Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

RISET ILMIAH

Disusun Oleh :
Sesar Prabu Dwi Sriyanto

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Riset atau penelitian merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan suatu
kebenaran. Banyak para pakar kita yang telah meneliti suatu ilmu maupun penemuan
baru dengan metode-metode yang telah ada. Penelitian adalah cara menemukan ilmu
baru,oleh karenanya diperlukan metode-metode agar suatu penelitian dianggap valid
dan relevan. Banyak cara yang ditempuh untuk mengadakan suatu penelitian dalam
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini.
Penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah.
Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu
logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris. Logika
berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan,
pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatu
kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang
terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan
cara berpikir rasional yang didasari oleh logika atau penalaran dan cara berpikir
empiris yang didasari oleh fakta atau realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh
proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah didasari oleh
pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran
maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara
empirik (berdasarkan fakta). Untuk bisa melaksanakan penelitian ilmiah yang benar
sesuai metode-metode ilmiah maka perlu diketahui lebih lengkap tentang apa yang
dimaksud penelitian atau riset ilmiah itu sendiri. Secara lengkap, hal-hal yang
mengenai penelitian ilmiah termasuk pengertian, jenis-jenis, peran, manfaat, hingga
tahapan penelitian ilmiah akan dibahas pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan jenis-jenis dari riset ilmiah?
2. Bagaimana tujuan dan kegunaan riset ilmiah bagi kehidupan manusia?
3. Bagimana tahapan dalam pelaksanaan riset ilmiah?

1.3. Tujuan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis riset ilmiah.
2. Mengetahui tujuan dan kegunaan riset ilmiah bagi kehidupan manusia.
3. Mengetahui tahapan dalam pelaksanaan riset ilmiah.

1
BAB II
ISI

2.1. Pengertian Riset Ilmiah


Riset ilmiah berasal dari dua suku kata yaitu riset dan ilmiah. Kata “riset”
merupakan terjemahan dari kata “research” dalam bahasa Inggris. Research
merupakan gabungan suku kata “re” yang berarti kembali dan “search” yang berarti
mencari, sehingga bila digabungkan berarti mencari kembali. Research bila diartikan
ke dalam bahasa Indonesia juga bisa berarti penelitian, sehingga riset juga bisa
disebut dengan penelitian. Sementara itu, kata “ilmiah” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2019) berarti bersifat ilmu tetapi menggunakan bahasa umum sehingga
mudah dipahami oleh masyarakat awam. Menurut Husein (1999), riset memiliki tiga
unsur penting yaitu sasaran, usaha untuk mencapai sasaran, dan metode ilmiah.
Menurut Almack (1930), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti
hasil dan proses. Penelitian merupakan proses untuk menghasilkan ilmu. Menurut
Whitney (1960), penelitian dan ilmu merupakan proses dan hasilnya adalah
kebenaran. Jadi, penelitian yang diproses dengan ilmu, akan menghasilkan kebenaran
ilmiah. Kebenaran ilmiah dapat diterima karena tiga aspek yaitu adanya koheren,
adanya koresponden, dan pragmatis (sifat fungsional dalam kehidupan praktis).
Secara sederhana penelitian merupakan metode menemukan kebenaran yang
dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis). Dengan demikian penelitian
merupakan proses penemuan jawaban yang ilmiah atas masalah yang terjadi melalui
pendekatan yang sistematis, logis, kritis yang terkontrol oleh bukti empiris untuk
mencapai kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah. Penelitian bisa menggunakan
metode ilmiah (scientific method) atau non- ilmiah (unscientific method).
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut
diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah menggabungkan
cara berpikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam membangun pengetahuan.
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subyektif, menggunakan prinsip analisis, menggunakan teknik
kuantitatif dan atau kualitatif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang obyektif.
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek
investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama
yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat
melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud
seringkali memerlukan pengukuran dan atau perhitungan yang cermat. Suatu
penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai
penelitian ilmiah. Penelitian yang bersifat ilmiah wajib didasarkan pada kaidah-
kaidah atau ciri-ciri keilmuan. Menurut Sugiono (1999), riset ilmiah memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:

2
a. Rasional.
Rasional berarti penyelidikan atau riset ilmiah memiliki sifat yang
masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia. Salah satu contohnya
adalah perbedaan polisi dan paranormal dalam menemukan pelaku pencurian.
Polisi menggunakan cara penyelidikan secara logika sedangkan paranormal
menggunakan cara-cara yang tidak masuk akal bagi logika manusia.
b. Empiris.
Ciri empiris dalam riset ilmiah berarti riset yang dilakukan
menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan
menggunakan panca indera. Menurut Suaedi (2016), gejala yang ada di alam
bersifat konkret sehingga dapat dinyatakan dengan panca indera dan
mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan mengenai suatu kejadian.
Sesuatu yang tidak diamati dengan indera dianggap bukan suatu pengetahuan
yang benar (Suaedi, 2016). Paranormal yang bisa mengetahui masa depan
seseorang bukan merupakan cara empiris karena tidak dapat diamati
bagaimana prosesnya.
c. Sistematis.
Sistematis merupakan ciri riset ilmiah yang menunjukkan bahwa riset
ilmiah harus menggunakan proses dengan langkah-langkah logis. Sistematis
juga berarti terstruktur dengan seperangkat kerangka petunjuk mengenai urutan
tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, yang dirumuskan secara
jelas, logis, dan berkaitan antara tahap satu dengan tahap lainnya sehingga
memudahkan untuk memeriksa relevansi hasil yang didapat dengan cara yang
digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut. Proses yang dilakukan dalam
riset ilmiah berawal dari penemuan masalah, tinjauan teori, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan.

