Pendahuluan
Pengoperasian bangunan berskala besar
(misalnya pabrik, reaktor nuklir, reaktor PLTU,
Jembatan) dan lain-lain akan menghasilkan
ketidakseimbangan gaya-gaya dan momen-momen
dinamik.
Ketidakseimbangan
tersebut
akan
ditransmisikan kepada pondasi bangunan tersebut dan
batuan penyangga di bawah bangunan. Oleh karena itu,
pondasi banguna tersebut harus didesain untuk mampu
menahan beban statik dan beban dinamik. Walaupun
beban dinamik biasanya jauh lebih kecil daripada
beban statik, namun beban dinamik biasanya berulangulang dalam jangka waktu yang lama.
Respon getaran dari sistem banguan-pondasibatuan dipengaruhi oleh besarnya frekuensi alami dan
amplitudo getaran, sehingga kedua hal tersebut sangat
shear).
Untuk menghitung komponen modulus
elastisitas sebuah medium diperlukan data-data
kecepatan gelombang kompresi (Vp), Vs, dan densitas
medium. Beberapa penulis menggunakan teknik
pengukuran parameter gelombang tersebut untuk
mengestimasi besarnya modulus elastisitasnya,
diantaranya Wahdwa et al (2010) menentukan estimasi
hubungan Vp/Vs untuk menguji batuan penyangga
pondasi reaktor nuklir di India, Wantland (1964)
menghitung Poisson Ratio berdasarkan pengukuran Vp
dan densitasnya, dll.
Dalam tulisan ini, akan dianalisis hubungan
empirik antara Vp dan Vs yang dihitung secara
independen, in situ, dan menggunakan metode yang
berbeda, dan perbandingannya dengan persamaan
empirik yang lain.
Metode Seismik Refraksi Permukaan
Metode tersebut memanfaatkan sebuah palu untuk
membangkitkan gelombang seismik, yang energi
getarannya diterima oleh serangkaian geophone di
permukaan. Efek biasan dari tiap diskontinuitas tanah
dianalisis kemudian ditentukan besarnya nilai
kecepatan perambatan dan kedalaman diskontinu
pembiasnya. Kecepatan yang diperoleh dapat berupa
Vp maupun Vs bergantung jenis geophone dan sumber
yang digunakan. Nilai Vp yang diperoleh merupakan
nilai rerata Vp pada suatu pelapisan ataupun blok-blok
bergantung dari metode analisis yang dipergunakan ().
Metode Multichannel Analysis of Surface Wave
(MASW)
Metode tersebut diperkenalkan oleh Park et al (1999),
disusun untuk mengurangi noise yang muncul pada
metode SASW (yang hanya menggunakan sepasang
geophone). Perekaman dilakukan secara simultan pada
24 geophone dengan jarak 1-2 meter hingga 50-100
meter dari sebuah sumber impulsif untuk mencakup
jangkau kecepatan fase-nya.
Metode ini pernah dan sukses digunakan
untuk menganalisis bed-rock (lapisan keras) yang
sangat berguna untuk analisis ketekniksipilan di daerah
Olathe, Kansas (Miller and Xia, 1999). Pada analisis
geologi dangkal, metode MASW juga digunakan untuk
membatasi kenampakan geologi bawah permukaan di
daerah Alabama (Xia, 2006) yang mencoba
memisahkan lapisan clay (lempung) dengan batupasir
dan gravel yang tersaturasi air.
Dalam bidang analisis/monitoring sifat
pondasi juga dilakukan oleh Miller et al (1999) untuk
menganalisis kondisi bawah tanah tepat di bawah
bangunan rumah di daerah Tampa, Florida, dimana
daerah ini sering terjadi amblesan akibat saturasi di
2(1 )
(1 2)
300 m
Spread 2 (34.5 m)
......
Shotpoint
Geophone
- Spacing : 1.5m
- #24 geophone
- intrashot
Gambar 1. Skema pengukuran untuk kedua metode seismik MASW dan Refraksi. Panjang total lintasan AB adalah 300m.
Sejumlah total 9 spread telah diakuisisi, dengan setiap spread terdiri dari 24 geophone berspasi 1.5m.
Time (msec)
Source= 99.7m
0
50
100
150
99
101
103
105
107
109
Distance (m)
111
113
115
117
119
121
123
125
127
129
131
133
99_133s_099.75.dat
Gambar 2. Contoh shotgather untuk diproses Refraksi. Sampel Data adalah data untuk posisi geophone meter 99 hingga 133
pada posisi shot di 99.75m. Garis-garis hijau adalah hasil pick pada shotgather yang lain.
(a)
(b)
Gambar 3. Salah satu sampel data yang telah disusun kembali dalam CMP gather (a), menunjukkan posisi CMP di meter 78,
dengan posisi envelopnya hingga 30m. (b) Kontur korelasi kecepatan fase yang bersesuaian dengan gambar (a) (korelasi
yang tinggi pada warna biru).
Traveltime
(ms)
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
: Observed
: Calculated
0
50
100
150
35
200
250
300
(m)
Scale = 1 / 901
Distance
Elevation
P-velocity
3.00
2.66
2.33
1.99
1.65
1.31
0.98
0.64
0.30
25
15
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
(km/sec)
m
Scale = 1/1000
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
Distance
Gambar 4. Hasil pengolahan refraksi dari data-data terpilih. Kemiripan data terhitung (atas) dengan data pengamatan cukup
tinggi. Data terhitung merupakan hasil perhitungan ray-path dari model akhir Vp (bawah).
Frequency (Hz)
0.0
1600.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Phase-velocity (m/s)
1400.0
1200.0
1000.0
800.0
600.0
400.0
200.0
0.0
(m)
-35
S-velocity
Depth
-30
1500.00
1300.00
1100.00
900.00
700.00
500.00
300.00
100.00
-25
-20
-15
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
(m/sec)
(m)
Scale = 1/1000
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
Distance
Gambar 5. Hasil akumulasi kurva kecepatan fase dan frekuensi (atas) seluruh data CMP gather, yang menghasilkan datadata nilai Vs (bawah) di lintasan pengukuran.
10-15m
5-10m
1000
0-5m
Carroll (1969)
Vp (m/s)
Brocher(2005)
Boore (2007)
Oyo (2007)
Wadhwa et al (2010)
Best Fit
100
100
Vs (m/s)
1000
Gambar 6. Hasil plot nilai Vp-Vs, beserta grafik empiris beberapa peneliti. Best fit secara linier grafik ini ditunjukkan oleh
garis putus-putus.