Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya.


Agar interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang
cahaya itu harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren
apabila kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang
sama dan pada fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati
dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua
gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka
akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar. Apabila kedua
gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah (bersifat destruktif), maka
akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada layar. Marilah sekarang kita
mempelajari peristiwa interferensi cahaya yang telah dilakukan
percobaan/eksperimen oleh para ilmuwan terdahulu, seperti halnya Thomas Young
dan Fresnell.

Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya
adalah sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang
cahaya yang koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang
koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah
sempit yang saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari celah
tersebut merupakan cahaya yang koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua
gelombang cahaya yang koheren dengan memantulkan cahaya dari suatu sumber
ke arah dua buah cermin datar yang disusun hampir membentuk sudut 180o,
sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber cahaya. Sinar yang dipantulkan oleh
cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua gelombang cahaya yang koheren.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagi berikut :

1
1. Apa yang dimaksud dengan interferensi.
2. Bagaimana prinsip dari interferensi young.

1.3 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Memahami prinsip interferensi young (interferensi celah ganda).


2. Menghitung jarak antar celah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Para ahli meneliti cahaya untuk mengetahui sifat-sifat dari cahaya. Ada dua
pendapat mengenai cahaya,yaitu cahaya dianggap sebagai gelombang dan cahaya
sebagai partikel.

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat


mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton
(Dunia Pendidikan, 2016).

Setiap benda dapat memancarkan cahaya yang disebut sebagai sumber


cahaya. Ada benda yang dapat tembus cahaya, yaitu benda yang dapat meneruskan
cahaya yang diterimanya. Contohnya kaca. Juga, benda tidak tembus cahaya, yaitu
tidak tapat meneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya seperti batu, tanah
(Dunia Pendidikan, 2016).

Sifat cahaya sebagai gelombang antara lain, cahaya dapat merambat lurus
dimana cahaya dapat membentuk garis lurus, cahaya dapat menembus benda bening
dan cahaya dapat dipantulkan dimana terdapat bayangan dari cahaya yang
dipantulkan. Cahaya dapat dibiaskan juga cahaya dapat di uraikan. (Dunia
Pendidikan, 2016).

Ciri-ciri gelombang antara lain Dapat Dipantulkan atau Dicerminkan (Refleksi),


Dapat dibiaskan (Refraksi), Dapat di lenturkan (Difraksi), Dapat digabungkan
(Interferensi), Dapat dikutubkan (Polarisasi) dan dapat diuraikan (Dispersi).

Pada percobaan interferensi cahaya melalui celah ganda ini berkaitan erat
dengan sifat cahaya yaitu yang dapat menembus benda bening yaitu lensa
pemfokus, Juga berkaitan dengan karakteristik dari cahaya yaitu dispersi atau
cahaya dapat dilenturkan.

3
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya.
Agar interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang
cahaya itu harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren
apabila kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang
sama dan pada fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati
dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua
gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka
akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar. Apabila kedua
gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah (bersifat destruktif), maka
akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada layar (College Loan
Consolidation, 2015).

Difraksi cahaya sering sulit diamati karena panjang gelombang demikian kecilnya atau
karena intensitas cahayanya tidak cukup. Kecuali untuk pola franhoufer celah sempit
dan panjang, pola difraksi biasanya sulit diamati.Pola difraksi- interferensi franhoufer dua
celah sama dengan pola interferensi untuk dua celah. Pada mekanika kuantum, eksperimen celah
ganda yang dilakukan oleh Thomas Young menunjukkan sifat yang tidak terpisahkan dari
cahaya sebagai gelombang dan partikel. Sebuah sumber cahaya koheren yang menyinari
bidang halangan dengan dua celah akan membentuk pola interferensi gelombang berupa pita
cahaya yang terang dan gelap (Muhammad.A , Abdul.H , Annur.W & Nursyamsi.A,
2014).

Interferensi cahaya tidak hanya terjadi pada percobaan Thomas young yaitu
interferensi celah ganda melainkan pada percobaan Fresnel dengan mendapat
sumber-sumber koheren maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan saja
atau pemantulan dan pembiasan yaitu pada interferensi lapisan tipis. Juga, dengan
menggunakan sinar laser sebagai penghasil cahaya koheren (Kanginan, 2007).

Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya
sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya
yang koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren
dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah sempit yang
saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari celah tersebut merupakan
cahaya yang koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang cahaya

4
yang koheren dengan memantulkan cahaya dari suatu sumber ke arah dua buah
cermin datar yang disusun hampir membentuk sudut 180o, sehingga akan diperoleh
dua bayangan sumber cahaya. Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat
dianggap sebagai dua gelombang cahaya yang koheren (College Loan
Consolidation, 2015).

Cahaya dari sumber S1 dan S2 menghasilkan interferensi dengan pola teratur pada
layar C. Pola interferensi terdiri atas pita-pita terang dan gelap yang silih berganti.
. Akan terjadi garis terang jika selisih lintasan merupakan kelipatan bilangan genap

kali atau kelipatan bilangan bulat kali λ atau (nλ). Sebaliknya akan terjadi

garis gelap jika selisih lintasan merupakan kelipatan bilangan ganjil kali atau
misalkan jarak antara dua celah d, jarak layar ke celah L, di titik O pada layar akan
terjadi garis terang yang disebut garis terang pusat, karena
jarak S1O dan S2O adalah sama sehingga gelombang cahaya sampai di O akan
terjadi interferensi maksimum. Di titik A yang berjarak p dari terang pusat akan
terjadi interferensi maksimum atau minimum tergantung pada selisih lintasan S2A
– S1A (College Loan Consolidation, 2015) .

Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2,
dengan S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya

ΔS = S2B. Berdasarkan segitiga S1S2B, diperoleh ,


dengan d adalah jarak antara kedua celah. Selanjutnya, pada

segitiga COA, .

5
Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan . Untuk θ kecil,
berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya
dari sumber S2 dan S1 akan memenuhi persamaan berikut ini.

Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di


titik A sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan
kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang (Fisikon).

ΔS = mλ

Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi

dengan d = jarak antara celah pada layar

p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A

l = jarak celah ke layar

λ = panjang gelombang cahaya

m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...) (Fisikon)

Di P akan terjadi interferensi minimum/garis gelap jika :

dengan :

d = jarak antara dua celah (m)


p = jarak garis gelap ke terang pusat (m)
L = jarak celah ke layar (m)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
n = orde interferensi (n = 1, 2, 3, …) (College Loan Consolidation, 2015).

6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
sebagai berikut :

Tabel 3.1.1 Alat dan bahan yang digunakan

No. Nama Alat dan Bahan Jumlah

1 Laser He-Ne, 633 nm 1 buah

2 Kisi celah ganda 3 buah

3 Penggaris 1 buah

4 Kertas grafik 1 buah

4.2 Prosedur Percobaan

1. susun peralatan dengan urutan laser-kisi-layar.


2. Nyalakan laser.
3. Atur jarak kisi dengan layar hingga pola interferensi terlihat jelas pada layar.
4. Atur jarak kisi ke layar.
5. Ukurlah orde minimum dan maksimum dan catat pada tabel.
6. Lakukan pengulangan dengan variasi jarak kisi dengan layar
7. Ulangi percobaan dengan mengganti kisi dengan jarak antar celah yang
berbeda.
8. Htung jarak antar celah untuk setiap orde maksimum dan minimum.

7
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data Analisa Data


A. Celah A
Interferensi Maksimum untuk orde 4 dan orde 6
 Pola gelap untuk orde 4
1. Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1
P = 2 cm = 2 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2 𝑥 10−2
θ= = = 2 x 10-2 = 0,02o
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,02) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00034) = 2532 x 10-9
2532 𝑥 10−9
d= = 744,7 x 10-5 m
3,4 𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 2,2 cm = 2,2 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,2𝑥 10−2
θ= = = 2,2 x 10-2 = 0,022
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,022) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00038) = 2532 x 10-9
2532 𝑥 10−9
d= = 666,3 x 10-5 m
3,8 𝑥 10−4

8
Pengulangan 3
P = 1,9 cm = 1,9 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,9 𝑥 10−2
θ= = = 1,9 x 10-2 = 0,019
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,019) = 4(633 x 10-9)
d (0,00033) = 2532x 10-9
2532 𝑥 10−9
d= = 767,2 x 10-5 m
3,3𝑥 10−4