2.2. Jenis-jenis Riset Ilmiah


Ada banyak jenis penelitian ilmiah berdasarkan beberapa aspek, antara lain:
1. Berdasarkan penggunaannya
1. Basic Research ( penelitian dasar).
Penelitian dasar (basic research) yang disebut juga penelitian murni
(pure research) atau penelitian pokok (fundamental  research) adalah
penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan  suatu  ilmu pengetahuan 
serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori
baru. Peneliti yang melakukan penelitian  dasar memiliki  tujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan pemanfaatan  secara
langsung dari  hasil penelitian tersebut. Penelitian  dasar  justru memberikan
sumbangan besar terhadap pengembangan  serta  pengujian teori-teori  yang
akan mendasari penelitian terapan.  Penelitian dasar  lebih diarahkan untuk
mengetahui, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan
sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum mapu mengatasi secara langsung
masalah namun dapat menajadikannya lebih baik (Dharma, 2008). Tujuan

3
penelitian dasar adalah  untuk menambah pengetahun ilmiah dan hukum-
hukum dalam kehidupan.
Penelitian dasar dapat digeneralisisakan karena bersifat abstak dan
umum. Penelitian dasar tidak secara langsung menyelesaikan masalah praktis
melainkan dijadikan sebagai dasar dalam menyelesaikan masalah-masalah
praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi
kehidupan praktis.  Contoh penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang
pendidikan misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang  mempengaruhi
kecerdasan manusia terhadap hasil belajar. Hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan referensi dalam mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam
proses pembelajaran.
2. Applied Research (penelitian terapan)
Penelitian terapan dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan. Penelitian terapan hasilnya tidaklah untuk dipertahankan didepan
pakar ataupun disimpan dalam perpustakaan melainkan harus diuji di dalam
kenyataan yaitu impelementasinya harus dapat  menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Tingkat kecermatan tidak boleh mempengaruhi pelaksanaan
penelitan menjadi lamban karena banyak masalah yang membutuhkan
penanganan secepatnya.
Penelitian terapan dilakukan karena manusia membutuhkan solusi dari
sebuah masalah yang dihadapi dimana adanya ketidaksesuaian antara harapan
dan kenyataan yang terdapat dalam kondisi yang dihadapinya. Tanpa
kebutuhan tersebut maka penelitian terapan tidak banyak manfaatnya karena
kondisi sekarang banyak hal yang perlu disempurnakan agar kehidupan
menjadi lebih baik.
Ciri-ciri penelitian terapan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan
ciri-ciri metodologi penelitian. Ciri-ciri yang dimaksud sebagai berikut :
- Penelitian terapan perlu menggunakan teori-teori atapun pengalaman bersifat
terpakai karena teori dan pengalaman tersebut tidak hanya digunakan dalam
penyusunan kerangka teori tetapi juga dalam menyusun kesimpulan dan
hasil yang dikaitkan dengan data yang telah dikumpul.
- Penelitian terapan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
kebenaran objektif. Data sebagai bukti ilmiah sebagai pendukung kebenaran
hasil penelitian terapan adalah data yang berasal dari sumber pertama
(primer) agar terjamin keasliannya dan ketepatannya agar dapat dipercaya
- Penelitian terapan tidak hanya menyajikan data tetapi juga dengan
pengolahan data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengolahan data
menjadi jaminan dari kesimpulan yang akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah.
- Penelitian terapan harus menggunakan metode yang tepat. Metode yang
digunakan haruslah sesuai dengan prosedur kerja yang diikuti dengan
ketelitian agar menghasilkan kebenaran yang dipertanggungjawabkan.
- Penelitian terapan biasanya memfokuskan masalah pada gejala alam atau
gejala sosial dengan berbagai kekurangan ataupun kelemahan yang

4
merugikan manusia bilamana dibiarkan saja. Untuk mencegah kondisi
tersebut perlu penanganan yang tepat sehingga penelitian terapan lebih
menitikberatkan pada asas kebermanfaatnnya di kehidupan nyata.
- Penelitian Terapan menggunakan data yang dikumpulkan secara lengkap dan
objektif. Data yang dikumpulkan harus mengcover semua hal yang
berhubungan dengan masalah. Peneliti tidak boleh berat sebelah dalam
pengumpulan data dimana hanya menghimpun data yang mendukung
ataupun sebaliknya karena berdampak pada hasil kebenaran yang tidak
objektif.
- Penelitian terapan dilaporkan secara jelas, sistematis dan objektif agar mudah
dipahami pembaca sehingga dapat bermanfaat.

