Tugas Akhir
PENDAHULUAN
1
dipancarkan dengan gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh permukaan
laut ( Fu and Cazenave, 2001) . Satelit altimetri ini melakukan pengamatan mengenai
perubahan arus permukaan secara global ( Digby 1999 dalam Marpaung dan Prayogo
2014 ). Satelit altimetri yang digunakan pada visualisai batimetri ini yaitu satelit
Cryosat 2 yang memiliki repeat cycle 369 hari. Berbeda dengan singlebeam ecosounder
menggunakan prinsip dasar yang memanfaatkan gelombang akustik sebagai media
untuk menentukan kedalaman titik pemeruman yang dipancarkan melalui transducer.
Penggunaan singlebeam ecosounder dengan frekuensi rendah ini di dalam survei
batimetri memiliki ketelitian yang cukup akurat, dimana singlebeam ecosounder ini
mampu memberikan ketelitian hingga 0,1 meter pada kedalaman kurang dari 100 meter
(Lekkerkerk, dkk, 2006).
Pada setiap pemodelan dengan satelit altimetri dan singlebeam ecosounder selalu
memiliki kesalahan. Kesalahan kesalahan ini harus lah direduksi sehingga memperoleh
hasil nilai kedalaman yang akurat. Selain melakukan reduksi pada hasil pengamatan,
perlu juga adanya kontrol kualitas data hasil visualisasi batimetri tersebut. Kontrol
kualitas data pada visualisai batimetri ini menggunakan data GEBCO yang merupakan
data batimetri global.
2
2. Mengetahui perbandingan data hasil pengukuran satelit altimetri Cryosat 2
dengan data singlebeam echosounder.
1.5 Metodologi
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengambilan data dan informasi yang
sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dengan menggunakan metode
deskriptif. Pada metode ini menjelaskan kualitas hasil data visualisasi batimetri
dengan melakukan perbandingan dengan data kontrol. Teknik pengumpulan data
dan informasi yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Metode Analisis
a. Analisis dan identifikasi masalah
b. Mencari dan menentukan penyelesaian pada permasalahan yang ada.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada peneltian ini penulis melakukan :
a. Pengambilan data dari pihak kedua Badan Informasi Geospasial
3
1.6 Sistematis Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang singkat mengenai pembahasan penelitian,
maka penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yang saling berhubungan. Adapun
sistematis dari penulisan penelitian adalah sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penelitian, ruang
lingkup penelitian, metodologi dan sistematis penulisan.
4
BAB II
DASAR TEORI
5
2.1.2 Prinsip Dasar Satelit Altimetri
Prinsip dasar satelit altimetri sangat sederhana. Satelit ini digunakan
sebagai platform yang bergerak untuk sensor yang mentransmisikan pulsa
gelombang mikro dalam domain frekuensi radar ke permukaan bumi, dan
menerima sinyal yang kembali setelah terjadi pemantulan pada permukaan bumi
(Seeber, 2003). Ketinggian satelit di atas permukaan laut (ɑ) dapat diturunkan
sebagai aproksimasi pertama dari waktu tempuh (Δt) dari pulsa radar yang
dikirimkan ke permukaan laut dan dipantulkan kembali ke satelit dengan
persamaan 2.1:
ɑ = 𝑐 Δt 2 (2.1)
dimana:
ɑ : ketinggian satelit (m)
c : cepat rambat sinyal (m/s)
Δt : waktu tempuh (s)
6
Gambar 2.1 Prinsip Satelit Altimetri
Perlu dicatat bahwa untuk mengeliminasi efek dari gelombang serta gerakan
muka laut berfrekuensi tinggi lainnya, jarak ukuran adalah jarak rata-rata dalam
footprint. Dari data rekaman waktu tempuh sinyal, serta amplitude, dan bentuk muka
