Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENELITIAN METODE SEISMIK

MASW

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas


Mata Kuliah Metode Seismik

Oleh :

Mahasiswa Unsyiah

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
Juni, 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu aplikasi yang memerlukan metode geofisika untuk memodelkan
bawah permukaan adalah bidang geoteknik. Geoteknik membutuhkan metode
geofisika untuk pengklasifikasian jenis tanah. Kecepatan gelombang S (Vs),
kecepatan gelombang P (Vp), Poisson’s Ratio (σ) dan Densitas (ρ), merupakan
parameter terpenting dalam pengklasifikasian jenis tanah. Ada berbagai macam
metode untuk mengidentifikasikan Vs, salah satunya adalah metode P-S logging.
Namun metode ini kurang cocok diaplikasikan di daerah urban karena akuisisi data
yang sulit dan juga membutuhkan biaya operasional yang mahal.

Metode geofisika lain untuk pengidentifikasian Vs adalah dengan


memanfaatkan gelombang permukaan, kemudian menginversikannya menjadi
profil kecepatan gelombang S. Metode analisis gelombang permukaan menawarkan
proses aplikasi yang jauh lebih mudah dan murah dibandingkan metode P-S
logging. Selain itu, metode analisis gelombang permukaan memiliki Signal to
Noise (S/N) ratio yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode seismik
konvensional (metode seismik refraksi dan metode seismik refleksi). Hal ini
disebabkan karena kedua metode seismik konvensional tersebut memanfaatkan
gelombang badan (body-waves) sebagai sinyal dan gelombang permukaan
(Surface-wave) dianggap sebagai noise. Gelombang badan merambat sangat cepat
di dalam tanah, selain itu gelombang ini juga mempunyai amplitudo yang sangat
kecil jika dibandingkan dengan gelombang permukaan.

Namun, baik metode MASW aktif maupun MASW pasif, masing-masing


memiliki kelemahan. Kelemahan metode MASW aktif adalah penetration depth-
nya yang dangkal. Hal ini disebabkan oleh sumber (source) yang digunakan
memiliki frekuensi yang cukup besar sehingga tidak bisa menjangkau kedalaman
yang cukup dalam. Berbeda halnya dengan metode MASW pasif yang
memanfaatkan ambient noise sebagai source-nya. Metode MASW pasif dapat
menjangkau kedalaman yang lebih dalam dibandingkan metode MASW aktif. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya frekuensi ambient noise yang ditangkap. Namun,
untuk kedalaman yang dangkal, metode MASW pasif resolusinya tidak sebaik
MASW aktif. Oleh karena itu, dengan mengkombinasikan metode MASW aktif
dengan MASW pasif, diharapkan dapat menutupi kekurangan masing-masing
metode tersebut.

1.2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan dengan metode MASW.


2. Bagaimana prinsip kerja dari metode MASW.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan metode MASW dalam penelitian.


2. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari metode MASW.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kecepatan gelombang geser (VS), modulus geser (G) dan rasio redaman (D)
merupakan parameter yang penting dan diperlukan dalam analisis respon dinamik
tanah. Penentuan parameter dinamik tanah ini dapat dilakukan dari pengujian
lapangan dengan metode seismik seperti cross-hole, down-hole, spectral analysis
of surface wave (SASW) dan multichannel analysis of surface wave (MASW).
Dua metode terakhir yang disebutkan merupakan metode seismik non-
destruktif yang merekam perambatan gelombang permukaan (gelombang
Rayleigh). Sifat kekakuan tanah dapat dinilai dari kecepatangelombang gesernya,
dimana keduanya menunjukkan hubungan yang elastik linier. Semakin besar nilai
kecepatan gelombang geser maka akan semakin besar juga nilai kekakuan tanahnya
atau semakin keras dan padat. Kecepatan gelombang geser hanyaberkaitan dengan
kekakuan geser dari struktur tanah sedangkan pengaruh tingkat kejenuhan tanah
pada kecepatan gelombang geser lebih terkaitan dengan kepadatan tanah (Stokoe et
al., 2004). Semakin rendah tingkat kejenuhan tanah maka akan semakin tinggi nilai
VS dan G (Cho & Santamarina, 2001).
Metode MASW dikembangkan oleh Nazarian dan Stokoe pada tahun 1984.
Park et al (1995) dan Foti (2000) mulai mengusulkan metode MASW yang
merupakan pengembangan dari metode SASW. Kedua metode ini pada prinsipnya
mempunyai teknik analisis yang sama. Perbedaan diantara kedua metode ini adalah
pada jumlah geofon yang digunakan. Sepasang geofon dengan beberapa kali
konfigurasi geometrik digunakan dalam metode SASW untuk mendapatkan data
seismik hingga kedalaman tertentu, sedangkan dalam metode MASW, data seismik
direkam sekaligus dalam satu konfigurasi geofon.

