Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.

2, Juli 2020

ANALISIS INDEKS KERENTANAN SEISMIK, PERIODE


DOMINAN, DAN FAKTOR AMPLIFIKASI MENGGUNAKAN
METODE HVSR DI STAGEOF TANGERANG

Afra Kansa Maimun*, Ulfa Nur Silvia, Vida Julia J., Puji Ariyanto

Prodi Geofisika, Sekolah Tinngi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan
*
Email : afkamuna@gmail.com

ABSTRAK

Mikrotremor merupakan getaran harmonik alami tanah yang terjadi secara terus menerus dengan amplitudo
rendah sekitar 0,1 – 1 mikron. Karakteristik mikrotremor mencerminkan karakteristik dan jenis batuan
berdasarkan nilai periode dominannya dan berguna dalam menganalisis respon batuan dalam memperkuat
(amplifikasi) getaran. Untuk pengambilan data mikrotremor sendiri menggunakan peralatan TDL 303S
(Taide Digital Seismograph) dengan dan seismometer tipe DS- 4A Short Period Seismograph dengan durasi
perekaman selama 30-45 menit. Pengukuran data mikrotremor dilakukan pada 20 titik penelitian dengan
jarak antar titik 1 meter. Pengolahan data mikrotremor hingga diperoleh nilai frekuensi natural (F0)
menggunakan metoda Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) melalui bantuan software Geopsy. Dari
hasil pengolahan data mikrotremor dapat diketahui sebaran nilai periode dominan, faktor amplifikasi, dan
indeks kerentanan seismik (Kg ) di Stasiun Geofisika Tangerang. Dari penelitian yang dilakukan diketahui
bahwa rata-rata periode dominan (Tdom) di Stageof Tangerang yaitu (0.6572 sekon) , faktor amplifikasi
2.4357, dan Indeks kerentanan sesimik (Kg) 3,8991. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan tanah yang dominan
pada wilayah tersebut masuk ke dalam site class E yaitu tanah alluvial T0> 0,6 detik yang berarti bahwa jenis
tanah ini sangat rawan terhadap gempa. Namun dari segi indeks kerentanan seismik, faktor amplifikasi dan
periode dominan yang relatif rendah sehingga dampak yang ditimbulkan tidak signifikan.

Kata kunci : indeks kerentanan seismik, faktor Amplifikaksi, periode dominan (Tdom), dan HVSR.

ABSTRACT

Microtremor is a natural harmonic vibration of the soil that occurs continuously with a low amplitude of about
0.1 - 1 micron. Microtremor characteristics show rock characteristics and types based on the value of its
dominant period are used to analyzing the response of rocks to amplification of vibrations. In collecting
microtremor data, we use the TDL 303S (Taide Digital Seismograph) equipment and the DS-4A Short Period
Seismograph type seismometer with a recording duration of 30-45 minutes. Microtremor data measurements
were carried out at 20 research points with a distance of 1 meter between points. Microtremor data processing
until reach natural frequency values (F0) using the Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) method
obtained by Geopsy software. From the results of microtremor data processing, it can be seen that the
distribution of the dominant period value, amplification factor, and seismic vulnerability index (Kg) at
Tangerang Geophysics Station. From this research, it is known that the average dominant period (Tdom) in
Stageof Tangerang is (0.6572 seconds), the amplification factor is 2.4357, and the seismic vulnerability index
(Kg) is 3.8991. This value shows that the dominant soil layer in this area is site class E alluvial soil T0> 0.6
seconds, this indicates that the soil type is very prone to earthquakes. But in terms of the seismic vulnerability
index, low amplification factor, and dominant period it is relatively low so the impact is insignificant.

Keywords : seismic vulnerability index, amplification factor, dominant period (Tdom), and HVSR.

