukan interpretasi dilakukan filterisasi terhadap nilai pengamatan yang
diperoleh karena nilai pengamatan biasanya dipengaruhi benda benda magnetis baik itu

berupa batuan, outcrop dari batuan beku,maupun peralatan-peralatan bersifat magnetis di


daerah survei. Proses pemfilteran tersebut adalah Upward Continuasi yaitu proses
transformasi pada data pengamatan yang diperoleh, sehingga seolah-olah pengukuran magnet
dilakukan pada ketinggian tertentu dan pengaruh benda - benda magnetis di sekitar daerah
survei dapat direduksi. Proses ini menggunakan persamaan model spectral domain upward
continuasi dari Tikhnonov Regularization, yaitu :
F (u,v) = s (u,v) X f (u,v) F (u,v)
= s (u,v) X f (u,v)
1 + s (u,v)2
Dimana F (u,v) = spektrum setelah ditransformasikan
s (u,v) = spektrum pentranformasi
f (u,v) = spektrum dari medan yang ditransformasi
= parameter regularisasi terkecil
Interpretasi magnet merupakan tahapan terakhir untuk mengetahui sumber penyebab
anomali kemagnetan. Interpretasi magnet dapat berupa kuantitatif atau kualitatif.Interpretasi
kualitatif dilakukan dengan menganalisa klosur kontur sehingga diketahui penyebab anomali
magnet kemudian dilihat kesesuainnya dengan referensi geologi lokasi penelitianya.
Sedangkan dalam interpretasi magnet kuantitatif dikenal adanya forward modeling dan
inverse modeling. Pada forward modeling dilakukan try and error antara perhitungan nilai
anomali dengan pendekatan rumus dan mencocokannya dengan hasil observasi di lapangan.
Sehingga semakin kecil tingkat errornya maka semakin mendekati kebenaran hasil
interpretasinya. Sedangkan untuk inverse modeling, mula-mula dilakukan penentuan
parameter-parameter sumber anomali dari data hasil observasi kemudian dibuat model
penyebab anomali kemagnetannya. Setelah itu disesuaikan dengan data penunjang (struktur
geologi, topografi) yang ada.
Namun, dalam kenyataannya interpretasi magnet memiliki ambiguitas. Karena nilai
anomali magnet di lokasi tertentu merupakan campuran dari anomali lokal yang bersifat
dangkal, dalam dan anomali regionalnya sehingga sebelum interpretasi perlu dilakukan
pemisahan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh nilai anomali lokal yang mendekati
kondisi sebenarnya dan hasil interpretasinya baik.
4.3 Hasil
4.3.1 Data dan metode pengolahan
Dalam pengukuran metode magnetik ini digunakan dua magnetometer yakni
PPMGSM-19T sebagai base station untuk menentukan nilai variasi diurnal dan QUANTUM
PPM sebagai pengukur portable medan magnetik total pada titik-titik survey. Data komponen
total yang didapatkan dalam pengukuran ini adalah sebanyak 49 titik dimana pada masingmasing titik dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali. Kemudian dari ketiga data pada titik
yang sama dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai bacaan pada titik tersebut. Data tersebut
diukur dalam satuan piko tesla (pT) sehingga perlu dikonversi dengan vaktor 1/1000 untuk
mendapatkan nilai dalam nano tesla (nT).
Data base station hasil pembacaan PPMGSM-19T digunakan untuk mengoreksi nilai
bacaan tiap titik. Data base station yang digunakan untuk mengoreksi bacaan di tiap titik
adalah nilai base yang yang terekam pada waktu yang bersesuaian dengan waktu
pengambilan data di titik pengukuran.
Data lapangan yang telah terkoreksi oleh variasi harian kemudian dilakukan koreksi
IGRF. IGRF merupakan model medan magnetik secara global. Data IGRF pada masing-

masing titik pengukuran didapatkan dari IGRF calculator yang didownload dari
http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-web/#igrfgrid.
Setelah data terkoreksi oleh model IGRF barulah didapatkan nilai anomali lokal.
Keseluruhan proses pengolahan data ini menggunakan program microsoft excel. Nilai
anomali lokal yang merupakan hasil akhir pengolahan data pada microsoft excel kemudian
diplot pada program surfer untuk mendapatkan peta kontur anomali magnet yang selanjutnya
dilakukan interpretasi. Secara umum alur pengolahan data pengukuran magnetik adalah
sebagai berikut.

Gambar 4.2 diagram alur pengolahan data.


4.3.2 Variasi diurnal
Nilai variasi harian didapatkan dari nilai pembacaan variasi diurnal pada base station
yang telah dikurangkan oleh nilai IGRF. Base sation pada pengukuran ini ditempatkan di
depan asrama kampus LIPI pada koordinat 7o3246.70 LS 109o4022.71 BT. Berikut
adalah plot nilai variasi diurnal pada 2 Juni 2015 dimana waktu dinyatakan dalam UTC.

Gambar 4.3 variasi diurnal ketika pengukuran berlangsung.

