Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA GUNUNG API

oleh:
ELIS TRYANA MAHARANI
185090700111022

Asisten:
Muhammad Nazli Nashri 175090701111014

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERISTAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Praktikum Fisika Gunung Api.
Laporan ini saya susun dan saya kerjakan dengan maksimal dan dengan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pemrosesan data yang digunakan. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pemrosesan data dan pembuatan laporan besar ini, khususnya teman-teman Teknik Geofisika
angkatan 2018 dan juga asisten praktikum kelompok 5 kak Nazli.
Selain itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran
dan kritik agar saya dapat memperbaiki susunan kalimat maupun tata bahasa dalam pengerjaan
laporan untuk kedepannya. Akhir kata saya berharap semoga laporan besar Praktikum Fisika Gunung
Api ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.

Malang, 23 April 2021

Elis Tryana Maharani


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... iv
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................................................ 1
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................................................... 1
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 2
2.1 Dasar Metode Magnetotelurik ............................................................................................... 2
2.2 Inversi pada MT .................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 6
LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Sumber Medan Elektromagnetik (Grandis, H. 2007) ................................ 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Magnetotelurik adalah metode pengukuran pasif yang memanfaatkan medan listrik (E) dan
medan magnet (H) alami bumi sebagai sumbernya dalam arah yang saling tegak lurus. Parameter
lapangan yang terekam oleh alat berupa sinyal medan listrik (E) dan sinyal medan magnet (H).
Sinyal-sinyal yang direkam oleh alat berupa data deret waktu. Data tersebut akan dilakukan alih
ke deret frekuensi untuk mendapatkan kurva tahanan jenis semu dan sudut fase impedansi. Metode
MT memiliki keunggulan pada penetrasinya yang cukup dalam dan tingkat ambiguitasnya yang
relatif rendah. Metode ini bersifat pasif yang artinya metode ini menggunakan sumber sinyal alami
yang berasal dari dalam bumi. Sumber sinyal MT berasal dari adanya interaksi antara solar wind
dengan lapisan magnetosfer bumi yang mengakibatkan timbulnya interaksi antara medan listrik
dan medan magnet di permukaan. Adanya interaksi antara medan listrik dan medan magnet
menyebabkan timbulnya medan EM yang membawa sifat konduktivitas/resistivitas batuan di
bawah permukaan bumi. Sifat tersebut kemudian diidentifikasi untuk memodelkan zona reservoar
di bawah permukaan.
1.2 Perumusan Masalah
1. bagaimana cara mengolah data MT ?
2. bagaimana cara menentukan karakter gunung api berdasarkan sebaran nilai resistivitas ?
1.3 Batasan Masalah
1. Pengolahan dan pemodelan data MT.
2. Penentuan karakteristik gunung api dari sebaran nilai resistivitas.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan akuisisi metode magnetik adalah untuk untuk mengetahui proses
pemodelan data MT dan karakter area gunung api berdasarkan sebaran nilai resistivitas.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan praktikan dapat menambah pengetahuan
praktikan mengenai proses pemodelan data MT dan karakter area gunung api berdasarkan
sebaran nilai resistivitas..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Metode Magnetotelurik