24
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.2, Juli 2020

1. PENDAHULUAN 1.2 Metode HVSR


Stasiun Geofisika Tangerang adalah salah Metode HVSR pertama kali diperkenalkan
satu Stasiun Geofisika kelas 1 yang oleh Nogoshi dan Iragashi yang menyatakan
berlokasi di jalan Meteorologi No.5, adanya hubungan antara perbandingan
Tanah Tinggi Tangerang Banten. Stasiun
komponen horizontal dan vertikal terhadap
ini awalnya berlokasi di Tangerang
kurva eliptisitas pada gelombang Reyleigh
Kabupaten kemudia dipindahkan di
yang kemudian disempurnakan oleh
Tangerang Kota. Stasiun Geofisika
Nakamura yang menyatakan bahwa,
Tangerang masuk ke bagian wilayah 2 “Perbandingan spektrum H/V sebagai
yaitu wilayah Ciputat. Letak stasiun fungsi frekuensi berhubungan erat dengan
tersebut juga berada di depan Asrama fungsi site transfer untuk gelombang S
taruna/i STMKG untuk beberapa tahun ke
(shear)”. Menurut Konno dan Ohmachi, 1
depan. Stageof Tangerang merupakan
mikrotremor sebagian besar terdiri atas
salah satu tempat pemantau kejadian
gelombang permukaan. Rasio H/V pada
gempa yang ingin kami ketahui indeks
batuan sama dengan 1 pada fO, dan β lebih
kerentanan sesimik dan faktor kecil dari satu pada fO dan βAs(fO) juga
amplifikasinya dikarenakan dekat dengan lebih kecil dari HT(fO). Nantinya nilai
wilayah yang akan dihuni oleh banyak
frekuensi dominan ini di ubah menjadi nilai
taruna kedepannya. Data yang kami periode dominan dengan menggunakan
butuhkan berasal dari data mikrotremor. persamaan:
1.1 Mikrotremor T=1/f0
Mikrotremor adalah getaran ambient dari
tanah yang terjadi karena penyebab Dimana T adalah nilai periode yang dicari
alamiah atau gangguan buatan seperti dan f0 adalah nilai frekuensi input hasil
angin, gelombang laut, lalu lintas, dan pengolahan dengan metode HVSR.
mesin industri. Level amplitudo pada
mikrotremor kurang dari beberapa mikron 1.3 Indeks Kerentanan Seismik
sekitar 0,1-1 mikron dengan amplitude
Indeks Kerentanan sesimik (Kg)
velocity 0,001-0,01 cm/s.3 Mikrotremor
merupakan angka yang menunjukkan
sendiri diaplikasikan untuk menentukan
tingkat kerawanan terhadap gempa bumi
karakteristik dinamis seperti periode
berdasarkan kondisi batuan di daerah
dominan dan faktor amplifikasi dari suatu
tersebut. Kerentanan sesimik ini, nilainya
lapisan sedimen.2 Keadaan geologi pada
berbeda di setiap wilayah. Acuan dari
permukaan dangkal sangat mempengaruhi
angka Kg biasanya dibandingkan dengan
respon tanah terhadap aktivitas
titik lainnya di daerah tersebut. Setelah
gempabumi yang terjadi. Analisis
didapatkann nilai Periode Dominan
mikrotremor untuk penelitian respon tanah
(Tdom) dan Faktor Amplifiksi kemudian
dilakukan dengan penerapan metode
mencari Indeks Kerentanan Seismik (Kg)
Horizontal To Vertical Spectrum Ratio
menggunakan rumus :
(HVSR), salah satu metode pengolahan
data mikrotremor untuk menentukan
Kg : A02 ÷ f0
karakteristik dinamis seperti periode
dominan dan faktor amplifikasi dari suatu
2. METODE PENELITIAN
lapisan sedimen,2 dengan mengukur bising
pada suatu tempat pada 3 komponen arah Lokasi penelitian (Gambar 3) berada di
sekaligus yakni Utara-Selatan, Timur- Stasiun Geofisika Tangerang, yang terbagi
Barat dan Vertikal yang menghasilkan atas 20 titik penelitian dengan jarak 2 meter
perbandingan frekuensi dominan pada setiap titiknya. Dimana 12 titik pertama di
ketiga komponen tersebut, didasarkan Lapangan belakang Stageof tangerang, 3
pada asumsi komponen vertikal tidak (D1-3) titik di Stageof Tangerang, 1 titik
teramplifikasi pada frekuensi fundamental (D4) di asrama Stageof Tangerang, dan 4
(f0). titik di depan Stageof. Data diambil pada 5
Februari 2019 saat Praktik Kerja Lapangan.