Tampak bahwa nilai variasi diurnal tertinggi bernilai 45280.70 nT pada 03.01 UTC
dan nilai variasi diurnal terendah bernilai 45256.61 nT pada 05.51 UTC. Adapun nilai
anomali rendah yang terjadi antara 03.50 UTC hingga 6.07 UTC dimungkinkan terjadi akibat
aktivitas manusia mengingat sensor base station ditempatkan dekat asrama kampus LIPI dan
pada jam tersebut mendekati waktu istirahat.

4.3.3 Analisis
Peta geologi pada lokasi pengukuran adalah sebagai berikut dimana wilayah
pengukuran ditunjukkan dengan kotak warna merah dan base station ditunjukkan dengan
simbol bintang.

Gambar 4.4 peta geologi di lokasi pengukuran.

Gambar 4.5 peta lokasi titik-titik pengukuran

Gambar 4.6 kiri : kontur anomali magnetik. kanan : kontur anomali magnetik yang dioverlay
pada peta lokasi titik-titik pengukuran.
Pengukuran tahap pertama ditunjukkan oleh titik berwarna hijau. Pengukuran ini
dilakukan pada pukul 07.00 WIB hingga 11.00 WIB. Jumlah titik pengukuran sebanyak 36
titik dimana titik survey tersebut berlokasi di sepanjang Jalan Raya Karangsambung dengan
jarak antara titik pertama dengan titik terakhir adalah 2.50 km. Pengukuran tahap kedua
ditunjukkan oleh titik putih. Pengukuran ini dilakukan antara pukul 13.00 WIB hingga 16.00
WIB. Jumlah titik pengukuran sebanyak 13 titik dimana lokasi pengukuran berada di area
persawahan samping kampus LIPI dengan jarak antar titik adalah 100 m. Tampak bahwa
sebaran nilai anomali cenderung mengikuti pola sebaran titik pengukuran. Pada daerah tanpa

titik pengukuran, nilai anomali cenderung renggang dan kurang bisa menggambarkan
anomali nyata pada daerah tersebut.
Anomali tertinggi bernilai 1626.71 nT terjadi pada koordinat 109.6742o BT - 7.52626o
LS sedangkan anomali terendah bernilai -471.04 nT terjadi pada koordinat 109.6687o BT 7.53554o LS. Jika kita tinjau peta geologi pada gambar diatas, memang antara lokasi titik
anomali tinggi dan rendah terletak pada jenis batuan yang sedikit berbeda. Anomali tinggi
dimungkinkan terjadi akibat suseptibilitas batuan sekitar titik tersebut yang tinggi. Aomali
yang rendah diperkirakan terjadi akibat terdapatnya batuan di sekitar lokasi pengukuran
dengan suseptibilitas yang rendah. Lokasi wilayah anomali tertinggi dan terendah yang
membentuk pola seperti dipole dimungkinkan juga terjadi karena adanya sesar yang
memanjang dari arah timur laut ke barat daya. Namun demikian, sebaran titik pengukuran
masih belum mencukupi untuk menginterpretasi apakah pembentukan pola anomali tersebut
benar disebabkan oleh adanya sesar. Diperlukan pengukuran lebih lanjut dengan sebaran titik
pengamatan yang rapat dan membentuk grid untuk memastikan adanya sesar pada lokasi
pengukuran.
Selain itu, lingkukang lokasi pengukuran dimungkinkan juga mempengaruhi besar
nilai anomali yang didapatkan. lokasi anomali tertinggi berada di dekat pemukiman warga.
Pada lokasi tersebut ditemui beberapa material logam seperti pagar besi dan atap seng.
Demikian pula pada lokasi anomali terendah, lokasi ini berada di tepi Jalan Raya
Karangsambung dimana terdapat lalulintas kendaraan bermotor. Di dekat lokasi juga ditemui
adanya tiang listrik.

4.4 Kendala survey


1. Terdapatnya material logam di sekitar lokasi pengukuran seperti pagar besi, atap seng,
dan kendaraan.
2. Terdapatnya sumber medan listrik di sekitar lokasi pengukuran seperti kabel listrik
dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
3. Hewan liar mengganggu kelancaran pengukuran seperti adanya ular di sawah.
4.5 Kesimpulan
Pola anomali magnetik pada pengukuran ini cenderung mengikuti titik-titik lokasi
pengambilan data. Anomali tertinggi bernilai 1626.71 nT terjadi pada koordinat 109.6742o BT
- 7.52626o LS sedangkan anomali terendah bernilai -471.04 nT terjadi pada koordinat
109.6687o BT - 7.53554o LS
Daftar pustaka
Wahyudi. 2001. Teori dan Aplikasi Metode Magnetik. Yogyakarta : Laboratorium Geofisika
Fakultas MIPA UGM.

Adhim Salamiani. 2009. Interpretasi Anomali Medan Magnet di Kabupaten Aceh Selatan,
Nangroe Aceh Darussalam (Studi Kasus Di Lokasi X). Laporan Kerja Program Pendidikan
Diploma III Jurusan Geofisika Akademi Meteorologi dan Geofisika

Anda mungkin juga menyukai