2.1. Metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave)


Metode MASW merupakan metode yang memanfaatkan fenomena dispersi
gelombang permukaan yang bertujuan untuk mengevaluasi karakter suatu medium
solid. Secara umum metode MASW akan mengukur variasi kecepatan gelombang
permukaan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Panjang gelombang
berhubungan dengan kedalaman, panjang gelombang akan berkurang seiring
bertambahnya kedalaman. Pengukuran MASW membutuhkan sumber seismik aktif
dan atau pasif untuk menghasilkan gelombang permukaan dengan 12 sampai 24
rangkaian geopon. Geopon menerima dan mengukur hasil rekaman yang
ditimbulkan pada beberapa jarak dari sumber getaran. Tiap geopon mengandung
banyak gelombang permukaan, masing-masing dengan panjang gelombang yang
berbeda-beda.
MASW memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode seismik lainnya
antara lain :
1. Non eksplosif, sehingga tidak merusak lingkungan.

2. Lebih murah karena tidak diperlukan pengeboran.

3. Peralatannya mudah dibawa dengan tenaga manusia

4. Dapat digunakan survei dangkal maupun mencapai ratusan meter.

5. Mudah dalam menentukan persebaran nilai rata-rata Vs30 untuk


menentukan jenis tanah (seperti pada penelitian yang penulis lakukan).

2.1.1 Metode MASW Pasif dan Aktif


Metode MASW dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu metode MASW aktif
dan Metode MASW pasif. Perbedaan metode MASW aktif dan pasif terletak pada
sumber gelombang yang digunakan, pada MASW aktif sumber gelombang yang
digunakan harus memiliki frekuensi yang tinggi, yaitu dapat berupa palu atau
weightdrop, sedangkan MASW pasif menggunakan sumber dengan frekuensi
rendah seperti pasang surut air laut, lalu lintas kenderaan, kerumunan pejalan kaki.
Gambar 1. Gambaran umum survei metode MASW

Gambar 2. Skema survei lapangan MAWS aktif


Gambar 3. Metode MASW pasif remote

Gambar 4. Metode MASW pasif Roadside

Konfigurasi remote digunakan untuk survei 1-D. Konfigurasi geopon disusun


berbentuk simetris. Misalnya lingkaran, silang, persegi, atau segitiga. Sedangkan
konfigurasi roadside dapat digunakan untuk survei 2-D. Metode ini memanfaatkan
gelombang permukaan yang dihasilkan dari lalu lintas lokal. Hasilnya mungkin kurang
akurat dibandingkan dengan metode remote, namun konfigurasi ini paling mudah
digunakan dalam survei karena tidak memerlukan banyak ruang untuk konfigurasi
geoponnya. Konfigurasi ini dapat menggabungkan metode aktif dan pasif sekaligus.

