Anda di halaman 1dari 7

Verifikasi hasil pengukuran independen tak langsung Vp dan Vs tanah

Dengan persamaan-persamaan empirik


Eddy Hartantyo and Sismanto
Laboratorium Geofisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55283
Email: hartantyo@ugm.ac.id, hartantyo@gadjahmada.edu
Abstrak
Pengukuran tak langsung parameter Vp dan Vs telah dilakukan dalam medium lapukan batugamping. Parameter Vp
dihitung dengan metoda seismik bias, dan parameter Vs dihitung dengan metoda MASW. Target medium berupa slice 2D
dengan panjang 300m dan kedalaman 15m dari permukaan tanah. Data pengukuran diproses secara terpisah satu dengan
yang lain, sehingga menghasilkan nilai-nilai Vp dan Vs pada posisi yang sama (x,z). Hubungan antara Vp dan Vs
diverifikasi dengan beberapa persamaan empirik Vp-Vs baik untuk batuan maupun untuk tanah.
Hasil verifikasi menunjukkan bahwa plot hasil pengukuran dan pengolahan independen Vp dan Vs menghasilkan nilai-nilai
yang relatif mengikui persamaan-persamaan empirik yang ada (khususnya untuk tanah). Namun plot tersebut menyimpang
cukup jauh apabila diverifikasi dengan persamaan untuk batuan (segar). Diperoleh persamaan linier terbaik dalam plot
paper ini yaitu Vp = 2.492757 Vs 54.7 (dalam satuan m/s).
Kata kunci: Vs, Vp, Seismik Refraksi, MASW, Sifat-sifat tanah
Abstract
Independent and indirect measurements of soils Vp and Vs has been conducted at weathered limestone area. Vp values
have been measured by seismic refraction method, otherwise Vs values were measured by MASW method. Target medium is
a 2D slice with 300m length and 15m deep from surface. Masured data then independently processed, resulting Vp and Vs
values at the same position (x, z). The relation of Vp and Vs then verified by some empirical relation of Vp-Vs for both rock
and soil.
Plot of Vp-Vss independent measurements shows a good coherence with recent empirical relations (especially for soil).
Whatever, this plot is likely has a low similarity if verified by empirical formula for rocks (fresh). By linearing the equation,
best linier formula is Vp = 2.492757 Vs 54.7 (in m/s).
Keywordsi: Vs, Vp, Refraction Seismic, MASW, Soil properties

Pendahuluan
Pengoperasian bangunan berskala besar
(misalnya pabrik, reaktor nuklir, reaktor PLTU,
Jembatan) dan lain-lain akan menghasilkan
ketidakseimbangan gaya-gaya dan momen-momen
dinamik.
Ketidakseimbangan
tersebut
akan
ditransmisikan kepada pondasi bangunan tersebut dan
batuan penyangga di bawah bangunan. Oleh karena itu,
pondasi banguna tersebut harus didesain untuk mampu
menahan beban statik dan beban dinamik. Walaupun
beban dinamik biasanya jauh lebih kecil daripada
beban statik, namun beban dinamik biasanya berulangulang dalam jangka waktu yang lama.
Respon getaran dari sistem banguan-pondasibatuan dipengaruhi oleh besarnya frekuensi alami dan
amplitudo getaran, sehingga kedua hal tersebut sangat

penting untuk diketahui guna perhitungan desain


pondasi. Pada prinsipnya, frekuensi dinamiknya tidak
sama dengan frekuensi alami pondasi-batuan untuk
mencegah amplifikasi getaran. Dalam analisis
perhitungan frekuensi alami, diperlukan data-data
kecepatan gelombang shear (Dowrick, 2003).
Penentuan
parameter
elastik
batuan,
diantaranya adalah modulus elastisitas, sangat penting
untuk memonitor dan menguji respon beban statik dan
dinamik dari sebuah struktur bangunan. Dalam
penentuan modulus dinamik tersebut, diperlukan cara
pengukuran yang mempergunakan tingkat shear strain
yang kecil (berada dalam orde kurang dari 0.001%)
terhadap komponen shear yang diterapkan (Richart et
al, 1977). Orde tersebut dikenal dengan nilai Gmax
(Shear Modulus Maximum). Nilai Gmax ini sebanding
dengan besarnya nilai Vs (kecepatan gelombang

