Anda di halaman 1dari 9

KORELASI PUNCAK GANGGUAN KOMPONEN H MEDAN MAGNET BUMI

DENGAN DURASI BADAI GEOMAGNET


Yusuf Haidar Ali, Sesar Prabu Dwi Sriyanto. Relly Margiono
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatogi dan Geofisika
Jl. Perhubungan 1 no. 5, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan
e-mail : yusufhaidarali30@gmail.com

ABSTRAK
Nilai indeks K merepresentasikan besarnya gangguan medan geomagnet komponen H di
stasiun pengamatan medan geomagnet. Salah satu gangguan magnetik tersebut ialah badai magnet.
Semakin besar kekuatan badai magnet, maka akan semakin lama durasi terjadinya badai magnet
sampai fase pemulihan. Untuk melihat korelasi antara besarnya gangguan medan geomagnet
komponen H dengan durasinya, kami memilih 7 badai geomagnet yang tercatat di stasiun pengamatan
magnet Tondano (TND), Sulawesi Utara sepanjang bulan Juni 2012 sampai Desember 2013. Dan
sebagai perbandingannya, kami juga menggunakan indeks Dst rata rata setiap tiga jam terhadap
durasi badai magnet yang terjadi. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk menghitung
korelasinya. Analisis terhadap hasil pengolahan data menunjukkan bahwa puncak gangguan
komponen H medan geomagnet mempunyai korelasi kuat dengan durasi badai geomagnet, dengan
koefisien korelasi Pearson 0,838. Sedangkan korelasi indeks Dst dan durasi badai geomagnet
mempunyai korelasi sangat kuat dengan koefisien korelasi pearson 0,846.
Kata Kunci : gangguan magnet, indeks Dst, korelasi Pearson
ABSTRACT
The value of K-index represent the geomagnetic disturbance of H component on an
magnetic station. A kind of the magnetic disturbance is magnetic storm. The greater strength of the
magnetic storm, the longer of its duration until the recovery phase. To see a correlation between the
geomagnetic disturbance of H component and its duration. We selected seven geomagnetic storms that
recorded in Tondano magnetic station (TND), North Sulawesi during June 2012 until December 2013.
And for the comparison, we also used the average every three hours of Dst-index with the magnetic
storm duration that happened. Pearson correlation coefficient was used to calculate the correlation.
analysis of the data processing results show that the peak of geomagnetic field H component
disturbance has a strong correlation with the duration of the geomagnetic storm , with a Pearson
correlation coefficient of 0.838. While the correlation of Dst-index and duration of geomagnetic
storms have a very strong correlation with a Pearson correlation coefficient of 0.846.
Keywords : magnetic disturbance, Dst-index, Pearson correlation

1. PENDAHULUAN
Medan magnet bumi mempunyai komponen-komponen yang dapat diukur arah dan
intensitas kemagnetannya. Komponen-komponen tersebut meliputi : sudut deklinasi, sudut
inklinasi, komponen H, komponen Z, komponen X, komponen Y, dan medan magnetik total
(F).

Gambar 1-1. Komponen-komponen medan magnet bumi (Siswoyo dkk, 2011)