2. Berdasarkan tempat penelitian.


1. Penelitian lapangan.
Jenis penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan. Penelitian lapangan
merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan
dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa
dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks.
Penelitian lapangan biasa diadakan di luar ruangan. Dalam konteks penelitian
sosial, Penelitian lapangan merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti
mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial
kecil dan mengamati budaya setempat.
2. Penelitian kepustakaan.
Menurut Mahmud (2011), penelitian kepustakaan adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka. Penelitian
kepustakaan juga diartikan sebagai penelitian yang mengunakan cara untuk
mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di
perpustakaan, seperti buku, majalah, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah
(Sholeh, 2005). Sedemikian pentingnya melakukan studi kepustakaan ini,
sehingga tidak mungkin suatu penelitian dapat dilakukan tanpa terlebih
dahulu melakukannya terlebih lagi dalam penelitian kepustakaan harus
banyak membaca buku-buku yang berhubungan dengan fokus
penelitiannya (Komider, 1995). Secara garis besar, sumber bacaan yang ada di
perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sumber acuan
umum yang biasanya berisi tentang teori-teori dan konsep-konsep secara
umum (contoh: buku-buku, teks, ensklopedi, monograp, dan sejenisnya), dan
sumber acuan khusus yang berupa junal, buletin penelitian, tesis, dan lain-lain
(Komider, 1995).
Dalam mencari sumber bacaan, seorang peneliti harus selektif sebab
tidak semua dapat dijadikan sebagai sumber data. Setidaknya ada dua kriteria
yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan yaitu prinsip
kemutakhiran (recency) dan prinsip relevansi (relevance). Perlu dihindarkan
penggunaan sumber bacaan yang yang sudah lama dan dipilih sumber yang

5
lebih mutakhir. Sumber yang telah lama mungkin memuat teori-teori atau
konsep-konsep yang sudah tidak berlaku lagi, karena kebenarnnya telah
dibantah oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian
(Komider, 1995).
3. Penelitian laboratorium.
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan
percobaan, pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan
ilmu sains (kimia, fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium
merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis,
pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat
bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas
yang memadai (Depdiknas, 2002). Laboratorium harus dilengkapi dengan
berbagai sarana prasarana untuk kebutuhan percobaan. Menurut Decaprio
(2013), laboratorium memiliki banyak fungsi, yaitu :
- Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori
dan praktik.
- Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan
siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan
laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,
tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi.
- Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari
pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan
lainnya) untuk mencari hakikat kebenaan ilmiah dari suatu objek keilmuan
dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
- Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan
alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan
menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset ataupun
eksperimentasi yang akan dilakukan.
- Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam
keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan
mencari kebebaran ilmiah dengan cara penelitian, ujicoba, maupun
eksperimentasi.
- Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti
dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat
dalam proses kegiatan kerja di laboratorium.
- Laboratoriun dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan barbagai
masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran,
masalah akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yamg
membutuhkan penanganan dengan uji laboratorium.
- Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa,
dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu
pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang
bersifat konkret dan nyata

6
3. Berdasarkan metodenya
1. Penelitian historis
Penelitian historis atau penelitian sejarah adalah kegiatan penelitian
yang difokuskan untuk menyelidiki, memahami, dan menjelaskan keadaan
yang telah lalu. Tujuan penelitian historis adalah untuk merumuskan
kesimpulan mengenai sebab-sebab, dampak, atau perkembangan dari kejadian
yang telah lalu yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan kejadian sekarang
dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Contohnya penelitian untuk
mengetahui bagaimana perkembangan peradaban masyarakat tertentu,
penelitian tentang mengapa suatu produk dimasa lalu menjadi andalan. 
2. Penelitian survei
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
atau kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi. Senada dengan pendapat tersebut, prasetyo (2005;49) berpendapat
bahwa penelitian survey umumnya dilakukan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Jika sampel yang diambil
adalah representatif maka generalisasinya kuat. Contoh penelitian tentang
kecenderungan masyarakat dalam  memilih pemimpinnya, penelitian pengaruh
anggaran pendidikan terhadap kualitas SDM di negeri ini, penelitian tentang
kecenderungan konsumem dalam memilih suatu jenis produk. 
3. Penelitian ex post facto
Penelitian Ex Post Facto adalah penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang guna
mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya kejadian. Penelitian ini
menggunakan  logika jika x maka y.  Namun demikian dalam penelitian tidak
dilakukan manipulasi variabel. Contohnya penelitian untuk mengungkapkan
sebab terjadinya kerusuhan disuatu daerah, penelitian tentang sebab terjadinya
banyak siswa yang tidak lulus ujian, penelitian tentang sebab banyaknya
produk yang tidak terjual. 
4. Penelitian eksperimen
Penelitian Eksperimen adalah penelitian yang berusaha mencari
pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol
secara ketat. Ada empat bentuk eksperimen yaitu pre experimenta: true
experimental, factorial, dan quasi experimental. Contoh penelitian mengenai
pengaruh penggunaan metode mengajar A terhadap hasil belajar siswa,
penelitian tentang pengaruh metode promosi terhadap jumlah penjualan, dan
lain-lain. 
5. Penelitian evaluasi
Penelitian evaluasi adalah penelitian yang diharapkan dapat
memberikan  masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai
relatif dari dua atau  lebih alternatif  tindakan. Jadi penelitian evaluasi adalah
penelitian yang dilakukan untuk pengambilan keputusan. Contoh penelitian