2.2. Prosedur MASW


Secara umum prosedur MASW terbagi dalam tiga tahap yaitu:
A. Akuisisi data
Proses akuisisi data dengan metode MASW menggunakan 24 sampai 48
geopon. Masing-masing geopon dihubungkan dengan menggunakan kabel take-out.
Kabel take-out dihubungkan pada seismograf, dengan menggunakan kabel interface
seismograf dihubungkan ke laptop. Sumber gelombang yang digunakan, yaitu palu
atau weighdrop dan sumber frekuensi rendah seperti aktifitas pejalan kaki, lalu lintas
kendaraan atau keretaapi tergantung metode MASW yang akan digunakan. Pada tahap
akuisisi data, agar diperoleh data yang bagus dengan rasio S/N (signal to noise) yang
baik. Variasi konfigurasi dan alat akuisisi sangat penting untuk diperhatikan. Untuk
mendapatkan data hingga kedalaman tertentu, maka sumber yang digunakan berbeda-
beda, semakin dalam kedalaman yang ingin diperoleh, maka sumber gelombang harus
memiliki energi yang semakin besar. Kedalaman maksimum yang dapat dicapai
tergantung panjang gelombang (Zmax ≈ 0.5 𝜆max).
Gambar 5. Konfigurasi MASW aktif yang direkomendasikan

Jika jarak antar geopon kurang sesuai, hal ini dapat mengakibatkan data kurang
koheren. Jika ingin dilakukan survei lebih dalam, beban yang diberikan harus
semakin berat untuk menimbulkan energi yang besar. Hal-hal seperti ini dijadikan
pertimbangan apakah metode aktif atau pasif yang lebih baik dilakukan.

B. Pengolahan Data
Data seismik yang didapat saat akuisisi data dengan metode Multichannel
analysis of surface wave berupa shoot gather dalam domain waktu dan jarak. Data
pengukuran dari domain waktu ditransformasikan ke domain Phase velocity-
frequency dengan menggunakan software seisImager modul pickwin, sehingga data
berubah menjadi gambar kurva dispersi yang menunjukkan hubungan frekuensi dengan
kecepatan fasa gelombang berdasarkan energinya. Energi yang paling besar biasanya
ditunjukkan oleh warna ungu. Pada gambar dispersi akan terlihat berbagai mode
gelombang yang terekam. Mode yang akan dipicking adalah mode dasar dari
gelombang permukaan “C0” (Gambar 7), mode dasar atau foundamental mode
memiliki sensivitas yang tinggi terhadap perubahan Vs dan ketebalan dekat permukaan,
sedangkan perubahan densitas dan kecepatan gelombang primer Vp sensivitasnya kecil
untuk mode dasar dan frekuensi yang sempit. Kurva dispersi mode tinggi (higher mode)
sensitivitas tinggi pada kedalaman yang lebih dalam dan telah dipengaruhi oleh
kecepatan gelombang (Vp, Vs, densitas dan ketebalan). Kemampuan membedakan satu
jenis gelombang dari gelombang lainnya sangat berpengaruh pada proses picking yang
akan dilakukan.

Gambar 6. Tahap pengolahan data MASW


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksakan pada bulan Oktober 2017 sampai dengan Maret
2018. Dengan lokasi penelitian di Kecamatan Majalengka yang berada pada titik
koordinat 108°08’ - 108°16’ BT dan 6°58’ - 7°01’ LS. Pengolahan dan analisis data
dilakukan di Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika, Universitas Syiah Kuala.

3.2. Peralatan dan Perangkat Lunak

Peralatan dan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1

No Alat/Perangkat Lunak Jumlah

1 Laptop 1 Unit

2 SeisImager 1 Unit

3 Geopsy 1 Unit

Adapun bahan-bahan yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Data Mikrotremor, yang di ukur pada 54 titik di Kecamatan Majalengka yang


telah direkam sebelumnya oleh Tim Seismologi Teknik BMKG.

 Data waveform survei MASW, yang di ukur pada 18 titik di Kecamatan


Majalengka yang telah direkam sebelumnya oleh Tim Seismologi Teknik
BMKG.
 Peta geologi Kota Majalengka, yang diperoleh dari Lembar Arjawinangun
(Djuri,1995).

3.3. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian pada penelitian ini meliputi data penelitian, diagram alir
penelitian dan pengolahan data penelitian.