25
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.2, Juli 2020

Alat yang kami gunakaan yaitu Tide Digital koordinat geografis 6,171° – 6,172° LS dan
Seismograph (TDS) Triaxial Tipe DS-4A 106,645°-106,647° BT.
dengan digitizer TDL-303S. Untuk
implementasi titik juga gambar alat berada
di bawah ini.

Gambar 3. 20 titik dari Google


Earth
Gambar 1. TDL-303S
Tabel 1. Koordinat 20 titik
c

Titik Lat Lon


A1 -6.17 106.65
A2 -6.17 106.65
A3 -6.17 106.65
Gambar 2. Sensor TDS A4 -6.17 106.65
Koordinat
c geografis titik pengamatan B1 -6.17 106.65
mikrotremor dituliskan pada Tabel 1.
Kemudian dilakukan perbandingan antara B2 -6.17 106.65
komponen Horizontal (H) dan Komponen
B3 -6.17 106.65
Vertikal (V) terhadap frekuensi untuk
memperoleh nilai periode dominan dan B4 -6.17 106.65
faktor amplifikasi pada lokasi tersebut.
Setelah didapatkann nilai Periode C1 -6.17 106.65
Dominan (Tdom) dan Faktor Amplifiksi C2 -6.17 106.65
kemudian mencari Indeks Kerentanan
Seismik (Kg) . C3 -6.17 106.65

Dari peta persebaran ini maka dapat C4 -6.17 106.65


diketahi secara grafis daerah mana yang D1 -6.17 106.65
memiliki periode dominan, faktor
amplifikasi(A0), indeks kerentanan D2 -6.17 106.65
seismik beserta klasifikasi tanah masing-
D3 -6.17 106.65
masing lokasi pengambilan data.
Dibuatlah suatu peta sebaran spasial D4 -6.17 106.65
dengan menginterpolasi data
menggunakan software Surfer. Grid E1 -6.17 106.65
menggunakan metode Kriging, pada suatu E2 -6.17 106.65
luasan wilayah yang dibatasi pada
E3 -6.17 106.65
E4 -6.17 106.65

26
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.2, Juli 2020

3. HASIL DAN PEMBAHASAN (bedrock) dan berbanding lurus dengan


kecepatan rata-rata. Pada daerah yang
Frekuensi dominan merepresentasikan memiliki lapisan sedimen yang lebih tebal
banyaknya gelombang yang terjadi dalam akan cenderung memiliki nilai frekuensi
satuan waktu. Frekuensi natural natural yang semakin kecil. Frekuensi
dipengaruhi oleh besarnya kecepatan rata- natural suatu daerah dapat menentukan
rata dan ketebalan sedimen bawah jenis karakteristik tanah suatu wilayah
permukaan. Frekuensi natural berbanding dijelaskan pada Tabel 2 di bawah ini :
terbalik dengan ketebalan sedimen

Tabel 2. Klasifikasi Tanah berdasarkan Frekuensi Dominan (f0)

