PENDAHULUAN
Pada umumnya difraksi terjadi jika gelombang yang lewat bukan kecil
(small opening) di sekitar rintangan atau melewati sisi yang tajam. Contoh difraksi,
apabila diantara sumber titik cahaya dan layar ditempatkan suatu objek gelap,
perbatasan didaerah bayangan dan pencahayaan pada layar tidak tajam. Bayangan
akan mengandung pita-pita cahaya terang dan gelap jika cahaya membelok ke
daerah bayangan. Intensitas pada pita yang pertama akan lebih besar daripada
intensitas di daerah penerangan uniform.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peristiwa difraksi yang sangat mudah kita jumpai adalah difraksi sinar matahari
oleh pintu rumah atau jendela. Jika kita perhatikan, di lantai atau dinding akan
jumpai wilayah yang terang dan agak gelap.Wilayah yang terang disebabkan oleh
sinar matahari yang masuk sedangkan wilayah yang agak gelap karena sinar
matahari tidak dapat menjangkau wilayah tersebut. Terlihat bahwa seolah-olah
terdapat garis miring yang memisahkan kedua wilayah tersebut. Garis batas
tersebut menunjukkan bahwa cahaya matahari dibelokkan oleh daun pintu atau
jendela. Itu merupakan salah satu contoh peristiwa difraksi. Berdasarkan literatur,
2
pengamatan terhadap fenomena difraksi tercatat pertama kali dilakukan oleh
Leonardo da Vinci, si pelukis terkenal yang hidup antara 1452–1519. Studi yang
lebih ekstensif dilakukan oleh Grimaldi yang hasil pengamatannya kemudian
dibukukan dan resmi dipublikasikan pada tahun 1665, dua tahun setelah
kepergiannya ke alam baka. Namun demikian teori-teori yang dicetuskan oleh
Grimaldi sebatas menjelaskan bagaimana cahaya merambat, belum dapat
menjelaskan fenomena difraksi dengan memuaskan (Baiquni, 1985).
Gambar 2.1 Pola interferensi pada gelombang air yang dilewatkan pada papan
bercelah.
3
berhasil membuat formulasi yang dianggap “ampuh” untuk menjelaskan fenomena
difraksi. Sommerfeld melakukan investigasi terhadap fenomena difraksi yang
terjadi pada gelombang bidang yang dirambatkan melalui cermin reflektor-
transmiter.
Gambar 2.2 Pola difraksi yang dihasilkan dari cahaya yang dilewatkan pada celah
tunggal.
4
matematisnya adalah nilai tan θ = y/L ≈ θ. Dalam keadaan seperti itu, cahaya yang
melalui celah dapat dianggap sejajar dengan arah rambat gelombang cahaya datang.
Difraksi semacam ini disebut sebagai difraksi Franhoufer. Pola difraksi yang
tampak pada layar adalah seperti pada Gamba 2.3.
Gambar 2.3 Pola difraksi yang tampak pada layar yang diletakkan pada jarak yang
cukup jauh dari celah.
Yang dimaksud dengan “dekat” di sini adalah jika sudut penyimpangan
cahaya θ cukup besar sehingga kita tidak bisa menggunakan pendekatan tan θ ≈ θ.
Perhatikan bahwa pada jarak L pola yang teramati pada layar adalah pola difraksi
Franhoufer. Ketika layar didekatkan menjadi L1 pola difraksi berubah, terlihat
bahwa pada layar terbentuk 2 puncak gelombang dimana puncak gelombang
tersebut menggambarkan interferensi konstruktif, di layar akan terlihat pola terang.
Ketika layar didekatkan sehingga jaraknya menjadi L2, pola difraksi kembali
berubah. Puncak-puncak gelombang semakin bertambah banyak dan rapat. Jika
diingat kembali, pola semacam ini muncul pada interferensi celah ganda.
5
yang dibelokkan dalam arah yang hampir sejajar dengan arah rambat gelombang
datang. Jika lebar celah ditambah sehingga lebih besar dibanding dengan panjang
gelombang cahaya maka tentu saja cahaya yang masuk melalui celah tersebut mau
tidak mau akan dibelokkan dengan sudut tertentu. Seperti terlihat pada Gambar 2.4,
seberkas cahaya dilewatkan pada celah dimana lebar celah tersebut memiliki
ukuran lebih besar dibanding panjang gelombang cahaya yang melewatinya.