sinyal setelah dipantulkan oleh permukaan laut, beberapa karakteristik muka laut
dapat diestimasi seperti yang diberikan pada tabel 2.1:
Dari data waktu tempuh sinyal Dari data bentuk dan struktur muka
gelombang pantul
• Posisi vertikal permukaan laut • Tinggi gelombang
• Topografi muka laut (SST) • Panjang gelombang dominan
• Undulasi geoid • Informasi termoklin
• Topografi es • Kemiringan lapisan es
• Lokasi dan kecepatan arus laut
Dari data amplitudo gelombang pantul
• Kecepatan angin permukaan sepanjang ground-track satelit
• Batas laut/ es
Tabel 2.1 Informasi Produk Satelit Altimetri (Seeber, 1993; SRSRA, 2001)
7
2.1.3 Geometri Pengamatan Satelit Altimetri
Geometri pengamatan satelit altimetri direpresentasikan secara matematis
sebagai berikut:
ℎ = 𝑁 +𝐻 + 𝛥𝐻 +𝑎 +𝑑 (2.2)
dimana:
ℎ : tinggi ellipsoid dari satelit altimeter (dihitung dari informasi orbit)
𝑁 : undulasi geoid
𝐻 : sea surface topography (SST)
𝛥𝐻 : efek pasut instantaneous
𝑎 : hasil ukuran altimeter
𝑑 : kesalahan orbit
8
karena dua fitur, yang merupakan salah satu motivasi utama untuk
mempelajarinya di kerangka kerja proyek PhD ini. Pertama, instrumen altimeter
pada CryoSat-2, yang disebut SIRAL (Synthetic Aper- ture Interferometric Radar
Altimeter) dioperasikan dalam tiga mode berbeda: Resolusi Rendah (LRM),
Radar Aperture Sintetis (SAR), dan Aplikasi Sintetis Mode Radar Interferometric
(SARIn); dua yang terakhir adalah novel dan unik untuk CryoSat-21 . LRM
beroperasi seperti radar konvensional yang terbatas-pulsa altimeter dengan cara
yang sama seperti misalnya instrumen RA-2 pada Envisat dengan jejak kaki yang
melingkar. Peningkatan ukuran tapak kaki dengan kekasaran permukaan adalah
hal yang umum karakteristik altimeter radar (Chelton et al., 2001).
Untuk SAR dan SARIn, pemrosesan delay / Doppler (pertama kali
disarankan oleh Raney, 1998) meningkatkan resolusi sepanjang trek hingga
sekitar 300 m. Mode SARIn juga menggunakan antena kedua yang
memungkinkan menentukan lokasi off-nadir gema dominan dalam jejak kaki.
Pada dasarnya, mode SAR diterapkan pada area dengan es laut dan beberapa
pantai zona. Mode SARIn diterapkan pada margin lapisan es topografi dan
gletser, dan juga beberapa sistem sungai.
Kedua adalah orbit pengulangan panjang dari CryoSat-2 dengan siklus
pengulangan penuh 369 hari (dan 30 hari sub sepeda motor), yang mungkin
memiliki dampak terbesar pada aplikasinya atas badan air pedalaman. Semua
misi radar altimetri sebelumnya memiliki berada di orbit pengulangan pendek
dengan siklus berulang antara 10 dan 35 hari.
9
Hubungan antara Sea Surface Height (SSH) dan komponen pembentukannya
diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Hubungan Antara SSH dan Komponen-Komponen Pembentukannya (Gunadi, 1999)
Dari ilustrasi tersebut, secara umum pencarian nilai SSH dapat dirumuskan seperti pada
persamaan 2.4 (Gunadi, 1999 dalam Alfian, 2013):
Dimana:
𝑆𝑆𝐻 : tinggi permukaan laut di atas ellipsoid referensi WGS 84 (mm)
𝑠 : tinggi satelit di atas ellipsoid referensi WGS 84 (mm)
𝑎 : jarak dari antenna altimeter satelit ke permukaan laut sesaat (mm)
𝑊trop : koreksi troposfer basah (mm)
𝐷trop : koreksi troposfer kering (mm)
𝐼ono : koreksi ionosfer (mm)
𝐸𝑀𝐵 : Electromagnetic Bias/ bias elektromagnetik (mm) yaitu perbedaan antara muka
laut rata-rata dengan muka pantulan rata-rata yang disebabkan oleh tingkat kekasaran
permukaan laut yang tidak homogen secara spasial (Abidin, 2001).