 Pola gelap untuk orde 6


Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1
P = 2,5 cm = 2,5 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,5 𝑥 10−2
θ= = = 2,5 x 10-2 = 0,025
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,025) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00043) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 883,2 x 10-5 m
4,3𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 2,3 cm = 2,3 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,3 𝑥 10−2
θ= = = 2,3 x 10-2 = 0,023
𝐿 1

9
d sin θ = mλ
d sin (0,023) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00040) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 949,5 x 10-5 m
4𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 2,5 cm = 2,5 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,5 𝑥 10−2
θ= = = 2,5 x 10-2 = 0,025
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,025) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00043) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 883,2 x 10-5 m
4,3𝑥 10−4

2. Jarak layar dengan kisi 90 cm


Pola gelap untuk orde 4
Pengulangan 1
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,6 x 10-2 = 0,016
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,016) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00027) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 937,7x 10-5 m
2,7𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:

10
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,6 x 10-2 = 0,016
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,016) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00027) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 937,7x 10-5 m
2,7𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m

Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:


𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,6 x 10-2 = 0,016
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,016) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00027) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 937,7x 10-5 m
2,7𝑥 10−4

 Pola gelap untuk orde 6


Jarak layar dengan kisi 90 cm
Pengulangan 1
P = 2,5 cm = 2,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,5 𝑥 10−2
θ= = = 2,7 x 10-2 = 0,027
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,027) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00047) = 3798 x 10-9

11
3798 𝑥 10−9
d= = 808,1 x 10-5 m
4,7𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 2,3 cm = 2,3 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,3 𝑥 10−2
θ= = = 2,5 x 10-2 = 0,025
𝐿 0.9

d sin θ = mλ
d sin (0,025) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00043) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 883,3 x 10-5 m
4,3𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 2,4 cm = 2,4 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,5 𝑥 10−2
θ= = = 2,7 x 10-2 = 0,027
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,027) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00047) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 808,1 x 10-5 m
4,7𝑥 10−4

3. Jarak layar dengan kisi 80 cm


Pola gelap untuk orde 4
Pengulangan 1
P = 1,4 cm = 1,4 x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,4 𝑥 10−2
θ= = = 1,75 x 10-2 = 0,0175
𝐿 0,8

d sin θ = mλ

12
d sin (0,0175) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00030) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 844x 10-5 m
3𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,87x 10-2 = 0,0187
𝐿 0,8

d sin θ = mλ
d sin (0,0187) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00032 = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 791,25x 10-5 m
3,2𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,87 x 10-2 = 0,0187
𝐿 0,8

d sin θ = mλ
d sin (0,0187) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00032) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 791,2 x 10-5 m
3,2𝑥 10−4

 Pola gelap untuk orde 6


Jarak layar dengan kisi 80 cm
Pengulangan 1
P = 2,3cm = 2,3 x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,3 𝑥 10−2
θ= = = 2,87 x 10-2 = 0,0287
𝐿 0,8

13
d sin θ = mλ
d sin (0,0287) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00050) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 759,6 x 10-5 m
5𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 2cm = 2x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2 𝑥 10−2
θ= = = 2 x 10-2 = 0,02
𝐿 0.8

d sin θ = mλ
d sin (0,02) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00034) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1117,1 x 10-5 m
3,4𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 2cm = 2x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2 𝑥 10−2
θ= = = 2 x 10-2 = 0,02
𝐿 0.8

d sin θ = mλ
d sin (0,02) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00034) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1117,1 x 10-5 m
3,4𝑥 10−4

Interferensi Minimum untuk orde 4 dan orde 6


Pola gelap untuk orde 4

14
1. Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1
P = 2 cm = 2 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2 𝑥 10−2
θ= = = 2 x 10-2 = 0,02
𝐿 1
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,02) = 4 ( 633 x 10-9)
2

d (0,00034) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 372,3x 10-5 m
3,4 𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 2,2 cm = 2,2 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 2,2𝑥 10−2
θ= = = 2,2x 10-2 = 0,022
𝐿 1
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,022) =4 (2 633 x 10-9)

d (0,00038) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 333,2 x 10-5 m
3,8 𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 1,9 cm = 1,9 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,9 𝑥 10−2
θ= = = 1,9 x 10-2 = 0,019
𝐿 1
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,019) = 4 (2 633 x 10-9)

d (0,00033) = 1266 x 10-9

15
1266 𝑥 10−9
d= = 383,6 x 10-5 m
3,3 𝑥 10−4

2. Jarak layar dengan kisi 90 cm


Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
 Pola gelap untuk orde 4
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,5 x 10-2 = 0,015
𝐿 0,9
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,015) = 4 (2 633 x 10-9)

d (0,00026) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 486,9 x 10-5 m
2,6 𝑥 10−4

Pada nilai jarak orde gelap terhadap terang pusat sama yaitu 1,5 maka
perhitungan minimum hanya dilakukan satu kali.