Gambar 2.4 Difraksi Franhoufer pada gelombang cahaya menggunakan celah yang
memiliki ukuran lebih besar disbanding panjang gelombang cahaya. Cahaya
dibelokkan dengan sudut θrelatif terhadap cahaya datang.
6
yang melampui lintasan itu sebanding dengan ¼ λ. Beda fase antara berkas cahaya
(1) dan (2) adalah 1800 dan ini berarti berkas cahaya tersebut mengalami
interferensi destruktif, pola difraksi yang tampak pada titik A adalah gelap (Tipler,
2001).
Perhatikan Gambar 2.4, semakin kecil perbandingan λ/d maka semakin kecil
penyimpangan lintasan cahaya. Dalam ungkapan yang berbeda, semakin besar lebar
celah maka semakin kecil penyimpangan lintasan dan akibatnya pola difraksi yang
tampak pada layar hanya menghasilkan satu pola terang saja. Hal ini menjadi logis
karena untuk nilai n= 0, cahaya yang ditransmisikan dari celah ke layar sejajar
dengan cahaya datang dan dengan demikian, kalaupun ada interferensi,
menghasilkan pola terang. Pola difraksi yang terjadi pada difraksi Franhoufer dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pola difraksi Franhoufer celah tunggal yang tampak pada layar.
Pola gelap terang hasil interferensi yang tampak pada layar merepresentasikan
energi gelombang elektromagnetik yang jatuh suatu titik. Seperti yang telah
dikemukakan pada, intensitas berhubungan dengan tingkat kecerahan cahaya. Pada
titik dimana terdapat terang pusat, disitulah intensitas cahaya paling besar. Dalam
konteks energi elektromagnetik, pada titik itu pula energi gelombang
elektromagnetik terakumulasi secara maksimum (Ishimaru, 1991).
7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
8
4. Catat tegangan terang pusat yang ditunjukkan pada multimeter.
5. Putar sekrup untuk menggeser photo cell kekiri dan kekanan dan catat
tegangan pada multimeter.
9
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
1 2 3 1 2 3
10
Tabel 4.1.2 Nilai rata-rata kisi 0,1 mm
No. y Kananrata-rata Kirirata-rata
(V) (V)
1 0
0,19367 0,20533
2 1
0,212 0,187
3 2
0,203 0,15033
4 3
0,16267 0,109
5 4
0,14167 0,107
6 5
0,11467 0,14367
7 6
0,059 0,103
8 7
0,051 0,08367
9 8
0,08 0,06767
10 9
0,07067 0,06867
11 10
0,04533 0,067
12 11
0,038 0,05467
13 12
0,04733 0,04
14 13
0,07033 0,03533
15 14
0,05567 0,04
16 15
0,04233 0,044
1 2 3 1 2 3
11
2 1 0,285 0,225 0,167 0,191 0,162 0,152
12
6 5
0,16567 0,101
7 6
0,06567 0,08167
8 7
0,133 0,078
9 8
0,08367 0,07733
10 9
0,102 0,078
11 10
0,08433 0,07667
12 11
0,037 0,07733
13 12
0,06733 0,07567
14 13
0,04067 0,057
15 14
0,04433 0,051
16 15
0,02367 0,038
L = 70 cm =70
d sin θ
λ= m
d sin θ
λ1 = = 1 x10-4 sin 1.14o/1
m
= 1x10-4 x 0.019/1
= 0.019 x 104 nm
d sin θ
λ2 = = 2x104 sin 1.14o/1
m2
= 0.095 x 10-4 nm
13
d sin θ
λ3 = = 2x104 sin 1.14o/1
m2
= 1x10-4 x 0.019/3
= 0.633 x 10-7 nm
𝜆
αn = sin -1 ( n x )
𝑑
0.019 x 10−4
α1 = sin -1 ( 1 x )
10−4
= sin -1 ( 0.019)
= 1.08°
0.019 x 10−4
α2 = = sin -1 ( 2 x )
10−4
= sin -1 ( 0.038)
= 2.17°
°
0.019 x 10−4
α3 = sin -1 ( 3x )
10−4
= sin -1 ( 0.057)
= 3.26°
Menentukan nilai α minimum pada kisi 0,2 mm