10
2.3 Singlebeam Echosounder (SBES)
Singlebeam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan
pengirim dan penerima sinyal gelombang suara tunggal. Prinsip kerja dari SBES yaitu
menggunakan prinsip pengukuran selisih fase pulsa, yaitu menghitung selisih waktu
dari waktu pemancaran dan penerimaan dari pulsa akustik. SBES juga cukup akurat,
dimana SBES mampu memberikan ketelitian hingga 0,1 meter pada kedalaman kurang
dari 100 meter (Lekkerkerk, dkk, 2006).
2.3.1 Prinsip kerja singlebeam echosounder
Pada pengukuran SBES, terlebih dahulu ditentukan kecepatan dari beam
yang akan dipancarkan misalnya 1500 m/s. Penentuan kecepatan beam ini
biasanya disesuaikan pada saat proses koreksi barchek. Setelah itu ditentukan
repetition rate (banyaknya beam per detik) dari SBES. Setelah kedua komponen
tersebut di set, maka repetition rate tersebut diaplikasikan terhadap transducer.
Transducer biasanya terpasang pada lambung kapal, dan pemasangannya
juga harus selalu berada di bawah permukaan air. Transducer mengirimkan
pulsa akustik dengan frekuensi tertentu secara langsung menyusuri bawah
kolom air. Pulsa tersebut kemudian dipantulkan kembali oleh objek yang ada
dipermukaan dasar laut dan diterima kembali oleh sensor penerima yang ada di
transducer. Transducer terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi
sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan
menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. Transmitter
ini menerima beam secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi, sampai
orde kecepatan milisekon. Beam tersebut kemudian diteruskan ke Limiter/Pre-
Ampifier dan Time Varied Gain. Kedua alat ini akan menyesuaikan intensitas
dari beam tersebut hingga dapat diinterpretasikan oleh SBES.
Apabila beam tersebut menempuh jarak pantul yang jauh, maka sinyal
beam tersebut akan melemah dan perlu diamplifikasi, begitu juga sebaliknya
apabila beam tersebut menempuh jarak pendek, maka sinyal dari beam tersebut
akan terlalu kuat sehingga harus direduksi. Detector kemudian merubah beam
yang telah disesuaikan tersebut menjadi rekaman analog dalam kertas analog.
11
Untuk merubah rekaman analog tersebut menjadi digital, maka dilakukan
pengukuran waktu tempuh sinyal dengan menambahkan data kecepatan beam
di awal (Madalila, 2012).
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.1 Lokasi wilayah pengamatan pada posisi geografis ( 6 ˚ LU - 6 ˚ LS dan 118˚ BT –
126 ˚ BT )
13
3.2 Data dan Peralatan
3.2.1 Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Data Sea Surface Height ( SSH ) satelit Cryosat 2 yang melewati wilayah
perairan laut Sulawesi. Dengan lama pengamatan dari bulan Januari 2010
sampai bulan Desember 2018. Data ini dapat diperoleh dari server penyedia
data RADS yaitu: http://rads.tudelft.nl/rads/data. Data Sea Surface Height
yang di peroleh adalah yang sudah dikoreksi oleh penyedia data.
2. Raw data dari hasil pengukuran singlebeam echosounder pada wilayah
perairan laut Sulawesi. Data ini di peroleh dari Instansi negara Badan
Informasi Geospasial.
3. Data Batimetri Global yang diperoleh dari GEBCO
4. Model Geoid Global Earth Gravitational Model 2008 ( EGM 08 ) ini adalah
model geoid yang memiliki informasi anomaly gayaberat free-air.
3.2.2 Peralatan
1. Perangkat keras
Laptop/ Personal Computer dengan Sistem Operasi Windows untuk
pengolahan data altimetri dan pengerjaan laporan, serta Sistem Operasi
Windows untuk pengolahan data dengan software GMT
2. Perangkat lunak
- Software GMT (Generic Mapping Tools). Software ini digunakan untuk
melakukan pengolahan data geografis (plotting data). Di dalam penelitian
ini visualisasi dari hasil pengolahan batimetri diolah menggunakan software
ini.
- Microsoft Office 2016. Software ini digunakan untuk pengerjaan laporan
tugas akhir dan pengolah data statistic
- Software EIVA digunakan untuk mengolah dan mengkoreksi data
singlebeam ecosounder.
14
3.3 Metodologi Penelitian
3.3.1 Tahapan Penelitian
Tahapan dari penelitian ini digambarkan dalam diagram alir seperti pada
gambar 3.2. Berikut adalah penjelasan diagram alir tahapan penelitian:
i. Identifikasi awal Identifikasi awal merupakan tahap awal untuk
mengidentifikasi permasalahan terkait yang diangkat pada daerah
cakupan penelitian.
ii. Perumusan masalah Dalam perumusan masalah terdapat tujuan
untuk merumuskan masalah yang terjadi pada daerah penelitian.
Dalam penelitian ini permasalahan yang ada adalah untuk
mengetahui kualitas dari visualisai batimetri dengan menggunakan
satelit altimetri Cryosat 2 dan singlebeam echosounder.
iii. Studi literatur Dalam studi literatur dilakukan proses mendapatkan
referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat
dalam penulisan penelitian ini. Dalam penelitian ini referensi yang
digunakan adalah referensi yang terkait di bidang satelit altimetri.
iv. Pengumpulan data Pengumpulan data adalah tahap mengumpulkan
sejumlah data yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini.
Adapun data yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini
adalah data Sea Surface Height Satelit Cryosat 2 dengan format
ASCII, dan raw data hasil pengukuran singlebeam echosounder.
v. Pengolahan data Tahapan pengolahan data dibedakan menjadi tiga
yaitu pengolahan data utama yaitu data SSH dan raw data
singlebeam. Tahapan pengolahan data akan dijelaskan lebih rinci
pada Sub BAB 3.3.2.
vi. Hasil dari visualisasi batimetri yang telah di oleh menggunakan data SSH
dan raw data
vii. Validasi hasil visualisasi dengan menggunakan data kontrol data
batimetri global GEBCO.
15
viii. Analisa hasil validasi dari proses pengolahan sehingga mendapatkan
kesimpulan dalam penyelesaian masalah penelitian..
ix. Pembuatan laporan Pembuatan laporan menjadi tahap terakhir dari
penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan penulisan laporan sebagai
hasil akhir dari penelitian.
Identifikasi
Awal
Perumusan
Masalah
Studi Literatur
Analisa Hasil
validasi
Penulisan
Laporan
16
3.3.2 Tahapan Pengolahan Data
3.3.2.1 Pengolahan Data Satelit Altimetri Cryosat 2
Download
Data SSH
Mengolah
Data SSH
Filtering Gravity
Anomaky
Griding Hasil
Batimetri
Gambar 3.3 Diagram Alir Pengolaha Data Satelit Cryosat 2
17
3.3.2.2 Pengolahan Raw Data Singlebeam Echosounder
Tahapan pertama yang dilakukan adalah pengolahan raw data
singlebeam echosounder. Proses pengolahan data dapat dilihat pada gambar
3.3. Penjelasan dari diagram alir pengolahan data raw data singlebeam
echosounder adalah sebagai berikut :
Mengumpulkan raw
data singlebeam
Mengolah Raw
Data Singlebeam
Melakukan Koreksi
hasil pengolahan
Pada penelitian ini metode pengambilan data nya menggunakan metode deskriptif
yang mana metode ini adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan objek dalam penelitian berdasarkan fakta atau
data yang diperoleh.
Jenis penelitian deskriptif yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
penelitian Komperatif. Penelitian jenis komperatif disini adalah suatu penelitian
yang bersifat membandingkan (Sugiono, 2005:11). Dalam buku Metode Penelitian
karangan M.Nazir (1988: 69-70) menjelaskan beberapa langkah pokok dalam studi
komperatif ini yaitu :
18
1. Merumuskan dan mendefinisikan masalah
2. Mengkaji dan Meneliti Literatur yang ada
3. Merumuskan kerangka teoritis dan hipotesa – hipotesa serta asumsi yang di
pake
4. Membuat rancangan penelitian dengan dengan cara memilih subjek yang
digunakan dengan Teknik pengumpulan data
5. Melakukana uji Hipotesa
6. Membuat generalisasi , kesimpulan serta implikasi kebijakan
7. Menyusun Laporan dengan cara ilmiah
19
Daftar Pustaka
[2] Henrik Madsen, Cryosat Satellit Radar Altimetry for river analys modeling,
Denmark. Dikutip Pada Tanggal 10 November 2019
20