3. Jarak layar dengan kisi 80 cm


Pengulangan 1
 Pola gelap untuk orde 4
P = 1,4 cm = 1,4 x 10-2 m
L = 80cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,4 𝑥 10−2
θ= = = 1,75x 10-2 = 0,0175
𝐿 0,8
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,0175) = 4 (2 633 x 10-9)

d (0,00030) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 422 x 10-5 m
3𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m

16
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5𝑥 10−2
θ= = = 1,87x 10-2 = 0,0187
𝐿 0,8
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,0187) =4 (2 633 x 10-9)

d (0,00032) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 395,6x 10-5 m
3,2 𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5𝑥 10−2
θ= = = 1,87x 10-2 = 0,0187
𝐿 0,8
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,0187) =4 ( 633 x 10-9)
2

d (0,00032) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 395,6x 10-5 m
3,2 𝑥 10−4

B. Untuk Kisi Celah B


Interferensi Maksimum untuk orde 4 dan orde 6
 Pola gelap untuk orde 4
1. Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1
P = 0,9 = 0,9 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,9𝑥 10−2
θ= = =0,9 x 10-2 = 0,009
𝐿 1

17
d sin θ = mλ
d sin (0,009) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00015) = 2532 x 10-9
2532 𝑥 10−9
d= = 1688 x 10-5 m
1,5 𝑥 10−4

Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 1 cm = 1 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1𝑥 10−2
θ= = = 1 x 10-2 = 0,01
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,01) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00017) = 2532 x 10-9
2532 𝑥 10−9
d= = 1489,4 x 10-5 m
1,7 𝑥 10−4

18
 Pola gelap untuk orde 6
Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,5 x 10-2 = 0,015
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,015) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00026) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1460,7 x 10-5 m
2,6𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 1,4 cm = 1,4 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,4 𝑥 10−2
θ= = = 1,4 x 10-2 = 0,014
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,014) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00024) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1,582,5 x 10-5 m
2,4𝑥 10−4

Pengulangan 3
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,5 x 10-2 = 0,015
𝐿 1

d sin θ = mλ
d sin (0,015) = 6 (633 x 10-9)

19
d (0,00026) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1460,7 x 10-5 m
2,6𝑥 10−4

2. Jarak layar dengan kisi 90 cm


Pola gelap untuk orde 4
Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 0,8 cm = 0,8 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,8 𝑥 10−2
θ= = = 0,8 x 10-2 = 0,008
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,008) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00013) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 1947,6 x 10-5 m
1,3𝑥 10−4

3. Jarak layar dengan kisi 80 cm


Pola gelap untuk orde 4
Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 0,8 cm = 0,8 x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,8 𝑥 10−2
θ= = = 1 x 10-2 = 0,01
𝐿 0,8

d sin θ = mλ
d sin (0,01) = 4 (633 x 10-9)
d (0,00017) = 2532 x 10-9
2532𝑥 10−9
d= = 1489,41 x 10-5 m
1,7𝑥 10−4

 Pola gelap untuk orde 6


Jarak layar dengan kisi 90 cm

20
Pengulangan 1, Pengulangan 2
P = 1,7 cm = 1,7 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,7 𝑥 10−2
θ= = = 1,7 x 10-2 = 0,017
𝐿 0,9

d sin θ = mλ
d sin (0,017) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00029) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1309,1 x 10-5 m
2,9𝑥 10−4

Pada nilai jarak orde gelap terhadap terang pusat sama yaitu 1,7 cm maka
perhitungan minimum hanya dilakukan satu kali.