Magnetotelurik (MT) merupakan metode eksplorasi geofisika yang pasif karena untuk
mendapatkan respon dari bumi, tidak diberikan respon terlebih dahulu ke bumi. Magnetotelurik
memanfaatkan spektrum yang luas dari variasi magnetik bumi yang terjadi secara alami akibat
aktivitas-aktivitas di luar bumi sebagai sumber energi induksi elektromagnetik di bumi.
Magnetotelurik mengukur fluktuasi medan listrik (E) dan medan magnet (B) alami secara simultan
sebagai fungsi waktu dengan arah yang ortogonal terhadap permukaan bumi. Arah ortogonal
terhadap permukaan bumi berarti penentuan struktur konduktiv bumi dapat dilakukan pada range
kedalaman beberapa ratus sampai beberapa ribu kilometer (Simpson and Bahr, 2005). Dalam
pengukuran tersebut, dapat ditentukan sifat kelistrikan (konduktivitas atau resistivitas) dari
permukaan lapisan bumi yang didapatkan dari hubungan variasi medan listrik (E) dan medan
magnet (B) (Naidu, 2012).
Medan elektromagnetik yang dimanfaatkan memiliki fluktuasi geomagnetik - dengan
rentang 10-3 s.d 105 s atau rentang frekuensi 10-5 s.d 103 Hz. Sumber sinyal dari medan
elektromagnetik terbagi menjadi dua,yaitu:
a. Sinyal dengan frekuensi rendah ( < 1 Hz) Sumber sinyal ini berasal dari solar wind (interaksi
angin matahari dengan magnet bumi)
b. sinyal frekuensi sedang (<1 Hz) berasal dari resonansi lapisan ionosfer bumi,
c. Sinyal dengan frekuensi tinggi ( > 1 Hz) Sumber sinyal ini berasal dari aktiviatas meteorologi
seperti adanya petir ataupun badai.

Gambar 2.1 Ilustrasi Sumber Medan Elektromagnetik (Grandis, H. 2007)


Metode elektromagnetik didasarkan atas persamaan Maxwell yang merupakan perumusan –
perumusan matematika untuk 2 hukum – hukum alam yang melandasi semua fenomena
keelektromagnetan.
𝜕𝐵
𝛻 × 𝐸 = − 𝜕𝑡 (1.1)
𝜕𝐷
𝛻 ×𝐻 =𝑗+ (1.2)
𝜕𝑡

𝛻. 𝐷 = 𝑞 (1.3)
𝛻. 𝐵 = 0 (1.4)
Dalam bentuk diferensial, persamaan maxwell dalam domain frekuensi dapat dituliskan
sebagai berikut :
E : medan listrik (Volt/m)
B : fluks atau induksi magnetik (Weber/m2 atau Tesla)
H : medan magnet (Ampere/m)
j : rapat arus (Ampere/m2)
D : perpindahan listrik (Coulomb/m2)
q : rapat muatan listrik (Coulomb/m3)
Persamaan (1.1) diturunkan dari hukum Faraday yang menyatakan bahwa perubahan fluks
magnetik menyebabkan medan listrik dengan gaya gerak listrik berlawanan dengan variasi fluks
magnetik yang menyebabkannya. Persamaan (1.2) merupakan generalisasi teorema Ampere
dengan memperhitungkan Hukum Kekekalan Muatan. Persamaan tersebut menyatakan bahwa
medan magnet timbul akibat fluks total arus listrik yang disebabkan oleh arus konduksi dan arus
perpindahan. Persamaan (1.3) menyatakan Hukum Gauss yaitu fluks elektrik pada suatu ruang
sebanding dengan muatan total yang ada dalam ruang tersebut. Sedangkan persamaan (1.4) yang
identik dengan persamaan (1.3) berlaku untuk medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada
monopol magnetik.
Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium dinyatakan oleh
persamaan berikut:
𝐵 = 𝜇𝐻 (2.1)
𝐷 = 𝜀𝐸 (2.2)
𝐸
𝑗 = 𝜎𝐸 = 𝜌 (2.3)

dimana
μ : permeabilitas magnetik (Henry/m)
ε : permitivitas listrik (Farad/m)
σ : konduktivitas (Ohm-1/m atau Siemens/m)
ρ: tahanan-jenis (Ohm.m)
Untuk menyederhanakan masalah sifat fisik medium, diasumsikan tidak bervariasi terhadap
waktu dan posisi (homogen isotropik). Dengan demikian, akumulasi muatan seperti dinyatakan
pada persamaan (2.3) tidak terjadi dan persamaan Maxwell dapat dituliskan kembali sebagai
berikut
𝜕𝐻
𝛻 × E = −𝜇 𝜕𝑡 (3.1)
𝜕𝐸
𝛻 × H = 𝜎𝐸 + 𝜀 𝜕𝑡 (3.2)