No Klasifikasi F0 Klasifikasi kanai Deskripsi


Batuan tersier atau lebih ketebalan sedimen
tua. Terdiri dari batuan sangat tipis
1 Tipe IV 6,6 - 20
Hard sandy, gravel, dll didominasi oleh
batuan keras
Batuan alluvial dengan Ketebalan sedimen
ketebalan 5m.Terdiri permukaannya
2 Tipe III 10 - 4 dari sabdy-gravel, masuk dalam
sandy hard clay, loam, kategori menengah
dll 5-10 meter
Batuan alluvial dengan Ketebalan sedimen
ketebalan >5m.Terdiri permukaannya
3 Tipe II 2,5 - 4 dari sabdy-gravel, masuk dalam
sandy hard clay, loam, kategori tebal
dll sekitar 10-30 meter
Batuan alluvial yang Ketebalan sedimen
terbentuk dari permukaannya
4 Tipe I < 2,5
sedimentasi delta, top sangatlahh tebal
soil, lumpur, dll

Setelah mendapatkan Frekuensi natural apabila kecepatan gelombang semakin kecil


kita dapat memperoleh periode dominan maka faktor amplifikasi semakin besar, hal
suatu tanah. Rentang periode dominan ini menunjukkan bahwa faktor amplifikasi
untuk penentukan klasifikasi tanah berhubungan dengan tingkat kepadatan
dijelaskan pada Tabel 3. batuan, dimana berkurangnya kepadatan
batuan akan meningkatkan nilai faktor
Tabel 3. Klasifikasi Tanah berdasarkan Periode amplifikasi. Hal ini disebabkan oleh
Dominan (Tdom) sedimen lunak yang memperlambat durasi
gelombang yang menjalar di daerah tersebut,
Deskripsi Periode sehingga terjadi goncangan terhadap
NO Kelas
Umum Dominan (s)
bangunan.
Batuan
1 A+B < 0,2 s
Kaku
Tanah
3.1 Hasil nilai periode dominan, faktor
2 C 0,2 Tg < 0,4 amplifikasi, serta indeks kerentanan
Keras
Tanah sesismik
3 D 0,4 Tg < 0,6 Hasil nilai periode dominan, faktor
Medium
Tanah amplifikasi, serta indeks kerentanan
4 E Tg > 0,6 sesismik masing-masing lokasi dituliskan
Lunak
pada tabel 4. Kemudian di plot pada Surfer
Faktor amplifikasi merupakan dari nilai A0 menjadi peta persebaran periode dominan,
hasil pengolahan data mikrotremor faktor amplifikasi, dan indeks kerentanan
menggunakan HVSR. Faktor amplifikasi seismik di Stageof Tangerang.
dipengaruhi oleh kecepatan gelombang,