shear).
Untuk menghitung komponen modulus
elastisitas sebuah medium diperlukan data-data
kecepatan gelombang kompresi (Vp), Vs, dan densitas
medium. Beberapa penulis menggunakan teknik
pengukuran parameter gelombang tersebut untuk
mengestimasi besarnya modulus elastisitasnya,
diantaranya Wahdwa et al (2010) menentukan estimasi
hubungan Vp/Vs untuk menguji batuan penyangga
pondasi reaktor nuklir di India, Wantland (1964)
menghitung Poisson Ratio berdasarkan pengukuran Vp
dan densitasnya, dll.
Dalam tulisan ini, akan dianalisis hubungan
empirik antara Vp dan Vs yang dihitung secara
independen, in situ, dan menggunakan metode yang
berbeda, dan perbandingannya dengan persamaan
empirik yang lain.
Metode Seismik Refraksi Permukaan
Metode tersebut memanfaatkan sebuah palu untuk
membangkitkan gelombang seismik, yang energi
getarannya diterima oleh serangkaian geophone di
permukaan. Efek biasan dari tiap diskontinuitas tanah
dianalisis kemudian ditentukan besarnya nilai
kecepatan perambatan dan kedalaman diskontinu
pembiasnya. Kecepatan yang diperoleh dapat berupa
Vp maupun Vs bergantung jenis geophone dan sumber
yang digunakan. Nilai Vp yang diperoleh merupakan
nilai rerata Vp pada suatu pelapisan ataupun blok-blok
bergantung dari metode analisis yang dipergunakan ().
Metode Multichannel Analysis of Surface Wave
(MASW)
Metode tersebut diperkenalkan oleh Park et al (1999),
disusun untuk mengurangi noise yang muncul pada
metode SASW (yang hanya menggunakan sepasang
geophone). Perekaman dilakukan secara simultan pada
24 geophone dengan jarak 1-2 meter hingga 50-100
meter dari sebuah sumber impulsif untuk mencakup
jangkau kecepatan fase-nya.
Metode ini pernah dan sukses digunakan
untuk menganalisis bed-rock (lapisan keras) yang
sangat berguna untuk analisis ketekniksipilan di daerah
Olathe, Kansas (Miller and Xia, 1999). Pada analisis
geologi dangkal, metode MASW juga digunakan untuk
membatasi kenampakan geologi bawah permukaan di
daerah Alabama (Xia, 2006) yang mencoba
memisahkan lapisan clay (lempung) dengan batupasir
dan gravel yang tersaturasi air.
Dalam bidang analisis/monitoring sifat
pondasi juga dilakukan oleh Miller et al (1999) untuk
menganalisis kondisi bawah tanah tepat di bawah
bangunan rumah di daerah Tampa, Florida, dimana
daerah ini sering terjadi amblesan akibat saturasi di

daerah gamping. Dalam penelitiannya ini, geophone


yang biasanya ditancapkan di dalam tanah harus
dimodifikasi sehingga dapat digunakan dengan hanya
diletakkan di permukaan lantai beton. Juga pada
pemakaiannya dalam bidang teknik sipil menggunakan
metode MASW untuk mengkarakterisasi seismik dari
lapisan tanah/pondasi dari tempat/posisi turbin angin di
Kansas (Park and Miller 2005).
Metode ini telah dianalisis dan diujicobakan
kedalam data sintetik yang memberikan kemampuan
untuk mencitrakan kecepatan gelombang S (Vs) secara
detil di bawah permukaan hingga kedalaman 25m
(Hartantyo, 2008).
Penelitian lapangan sebelumnya sudah
dilakukan pada analisis tower di daerah non Karst
(daerah endapan kuarter gunung Merapi muda) yang
terletak di daerah Sleman (Hartantyo et al, 2008) dari
kenampakan inversi gelombang Rayleigh. Pada daerah
yang sama, Hartantyo (2009) juga telah memanfaatkan
metode ini bersamaan dengan teknik inversi refraksi
untuk menentukan sifat-sifat batuan yaitu Poisson
Ratio, Vp/Vs Ratio, dan Modulus Young.
Penelitian pencitraan gelombang shear dengan
maksud yang lain juga sudah dilakukan untuk
menganalisis batuan dangkal di daerah Selatan rowo
jombor, Bayat untuk mengetahui kenampakan struktur
dangkal dan pengaruhnya terhadap kerusakan gempa
Jogjakarta pada bulan Maret 2006 yang lalu (Hartantyo
dan Hussein, 2008).
Analisis lebih jauh terhadap metode yang
digunakan, yaitu MASW telah dilakukan penulis
(Hartantyo dan Brotopuspito, 2010) di daerah yang
relatif berbatuan keras (zona karst Pegunungan
Selatan) yang memberikan hasil bahwa metode MASW
memiliki resolusi yang tidak jauh berbeda dengan
pengukuran di daerah lunak (endapan Kuarter) yang
memiliki Vs relatif rendah.
Hartantyo dan Suryanto (2010) juga telah
mengaplikasikan metode pencitraan gelombang Vs
pada bidang 2D dengan menggunakan konsep MASWCMP (Hayashi dan Suzuki, 2004) untuk mengetahui
kondisi bawah permukaan tower SUTET berdaya besar
yang melintas di daerah Karst Pegunungan Selatan.
Persamaan Empirik
Beberapa perumusan empirik mengenai
hubungan antara Vp dan Vs yang dipergunakan dalam
tulisan ini adalah; Persamaan linear Carrol (1969):
= 0.75609 .

Dengan kecepatan dalam satuan km/detik dan


diturunkan berdasarkan data pengukuran batuan.
Persamaan Brocher (2005) menggunakan persamaan
deret pangkat:

= 0.9409 + 2.0947 0.8206 + 0.2683


0.0251

Dengan kecepatan dalam satuan m/detik, juga


diturunkan untuk data-data batuan. Persamaan Boore
(2007) mempergunakan persamaan elastik berbentuk:
=

2(1 )
(1 2)

Dengan kecepatan dalam m/detik dan nilai Poisson


ratio () terbaik sebesar 0.4. Persamaan Boore ini
diturunkan dari koleksi data-data pengukuran pada soil.
Dalam manual OYO (2007) diberikan persamaan
sederhana dalam bentuk:
= 2

Dengan kecepatan dalam m/detik. Wadhwa et al (2010)


memberikan persamaan empiriknya sebagai:
=1.09913326 .

Dalam km/detik, dan diturunkan dengan data-data soil.


Metode Penelitian
Area penelitian terletak pada 25km arah barat
kabupaten Tuban, berada pada 3km selatan jalur
pantura (pantai utara). Daerah didominasi oleh
batugamping dengan tingkat pelapukan lanjut, disisipi
oleh lempung. Batugamping tersebut secara garis besar
berstruktur sarang lebah (honeycomb), bertekstur lunak
hingga sangat lunak dan berwarna putih kekuningan.
Secara umum, kenampakan lapangan dari permukaan
hingga 1m adalah berlitologi lempung.
Area tersebut diwakili oleh lintasan sejauh
300 meter dengan kedalaman target maksimum
dibatasi hingga 15m. Pengukuran menggunakan
metode intra geophone shot (lihat gambar 1), yang
bergerak dengan titik overlay adalah 2 geophone di
setiap spread. Pada gambar 1, panjang AB adalah
300m, dan panjang satu spread adalah 34.5m, yang
disusun oleh 24 geophone (tanda panah ke bawah)
berspasi 1.5m antar geophone. Dibutuhkan total 9
spread untuk memenuhi panjang 300m. Tanda segitiga
menunjukkan posisi shot, sehingga dibutuhkan 25 shot
dalam satu spread.
Total shot gathers yang dikumpulkan
berjumlah 225 shotgathers yang terdiri dari 5400 tras
seismik. Sejumlah 225 data shotgathers seluruhnya
digunakan untuk proses MASW, sedangkan sejumlah
47 shotgathers digunakan untuk proses Seismik
Refraksi.