𝛻. E= 0 (3.3)
𝛻. 𝐻 =0 (3.4)
Dengan operasi curl terhadap persamaan (3.1) dan (.2) serta mensubstitusikan besaran -
besaran yang telah diketahui pada persamaan (3) akan kita peroleh pemisahan variabel E dan H
sehingga:
𝜕𝐸 𝛿2 𝐸
𝛻 × 𝛻 × 𝐸 = −𝜇𝜎 𝜕𝑡 − 𝜇𝜀 𝜕𝑡 2 (4.1)
𝜕𝐻 𝛿2 𝐻
𝛻 × 𝛻 × 𝐻 = −𝜇𝜎 𝜕𝑡 − 𝜇𝜀 (4.2)
𝜕𝑡 2

Dengan memperhatikan identitas vektor 𝛻 × 𝛻 × 𝑥 = 𝛻. 𝛻. 𝑥 − 𝛻 2 𝑥 dimana x adalah E


atau H, serta hubungan yang dinyatakan oleh persamaan (3.3) dan (3.4), maka kita dapatkan
persamaan gelombang (persamaan Helmholtz) untuk medan listrik dan medan magnet sebagai
berikut:
𝜕𝐸 𝛿2 𝐸
𝛻 2 𝐸 = 𝜇𝜎 𝜕𝑡 + 𝜇𝜀 𝜕𝑡 2 (4.3)
𝜕𝐻 𝛿2𝐻
𝛻 2 𝐻 = 𝜇𝜎 𝜕𝑡 + 𝜇𝜀 (4.4)
𝜕𝑡 2

Jika variasi terhadap waktu dapat direpresentasikan oleh fungsi periodik sinusoidal maka:
𝐸(𝑟, 𝑡) = 𝐸0 (𝑟)𝑒 𝑖𝜔𝑡 (4.5)
𝐻(𝑟, 𝑡) = 𝐻0 (𝑟)𝑒 𝑖𝜔𝑡 (4.6)
dimana Eo dan Ho masing-masing adalah amplitudo medan listrik dan medan magnet dan
𝜔 adalah frekuensi gelombang EM.
Kemudian dari persamaan 4 c dan d dapat ditulis menjadi :
𝛻 2 𝐸 = (𝑖𝜔𝜇𝜎 − 𝜔2 𝜇𝜀)𝐸 (5.1)
𝛻 2 𝐻 = (𝑖𝜔𝜇𝜎 − 𝜔2 𝜇𝜀)𝐻 (5.2)
Pada kondisi yang umum dijumpai dalam eksplorasi geofisika (frekuensi lebih rendah dari
10 Hz, medium bumi) suku yang mengandung 𝜀(perpindahan listrik) dapat diabaikan terhadap
suku yang mengandung 𝜎 (konduksi listrik) karena harga
𝜔𝜇𝜎 >> 𝜔2 𝜇𝜀 untuk 𝜇 = 𝜇0 = 4𝜋10−7 𝐻/𝑚
Pendekatan tersebut adalah aproksimasi keadaan kuasi - stasioner dimana waktu tempuh
gelombang diabaikan. Eliminasi kebergantungan medan terhadap waktu seperti dilakukan untuk
memperoleh persamaan 5 selain dimaksudkan untuk menyederhanakan persamaan namun juga
untuk lebih mengeksplisitkan aprokmasi keadaan kuasi-stasioner tersebut. Dengan demikian
persamaan gelombang 4c dan 4d menjadi persamaan difusi
𝛻2𝐸 = 𝑘2𝐸 (6.1)
𝛻2𝐻 = 𝑘2𝐻 (6.2)