3.3.1. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data mikrotemor dan MASW hasil pengukuran tim
Seismologi Teknik, BMKG Pusat. Data yang digunakan berjumlah 72 data, yaitu
data mikrotremor sebanyak 54 titik pengukuran dan 18 lokasi pengukuran untuk
MASW di Kota Majalengka. Peta lokasi titik-titik pengukuran mikrotremors dan
MASW yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.3.2. Akusisi Data VS30

Tahap awal penelitian menggunakan metode MASW adalah mengakusisi data


lapangan. Untuk rekaman data seismik dengan menggunakan metode ini, ada
beberapa parameter dalam konfigurasi lapangan yang harus diperhatikan dan
ditentukan agar diperoleh data yang berkualitas baik. Salah satunya yaitu jarak
geophone dengan sumber getaran. Apabila jarak geophone yang paling dekat (x)
dengan sumber getaran terlalu dekat, maka akan terjadi near field effect, karena
gelombang Rayleigh akan menjadi stabil dan planar setelah merambat dalam jarak
tertentu dari sumber getaran (Xia et.al, 2006). Begitu juga dengan geophone yang
paling jauh dari sumber getaran karena pada jarak yang jauh, gelombang badan dan
mode yang lebih tinggi (far field effect) akan menjadi lebih dominan daripada mode
dasar (gelombang Rayleigh). Untuk jarak antara geophone sebaiknya spasi jarak
minimum sebanding dengan panjang gelombang minimum (λmin). Jarak antara
geophone yang terlalu jauh akan mengakibatkan munculnya efek gelombang yang
lain (spasial aliasing problem) (Park et.al, 2001). Gambar 3.1 menunjukkan
konfigurasi lapangan untuk metode MASW dengan lebih jelas.

Jumlah geofon yang digunakan dalam metode MASW sebanyak 24 geofon


dengan masing masing jarak antar geofon adalah 2 meter. Kabel konektor geofon
dan

aki dihubungkan ke digitizer. Proses pengambilan data pada forward shooting lalu
dilakukan dengan meletakkan landasan besi 2 meter dari geofon terdekat dari lokasi
pukulan, menancapkan trigger geophone berdekatan dengan landasan besi,
menghubungkan trigger geophone dengan kabel konektor trigger geophone ke
digitizer, menyalakan digitizer dan kemudian mempersiapkan pengambilan data
dengan mengatur setting pada digitizer akuisisi data. Jika hasil belum cukup bagus
pemukulan dapat diulangi, namun jika hasil sudah cukup bagus pengambilan data
selesai pada forward shooting. Untuk backward shooting tahapan sama dengan
forward shooting, hanya saja memindahkan landasan besi dan trigger geophone ke
bagian belakang lintasan.

Gambar 3.1 Konfigurasi lintasan pada survey MASW

Kondisi topografi untuk lintasan survei juga menjadi salah satu hal yang
harus diperhatikan, karena penyelidikan gelombang permukaan dengan metode ini
sebaiknya dilakukan pada daerah yang cukup datar. Pada Gambar 3.2 dapat dilihat
bagaimana arah lintasan survei pada berbagai kondisi topografi. Perbedaan tinggi
(arah vertikal) dari satu geofon ke geofon yang lain tidak boleh lebih dari 10%
panjang bentangan geofon, seperti terlihat pada gambar ke empat. Hal ini akan
mengakibatkan gangguan yang signifikan pada perambatan gelombang permukaan.

Gambar 3.2 Ilustrasi arah lintasan survey pada kondisi topografi yang berbeda
(Rosyidi, 2015)

3.3.3 Pengolahan Data Menggunakan Metode MASW


Ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk analisa data MASW. Data yang
diperoleh dari seismograf merupakan data dalam format DAT yang berupa sinyal
dalam domain waktu (time domain). Pertama, dilakukan konversi pengkodean data
seismik yang sesuai dengan format pada perangkat lunak. Data domain waktu yang
diperoleh kemudian diubah menjadi domain frekuensi. Transformasi dilakukan
dengan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT), sehingga didapat hasil berupa
kurva dispersi dengan perbandingan antara kecepatan fase dan nilai frekuensi
penjalaran gelombang.