Pengulangan 3
P = 1,3 cm = 1,3 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,3 𝑥 10−2
θ= = = 1,3 x 10-2 = 0,013
𝐿 0.9

d sin θ = mλ
d sin (0,013) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00022) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1726,4 x 10-5 m
2,2𝑥 10−4

 Pola gelap untuk orde 6


Jarak layar dengan kisi 80 cm
Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 1,3cm = 1,3 x 10-2 m
L = 80 cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:

21
𝑝 1,3 𝑥 10−2
θ= = = 1,62 x 10-2 = 0,0162
𝐿 0,8

d sin θ = mλ
d sin (0,0162) = 6 (633 x 10-9)
d (0,00028) = 3798 x 10-9
3798 𝑥 10−9
d= = 1356,4 x 10-5 m
2,8𝑥 10−4

Interferensi Minimum untuk orde 4 dan orde 6


Orde 4
1. Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1
P = 0,9 cm = 0,9 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,9 𝑥 10−2
θ= = = 0,9x 10-2 = 0,009
𝐿 1
1
d sin θ = m λ
2
1
d sin (0,009) = 4 (2 633 x 10-9)

d (0,00015) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 844 x 10-5 m
1,5 𝑥 10−4

Pengulangan 2,Pengulangan 3
P = 1 cm = 1 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1𝑥 10−2
θ= = = 1x 10-2 = 0,01
𝐿 1
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,01) =4 (2 633 x 10-9)

d (0,00017) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 744,7x 10-5 m
1,7 𝑥 10−4

22
2. Jarak layar dengan kisi 90 cm
Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 0,8 cm = 1,5 x 10-2 m
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,8 𝑥 10−2
θ= = = 0,8 x 10-2 = 0,008
𝐿 0,9
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,008) = 4 (2 633 x 10-9)

d (0,00013) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 973,8 x 10-5 m
1,3 𝑥 10−4

Pada nilai jarak orde gelap terhadap terang pusat sama yaitu 1,5 maka
perhitungan minimum hanya dilakukan satu kali.

3. Jarak layar dengan kisi 80 cm


Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 0,8 cm = 0,8 x 10-2 m
L = 80cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,8 𝑥 10−2
θ= = = 0,8x 10-2 = 0,008
𝐿 0,8
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,008) = 4 (2 633 x 10-9)

d (0,00013) = 1266 x 10-9


1266 𝑥 10−9
d= = 973 x 10-5 m
1,3𝑥 10−4

Orde 6
1. Jarak layar dengan kisi 100 cm
Pengulangan 1,Pengulangan 3
P = 1,5 cm = 1,5 x 10-2 m

23
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,5 𝑥 10−2
θ= = = 1,5x 10-2 = 0,015
𝐿 1
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,015) =6 (2 633 x 10-9)

d (0,00026) = 1899 x 10-9


1899 𝑥 10−9
d= = 730 x 10-5 m
2,6 𝑥 10−4

Pengulangan 2
P = 1,4 cm = 1,4 x 10-2 m
L = 100 cm = 1 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 1,4 𝑥 10−2
θ= = = 1,4x 10-2 = 0,014
𝐿 1
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,014) =6 (2 633 x 10-9)

d (0,00024) = 1899 x 10-9


1899 𝑥 10−9
d= = 791,2 x 10-5 m
2,4 𝑥 10−4

2. Jarak layar dengan kisi 90 cm


Pengulangan 1, Pengulangan 2
P = 1,7 cm = 1,7 x 10-2 m = 0,017
L = 90 cm = 0,9 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑝 0,8 𝑥 10−2
θ= = = 0,8 x 10-2 = 0,008
𝐿 0,9
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,017) = 6 (2 633 x 10-9)

d (0,00029) = 1899 x 10-9


1899 × 10−9
d= = 654,8 x 10-5 m
2.9 × 10−4

24
3. Jarak layar dengan kisi 80 cm
Pengulangan 1, Pengulangan 2, Pengulangan 3
P = 1,3 cm = 1,3 x 10-2 m
L = 80cm = 0,8 m
Maka dapat dihitung jarak antara dua celah yaitu:
𝑥 1,3 𝑥 10−2
θ= = = 1,625x 10-2 = 0,0162
𝑥 0,8
1
d sin θ = m 2 λ
1
d sin (0,0162) = 6 ( 633 x 10-9)
2