Dimana

𝑘 = ±√𝑖𝜔𝜇0 𝜎 adalah bilangan gelombang


2.2 Inversi pada MT
Inversi merupakan sebuah proses mengambil suatu parameter dari data yang diketahui.
Dalam metode magnetotellurik terdapat iga jenis inversi yang diapaki, yaitu, inversi 1D, 2D, dan
3D.
1. Inversi 1D
Inversi 1D mengasumsikan bahwa variasi resistivitas bumi hanya terjadi pada arah
vertical atau hanya bergantung pada kedalaman. Solusi dari permasalahan tersebut diperoleh
dengan asumsi bahwa medan elektromagnet selalu orthogonal terhadap medan magnet dan
merambat sejajar dengan bumi dengan arah osilasi yang konstan (Naidu. 2012). Inversi 1D
menjadi salah satu pilihan dalam membantu proses interpretasi data magnetotellurik. Alasan
yang pertama adalah terdapatnya operator forward yang dapat ditentukan dengan cepat dan
akurat. Alasan yang kedua adalah ekspresi analitik dari nilai sensitivitasnya dapat ditentukan
dengan mudah (Wilhelm et al. 2008).
2. Inversi 2D
Untuk medium 2D solusi pemodelannya menjadi lebih kompleks, hal itu dikarenakan
parameter resistivitas tidak hanya bervariasi terhadap kedalaman namun juga dalam dimensi
lateral (sumbu y dan sumbu x). Inversi occam 2D sebenarnya merupakan pengembangan dari
inversi Occam 1D, namun untuk menentukan nilai resistivitas lateral diantara titik pengukuran
digunakan pendekatan Elemen Batas (Wannamaker & Stodt, 1985).
3. Inversi 3D
Inversi 3D magnetotellurik merupakan sebuah proses inversi dengan menggunakan
asumsi bahwa variasi resistivitas terjadi baik pada arah vertikal maupun lateral. Berdasarkan
asumsi tersebut inversi 3D memiliki keunggulan dibandingkan dengan inversi 1D dan 2D
karena struktur bawah permukaan bumi berbentuk 3D (Siripunvaraporn et.al. 2003). Data yang
digunakan dalam inversi 3D MT tidak memerlukan konfigurasi sesuai arah strike yang
dominan. Data MT yang sudah diolah dan dihilangkan noisenya tidak perlu dirotasi sesuai arah
strike. Disamping berbagai kelebihan yang dimilikinya, inversi 3D MT memiliki beberapa
kekurangan, yaitu jumlah memori CPU yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk
melakukan proses inversi. Hal tersebut menyebabkan banyak orang tidak berani
menggunakannya dan tetap bertahan menggunakan inversi 2D (Siripunvaraporn et.al. 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Naidu, G.D., 2012. Magnetotellurics: Basic Theoretical Concepts, in: Deep Crustal Structure of the
Son-Narmada-Tapti Lineament, Central India. Springer Berlin Heidelberg, Berlin, Heidelberg,
pp. 13–35.
Simpson, F., Bahr, K., 2005. Practical magnetotellurics. Cambridge University Press, Cambridge,
UK ; New York.
Siripunvaraporn, W., Egbert, G,. Lenbury, Y., and Unyeshima, M. 2003. Three-dimensional
magnetotelluric inversion: data-space method. Physics of the Earth and Planetary Interiors 150,
3-14
Telford, W., Geldart M.L.P. dan Sheriff R.E. 1990. Applied Geophysic Second Edition. Cambridge:
Cambridge University Press.
Wannamaker, P.E., J.A.Stodt, and L.Rijo. 1995. A stable finete element solution for two dimensional
Magnetotellurik Modeling. Geophysical Journal of the Royal Astronomical Society
Wilhelms, W., Franke, A., Borne, R., and Spitzer, K. 2008. Magnetotelluric Inversion Studies for the
1D Case. Technische Universitat Berkagademie Freiberg
LAMPIRAN

Dokumentasi kehadiran praktikum metode geokimia

Anda mungkin juga menyukai