27
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.2, Juli 2020

Tabel 4. Hasil F0, Tdom, A0, dan


Kg Earth

NO Titik lat Lon F0 T0 A0 Kg

1 A1 -6.17 106.65 0.78 1.28 1.89 4.56

2 A2 -6.17 106.65 0.70 1.43 4.14 24.52

3 A3 -6.17 106.65 5.70 0.18 2.76 1.34

4 A4 -6.17 106.65 0.79 1.27 2.78 9.85

5 B1 -6.17 106.65 0.72 1.39 2.85 11.26

6 B2 -6.17 106.65 6.60 0.15 2.73 1.13

7 B3 -6.17 106.65 1.28 0.78 2.83 6.25

8 B4 -6.17 106.65 0.68 1.48 4.01 23.72

9 C1 -6.17 106.65 0.87 1.15 2.56 7.52

10 C2 -6.17 106.65 0.80 1.25 2.16 5.82

11 C3 -6.17 106.65 0.87 1.15 1.98 4.53

12 C4 -6.17 106.65 6.83 0.15 1.20 0.21

13 D1 -6.17 106.65 6.53 0.15 2.46 0.93

14 D2 -6.17 106.65 0.81 1.24 2.05 5.17

15 D3 -6.17 106.65 0.79 1.27 2.14 5.82

16 D4 -6.17 106.65 0.68 1.48 2.30 7.80

17 E1 -6.17 106.65 0.70 1.43 2.97 12.63

18 E2 -6.17 106.65 8.00 0.12 2.17 0.59

19 E3 -6.17 106.65 8.26 0.12 2.54 0.78

20 E4 -6.17 106.65 0.81 1.23 1.91 4.50

28
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.2, Juli 2020

Dari analisis HVSR didapatkan frekuensi ditimbulkan tidak terlalu besar jika
natural tanah dan periode dominan pada 20 dibandingkan dengan titik berwarna orange di
titik pengukuran di Stasiun Geofisika belakang Stageof Tangerang tepatnya di titik
Tangerang. Nilai frekuensi natural tanah A2 memiliki faktor amplifikasi yang besar .
berkisar 0,6 - 8,2 Hz, hal ini menunjukkan Rata-rata faktor amplifikasi di Stageof
bahwa daerah ini merupakan jenis tanah Tangerang adalah 2,4 sehingga masih relatif
batuan alluvial dengan tebal > 5m. rendah dan aman.

3.2 Hubungan Frekuensi Natural dan


Faktor Amplifikasi
Berdasarkan persebaran nilai
frekuensi natural (gambar 4) dan persebaran
faktor amplifikasi (gambar. 5) di Stageof
Tangerang dapat dilihat bahwa hubungan
keduanya cenderung berbanding terbalik. Di
sebelah tengah nilai amplifikasi cenderung
lebih rendah sementara nilai frekuensi
naturalnya cenderung lebih tinggi. Dan
Gambar 4. Peta Persebaran Periode Dominan sebaliknya, di sebelah timur nilai amplifikasi
cenderung lebih tinggi dengan nilai frekuensi
Hasil dari nilai frekuensi dominan tanah natural yang lebih rendah. Akan tetapi
kemudian diubah menjadi nilai periode apabila diperhatikan lebih detail pada setiap
dominan tanah yang sudah tercantum titiknya ternyata hubungan keduanya tidak
dalam tabel. Kemudian di plot dan menentu atau dapat dikatakan saling
hasilnya terlihat pada gambar 4. Terlihat independen. Ketidaksaling terkaitan kedua
bahwa daerah D1, D2, D3, dan D4 deretan parameter ini dapat disebabkan oleh nilai
ketebalan sedimen yang tidak terlalu
Stageof Tangerang dan asrama STMKG
berpengaruh pada nilai amplifikasi.
berapada pada wilayah yang hijau dengan Sementara untuk nilai frekuensi natural
periode dominan berada di rentang 0,9 – parameter ini merupakan salah satu faktor
1,1. Termasuk jenis kelas alluvial dalam yang sangat berpengaruh.
kedalaman 30 meter lebih. Terbukti di
lapangan secara langsung titik A1-C1
merupakan tanah yang lembek.
Sedangkan di titik A1 dan B1 memiliki
Tdom yang besar. Gambar 5 merupakan
peta persebaran faktor amplifiasi di
Stageof Tangerang.

Gambar 6. Peta Persebaran Indeks Kerentanan


Seismik

Selain peta periode dominan dan faktor


amplifikasi, juga memplot peta sebaran
indeks kerentanan seimik. Dalam hal ini
relatif merata berada pada warna ungu dan
Gambar 5. Peta Persebaran Faktor Amplifikasi biru dengan rentang 0-6 dan relatif rendah
Terlihat bahwa di daerah Stageof atau di dan aman tetapi ada satu titik A2 yang
tempat pengoperasian alat dan unit kerja berwarna orange yang indeks kerentanan
memiliki faktor amplifikasi yang rendah seismiknya relatif tinggi yaitu 23-24 yang
berada pada rentang 1,8-2,1 sehingga menunjukkan bahwa jenis tanah ini sangat
amplifikasinya kecil dampak yang rawan terhadap gempa. Namun dari segi