Setelah mendapatkan kurva dispersi, setiap sinyal yang dihasilkan difilter


terlebih dahulu dan dilakukan picking untuk menentukan nilai amplitudo
maksimum. Proses selanjutnya yaitu proses inversi, dimana pada proses ini
dilakukan pencocokan antara kurva dispersi teori dengan kurva dispersi hasil
pengukuran. Pada proses pencocokan ini dilakukan melalui proses iterasi (Xia et.al,
1999). Proses ini akan berhenti setelah kurva dispersi dan profil kecepatan
gelombang geser (Vs) yang memiliki nilai root mean square error (RMSE)
minimum (Park et.al, 2005).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Pengolahan data seismik pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data
seismic lapangan yang terekam menjadi suatu penampang struktur bawah
permukaan (litologi) yang kemudian dapat dilakukan interpretasi darinya.
Sedangkan tujuan dari pengolahan data seismic adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa
mengubah bentuk kenampakan-kenampakan pelapisan batuan bawah permukaan,
sehingga dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk struktur pelapisan bawah
permukaan bumi seperti kenyataannya.
Pengolahan data seismic MASW (Multichannel Analysis of Seismic Wave)
menggunakan gelombang permukaan, yaitu gelombang Rayleigh.

Gambar 4.1. Data yang diperoleh setelah pengukuran


Data yang diperoleh pada gambar 4.1 masih dalam bentuk kurva dimana
menampilkan gelombang-gelombang yang terekam oleh setiap geophone yang
digunakan. Kurva merupakan hubungan antara domain waktu dan amplitude.
Kemudian data diolah menggunakan SeIsmager untuk mendapatkan kurva dispersi.
Gambar 4.2. Kurva dispersi pengukuran
Kurva dispersi merupakan untuk memperlihatkan amplitude dari sinyal-
sinyal gelombang yang terekam dan dibentuk langsung dari data rekaman
multichannel. Data rekaman multichannel berdomain waktu-jarak kemudian
ditransformasikan kedalam domain frekuensi-kecepatan menggunakan software
SeIsmager. Kurva dispersi digunakan untuk menentukan sifat elastisitas batuan di
bawah permukaan. Hasil kurva dispersi akan diperoleh informasi tentang
kecepatan fase sebagai fungsi frekuensi.

Gambar 4.3 Kurva invers dispersi


Selanjutnya dilakukan kurva invers dispersi seperti gambar 4.3 untuk
mendapatkan struktur batuan di bawah permukaan berdasarkan kecepatan
penjalaran gelombang geser. Berdasarkan kurva invers dispersi, diperoleh tiga jenis
perlapisan, yaitu:
I. Pada kedalaman 0 m – 2,5 m, kecepatan yang diperoleh 350 m/s.
II. Pada kedalaman 2,5 m – 9 m, kecepatan yang diperoleh 320 m/s.
III. Pada kedalaman 10 m – 30 m, kecepatan yang diperoleh 330 m/s.

Dan rata-rata data yang diperoleh adalah pada kedalaman 30 m, kecepatan rata-
ratanya 338 m/s. Berdasarkan tabel 4.1, dapat dikatakan bahwa jenis tanah yang
berada dibawah permukaan adalah tanah sangat padat dan batuan lunak.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini


adalah sebagai berikut :

1. MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave) merupakan salah satu


metode seismik yang digunakan untuk manganalisa gelombang
permukaan.
2. Perbedaan metode MASW aktif dan pasif terletak pada sumber
gelombang yang digunakan, pada MASW aktif sumber gelombang yang
digunakan harus memiliki frekuensi yang tinggi, yaitu dapat berupa palu
atau weightdrop, sedangkan MASW pasif menggunakan sumber dengan
frekuensi rendah seperti pasang surut air laut, lalu lintas kenderaan,
kerumunan pejalan kaki.
3. Kurva dispersi merupakan untuk memperlihatkan amplitude dari sinyal-
sinyal gelombang yang terekam dan dibentuk langsung dari data
rekaman multichannel.
DAFTAR PUSTAKA

Dikmen, U. (2008). Statistical Correlations of Shear Wave Velocity and Penetration


Resistance Soils,” J. Geophys. Eng. 6 61–72.
Park, C.B., Miller, R.D. & Xia, J. 1999. Multi-channel Analysis of Surface Waves
(MASW).Geophysics, 64(3), 800-808.
Xia, J., Miller, R.D., dan Park, C.B. (1999). Estimation of near-surface shear-wave
velocity by inversion of Rayleigh waves. Geophysics, v. 64, no. 3, p. 691-
700.

Anda mungkin juga menyukai