𝜆
αn = sin -1 ( n x )
𝑑
0.019 x 10−4
α1 = sin -1 ( 1 x )
2x10−4
= sin -1 ( 0.0095 )
= 0.54°
0.019 x 10−4
α2 = sin -1 ( 2 x )
2x10−4
= sin -1 ( 2x0.0095 )
= 0.019°
0.019 x 10−4
α3 =s in -1 ( 3 x )
2x10−4
= sin -1 ( 0.0095 )
= 0.028°
Menentukan nilai α maksimum pada kisi 0,1 mm
14
α0’ = 0
𝜆
α1’ = sin -1 ( 1,430 x )
𝑑
0.019 x 10−4
= sin -1 ( 1,430 x )
10−4
= sin -1 ( 0.027 )
= 1,547°
𝜆
α2’ =sin -1 ( 2,459 x )
𝑑
0.019 x 10−4
= sin -1 ( 2,459 x )
10−4
= sin -1 (0.046)
=2.67°
Menentukan nilai α maksimum pada kisi 0,2 mm
α0’ = 0
𝜆
α1’ = sin -1 ( 1,430 x )
𝑑
0.019 x 10−4
= sin -1 ( 1,430 x )
2x10−4
= sin -1 ( 0.013 )
= 0.77°
𝜆
α2’ =sin -1 ( 2,459 x )
𝑑
0.019 x 10−4
= sin -1 ( 2,459 x )
2x10−4
= sin -1 (0.023)
= = 1.33°
Menghitung sudut dfraksi) L= 70
2.5 5
θ1 = tan-1 ( ) θ2 = tan-1 ( )
70 70
= tan-1 0,035 = tan-1 0,057
= 2.04o =4.08o
6.4
θ3 = tan-1 ( )
70
= tan-1 0,173
= 5.22o
15
4.3 Grafik
Chart Title
70.25
70.2
70.15
70.1
70.05
70
69.95
69.9
69.85
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
x v
Grafik 4.3.1 hubugan tegangan dengan jarak pada kisi 0,1 mm kanan
Chart Title
70.25
70.2
70.15
70.1
70.05
70
69.95
69.9
69.85
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
x v
Grafik 4.3.2 hubugan tegangan dengan jarak pada kisi 0,1 mm kiri
16
Chart Title
70.3
70.25
70.2
70.15
70.1
70.05
70
69.95
69.9
69.85
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
x v
Grafik 4.3.2 hubugan tegangan dengan jarak pada kisi 0,2 mm kanan
Chart Title
70.25
70.2
70.15
70.1
70.05
70
69.95
69.9
69.85
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
x v
Grafik 4.3.4 hubugan tegangan dengan jarak pada kisi 0,2 mm kiri
4.4 Pembahasan
Percobaan difraksi dimulai dengan mengatur cahaya laser yang melewati
celah tepat ditengah atau titik pusat dari photoelement yang digunakan. Kemudian
diukur nilai tegangan atau intensitas yang terbaca pada multimeter, lalu geser
perlahan-lahan photoelement menuju pola gelap terang mulai dari orde pertama
sampai pola gelap terang kedua. Kisi yang digunakan dalam percobaan ini ada dua
17
kisi yaitu kisi celah tunggal dengan ukuran 0,1 mm dan 0,2 mm, serta kisi dengan
celah banyak.
Pada celah banyak cahaya yang terbentuk pada layar mempunyai jarak yang
sama besar. Dari titik pusat menuju titik pertama (titik terdekat) mempunyai jarak
3 cm, kemudian jarak antara titik pertama ketitik kedua adalah sama besar dengan
jarak cahaya pada titik pusat dengan titik cahaya pertama.
18
BAB V
PENUTUP
4.4 Kesimpulan
1. Pada celah tunggal semakin besar ukuran kisi maka nilai tegangan atau
intensitas cahaya yang terbaca semakin besar pula.
2. Intensitas cahaya akan semakin menurun ketika jarak dari titik pusat
cahaya semakin jauh.
3. Pada celah banyak, cahaya yang terbentuk pada layar mempunyai jarak
yang sama besar antara titik pusat dengan titik pertama, titik pertama
dengan titik kedua dan seterusnya
19
DAFTAR PUSTAKA
Tripler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Tekhnik. Jakarta: Erlangga.
20