Dalam proses refraksi, proses yang dilakukan


adalah mengedit geometri tiap shotgather, melakukan
picking first arrival (lihat gambar 2), dan melakukan
proses inversi secara simultan dengan software
Seisimager. Proses ini akan menghasilkan sayatan nilai
Vp.
Sedangkan dalam proses MASW, dilakukan
proses editing geometri, mengubah urutan data dati
shot gather menjadi CMP gather, menghitung korelasi
kecepatan fase untuk setiap frekuensinya (lihat gambar
3), melakukan picking kurva kecepatan fasenya, dan
melakukan proses inversi simultan 1D dengan
pembobotan dan regularisasi ke arah horisontal
menghasilkan sayatan nilai Vs.
Hasil dan Pembahasan
Hasil sayatan Vp pada lintasan pengukuran
ditunjukkan pada gambar 4. Pada gambar 4 bagian
atas, menunjukkan plot data dari lapangan
dibandingkan dengan plot data sintetik hasil
pemodelan. Kesesuaian data cukup tinggi dengan rms
error sebesar 4.3%. Data sintetik pada gambar ini
merupakan hasil raytrace dari model kecepatan Vp
pada gambar 4 bawah. Model tersebut menunjukkan
bahwa pada lintasan pengukuran memiliki undulasi
pada bagian bawahnya, dengan nilai Vp berkisar antara
300 hingga 3000 m/detik.
Lapukan dengan kedalaman yang relatif besar
ditunjukkan pada meter 70 hingga 110 dan meter 170
hingga 240. Mulai meter 250 hingga ujung meter 300,
batugamping relatif memiliki tingkat pelapukan yang
rendah (lebih segar) dibandingan area yang lain.
Hasil sayatan Vs dapat dilihat pada gambar 5
bagian bawah. Sayatan tersebut diperoleh dengan
melakukan inversi kurva kecepatan fase (gambar 5
atas) di tiap posisi CMP. Inversi menggunakan konsep
1D dengan regularisasi dan smoothing pada arah
horisontal sehingga terbentuk sayatan 2D. Kecepatan
Vs pada lintasan ini berkisar dari 100 hingga 1100
m/detik. Pada lintasan ini, terdapat dua kedalaman,
dengan posisi yang hampir sama dengan posisi
kedalaman Vp hasil seismik refraksi.
Secara visual kesamaan antar kedua sayatan
cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa data-data
yang diolah secara independen dengan metode yang
berbeda menunjukkan pola konsistensi yang tinggi.
Plot nilai Vp dan Vs dari kedua citra
ditunjukkan pada gambar 6. Plot dibagi dalam 3
kelompok, yaitu 0-5m, 5-10m dan 10-15m.
Kenampakan titik-titik plot yang terverifikasi oleh
beberapa persamaan empirik menunjukkan pola yan
identik. Khusus untuk persamaan empirik yang
diturunkan dari batuan (bukan soil) menunjukkan
kelakuan yang menyimpang dari data. Untuk
persamaan empirik yang diturunkan dari data-data soil

(kedalaman dangkal, kurang dari 30m) menunjukkan


kekonsistenan terhadap titik data.
Berdasarkan plot tersebut, menunjukkan
bahwa pengukuran sifat-sifat elastik batuan/soil
menggunakan metode tak merusak Refraksi maupun
MASW memberikan hasil yang memuaskan. Apabila
ditarik persamaan empirik untuk batugamping pada
area penelitian diberikan oleh;
= 2.492757 54.7

Dalam satuan m/detik.


Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa metode pengukuran tak


langsung Refraksi dan MASW untuk menentukan sifatsifat elastisitas gelombang pada media menunjukkan
konsistensi yang tinggi, sehingga memungkinkan
penggunaannya dalam skala yang luas karena
kecepatan dan kemurahan metode. Persamaan empirik
hubungan Vp dan Vs juga telah diturunkan, khususnya
pada area dengan litologi batugamping lapuk tertutup
lempung.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih diucapkan kepada wiwit suryanto, atas
diskusinya dan Afif, Yan, Joko, Rudi, Barko atas
bantuannya dalam pengambilan data di lapangan.
Daftar Pustaka
Boore, D.M., 2007, Some thoughts on relating density
to velocity, Notes on personal web, not published.
Brocher, T.M., 2005. Empirical relations between
elastic wavespeeds and density in the Earths crust,
Bull. Seism. Soc. Am. 95, 2081-2092.
Carrol, R.D., 1969. The determination of acoustic
parameters of volcanic rocks from compressional
velocity measurements, Int. Jl. Rock Mech. Min.
Sci., 6, 557-579.
Dowrick, D., 2003. Earthquake Risk Reduction, John
Wiley and Son, NewYork. ASTM D-4428.
Hartantyo, E., Afif, R. and Wiwit, S.,2008, Active
Multichannel Analysis of Surface Waves (MASW)
Survey for SUTET tower base soil compaction
imaging, submitted to ICMNS 2008, ITB Bandung.
Hartantyo, E., 2008. Analisis Gelombang Permukaan
Seismik, Laporan Penelitian Dosen Muda, LPPM
2008, tidak dipublikasikan.
Hartantyo, E., 2009. Joint Analysis of Shallow
Subsurface Seismic Properties beneath Extra High
Voltage PLN Towers, Proceeding The First
International Seminar on Science and Technology,
ISSTEC
2009,
ISBN:978-979-19201-0-0,

Universitas Islam Indonesia, 25 January 2009.


Hartantyo, E., dan Hussein, S., 2008, Pencitraan
dangkal batuan bawah permukaan daerah Rowo
Jombor, Klaten dan kaitannya dengan Gempabumi
Jogjakarta menggunakan analisis Gelombang
Permukaan, Penelitian Antar Bidang Ilmu, FMIPA
2008, tidak dipublikasikan.
Hartantyo, E. and Brotopuspito, K.S., 2010, Analysis
on MASW near and far offsets at high Vs velocity
limestone, submitted to International Conferences
of HAGI-SEG Joint Convention, Bali, 2010.
Hartantyo, E. and Suryanto, W., 2010, Analisis
kestabilan tapak tower SUTET di daerah Karst dari
data sayatan Vs MASW, diterima untuk
dipresentasikan pada Seminar Himpunan Fisika
Indonesia
(HFI),
Universitas
Diponegoro,
Semarang, 12 April 2010
Hayashi, K. and Suzuki, H., 2004, CMP crosscorrelation analysis of multi-channel surface-wave
data; Exploration Geophysics, v 35, 713
Miller, R.D. and Xia, J., 1999, Using MASW to Map
Bedrock in Olathe, Kansas, Kansas Geological
Survey Open File Report No 99-9. Final report to
Harding Lawson Associates, Lees summit,
Missouri.
Miller, R.D., Xia, J. And Park, C.B., 1999. MASW to
investigate Subsidence in the Tampa, Florida Area.
Kansas Geological Survey Open File Report 99-33.
Report to ELM Consulting LLC, Olathe, Kansas.
OYO (2007) Software (c).
Park, C.B., Miller, R.D., and Xia, J., 1999, Multichannel analysis of surface waves, Geophysics,
Vol. 64, No. 3 (May-June 1999); P. 800808.
Park, C.B., and Miller, R.D., 2005, Seismic
Characterization of Wind Turbine Sites in Kansas
by the MASW Method, Kansas Geological Survey
Open File Report 2005-23. Report to Barr
Engineering Company, Minneapolis.
Richart, F.E., Jr., Anderson D.G., & Stokoe II K.H.,
1977. Predicting in situ strain-dependent shear
moduli of soils, Proc. Sixth world conf. Earthq.
Eng, New Delhi, India
Wadhwa, R.S., Ghosh, N., & Subba Rao, Ch., 2010.
Empirical relation for estimating shear wave
velocity from compressional wave velocity of
rocks. J. Ind. Geophys. Union (January 2010) Vol
14 No.1,pp21-30.
Wantland, D., 1964. Geophysical measurements of
rocks properties in situ. State of Stress in Earth
Crust, Proceeding of the International Conference,
Santa Monica, California, p409-450.
Xia, J., 2006, Delineating Subsurface Features with the
MASW Method at Maxwell AFB in Montgomery,
Alabama, Kansas Geological Survey Open File
Report No 2006-1. Report to Andrew Weinberg,
Bechtel-S Corp., Texas.