Kuat medan magnet bumi tidak konstan namun bervariasi terhadap waktu dan posisi.
Secara spasial (berdasarkan tempat), nilai medan magnet bumi bervariasi akibat perbedaan
lintang tempat yang merujuk pada dekat atau tidaknya dengan kutub magnet dan akibat
adanya medan magnet lokal (anomaly field). Nilai variasi medan magnet bumi secara
temporal dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu variasi sekuler, variasi harian/diurnal, dan badai
magnet.
Aktivitas matahari sangat berpengaruh pada medan magnet bumi. Pengaruh aktivitas
matahari pada medan magnet bumi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Quite Day,
Disturb Day, dan Solar Storm. Quite Day adalah hari tenang yang didefinisikan sebagai tidak
adanya aktifitas gangguan medan magnet bumi akibat angin matahari. Disturb Day adalah
hari yang teridentifikasi adanya gangguan kecil oleh angin matahari terhadap medan magnet
bumi. Solar Storm didefinisikan sebagai hari dimana terjadi Badai Matahari yang
mengganggu medan magnet bumi yang dinamakan badai geomagnet (geomagnetic storm).
Aktivitas matahari antara lain terjadinya solar flare (loncatan bunga api matahari) dan
peningkatan sunspot (bintik-bintik hitam matahari). Makin banyak bintik yang muncul di
permukaan matahari, maka tingkat aktivitas matahari dikatakan makin tinggi (Husni, 2010).
Angin Matahari mempengaruhi aktivitas manusia, menyebabkan lonjakan medan
listrik secara tiba-tiba yang akan mengakibatkan kerusakan pada peralatan teknologi tinggi
seperti peralatan satelit, komunikasi, dan sistem jaringan distribusi listrik. Menurut Habirun
dan Rachyany (2011) tiupan solar wind yang sangat kuat dapat memecahkan medan magnet
bumi pada waktu sangat singkat (badai geomagnet), gangguan dari badai geomagnet tersebut
mengakibatkan kenaikan atau penurunan variasi harian komponen H yang tegak lurus
terhadap gangguan hingga ratusan nanotesla dari kondisi normal.
Umumnya, badai geomagnet terdiri dari 3 fase yaitu fase awal, fase utama dan fase
pemulihan. Durasi fase pemulihan bisa berlangsung berhari-hari. Hal ini bergantung pada
intensitas gangguannya. Korelasi antara gangguan maksimum komponen H dengan durasi
badai geomagnet dilihat melalui analisis statistik dengan metode regresi dan koefisien
korelasi. Nilai koefisien korelasi yang mendekati 1,00 dapat dikatakan bahwa ada hubungan
kuat antara dua variabel yang diperhitungkan. Sebaliknya dikatakan tidak ada atau lemah
hubungannya bila nilai koefisien korelasi mendekati nilai 0,00 (Sarwono, 2006).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui korelasi antara gangguan maksimum
komponen H dengan durasi badai geomagnet di stasiun observasi magnet Tondano. Selain itu,
diuraikan juga perbandingan korelasi di Tondano dengan korelasi yang didapat dari gangguan
maksimum indeks Dst. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan awal untuk studi

selanjutnya dalam menentukan durasi dan waktu selesainya badai geomagnet untuk upaya
mitigasi pada kerusakan peralatan komunikasi dan jaringan listrik.
2. DATA DAN METODOLOGI
Data medan magnet yang digunakan dalam penelitian ini adalah data digital per
menit/menitan komponen H dari stasiun pengamatan medan magnet bumi Tondano (TND)
dengan koordinat 1,29LU dan 124,95BT selama bulan Juni 2012 hingga bulan Desember
2013. Pengolahan data dilakukan dengan mengoreksi nilai medan geomagnet komponen H
dengan data medan magnet utama bumi International Geomagnetik Reference Field (IGRF),
kemudian dicari selisih antara nilai maksimum dan minimum (R) dalam periode tiga jam.
Selanjutnya dikonversikan ke nilai Indeks K yang menyatakan tingkat gangguan medan
geomagnet dalam kondisi regional. Tidak setiap observatorium mempunyai konversi yang
sama untuk skala R dan indeks K, karena untuk setiap stasiun memiliki zona respon dan
gangguan magnet yang berbeda-beda (Rachyany dkk, 2007). Untuk indeks K yang dipakai di
stasiun Tondano mengacu pada harga indeks dari stasiun Honolulu dengan koordinat
11,78LU dan 93,5BT yang umumnya juga dipakai oleh observatorium di daerah lintang
rendah (Ruhimat dkk, 1992) yang diklasifikasikan seperti pada Tabel 2-1.
Tabel 2-1. Konversi dari harga R (nT) ke harga indeks K di stasiun Honolulu (Ruhimat dkk,
1992)

R
(nT)

0-3

4-6

7-12

13-24

25-40

41-70

71-120

121-200

201-300

300-...

Dari rentang waktu tersebut diambil 7 kejadian badai geomagnet, yaitu 16-19 Juni
2012, 14-18 Juli 2012, 30 September-3 Oktober 2012, 23-24 November 2012, 17-22 Maret
2013, 8-10 Oktober 2013, dan 7-9 Desember 2013. Ketujuh badai geomagnet dipilih
berdasarkan nilai Indeks K stasiun Tondano 5 dan nilai Indeks Dst -30 nT. Berdasarkan
klasifikasi badai geomagnet, nilai indeks K 5 termasuk badai geomagnet minor dan badai
geomagnet kuat pada rentang nilai indeks K antara 7-9 (Tim Geomagnetic Storms, 2011).
Selain indeks K, Indeks Disturbance Storm Time (Dst) juga digunakan sebagai acuan
terjadinya badai geomagnet karena indeks Dst adalah indeks aktivitas magnetik secara global
pada daerah ekuator. Nilai dari indeks ini dinyatakan dalam nanotesla (nT) yang merupakan
nilai rata-rata dari komponen H medan magnet bumi yang dihitung secara periodik setiap jam
dari empat lokasi observasi medan magnet bumi di sekitar ekuator (Pranoto, 2010). Badai
geomagnet ditandai dengan menurunnya pergerakan intensitas pada indeks Dst (Rachyany,
2009). Menurut Loewe dan Prolss (1997) badai geomagnet dapat diklasifikasikan berdasarkan
besarnya intensitas Dst seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2-2.
Tabel 2-2. Klasifikasi badai geomagnet berdasarkan besarnya intensitas Dst (Loewe
dan Prolss, 1997)

No.

Klasifikasi Dst

Intensitas Dst (nT)

1.
2.
3.
4.

-50 Dst < -30


-100 Dst < -50
-200 Dst < -100
Dst < -200

Lemah
Sedang
Kuat
Sangat kuat

Indeks Dst diperoleh dari


u.ac.jp/dst_final/index.html.

situs

internet

dengan

alamat

http://wdc.kugi.kyoto-

Proses selanjutnya adalah menghitung korelasi antara gangguan maksimum komponen


H dengan durasi badai geomagnet di stasiun Tondano. Nilai gangguan maksimum komponen
H didapat dari nilai gangguan tertinggi pada komponen H medan geomagnet di stasiun
Tondano selama badai geomagnet berlangsung. Untuk membandingkan nilai gangguan medan
geomagnet di stasiun Tondano dengan indeks Dst, dilihat rata rata per 3 jam dari nilai indek
Dst dimulai dari 00 UT, sehingga terdapat 8 interval yang sama dengan pengolahan gangguan
medan geomagnet di stasiun Tondano. Setelah didapat rata-rata nilai per 3 jam indeks Dst,
selanjutnya diambil nilai tertinggi indeks Dst selama badai geomagnet berlangsung.
Metode yang digunakan dalam mencari tren garis antara gangguan maksimum medan
geomagnet dengan durasinya adalah metoda regresi linier dan eksponensial. Selain itu,
digunakan metode korelasi product moment/Pearson untuk melihat keterkaitan antara satu
variabel dengan variabel lainnya (Bevington, 1969) yang dapat dihitung dengan rumusan
matematis sebagai berikut :
n

( X i X ) (Y iY )
r xy =

i=1

(X i X )2 . (Y i Y )2 .
i=1

...................................................(2-1)

i=1

dengan :
rxy = hubungan variabel x dan variabel y
x = gangguan maksimum komponen H (nT)
y = durasi (menit)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks K lebih dari sama dengan 5 terindikasi adanya badai magnet di stasiun
Tondano. Penentuan awal badai geomagnet dilakukan secara kualitatif dengan melihat
Sudden Storm Commencement (SSC) medan magnet bumi pada magnetogram stasiun
observasi geomagnet Tondano, kemudian dicatat waktu awal tersebut dalam UT. SSC
merupakan permulaan terjadinya badai magnet yang mendadak (Husni, 2010). Di bawah ini
adalah tampilan magnetogram yang dilihat melalui software gdasview.jar pada awal badai
geomagnet :

Komp-H
(nT)
Time (s)

Komp-H
(nT)

Time (s)
Komp-H
(nT)
Time (s)
Komp-H
(nT)

Time (s)

Komp-H
(nT)
Time (s)

Komp-H
(nT)

Time (s)

Komp-H
(nT)

Time (s)

Gambar 3-1 : Variasi komponen H medan geomagnet di Tondano. Garis merah menandakan awal
terjadinya badai geomagnet.

Penentuan waktu berhentinya badai geomagnet didasarkan pada klasifikasi indeks Dst
yang diberikan oleh Loewe dan Prolss (1997), sehingga apabila nilai indeks Dst -30 nT
dianggap badai geomagnet telah berakhir. Perhitungan durasi badai geomagnet menggunakan

satuan menit. Berikut adalah tabel hasil pengolahan data geomagnet stasiun observasi magnet
Tondano dan indeks Dst :

Tabel 3-1. Hasil perhitungan nilai maksimal gangguan komponen H dengan pengolahan Stasiun
observasi Tondano dan Indeks-Dst.

Stasiun Tondano
Indeks
K

Nilai
maksimum
gangguan
(nT)

Nilai absolut
maksimum
indeks Dst
(nT) per 3
jam

Durasi
(menit)

No

Tanggal / waktu
awal badai (UT)

Tanggal /
waktu akhir
badai (UT)

16-06-2012 /
09:53

19-06-2012 /
00:00

95

66

3727

14-07-2012 /
18:10

18-07-2012 /
04:00

140

119

4910

30-09-2012 /
11:31

02-10-2012 /
17:00

94

113

3209

23-11-2012 /
19:29

24-11-2012 /
11:00

75

37

931

17-03-2013 /
05:59

21-03-2013 /
21:00

123

118

6661

08-10-2013 /
20:19

09-10-2013 /
14:00

83

59

1061

07-12-2013 /
22:24

08-12-2013 /
23:00

95

52

1476

Setelah mengkalkulasikan hubungan antara puncak gangguan badai magnet,


didapatkan korelasi puncak gangguan komponen H stasiun Tondano dan indeks Dst masingmasing dengan durasi badai magnet sebagai berikut :

(b
)

(a)

(b)

Gambar 3-2 : Korelasi durasi badai geomagnet dengan nilai gangguan maksimal komponen H
geomagnet stasiun TND (a) dengan regresi linier, (b) dengan regresi eksponensial.

Dari grafik di atas diketahui bahwa hubungan durasi (y) dan puncak gangguan komponen H
stasiun Tondano (x) adalah y=79,13x - 4830 dengan R2 = 0,702 jika diplot menggunakan
regresi linear. Sedangkan jika diplot menggunakan regresi eksponensial, hubungan durasi (y)
dan puncak gangguan komponen H stasiun Tondano (x) adalah y=145,3e0,028x dengan R2 =
0,683.

(a)

(b)

Gambar 3-3 : Korelasi durasi badai magnet dengan nilai indeks Dst (a) dengan regresi linier, (b)
dengan regresi eksponensial.

Dari grafik di atas diketahui bahwa hubungan durasi (y) dan indeks Dst (x) adalah y=50,63x904,1 dengan R2 = 0,689 jika diplot menggunakan regresi linear. Sedangkan jika diplot
menggunakan regresi eksponensial , hubungan durasi (y) dengan indeks Dst (x) adalah
y=559,7e0,018x dengan R2 = 0,716.
Sementara itu, dihitung pula nilai korelasi product moment/Pearson (r Pearson) agar
bisa mengetahui secara jelas kuatnya korelasi antara durasi badai geomagnet dengan puncak
gangguan komponen H stasiun Tondano dan indeks Dst masing-masing. Berikut adalah tabel
korelasinya:

Tabel 3-2. Korelasi antara gangguan maksimum badai geomagnet dengan durasi badai
geomagnet.

R2 regresi linear

R2 regresi eksponensial

r Pearson

0,702

0,683

0,838

0,689

0,716

0,846

Komponen H
stasiun magnet
Tondano
Indeks Dst

Sebaran nilai dari grafik gangguan komponen H medan geomagnet maksimum


terhadap durasinya mempunyai kecenderungan linier. Sementara itu, sebaran nilai dari grafik
indeks Dst terhadap durasinya mempunyai kecenderungan eksponensial berdasarkan nilai R
kuadrat dari garis trennya. Maka dalam hal penentuan tren terbaik korelasi komponen H dan
durasinya tidak boleh mengacu pada tren linear saja pada umumnya.
Antara gangguan maksimum komponen H medan geomagnet dari stasiun Tondano
dengan durasi badai geomagnet mempunyai korelasi yang sangat kuat, dengan nilai koefisien
korelasi Pearson adalah 0,838. Sementara itu antara indeks Dst dengan durasi badai
geomagnet juga mempunyai korelasi yang sangat kuat, dengan nilai koefisien korelasi
Pearson adalah 0,846. Penentuan kategori korelasi kuat dan sangat kuat merujuk pada definisi
yang diberikan oleh Sarwono (2006). Korelasi indeks Dst lebih kuat dari pada korelasi
gangguan komponen H di stasiun observasi Tondano karena nilai indeks Dst didapatkan dari
beberapa stasiun observasi magnet sedangkan stasiun observasi Tondano hanya mempunyai
data di satu titik observasi magnet.
4. KESIMPULAN
Korelasi antara nilai maksimal indeks Dst dan durasi badai geomagnet yang trennya
cenderung eksponensial mempunyai korelasi lebih kuat dari pada nilai puncak gangguan
komponen H stasiun observasi geomagnet Tondano yang cenderung linier. Korelasi indeks
Dst dengan durasinya sangat kuat dengan koefisien korelasi Pearson 0,846. Korelasi nilai
puncak gangguan komponen H medan geomagnet dengan durasi badai geomagnet
mempunyai korelasi sangat kuat dengan koefisien korelasi Pearson 0,838.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah, kami sangat berterimakasih kepada pegawai Stasiun Geofisika
Manado, khususnya Pos Pengamatan Geomagnet Tondano atas data yang diberikannya
kepada kami. Terimakasih juga kepada dosen dan orang tua kami yang terus memberikan
dorongan agar penelitian ini terlaksana dengan lancar.
DAFTAR RUJUKAN
Bevington, P., 1969. Data Reduction and Error Analysis for The Physical Sciences, McGrowHill, New York.
Central Technology, Inc. 2011. Geomagnetic Storms. United States : Central Technology, Inc.
Habirun. 2007. Identifikasi Model Indeks K Geomagnet Berdasarkan Sifat Stokastik, Majalah
Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 2 No. 4, hal 150-157.

Habirun dan Sity Rachyany, 2011. Analisis Perubahan Variasi Harian Komponen H pada
saat Terjadi Badai Magnet, Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 1, hal
27-33.
Husni, Muhammad, 2010. Magnet Bumi I. Jakarta: Akademi Meteorologi dan Geofisika.
Loewe C.A dan Prolss G.W., 1997. Classification and Mean Behaviour of Magnetic Storms. J.
Geophys. Res. A 102 14209-14213
Pranoto, S. C., 2010. Studi Tentang Badai Magnet Menggunakan Data Magnetometer di
Indonesia. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, hal 284-288.
Rachyany, Sity, 2009. Analisis Indeks Disturbance Storm Time dengan Komponen H
Geomagnet, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan IPA.,
FMIPA-UNY. Hal 231-236 Yogyakarta.
Rachyany, Sity, dkk. 2007. Telaah Indeks K Geomagnet di Biak dan Tangerang, Majalah
Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 2 No. 1, hal 1-9.
Ruhimat ML, Sobari O, Indra Satria E., 1992. Menentukan Indeks-K untuk Stasiun
Geomagnet Watukosek, Majalah LAPAN
Sarwono, J., 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Siswoyo, Mahmud Yusuf, dan Sanusi, 2011. Interpretasi Anomali Magnetik Pada Penentuan
Lokasi Baru Stasiun Magnet (Stasiun Geofisika Angkasa Jayapura). Diambil dari :
http://data.bmkg.go.id/share/Dokumen/ssc_3.pdf (31 Agustus 2015)
WDC for Geomagnetism, Kyoto. 2014. Katalog indeks Dst. Diambil dari :
http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/index.html (7 Juni 2015)

Anda mungkin juga menyukai