7
tentang efektivitas pelaksanaan KBK di sekolah X, penelitian tentang
kebijakan link and match, dan lain-lain. 
6. Penelitian pengembangan
Penelitian pengembangan adalah merupakan penelitian untuk
mengembangkan produk sehingga produk tersebut menjadi lebih baik. Tujuan
penelitian  pengembangan bukan  untuk memformulasi atau menguji hipotesis,
melainkan untuk mendapatkan produk baru atau proses baru. Contoh penelitian
tentang kemungkinan mengembangkan produk A menjadi produk A plus. 
7. Penelitian tindakan
Penelitian Tindakan adalah suatu bentuk penelitian  refleksi diri yang
dilakukan oleh para partisipan misalnya guru, siswa atau kepala sekolah, dalam
situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan bertujuan
untuk memecahkan masalah melalui aplikasi metode ilmiah, bukan untuk
memberi kontribusi pada ilmu pengetahuan. Contoh penelitian tentang mencari
mengajar yang paling tepat untuk siswa kelas II SMA, penelitian tentang
prosedur dan metode kerja dalam  pelayanan masyarakat. 
8. Penelitian naturalistik
Penelitian Naturalistik adalah penelitian yang digunakan untuk kondisi
obyektif alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian lebih menekankan  makna, bukan generalisasi. Contoh
penelitian tentang makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu,
penelitian untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi, dan
lain-lain.
9. Penelitian kebijakan
Penelitian Kebijakan adalah penelitian yang dilakukan untuk
kepentingan pengambilan kebijakan. Penelitian ini dilakukan karena adanya
masalah bagi organisasi atau para pengambil keputusan. Penelitian ini
dilakukan terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar sehingga
temuannya dapat direkomendasikan kepada pengambil keputusan.
Contoh penelitian untuk membuat undang-undang atau peraturan, penelitian
untuk mengembangkan struktur organisasi, dan lain-lain.

4. Berdasarkan jenis data dan analisisnya


1. Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan metode dengan beraneka segi fokus
yang meliputi suatu interpretif, konstruktif, pendekatan naturalistik pada
subjeknya (Trumbull & Watson, 2010). Hal ini bermakna penelitian kualitatif
mempelajari sesuatu pada sudut pandang alamiahnya, menerjemahkannya, dan
melihat fenomena dalam hal makna yang dipahami manusia. Dengan kata lain
penelitian kualitatif dapat mempelajari sisi nyata dunia, menemukan
bagaimana orang mengatasi sesuatu dan berkembang dalam situasi tersebut
yang menggambarkan kehidupan manusia kontekstual. Penelitian kualitatif
meliputi studi yang menggunakan dan mengumpulkan beragam studi kasus

8
bahan empiris, pengalaman pribadi, introspektif, ceritera kehidupan,
wawancara, observasional, historikal, interaksional, dan teks visual yang
menggambarkan peristiwa rutinitas dan problematis dan makna dari kehidupan
individual (Trumbull & Watson, 2010).
Subadi (2006) menyebutkan bahwa ada beberapa karakteristik
penelitian kualitatif, yaitu:
- Berpegang pada pandangan bahwa realitas sosial itu bersifat maknawi,
yaitu tak terlepas dari sudut pandang, frame, definisi dan atau makna
yang terdapat pada diri manusia yang memandangnya.
- Mengacu pada pemikiran teoretis yang menempatkan manusia sebagai
aktor, setidak-tidaknya sebagai agen (bukan sekedar role player)
sebagaimana yang ditawarkan oleh sejumlah aliran teori seperti
fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik, serta teori
budaya ideasionalisme.
- Tertuju untuk memahami makna yang tersembunyi di balik suatu
tindakan, perilaku, atau hasil karya yang dijadikan fokus penelitian.
- Penelitian dilakukan pada latar yang sifatnya alamiah (natural setting),
bukan pada situasi buatan.
- Dalam pelaksanaan penelitian, instrumen utamanya adalah peneliti itu
sendiri karena dialah yang harus secara jeli dan cerdas menentukan arah
“penyelidikan dan penyidikan” (sesuai dengan perkembangan data yang
diperoleh) di dalam proses pengumpulan dan analisa data.
- Kegiatan pengumpulan data dan analisis data berlangsung serempak
(simultan), serta prosesnya tidak berlangsung linear sebagaimana studi
verikatif konvensional, melainkan lebih berbentuk siklus dan interaktif
antara kegiatan koleksi data, reduksi data, pemaparan data dan penarikan
kesimpulan.
- Teknik observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam
proses pengumpulan data di lapangan. Observasi diperlukan untuk
memahami pattern of life yang dijadikan fokus penelitian, sedangkan
wawancara mendalam diperlukan untuk menyingkap dunia makna yang
tersembunyi sebagai pattern for life.
- Data hasil observasi dan wawancara (termasuk data yang diperoleh
dengan teknik-teknik lain) dijadikan dasar dari konseptualisasi dan
kategorisasi, baik dalam rangka penyusunan deskripsi maupun
pengembangan teori (theory building) sehingga setiap konsep, kategori,
deskripsi dan teori yang dihasilkan benar-benar berdasarkan data.
- Untuk mencapai tujuan understanding of understanding, sangat
mempedulikan dan bahkan mengutamakan perspektif emik ketimbang
perspektif etik.
- Lebih mempedulikan segi kedalaman ketimbang segi keluasan cakupan
dari suatu penelitian.
- Generalisasinya lebih bersifat tranferabilitas ketimbang statiskal ala
penelitian kuantitatif konvensional.
- Mengacu pada konsep dan teknik theoretical sampling ketimbang pada
konsep dan teknik statistical sampling ala penelitian kuantitatif
konvensional.