29
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.7 No.2, Juli 2020

indeks kerentanan seismik dan faktor Ilmiah Universitas Indraprasta


amplifikasi nilainya relatif rendah sehingga PGRI.
kedepannya dampak yang ditimbulkan Arifin, Bagus Sapto M., Marjiyono, dan
tidakterlalu signifikan. Roby S. Penentuan Zona Rawan
Guncangan Bencana Gempa Bumi
4. KESIMPULAN Berdasarkan Analisis Nilai
Stasiun Geoofisika tangerang memiliki rata- Amplifikasi Hvsr Mikrotremor Dan
rata periode dominan (Tdom) (0.6572 Analisis Periode Dominan Daerah
sekon) , faktor amplifikasi 2.4357, dan Liwa Dan Sekitarnya, Jurnal
Indeks kerentanan sesimik (Kg) 3,8991. Hal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
ini menunjukkan bahwa lapisan tanah yang Wibowo, Bagus., Ariska Rudiyanto2,
dominan pada wilayah tersebut masuk Gunawan Ibrahim, Yusuf Haidar Ali,
kedalam site class E yaitu tanah lunak Alexander Taufan Felix Perreira
alluvial (T0> 0,6 sekon ). Hal ini Trismahargyono Studi Pendahuluan
menunjukkan bahwa jenis tanah ini sangat Mikrozonasi Kota Tangerang
rawan terhadap gempa. Namun dari segi Selatan Melalui Analisis Nilai Vs-
indeks kerentanan seismik dan faktor 30 Dan Periode Dominan, Jurnal
amplifikasi nilainya relatif rendah sehingga
Meteorologi Klimatologi dan
kedepannya dampak yang ditimbulkan tidak
terlalu signifikan. Geofisika (Edisi Wisuda STMKG),
Vol. 2, No. 3, Oktober 2015
DAFTAR PUSTAKA Sitorus,Nomensen, Singgih Purwanto, dan
Widya Utama, 2013. Analisis Nilai
Taketoshi, Okada, Hidenobu, Takahashi, Frekuensi Natural Dan Amplifikasi
dan Toshimasa. 2004. Site Desa Olak Alen Blitar Menggunakan
Classification for Strong Motion Metode Mikrotremor Hvsr. Teknik
Stations in Japan using H/V Geofisika, Fakultas Teknik Sipil Dan
response Spectral. The World Perencanaan, Institut Teknologi
Conference on Earthquake Sepuluh Nopember. Jurnal
Engineering Vancouver, B.C., Geosaintek. 03 / 02 Tahun 2017
Canada, August 1-6, 2004, no. 1278 Muttaqien,Imamal, Reza Fahrurijal1, Adrin
Mirzaoglu, M. and Dykmen, U. 2003.
Tohari2. 2020. Mikrozonasi Seismik
Application of Microtremor to
Seismic Microzoning Procedure, Di Wilayah Ancaman Sesar
Journal of The Balkan Geophysical Lembang Antara Seksi Cihideung
Society, Vol.6 No.3. Dan Gunung Batu Berdasarkan
Ohmachi, T., K. Konno, T. Endoh, and T. Pengukuran Mikrotremor. Geologi
Toshinawa (1994). Refinement and dan Pertambangan, Vol.30, No.1,
application of an estimation Juni 2020,81-92
procedure for site natural periods Nakamura, Y. 2008. On The H/V Spectrum.
using microtremor, J. JSCE 489, 1- The 14th World Conferenceon
27, 251-261 (in Japanese with Earthquake Engineering. Beijing,
English abstract) China
Marjiyono. 2010. Estimasi Karakteristik
Dinamika Tanah Dari Data
Mikrotremor Wilayah Bandung.
Thesis ITB. Bandung.
Parwatiningtyas, D., 2008.
“Perbandingan Karakteristik
Lapisan Bawah Permukaan
Berdasarkan Analisis Gelombang
Mikrotremor Dan Data Bor”.Jurnal

30

Anda mungkin juga menyukai