MASW
Oleh :
Mahasiswa Unsyiah
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
Juni, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Kecepatan gelombang geser (VS), modulus geser (G) dan rasio redaman (D)
merupakan parameter yang penting dan diperlukan dalam analisis respon dinamik
tanah. Penentuan parameter dinamik tanah ini dapat dilakukan dari pengujian
lapangan dengan metode seismik seperti cross-hole, down-hole, spectral analysis
of surface wave (SASW) dan multichannel analysis of surface wave (MASW).
Dua metode terakhir yang disebutkan merupakan metode seismik non-
destruktif yang merekam perambatan gelombang permukaan (gelombang
Rayleigh). Sifat kekakuan tanah dapat dinilai dari kecepatangelombang gesernya,
dimana keduanya menunjukkan hubungan yang elastik linier. Semakin besar nilai
kecepatan gelombang geser maka akan semakin besar juga nilai kekakuan tanahnya
atau semakin keras dan padat. Kecepatan gelombang geser hanyaberkaitan dengan
kekakuan geser dari struktur tanah sedangkan pengaruh tingkat kejenuhan tanah
pada kecepatan gelombang geser lebih terkaitan dengan kepadatan tanah (Stokoe et
al., 2004). Semakin rendah tingkat kejenuhan tanah maka akan semakin tinggi nilai
VS dan G (Cho & Santamarina, 2001).
Metode MASW dikembangkan oleh Nazarian dan Stokoe pada tahun 1984.
Park et al (1995) dan Foti (2000) mulai mengusulkan metode MASW yang
merupakan pengembangan dari metode SASW. Kedua metode ini pada prinsipnya
mempunyai teknik analisis yang sama. Perbedaan diantara kedua metode ini adalah
pada jumlah geofon yang digunakan. Sepasang geofon dengan beberapa kali
konfigurasi geometrik digunakan dalam metode SASW untuk mendapatkan data
seismik hingga kedalaman tertentu, sedangkan dalam metode MASW, data seismik
direkam sekaligus dalam satu konfigurasi geofon.
Jika jarak antar geopon kurang sesuai, hal ini dapat mengakibatkan data kurang
koheren. Jika ingin dilakukan survei lebih dalam, beban yang diberikan harus
semakin berat untuk menimbulkan energi yang besar. Hal-hal seperti ini dijadikan
pertimbangan apakah metode aktif atau pasif yang lebih baik dilakukan.
B. Pengolahan Data
Data seismik yang didapat saat akuisisi data dengan metode Multichannel
analysis of surface wave berupa shoot gather dalam domain waktu dan jarak. Data
pengukuran dari domain waktu ditransformasikan ke domain Phase velocity-
frequency dengan menggunakan software seisImager modul pickwin, sehingga data
berubah menjadi gambar kurva dispersi yang menunjukkan hubungan frekuensi dengan
kecepatan fasa gelombang berdasarkan energinya. Energi yang paling besar biasanya
ditunjukkan oleh warna ungu. Pada gambar dispersi akan terlihat berbagai mode
gelombang yang terekam. Mode yang akan dipicking adalah mode dasar dari
gelombang permukaan “C0” (Gambar 7), mode dasar atau foundamental mode
memiliki sensivitas yang tinggi terhadap perubahan Vs dan ketebalan dekat permukaan,
sedangkan perubahan densitas dan kecepatan gelombang primer Vp sensivitasnya kecil
untuk mode dasar dan frekuensi yang sempit. Kurva dispersi mode tinggi (higher mode)
sensitivitas tinggi pada kedalaman yang lebih dalam dan telah dipengaruhi oleh
kecepatan gelombang (Vp, Vs, densitas dan ketebalan). Kemampuan membedakan satu
jenis gelombang dari gelombang lainnya sangat berpengaruh pada proses picking yang
akan dilakukan.
Penelitian ini dilaksakan pada bulan Oktober 2017 sampai dengan Maret
2018. Dengan lokasi penelitian di Kecamatan Majalengka yang berada pada titik
koordinat 108°08’ - 108°16’ BT dan 6°58’ - 7°01’ LS. Pengolahan dan analisis data
dilakukan di Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika, Universitas Syiah Kuala.
Peralatan dan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1
1 Laptop 1 Unit
2 SeisImager 1 Unit
3 Geopsy 1 Unit
Penelitian ini menggunakan data mikrotemor dan MASW hasil pengukuran tim
Seismologi Teknik, BMKG Pusat. Data yang digunakan berjumlah 72 data, yaitu
data mikrotremor sebanyak 54 titik pengukuran dan 18 lokasi pengukuran untuk
MASW di Kota Majalengka. Peta lokasi titik-titik pengukuran mikrotremors dan
MASW yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
aki dihubungkan ke digitizer. Proses pengambilan data pada forward shooting lalu
dilakukan dengan meletakkan landasan besi 2 meter dari geofon terdekat dari lokasi
pukulan, menancapkan trigger geophone berdekatan dengan landasan besi,
menghubungkan trigger geophone dengan kabel konektor trigger geophone ke
digitizer, menyalakan digitizer dan kemudian mempersiapkan pengambilan data
dengan mengatur setting pada digitizer akuisisi data. Jika hasil belum cukup bagus
pemukulan dapat diulangi, namun jika hasil sudah cukup bagus pengambilan data
selesai pada forward shooting. Untuk backward shooting tahapan sama dengan
forward shooting, hanya saja memindahkan landasan besi dan trigger geophone ke
bagian belakang lintasan.
Kondisi topografi untuk lintasan survei juga menjadi salah satu hal yang
harus diperhatikan, karena penyelidikan gelombang permukaan dengan metode ini
sebaiknya dilakukan pada daerah yang cukup datar. Pada Gambar 3.2 dapat dilihat
bagaimana arah lintasan survei pada berbagai kondisi topografi. Perbedaan tinggi
(arah vertikal) dari satu geofon ke geofon yang lain tidak boleh lebih dari 10%
panjang bentangan geofon, seperti terlihat pada gambar ke empat. Hal ini akan
mengakibatkan gangguan yang signifikan pada perambatan gelombang permukaan.
Gambar 3.2 Ilustrasi arah lintasan survey pada kondisi topografi yang berbeda
(Rosyidi, 2015)
Dan rata-rata data yang diperoleh adalah pada kedalaman 30 m, kecepatan rata-
ratanya 338 m/s. Berdasarkan tabel 4.1, dapat dikatakan bahwa jenis tanah yang
berada dibawah permukaan adalah tanah sangat padat dan batuan lunak.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan