SURVEI ELEKTROMAGNETIK
Oleh:
DHEA MELVIAN SARI PUTRI
185090701111023
Asisten:
PARAMITA ASTRI ARDIANTI 175090701111003
RIZKI FITRIA RAHMA DINA 175090701111010
YUGI LAVENIA 175090707111006
SHINTA RAFIDAH 175090707111012
AKHLAQUL KARIMAH HARIANJA 175090707111015
DESY ANGELICA BAITA PUTRI 175090701111018
oleh:
DHEA MELVIAN SARI PUTRI
185090701111023
Asisten:
PARAMITA ASTRI ARDIANTI 175090701111003
RIZKI FITRIA RAHMA DINA 175090701111010
YUGI LAVENIA 175090707111006
SHINTA RAFIDAH 175090707111012
AKHLAQUL KARIMAH HARIANJA 175090707111015
DESY ANGELICA BAITA PUTRI 175090701111018
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu metode geofisika adalah metode Ground Penetrating Radar (GPR)
merupakan sistem “Elektromagnetic Subsurface Profiling” (ESP), yaitu dengan cara
memanfaatkan pengembalian gelombang elektrmagnetik yang dipancarkan melalui
permukaan tanah dengan perantaraan antenna atau tranduser. Pemancaran dan
pengembalian gelombang elektromagnetik ini relative cepat sekali yaitu dalam satuan
waktu “Nanosecond”.
Salah satu keuntungan dari Teknik GPR adalah antenna tidak harus bersentuhan secara
langsung dengan permukaan tana, dengan cara demikian dapat mempermudah dan
mempercepat pengukuran. Keuntungan lainnya adalah kemampuannya dalam mendeteksi
tipe sasaran tertentu yang diberikan dan menghasilkan gambar sasaran dalam 3 dimensi.
Dalam material yang memiliki konduktivitas frekuensi rendah yang tinggi, seperti air
garam, tanah liat, dan bijih yang konduktif atau mineral, akan terjadi peredaman sinyal
yang besar.
1
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja metode GPR.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi benda-benda di bawah permukaan tanah dengan
melakukan pengolahan dan interpretasi data GPR.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), antena yang terhubung ke sumber
pulsa, dan penerima (receiver), antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal dan citra.
Dalam penentuan tipe antena yang digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode
pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu (Hakim, dkk, 2011):
Prinsip kerja GPR, yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio Detection
and Ranging) ke dalam medium target yang selanjutnya gelombang tersebut dipantulkan
3
kembali ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver). Hasil dari refleksi
inilah timbul berbagai macam objek yang dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram
(Hakim, dkk, 2011).
5
BAB III
METODE PENELITIAN
6
Gambar 3. 2 Fitur Dewow
Dewow (low cut profile) digunakan untuk mengoreksi sinyal dengan frekuensi rendah.
Semapkin banyak sampel trace, akan semakin bagus karena akan dirata – rata dan
mendapatkan penampakan target yang lebih baik.
2. Smoothing
Dilakukan untuk mengoreksi sinyal koheren. Sinyal koheren ini disebabkan adanya
brown wave atau direct wave dari pantulan sinyalnya. Tahapan ini sendiri bersifat
opsional, tergantung apakah data target sudah mudah diinterpretasi atau belum.
Pengolahan data GPR sendiri fungsinya adalah untuk memperjelas data visualnya. Ada
2 jenis smooting yang digunakan, tapi basic-nya sama, Perbedaan keduanya adalah dalam
segi pendekatannya.
7
3. Gain
Dilakukan untuk memperkuat amplitude atau sinyal pada kedalaman, karena sinyal secara
alami akan mengalami atenuasi. Sehingga apabila di permukaan lebih tinggi daripada di
bawah permukaan. Hal ini yang perlu dikoreksi adalah peningkatan amplitudo pada bawah
permukaan. Saat melakukan tahapan ini juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu
berlebihan sinyal yang dihasilkan akan saling menutupi sehingga meningkatkan noise.
Ada dua jenis gain pada GPRPy, yaitu AGC dan Tpow. Pemakaiannya sendiri bisa
disesuaikan dengan tampilan yang dihasilkan, jika makin buruk bisa dikurangi nilainya
atau dicoba gain lainnya. Apabila masih ada noise, akan dikoreksi dengan velocity
analysis.
4. Migration
Perlu dilakukan karena pengukuran metode aktif itu terjadi difraksi di bawah permukaan,
dimana Ketika sinyal ditembakkan dan akan menghambur (tidak langsung kembali), maka
bisa jadi pantulan tersebut bukan benda bawah tanah yang terekam.
8
Gambar 3. 8 Fitur Migration
Setelah dilakukan pengolahan data, dilanjutkan dengan melakukan interpretasi data.
Interpretasi data disini merupakan interpretasi yang bersifat subjektif. Interpretasi biasa
dimudahkan dengan melakukan picking horizon.
MULAI
Pengolahan Data
Interpretasi Data
HASIL
9
SELESAI
BAB IV
10
Gambar 4. 2 Radargram yang Mengidentifikasi Ruang Kosong (cavity)
Pada daerah homogen yang tidak terdapat material yang berbeda dengan tanah asli, radargram
akan menunjukkan pola yang lurus-lurus saja membentuk suatu lapisan-lapisan yang berkorelasi
dengan batas antara lapisan tanah pada kedalaman tertentu. Radargram hasil pengukuran
menunukkan adanya pola bright hingga kedalaman tertentu. Pola ini dapat diterjemahkan adanya
suatu objek atau materi dengan kontras nilai dielektrik yang sangat berbeda dengan tanah asli.
Radargram pada daerah ini umumnya menunjukkan karakter pola refleksi yang cukup tegas.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisis di bawah permukaan. Karakter lainnya adanya
kurva hiperbola yang teridentifikasi mulai dari kedalaman 0.5 m hingga 4 m. Kurva ini disebabkan
oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis yang berbeda dengan lingkungan soil yang ada di
sekitarnya.
Di daerah tengah ke arah bawah terdapat tampilan yang kurang terlalu jelas reflektronya (zone
of low reflectivity), namun daerah sekitarnya memiliki tampilan reflector yang cukup kuat. Hal ini
berdasarkan literatur, yang tervisualkan menunjukkan terdapat bongkahan es di bawah permukaan.
11
Eksposur permukaan di Gunung Berapi Mauna Kea terdiri sebagian besar aliran lava dan
kerucut cinder, serta beberapa jenis endapan sedimen (Wolfe, dkk, 1997). Dari gambar tersebut
pula, dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk radargram yang ditampilkan menunjukkan tipe
sedimen sand dan gravel, juga bisa kemunckinan adanya cross-bedded.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prinsip kerja GPR, yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio Detection
and Ranging) ke dalam medium target yang selanjutnya gelombang tersebut dipantulkan
kembali ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver). Hasil dari refleksi
inilah timbul berbagai macam objek yang dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram.
Pengolahan data pada GPR umumnya ada 4 tahapan, yaitu time zero dan dewow, smoothing,
gain, dan migration.
Pada daerah penelitian Pu’uhaukea (line 1), teridentifikasi adanya objek lain yang
memiliki nilai dielektrik yang berbeda dengan tanah pada kedalaman 0.5 m – 4 m. Kemudian
ditemukan pula bongkahan es di bawah permukaan tanah yang ditandai dengan adanya
radargram yang berbentuk miring, juga diperkirakan adanya akuifer.
5.2 Saran
Praktikan lebih memperhatikan lagi saat tutorial praktikum agar tidak kesulitan pada
saat instalasi software hingga interpretasi data.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, A. S. 2009. Penentuan Karakteristik Dinding Gua Seropan Gunungkidul dengan Metode
Ground Penetrating Radar. Skripsi. Surabaya: Institute Teknologi Sepuluh November.
Beres Jr. M., dan Haeni, F. P. 1991. Application of Ground Penetrating Radar in Assesing Some
Geological Hazards: Examples of Groundwater Contamination, Faults, Cavities. J. of
Applied Geophysics, 33 (1 – 3), 177 – 193.
Hakim, A. M., dkk. 2011. Modul Eksplorasi Elektromagnetik. Lampung: Teknik Geofisika
Universitas Lampung.
Solihin, C., dkk. 2017. Studo Geofisika Untuk Menentukan Batas Formasi Jampang dan Formasi
Ciletuh di Kawasan Geopark Ciletuh. Wahana Fisika. Vol 2 (02). 31-41.
Wolfe, E. W., Wise, W. S., dan G. Brent, D. 1997. The Geology and Patrology of Mauna Kea
Volcano, Hawaii – A Study of Postshield Volcanism. U.S. Geological Survey Professional
Paper 1557. No 1 19. 16:1557.
14
LAMPIRAN
15
16
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI ELEKTROMAGNETIK
METODE MAGNETOTELLURIK
Oleh:
DHEA MELVIAN SARI PUTRI
185090701111023
Asisten:
PARAMITA ASTRI ARDIANTI 175090701111003
RIZKI FITRIA RAHMA DINA 175090701111010
YUGI LAVENIA 175090707111006
SHINTA RAFIDAH 175090707111012
AKHLAQUL KARIMAH HARIANJA 175090707111015
DESY ANGELICA BAITA PUTRI 175090701111018
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Mount St Helens ............................................................................................................... 2
Gambar 2.2 Zona Subduksi G. St Helens ........................................................................................................ 2
Gambar 3.1 Mengarahkan Directory ............................................................................................................... 5
Gambar 3.2 Menu "Edit PRM" ........................................................................................................................ 6
Gambar 3.3 Pengaturan PFT ............................................................................................................................ 6
Gambar 3.4 Pemrosesan TS to FT ................................................................................................................... 7
Gambar 3.5 Proses TS to FT ............................................................................................................................ 7
Gambar 3.6 Tampilan Data Koherensi Sebelum Diolah .................................................................................. 8
Gambar 3.7 Proses Editing .............................................................................................................................. 8
Gambar 3.8 Hasil Sesudah Dilakukan Editing................................................................................................. 9
Gambar 3.9 Tampilan Database Properties...................................................................................................... 9
Gambar 3.10 Datum menggunakan WGS 1984............................................................................................. 10
Gambar 3.11 Contoh Project Properties ........................................................................................................ 10
Gambar 3.12 Import *.edi File ....................................................................................................................... 11
Gambar 3.13 Import Option ........................................................................................................................... 11
Gambar 3.14 Tampilan Setelah Import Data ................................................................................................. 12
Gambar 3.15 Tampilan Maps......................................................................................................................... 12
Gambar 3.16 Contoh Profiling ....................................................................................................................... 13
Gambar 3.17 Pengaturan Bandwidth ............................................................................................................. 13
Gambar 3.18 Tampilan Seleksi Titik ............................................................................................................. 14
Gambar 3.19 Tampilan Stastion yang Dipilih ............................................................................................... 14
Gambar 3.20 Smoothing ................................................................................................................................ 15
Gambar 3.21 Contoh Hasil Smoothing .......................................................................................................... 15
Gambar 3.22 Contoh Hasil Peta 1D ............................................................................................................... 16
Gambar 3.23 Contoh Hasil Pemodelan 2D .................................................................................................... 16
Gambar 3.24 Diagram Alir Penelitian ........................................................................................................... 17
Gambar 4.1 Peta 1D pada Titik Pengukuran 104........................................................................................... 18
Gambar 4.2 Klasifikasi Resistivitas Batuan (Telford, 1976) ......................................................................... 19
Gambar 4.3 Peta 2D Profile 1 ........................................................................................................................ 20
Gambar 4.4 Peta 2D Profile 2 ........................................................................................................................ 20
Gambar 4.5 Peta 2D Profile 3 ........................................................................................................................ 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.2 Konsep Dasar Metode MT
Metode MT (magnetotelurik) adalah salah satu metode geofisika yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik. Metode ini mengukur respon bumi
dalam besaran medan listrik (E) dan medan magnet (H) terhadap medan
elektromagnetik (EM) alam. Respon tersebut berupa komponen horizontal medan
magnet dan listrik bumi yang diukur pada permukaan bumi pada posisi tertentu.
Tahanan jenis dari metode ini dihitung berdasarkan perbandigan besarnya
medan listrik dan megan magnet yang dikenal dengan persamaan Cagniard.
Persamaan ini dihasilkan dari persamaan Maxwell dengan asumsi gelombang bidang.
Pers. 1
Dimana,
Rho a : Tahanan Jenis Semu (Ohm-m)
f : Frekuansi (Hz)
E : Besar Medan Listrik (mV/km)
H : Besar Medan Magnet (nT)
Tahanan jenis semu terdiri dari dua kurva seperti Rhoxy dan Rhoyx, kemudiann
dirotasi terhadap sumbu utama, bisa kedalam TE mode (medan listrik sejajar dengan
strike) atau TM mode (medan listrik tegak lurus strike).
Penetrasi kedalaman efektif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
di bawah ini:
Pers.2
Dimana,
: Penetrasi Kedalaman Efektif (M)
: Tahanan Jenis Semu (Ohm-M)
F : Frekuensi (Hz)
Ketika tahanan jenis berubah terhadap kedalaman, maka tahanan jenis semu
akan berubah terhadap frekuensi, karena frekuensi tinggi tidak memiliki penetrasi
yang cukup dalam, sedangkan frekuensi rendah memiliki penetrasi lebih dalam. Hal
ini menunjukkan bahwa struktur tahanan jenis dari zona dangkal dampai ke zona
dalam dapat dianalisis berdasarkan tinggi atau rendahnya frekuensi.
Skin depth sebagai fungsi dari frekuensi dan tahanan jenis dapat ditentukan dari
persamaan berikut.
Pers. 3
3
(Kholid dan Widodo, 2015)
2.3 Akuisisi Data Metode MT
Pada dasarnya pengambilan data di daerah survey (data acquisition) MT
dilakukan untuk mengetahui variasi medan EM terhadap waktu, yaitu dengan
mengukur secara simultan komponen horizontal medan listrik (Ex, Ey) dan medan
magnet (Hx, Hy). Sebagai pelengkap diukur pula komponen vertikal medan magnet
(Hz). Oleh karena itu, alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik
(magnetometer) dan dua pasang sensor sinyal listrik (elektroda) beserta unit penerima
yang berfungsi sebagai pengolah sinyal dan perekam data.
Magnetometer yang biasa digunakan adalah tipe induksi dengan sensitivitas
tinggi (~ 50 mV/nT) mengingat lemahnya sinyal magnetik. Elektroda potensial
sebaiknya dari jenis nonpolarizable porous-pot Cu - CuSO4 dengan kestabilan yang
tinggi terutama terhadap perubahan temperatur karena pengukuran data MT
memerlukan waktu yang relatif lama dibanding dengan pengukuran potensial pada
survey geolistrik tahanan-jenis. Elektroda jenis Pb - PbCl2 atau Cd - CdCl2 jarang
digunakan, disamping mahal juga dapat mencemari lingkungan.
Unit penerima terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian analog dan bagian
digital sesuai dengan bentuk data yang terdapat di dalamnya. Pada bagian analog
terdapat dua jenis filter yaitu RFI (radio frequency interference) dan notch filters
masing-masing untuk mengeliminasi gangguan atau interferensi dari frekuensi radio
dan frekuensi jala-jala listrik dan harmonik-nya (50, 60, 150 dan 180 Hz atau
konfigurasi lain). Khusus kanal elektrik dilengkapi pula dengan pengkompensasi SP
(self-potential).
Band-pass filter pada bagian digital berguna untuk memilah sinyal kedalam 3
jangkah frekuensi (LF, MF dan HF masing-masing untuk low, medium dan high
frequency bands) yang saling tumpang-tindih. Hal ini dimaksudkan untuk
menerapkan amplifikasi dengan gain yang sesuai dengan karaketristik sinyal pada
masing-masing jangkah frekuensi.
Sebelum direkam dalam bentuk numerik (digital), sinyal analog didigitasi
dengan frekuensi pencuplikan (sampling frequency) yang sesuai dengan jangkah
frekuensinya agar tidak terjadi aliasing pada saat rekonstruksi sinyal tersebut untuk
mendapatkan informasi yang dikandungnya. Oleh karena itu biasanya digunakan
frekuensi pencuplikan 2 sampai 4 kali frekuensi yang paling besar.
Setelah melalui Analog to Digital (A/D) converter, data direkam dalam media
penyimpanan data seperti pita magnetik atau magneto-optic disk dengan
menggunakan representasi 16bit (binary digit) atau lebih untuk menjamin ketelitian.
Unit penerima dilengkapi pula dengan alat monitor sinyal yang dapat secara
langsung (real time) mengontrol kualitas data yang direkam. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari perekaman data yang banyak mengandung bising seperti pada saat
adanya badai magnetik, gangguan lokal dan sebagainya.
(Jones, 1983)
4
BAB III
METODE PENELITIAN
5
Gambar 3.2 Menu "Edit PRM"
Kemudian dilakukan pengaturan “PFT” sebelum proses FFT. Disini
pengaturan yang dilakukan adalah memilih tipe data. Untuk tipe data sendiri bisa
dilihat di guide book.
6
Kemudian dilakukan “TS to FT” secara statistical oleh software. Klik
process, untuk memastikan proses berjalan. Untuk lama proses, tergantung
kapasitas dari device masing – masing.
7
Pada software ini, dilakukan proses seleksi cross power pada data yang
didapatkan dari software SSMT2000, untuk menyeleksi dan mengurangi noise
data. Data dibuka dengan cara “files – open site”.
8
Gambar 3.8 Hasil Sesudah Dilakukan Editing
Setelah dilakukan proses editing, project disimpan dengan format file
“*.edi”.
3. Pengolahan di Software WinGlink
Hasil pengolahan data dengan format “*.edi” digunakan untuk pemodelan
di Software WinGlink. Pertama, dibuat database untuk memuat data project.
Untuk penamaan dan database properties bisa disesuaikan berdasarkan informasi
edi file. Kemudian, pastikan datum menggunakan “WGS 1984”.