9
- Berpegang pada patokan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan
konfirmabilitas guna menghasilkan temuan penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Penelitian kuantitatif
Kasiram (2008) mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu
proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian
kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim,
2001; Del Siegle, 2005; dan Johnson, 2005):
- Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal,
fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
- Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif
dan baku.
Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana
Sudjana dan Ibrahim, 2001; Suharsimi Arikunto, 2002; Johnson, 2005; dan
Kasiram, 2008) :
- Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau topdown),
yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan
konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
bersifat khusus.
- Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari halhal
yang bersifat subjektif.
- Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan. d. Tujuan
dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu
ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.
- Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang
dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa
yang telah direncanakan sebelumnya.
- Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan
alat yang objektif dan baku.
- Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam
arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
- Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
- Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks
waktu dan situasi.

2.3. Tujuan dan Kegunaan Riset Ilmiah


Menurut Nazir (1988) kegunaan penelitian adalah untuk menyelidiki keadaan
dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu keadaan khusus. Keadaan tersebut
bisa saja dikontrol melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan obeservasi
tanpa kontrol. Secara umum, setidaknya terdapat empat tujuan dilakukannya
penelitian, yakni:
- Tujuan eksploratif; merupakan penelitian yang digunakan untuk menemukan
sesuatu yang baru dalam bidang tertentu.

10
- Tujuan verifikatif; merupakan penelitian yang digunakan untuk menguji
kebenaran sesuatu dalam bidang ilmu yang telah ada.
- Tujuan developmental; merupakan penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada.
- Dapat juga untuk digunakan penulisan tugas ilmiah seperti skripsi, tesis, dan
disertasi.
Lebih lanjut Nazir (1988) mengemukakan bahwa penelitian memegang
peranan yang sangat penting dalam memberikan fondasi terhadap tindak serta
keputusan dalam segala aspek pembangunan. Sangat sulit untuk mendapatkan data
atau informasi yang terpercaya yang dapat digunakan dalam perencanaan
pembangunan selain dari kegiatan penelitian. Tidak ada satu negara yang sudah maju
dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak daya dan dana dalam
bidang penelitian.
Kegiatan penelitian bukan sekedar mendapatkan kesimpulan-kesimpulan,
tetapi mendapatkan kesimpulan yang bisa dipakai dan berguna bagi berbagai pihak.
Suatu penelitian yang dilakukan adalah bertolak dari masalah, yaitu suatu kondisi
yang mengancam, menghambat, menganggu dan masih berupa teka-teki. Pada akhir
kegiatan penelitian diharapkan teka-teki tersebut ditemukan, dipecahkan, faktor-
faktor utama penyebab ancaman, gangguan tersebut ditentukan. Ditemukannya
faktor-faktor penyebab ancaman, diharapkan dapat digunakan oleh instansi, lembaga
ataupun kelompok masyarakat untuk memperbaiki keadaan program dan sebagainya.
(Amirman, 1993).
Pada intinya, kegunaan penelitian menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan
kontribusi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kegunaan penelitian/
penulisan dapat diuraikan secara terpisah. Kegunaan penelitian tersebut dapat
diperinci lagi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian yang
diteliti. Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi kepentingan praktis dan
kepentingan teoritis. Kepentingan-kepentingan ini meliputi kepentingan bidang
keilmuan, atau kepentingan bidang profesi peneliti, instansi/organisasi, atau
kelompok tertentu dan kepentingan terhadap lainnya tergantung penelitian yang
dilakukan tujuannya bagaimana. Kegunaan penelitian merupakan dampak dari
pencapaian tujuan penelitian, yaitu seberapa jauh mana hasil yang dapat dicapai atau
didapat dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Menurut Husaini dan Akbar (2009), berdasarkan tujuan penelitian, maka
kegunaan atau manfaat penelitian hasil penelitian dapat dibagi atau diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu :
2. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis biasanya hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep atau teori administrasi
pada umumnya dan konsep atau teori dan disiplin kerja pada khususnya.
Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teori tertentu disebut
penelitian verifikatif. Keraguan terhadap suatu teori muncul jika teori yang
bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan peristiwa-peristiwa aktual yang
dihadapi. Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitian

11
empiris, dan hasilnya bisa menolak atau mengukuhkan atau merevisi teori yang
bersangkutan. Demikianlah teori berkembang terus melalui penelitian, dan
dengan demikian ilmu pengetahuan berkembang terus tanpa batas. Itulah
sebabnya penelitian ditempatkan sebagai darma kedua pada tridarma perguruan
tinggi sebagai lembaga yang mengelola ilmu pengetahuan. Manfaat teoritis ini
pada intinya adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara
konsep maupun teori sebagai hasil dari kegiatan penelitian. Sebagai contoh
hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan perkembangan ilmu
administrasi pendidikan, khususnya motivasi kerja, kepuasan kerja, dan
prestasi kerja guru, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Kegunaan Praktis
Penelitian bermanfaat pula untuk memecahkan masalah-masalah
praktis. Hampir semua lembaga yang ada di masyarakat, baik lembaga
pemerintahan maupun lembaga swasta, menyadari manfaat ini dengan
menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai bagian integral dalam
organisasi mereka.kedua manfaat penelitian tersebut merupakan syarat
dilakukannya suatu penelitian sebagaimana dinyatakan dalam rancangan
(desain) penelitian. Manfaat praktis ini pada umumnya lebih mengkhususkan
kegunaan penelitian ini tertuju kepada siapa secara rinci. Kegunaan praktis
hasil penelitian hendaknya disebutkan secara tersurat bagi siapa.

2.4. Tahapan dalam Riset Ilmiah


Menurut Indriantoro dan Supomo (1999), proses riset ilmiah secara umum
harus memenuhi langkah-langkah antara lain 1) masalah/pertanyaan penelitian, 2)
telaah teoritis, 3) pengujian fakta, dan 4) kesimpulan. Sementara itu, McMillan dan
Schumacher (2001) membagi langkah riset ilmiah menjadi empat langkah yang
terdiri dari 1) pendefinisian masalah, 2) menyatakan hipotesis yang akan diuji, 3)
mengumpulkan dan menganalisa data, serta 4) interpretasi hasil dan menarik
kesimpulan tentang masalah. Hampir sama dengan McMillan dan Schumacher
(2001), Dewey (1964) membagi langkah-langkah pencarian ilmiah atas lima langkah
yaitu 1) mengidentifikasi masalah, 2) merumuskan dan membatasi masalah, 3)
menyusun hipotesis, 4) mengumpulkan dan menganalisis data, dan 5) menguji
hipotesis dan menarik kesimpulan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut terdapat
kesamaan komponen langkah-langkah dalam riset atau penelitian ilmiah antara lain
adanya masalah, hipotesis, data dan kesimpulan.
a. Masalah.
Masalah pada umumnya diartikan sebagai gap/kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Ada istilah terkenal yang menyebut harapan sebagai
das sollen dan kenyataan atau fakta sebagai das sein. Akibat adanya
kesenjangan itu maka mendorong manusia untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sederhana tentang apa, siapa, dimana, serta mengapa sesuatu
terjadi. Sumber-sumber masalah dalam penelitian dapat diketahui ketika
terdapat penyimpangan antara pengalaman atau rencana dengan kenyataan
sehingga menimbulkan masalah besar (Setyawan, 2014). Menurut Hulley dan

12
Cummings dalam Siswanto, dkk (2013), permasalahan yang akan diangkat
dalam riset harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Feasible. Feasible yang berarti layak dimaksudkan bahwa permasalahan
yang akan dibahas dalam riset itu harus tersedia cukup subyek penelitian,
dana, waktu, alat, dan keahlian.
- Interesting. Interesting berarti masalah yang diangkat sebaiknya menarik
untuk diteliti.
- Novel. Maksud dari kriteria ini adalah masalah yang dibahas dapat
membantah atau mengkonfirmasi riset atau penemuan terdahulu,
mengembangkan penelitian sebelumnya, atau bahkan menemukan sesuatu
yang baru.
- Ethical. Masalah dalam riset ilmiah hendaknya tidak bertentangan dengan
etika atau nilai moral dalam masyarakat.
- Relevan. Relevan yang dimaksud adalah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ditujukan untuk meningkatkan atau
mengembangkan keilmuan dan riset yang berkelanjutan.
Perumusan masalah menjadi salah satu tahap penting dalam riset
ilmiah, bahkan riset tidak bisa dilakukan apabila tidak tau masalah apa yang
akan dijawab dalam riset tersebut. Setyawan (2014) menyebutkan bahwa
rumusan masalah merupakan suatu rumusan yang mempertanyakan suatu
fenomena, baik fenomena mandiri maupun fenomena yang ada kaitannya
dengan fenomena lain. Secara umum, bentuk dari rumusan masalah adalah
pertanyaan, bahkan Tuckman (1972) dalam Danim (2003) memang
menganjurkan agar rumusan masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk
pertanyaan.
Setyawan (2014) membagi bentuk-bentuk permasalahan dalam
penelitian menjadi tiga jenis yaitu:
- Permasalahan deskriptif.
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda.
- Permasalahan komparatif.
Permasalahan komparatif adalah permasalahan yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih terhadap dua atau
lebih sampel yang berbeda.
- Permasalahan asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah suatu pertanyaan dalam penelitian yang
menghubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan dalam
permasalahan asosiatif ini terdiri atas hubungan simetris, hubungan kausal
(sebab-akibat), dan hubungan timbal balik.
b. Hipotesis.
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan yang dibuat untuk menjelaskan
suatu hal dan sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Sudjana, 1992).