300 m

Spread 1 (34.5 m):

Spread 2 (34.5 m)

......

Shotpoint
Geophone

- Spacing : 1.5m
- #24 geophone
- intrashot

Gambar 1. Skema pengukuran untuk kedua metode seismik MASW dan Refraksi. Panjang total lintasan AB adalah 300m.
Sejumlah total 9 spread telah diakuisisi, dengan setiap spread terdiri dari 24 geophone berspasi 1.5m.
Time (msec)

Source= 99.7m
0

50

100

150

99
101
103
105
107
109

Distance (m)

111
113
115
117
119
121
123
125
127
129
131
133

99_133s_099.75.dat

Gambar 2. Contoh shotgather untuk diproses Refraksi. Sampel Data adalah data untuk posisi geophone meter 99 hingga 133
pada posisi shot di 99.75m. Garis-garis hijau adalah hasil pick pada shotgather yang lain.

(a)

(b)

Gambar 3. Salah satu sampel data yang telah disusun kembali dalam CMP gather (a), menunjukkan posisi CMP di meter 78,
dengan posisi envelopnya hingga 30m. (b) Kontur korelasi kecepatan fase yang bersesuaian dengan gambar (a) (korelasi
yang tinggi pada warna biru).

Traveltime

(ms)
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

: Observed
: Calculated
0

50

100

150

Seismic refraction method

35

200

250

300

(m)
Scale = 1 / 901

Distance

Elevation

P-velocity
3.00
2.66
2.33
1.99
1.65
1.31
0.98
0.64
0.30

25

15
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

(km/sec)
m
Scale = 1/1000

100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300

Distance

Gambar 4. Hasil pengolahan refraksi dari data-data terpilih. Kemiripan data terhitung (atas) dengan data pengamatan cukup
tinggi. Data terhitung merupakan hasil perhitungan ray-path dari model akhir Vp (bawah).
Frequency (Hz)
0.0
1600.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

Phase-velocity (m/s)

1400.0
1200.0
1000.0
800.0
600.0
400.0
200.0
0.0

(m)

S-Velocity Line 4 (West - East)

-35

S-velocity

Depth

-30

1500.00
1300.00
1100.00
900.00
700.00
500.00
300.00
100.00

-25

-20

-15
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

(m/sec)
(m)
Scale = 1/1000

100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300

Distance

Gambar 5. Hasil akumulasi kurva kecepatan fase dan frekuensi (atas) seluruh data CMP gather, yang menghasilkan datadata nilai Vs (bawah) di lintasan pengukuran.

10-15m
5-10m

1000

0-5m
Carroll (1969)

Vp (m/s)

Brocher(2005)
Boore (2007)
Oyo (2007)
Wadhwa et al (2010)
Best Fit

100
100

Vs (m/s)

1000

Gambar 6. Hasil plot nilai Vp-Vs, beserta grafik empiris beberapa peneliti. Best fit secara linier grafik ini ditunjukkan oleh
garis putus-putus.

Anda mungkin juga menyukai