9
Gambar 3.10 Datum menggunakan WGS 1984
Setelah database dibuat, dilakukan import file, dengan cara “file – import”.
Pilih external files karena file yang dimasukkan berasal dari external. Kemudian isi
project properties sesuai kebutuhan. Untuk import option nanti, bisa disesuaikan
dengan informasi yang ada pada *.edi file.
10
Gambar 3.12 Import *.edi File
11
Gambar 3.14 Tampilan Setelah Import Data
Kemudian klik icon “maps” di sebelah kiri jendela, untuk mengetahui
bagaimana penampakan elevasi pada data. Untuk grid option bisa dipilih sesuai
dengan kebutuhan.
12
Gambar 3.16 Contoh Profiling
Kemudian beralih ke profile mode untuk mengatur bandwidth-nya. Tujuan
pengaturan ini untuk memasukkan titik data di-profiling-nya. Tidak lupa untuk
disimpan.
13
Gambar 3.18 Tampilan Seleksi Titik
14
Gambar 3.20 Smoothing
15
Gambar 3.22 Contoh Hasil Peta 1D
Kemudian dilakukan pemodelan 2D, dengan klik icon “2D Inversion”. Masing
– masing profile yang telah dibuat dapat dimodelkan.
16
3.4 Diagram Alir
MULAI
DATA MT
SSMT2000 (melakukan
proses FTT dan robust
processing)
Data dengan
format “*.edi”
SELESAI
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
akan menampilkan kurva sounding terhadap kedalaman. Mode yang digunakan disini
adalah Invarian Mode.
Dapat dilihat pada kedalaman sekitar 30m hingga 80m memiliki nilai
resisitivitas yaitu antara 700 – 1200 Ωm diduga sebagai diorit. Dan pada kedalaman
sekitar 80m hingga 120m memiliki nilai resistivitas yaitu antara 300 – 700 Ωm diduga
sebagai andesit porifiri.
19
fungsi non-linier antara data dan parameter model menyebabkan metode tersebut
sangat sensitif terhadap pemilihan model awal. Untuk metode Occam sendiri, mampu
menghasilkan model yang lebih baik, RMS error yang rendah, waktu inversi yang
lebih cepat, dan jumlah iterasi yang lebih sedikit
4.2 Pemodelan 2D
Untuk pemodelan 2D dilakukan menggunakan software WinGlink pula. Disini,
daerah penelitian dibagi menjadi 3 profile untuk memudahkan interpretasi.
20
Pada profile 2, didapatkan nilai persebaran resistivitas sekitar 4 – 134 Ωm
dengan batas kedalaman tertentu. Yang mana hal ini diduga adanya persebaran
struktur mineral yang memiliki konduktivitas sangat tinggi, seperti sulfida.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prinsip kerja metode magnetotelurik didasarkan pada proses penjalaran
gelombang dan induksi elektromagnetik. Metode magnetotelurik dapat menghasilkan
peta pemodelan 1D dan 2D. Pada penelitian kali ini, lokasinya berada di Gn. St
Helens. Berdasarkan pemodelan didapatkan persebaran resistivitas diantara 4 – 1200
Ωm. Dari informasi ini, dapat diduga adanya persebaran diorite, andesit porifirit, dan
pasir. Apabila dibandingkan dengan literatur, terdapat kecocokan mengingat daerah
penelitian merupakan daerah vulkano.
5.2 Saran
Praktikan lebih memperhatikan apabila dilakukan tutorial praktikum agar tidak
kesulitan dalam praktek mengingat sistem online.
22
DAFTAR PUSTAKA
Driedger, Carolyn, Westby, Liz, Faust, Lisa, Frenzen, Peter, Bennett, Jeanne, and Clynne,
Michael. 2010. 30 Cool Facts about Mount St. Helens. U.S. Geological Survey General
Information Product 103 (poster).
Jones, A.G. 1983. On The Equivalence Of The “Niblett” And ”Bostick” Transformation In The
Magnetotelluric Method. J. Geophys. 53. 72 – 73.
Kholid, M., dan Widodo, S. 2015. Survei Magnetotelurik (MT) Dan Time Domain
Elektromagnetic (Tdem) Daerah Panas Bumi Waesano, Kabupaten Manggarai Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pusat Sumber Daya Geologi.
Telford W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., dan Keys, D. A. 1976. Applied Geophysics Second
Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
23
LAMPIRAN
24
Peta 1D Titik 105
25
Peta 1D Titik 108
26
Peta 2D Profile 1
Peta 2D Profile 2
Peta 2D Profile 3
27