13
Sementara itu Suaedi (2016) berpendapat bahwa hipotesis adalah dugaan
pikiran berdasarkan sejumlah data yang memberi arah pada penelitian dalam
menghimpun data (Suaedi, 2016). Hipotesis juga diartikan sebagai dugaan
terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1973). Secara
ringkas sebenarnya hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji lagi kebenarannya (Harnovinsah, 2014). Hipotesis
dirumuskan sebagai jawaban atas kesimpulan sementara dari masalah yang
dihadapi dan masih harus diuji kebenaran atau ketidakbenarannya. Menurut
Harnovinsah (2014), ada empat kriteria hipotesis yang baik yaitu:
- Dikembangkan dengan teori yang sudah ada, penjelasan logis, atau dari
hasil-hasil penelitian sebelumnya.
- Hipotesis menunjukkan maksudnya dengan jelas.
- Hipotesis dapat diuji.
- Hipotesis lebih baik dibanding hipotesis kompetisinya.
Harnovinsah (2014) juga menjelaskan bahwa terdapat tiga macam
perumusan hipotesis yaitu yang bersifat deskriptif, korelasional, dan kausalitas.
Hipotesis yang bersifat deskriptif dapat menggambarkan karakteristik suatu
satuan awal yang menjadi fokus perhatian penelitian. Selanjutnya yang kedua
adalah hipotesis korelasional yang dapat menggambarkan hubungan antara dua
atau lebih variabel tetapi tidak menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab
dan variabel mana yang menjadi akibat dalam hubungan tersebut. Sementara
itu, hipotesis kausalitas merupakan hipotesis yang telah menunjukkan variabel
mana yang menjadi sebab dan variabel aman yang menjadi akibat.
c. Data.
Data merupakan komponen penting dalam penelitian karena penelitian
tidak dapat diakui keabsahannya bila tidak dapat menunjukkan data yang
digunakan untuk mendukung penjelasan dari pemecahan masalah yang
dihadapi dalam penelitian. Menurut Pendit (1992), data adalah hasil observasi
langsung terhadap suatu kejadian, yang merupakan perlambangan yang
mewakili obyek atau konsep dalam dunia nyata. Sebagai hasil observasi
langsung terhadap kejadian atau fakte dari fenomena di alam nyata, data bisa
berupa tulisan atau gambar yang dilengkapi dengan nilai tertentu (Ati dkk,
2014).
Data dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif
merupakan data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk
angka (Muhadjir, 1996). Sementara itu, data yang bersifat kuantitatif adalah
jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, bisa berupa
informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau angka
(Sugiyono, 2010). Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi dua jenis yaitu
data primer dan data sekunder. Menurut Suryabrata (1987), data primer
merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
pertamanya, sedangkan data sekunder adalah data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama.
Banyak masyarakat yang masih rancu tentang perbedaan antara data
dan informasi. Data sebenarnya hanya fakta yang tidak sedang digunakan pada
proses keputusan (Murdick dkk, 1984), sedangkan informasi merupakan

14
produk dari data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi penerimanya (Jogiyanto, 2001). Sebelum menjadi informasi yang
utuh, data harus melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan, pengolahan, dan
analisis.
d. Kesimpulan.
Kesimpulan merupakan komponen terakhir dalam proses riset ilmiah.
Perumusan kesimpulan juga menjadi langkah paling akhir dalam berpikir
ilmiah pada sebuah metode ilmiah (Suaedi, 2016). Kesimpulan berisi jawaban
atas pertanyaan yang diajukan pada bagian rumusan masalah.Keseluruhan
jawaban hanya terfokus pada ruang lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban
disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah yang diajukan. Kesimpulan
berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis.Pada umumnya kesimpulan
terdiri atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan.Kesimpulan utama
adalah yang berhubungan langsung dengan permasalahan. Dengan demikian,
kesimpulanutama harus bertalian dengan pokok permasalahan dan dilengkapi
oleh bukti-bukti. Pada kesimpulan tambahan, penulis tidak mengaitkan pada
kesimpulan utama, tetapi tetap menunjukkan fakta-fakta yang mendasarinya.
Dengan sendirinya, penulis tidak dibenarkan menarik kesimpulan yang
merupakan hal-hal baru, lebih-lebih jika dilakukan pada kesimpulan utama.Jika
penulis bermaksud menyertakan data atau informasi baru maka hendaknya
dikonsentrasikan pada bab-bab uraian dan bukannya pada kesimpulan.
Pada tulisan ilmiah dari hasil penelitian yang memerlukan hipotesis,
maka pada kesimpulan utamanya harus dijelaskan apakah hipotesis yang
diajukan memperlihatkan kebenaran atau tidak. Kesimpulan utama pada tulisan
ilmiah dari hasil penelitian yang memerlukan hipotesis tidaklah sedetil
kesimpulan yang terdapat pada bab analisis. Sebaliknya, pada tulisan ilmiah
dari hasil penelitian yang tidak memerlukan hipotesis, maka kesimpulan
merupakan uraian tentang jawaban penulis atas pertanyaan yang diajukan pada
bab pendahuluan.
Ada dua tipe langkah penarikan kesimpulan yaitu penarikan kesimpulan
langsung dan tidak langsung. Penyimpulan langsung adalah penyimpulan yang
di dalamnya kita secara langsung bergerak dari suatu premis tunggal menuju
suatu kesimpulan. Penyimpulan langsung berakhir hanya dalam suatu proposisi
baru dan bukan dalam suatu kebenaran baru. Dari kebenaran atau kesalahan
suatu proposisi yang ada, kita menarik kebenaran atau kesalahan proposisi lain
yang perlu mengikutinya. Misalnya, pada premis semua serangga bernafas
melalui trakea, bisa ditarik kesimpulan bahwa semua yang bernafas melalui
trakea adalah serangga. Sementara itu, Penyimpulan tidak langsung adalah
penyimpulan yang di dalamnya kita memperoleh suatu kesimpulan dari dua
atau lebih premis. Tipe ini disebut tidak langsung karena penarikan kesimpulan
ini diperoleh dengan media yang disebut term antara atau term tengah (M).
Dengan term antara (M), kita dapat membandingkan premis mayor dan premis
minor sehingga kita mengetahui alasan mengapa subjek sama dengan predikat
atau mengapa subjek tidak sama dengan predikat.
Untuk menyusun sebuah kesimpulan, langkah-langkah yang perlu
dilakukan antara lain pertama penulis menguraikan garis besar permasalahan