d (0,00028) = 1899 x 10-9


1899 𝑥 10−9
d= = 678,21 x 10-5 m
2.8 𝑥 10−4

4.2 Pembahasan
Interferensi cahaya adalah bergabungnya dua gelombang cahaya dimana
kedua gelombang cahaya harus bersifat koheren yang berarti kedua gelombang
cahaya tersebut mempunyai aplitudo, frekuensi yan sama pada fase yang tetap.
Hasil dari kedua gelombang tersebut dapat teramati dengan jelas jika terlihat pada
layar bahwa dihasilkan garis terang dan garis gelap. Garis terang yang dihasilkan
apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi memiliki fase yang sama saling
memperkuat atau bersifat konstruktif. Garis gelap yang dihasilkan apabila kedua
gelombang cahaya tersebut saling memperlemah atau bersifat dekstruktif jika kedua
gelombang bertemu dalam fase yang berlawanan. Interferensi cahaya tidak hanya
terjadi pada percobaan Thomas young yaitu interferensi melalui celah ganda
melainkan pada percobaan Fresnel dengan mendapat sumber-sumber koheren maya
dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan saja atau pemantulan dan
pembiasan yaitu pada interferensi lapisan tipis. Yang ketiga dengan menggunakan
sinar laser sebagai penghasil cahaya koheren.

Berdasarkan hasil percobaan, jarak antar celah dan lebar celah


mempengaruhi pola yang terbentuk pada layar karena ketika gelombang cahaya
melewati suatu celah yang sempit dimana lebarnya kecil dari pada panjang
gelombangnya sehingga cahaya tampak melebar pada celah dan cahaya tidak lagi

25
merambat menurut garis lurus sehingga akan menghasilkan pola yang jelas pada
layar. Pengaruh lebar celah yang semakin lebar celahnya maka pola yang muncul
pada layar terlihat kurang jelas. Jarak antar celah dan layar juga mempengaruhi pola
yang terbentuk pada layar karena pada percobaan, setiap celah bertindak sebagai
sumber garis yang ekivalen dengan sumber titik dalam dua dimensi. Pola
interferensi yang diamati pada layar yang jauh dari celah, dipisahkan sejarak d. Pada
jarak yang sangat jauh dari celah, garis-garis dari kedua celah ke satu titik p dilayar
akan hampir sejajar, dan perbedaan lintasannya kira-kira d sin θ. Pada hasil
percobaan, walaupun celah dan layar di dekatkan ataupun dijauhkan, pola garis
gelap dan terang tetap terbentuk pada layar hanya jarak antar polanya yang berbeda.
Jadi, jarak antar celah dan layar juga mempengaruhi pola yang terbentuk pada layar.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini adalah


sebagai berikut :

1. Interferensi cahaya adalah perpaduan dua gelombang yang memiliki sifat


koheren serta menghasilkan garis gelap dan garis terang.
2. Jarak antar celah dan lebar celah dapat mempengaruhi pola yang terbentuk
pada layar sama seperti jarak antara celah dengan layar yang mempengaruhi
pola yang terbentuk pada layar.
3. Pengaruh lebar celah adalah, semakin lebar celahnya maka pola yang
muncul pada layar terlihat kurang jelas.

27
DAFTAR PUSTAKA
College Loan Consolidation. (2015, Februari 27). Interferensi Cahaya. Retrieved May 15,
2016, from http://fisikazone.com/interferensi-cahaya/

Dunia Pendidikan. (2016, June 19). Pengertian cahaya dan sifat-sifat cahaya sebagai
gelombang elektromagnetik. Retrieved October 19, 2016, from
http://www.duniapendidikan.net/2016/06/pengertian-cahaya-dan-sifat-sifat-cahaya-
sebagai-gelombang-elektromagnetik.html

Fisikon. (n.d.). Percobaan Interferensi oleh Frenell dan Young. Retrieved October 21,
2016, from
http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&id=40:percobaa
n-interferensi-oleh-frenell-dan-young&catid=6:gelombang-cahaya&Itemid=89

Muhammad.A , Abdul.H , Annur.W & Nursyamsi.A. (2014, Juni 2). Difraksi pada celah
ganda dan banyak. Retrieved Oktober 21, 2016, from
https://www.scribd.com/doc/227639900/Unit-6-Difraksi-Pada-Celah-Ganda-Dan-Celah-
Banyak

28

Anda mungkin juga menyukai