15
dan kemudian memberi ringkasan tentang segala sesuatu yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya. Kedua penulis harus menghubungkan setiap
kelompok data dengan permasalahan untuk sampai pada kesimpulan tertentu.
Selanjutnya langkah terakhir dalam menyusun kesimpulan adalah menjelaskan
mengenai arti dan akibat-akibat tertentu dari kesimpulan-kesimpulan itu secara
teoritik maupun praktis.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang disajikan pada bab 2, dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Riset ilmiah atau yang juga disebut dengan penelitian ilmiah
adalah metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking
(berpikir kritis). Penelitian juga merupakan proses penemuan jawaban yang
ilmiah atas masalah yang terjadi melalui pendekatan yang sistematis, logis, kritis
yang terkontrol oleh bukti empiris untuk mencapai kebenaran ilmiah atau
pengetahuan ilmiah.
2. Tujuan dan kegunaan penelitian adalah menguraikan seberapa
jauh kebergunaan dan kontribusi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Penelitian diharapkan bukan sekedar mendapatkan kesimpulan-
kesimpulan, tetapi mendapatkan kesimpulan yang bisa dipakai dan berguna bagi
berbagai pihak.
3. Secara umu tahapan dalam riset ilmiah dapat dibagi menjadi
empat langkah yang terdiri dari pendefinisian masalah, menyatakan hipotesis
yang akan diuji, mengumpulkan dan menganalisa data, serta interpretasi hasil
dan menarik kesimpulan tentang masalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ati, S., Kristanton, N. H., dan Taufiq, A. 2014. Dasar-dasar Informasi. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Decaprio, R. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah : IPA, Bahasa, Komputer
dan Kimia. Yogyakarta: Diva Press
Depdiknas. 2002. SPTK-21. Jakarta: Depdiknas.
Dewey, J. 1964. Democrazy and Education. New York: The Macmillan Company.
Harnovinsah. 2014. Metodologi Penelitian. Universitas Mercu Buana. [online]
Dikutip dari http://mercubuana.ac.id/files/MetodeLogiPenelitian/. Diakses
tanggal 1 September 2019.
Indriantoro, N. dan Supomo, B. 1999. Metodologi Penelitian dan Bisnis.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Jogiyanto. 2001. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur
Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Kerlinger. 1973. Metode Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
McMillan, J.H. and Schumacher, S. 2001. Research in Education. New York:
Longman, Inc.
Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakesarasin.
Murdick, Ross, R. G., dan Claggett, J. E. 1984. Sistem Informasi untuk Manajemen
Modern. Edisi ke 3. Diterj. Oleh J. Djamil. Jakarta: Erlangga.
Pendit, P. L. 1992. “Makna Informasi: Lanjutan dari Sebuah Perdebatan,” dalam
Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangannya, eds. Antonius Bangun
dkk. Jakarta: Kesaint-Blanc.
Setyawan, D. A. 2014. Masalah Penelitian (Perumusan Masalah Dalam Penelitian).
Surakarta: Poltekkes Kemenkes Surakarta.
Sholeh, A. R. 2005. Pendidikan Agama dan Pengembangn untuk Bangsa. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Siswanto, Susila, dan Suyanto. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press
Subadi, T. 2006. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

17
Trumbull, M. & Watson, K., 2010. Qualitative research Method.Integrating
quantitative and Qualitative Methods in Research, 3rd Ed.pp.62-78., USA.
University Press of America, Inc.
Yin, R.K., 2011. Qualitative Research From Start to Finish, The Guilford Press.

18

Anda mungkin juga menyukai