Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AKHIR GEOLOGI DASAR

Aplikasi Geologi dalam Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi

Disusun oleh :
Aulyra Velinda Pinanti Putri (225090707111002)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
Kata Pengantar

Dengan mengucap puji serta syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya, Tugas Akhir Geologi Dasar Aplikasi
Geologi dalam Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi yang disusun oleh Penulis,
Az, mahasiswa tahun pertama pada program studi Teknik Geofisika Universitas
Brawijaya dapat selesai tepat waktu. Adapun maksud utama dari adanya tugas ini,
yaitu untuk pemenuhan nilai Ujian Akhir Semester Ganjil 2022/2023 Mata Kuliah
Geologi Dasar dengan dosen pengampu mata kuliah bersangkutan adalah Prof. Adi
Susilo.
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Daftar Isi..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................................................................4
2.1 Sumber Daya Migas........................................................................................................................4
2.2 Teknologi Pengideran Jauh..............................................................................................................4
2.3 Platform Pengideran
Jauh.................................................................................................................4
2.3.1 Resolusi
Sensor..............................................................................................................................4
2.3.2 Radiasi Elektromatik.....................................................................................................................4
2.3.3 Gelombang
Elektromatik...............................................................................................................4
2.4 Sistem Pengideran
Jauh....................................................................................................................4
2.5 Data
Pengoderan...............................................................................................................................4
2.6 Pemrosesan
Data...............................................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN 5


3.1 Aplikasi pengideran jauh dalam eksplorasi Migas 5
3.2 Penggunaan data ASTER.................................................................................................................5
3.3 Anomali permukaan sebagai Eksplorasi
Migas..................................................................................5
3.3.1 Anomali Kondisi tanah dan mineral.............................................................................................5
3.3.2 Anomali Kondisi Vegetasi............................................................................................................5
3.3.3 Anomali Geomorfologi.................................................................................................................5
3.4 Pemanfaatan Pengideran Jauh pada kegiatan Migas Lainnya........................................................5

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................6
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................6
4.2 Saran...............................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................7
BAB I
Pendahuluan

1.1Latar Belakang
Pemetaan potensi sumber daya wilayah telah menjadi hal yang tidak asing di
Indonesia. Hal tersebut telah diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional yang secara
tersirat memberikan makna bahwa proses perencanaan yang matang. Proses
perencanaan yang matang harus melalui suatu kajian yang dapat menguraikan
potensi potensi daerah menjadi penunjang daya saing daerah dalam pelaksanaan
pembangunan.
Kedudukan pemetaan potensi daerah mencangkup tahapan pengumpulan,
pengolahan, dan analisis data dalam perencanaan pembangunan wilayah. Tahapan
tersebut menggunakan teknik dan metode yang tepat maka masalah, hambatan,
tantangan, dan peluang yang ada dapat dipetakan dengan baik, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga penyusunan rencana dapat
berjalan dengan efektif dan efisien, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap
penetapan rencana. (Adhitya B, 2022)
Kekayaan sumber daya geologi di Indonesia bervariasi mulai dari bahan
galian radioaktif, bahan galian logam, bahan galian bukan logam, serta bahan
galian batuan dan batubara (UU No. Tahun 2009). Keadaan kekayaan alam
tersebut tidak terlepas dari kondisi geologis wilayah Indonesia yang terletak pada
titik kontak antara lempeng benua dengan lempeng samudera (zona subduksi).
Secara umum hampir semua orang pernah mempelajari posisi Indonesia karena
melewati ring of fire. Garis api Indonesia terbentang dari pulau Sumatera hingga
pulau Jawa, Sulawesi dan Papua. Zona ini memiliki pengaruh penting pada
pembentukan sumber daya geologi.
Terdapat beberapa jenis sumber daya geologi berupa mineral logam yang
menjadi komoditas andalan Indonesia diantaranya adalah besi, emas primer,
tembaga, nikel, bauksit, dan perak. Berdasarkan Data Badan Geologi pada tahun
2018 melaporkan bahwa sumber daya tembaga mencapai 12.468,35 juta ton, besi
12.079,45 juta ton, emas primer 11.402.33 juta ton, nikel 9.311.06 juta ton, perak
6.433,01 juta ton, bauksit 3.301,33 juta ton, dan timah 3.878,29 juta ton. Bauksit
banyak dijumpai di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Nikel banyak
ditemukan di Sulawesi, Maluku, dan Papua Barat (Pulau Gag). Timah dijumpai
melimpah di daerah Bangka Belitung dan Riau. Sedangkan emas melimpah di
beberapa daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Selain mineral-
mineral logam tersebut, Indonesia juga memiliki sumber daya geologi komoditas
non-logam berupa zeolit, pasir kuarsa, batuan karbonat, marmer, granit, sirtu (pasir
dan batu), dan mineral serta batuan non-logam lainnya yang dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. (Manurung H, 2015).
Sumber daya geologi lainnya yang merupakan kekayaan Indonesia adalah
sumber daya energi yang dimanfaatkan atau diekstrak menghasilkan bentuk energi
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lebih lanjut. Yang termasuk dalam
sumber daya energi adalah batubara, minyak dan gas bumi, serta panas bumi.
Batubara di Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Cadangan terbukti batubara Indonesia merupakan 3,5% dari total cadangan
terbukti di dunia. Keberadaan sumber daya geologi yang melimpah dapat
digunakan menjadi salah satu penunjang kemajuan serta ketahanan suatu negara.
Disisi lain, mengingat bahwa sumber daya geologi yang kita miliki saat ini dapat
habis suatu saat jika tidak dikelola dengan baik. (Arianto, 2020).

1.2Rumusan Masalah
a. Sumber daya alam di Indonesia yang memiliki potensi besar
b. Bagaimanakah cara pengelolaan sumber daya alam secara tepat ?
c. Teknologi apakah yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya MiGas
tersebut?

1.3Tujuan Masalah
a. Mengetahui potensi sumber daya alam terbesar di Indonesia
b. Menganalisis cara pengelolaan sumber day alam yang tepat
c. Mengetahui teknologi yang tepat dalam pengolahan sumber daya MiGas
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sumber Daya Migas
Minyak dan Gas bumi merupakan sumber daya alam yang memiliki peran
penting bagi masyarakat bahkan negara. Minyak bumi menjadi sumber energi
utama yang tak tergantikan pada industri, trnsportasi dan pada rumah tangga.
Devisa besar bagi Indonesia sendiri salah satunya yaitu dari minyak dan Gas bumi.
Kebutuhan akan Minyak dan Gas bumi semakin meningkat menyebabkan
Indonesia terancam krisis enenrgi dikarenakan meningkatnya kebutuhan ,inyak dan
gas bumi tidak diimbangi dengan meningkatnya produksi minyak dan gas bumi
tersebut. Minyak dan Gas bumi merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui
dan membutuhkan waktu ribuan tahun dalam pembaharuan energi Minyak dan Gas
Bumi tersebut.
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan cadangan serta produksi
minyak dan gas bumi yaitu dengan melakukan usaha ekstensifikasi. Ekstentifikasi
adalah penambahan jumlah wilayah kerja baru, dengan kata lain mencari atau
eksplorasi sumber Minyak dan Gas Bumi. (Gilang, 2013)
2.2 Teknologi Pengideran Jauh
Penginderaan jauh adalah metode untuk mendeteksi dan menentukan objek
di lapangan tanpa kontak langsung dengan objek tersebut. Banyak ahli
menunjukkan batasan, penginderaan jauh hanya melibatkan penggunaan
gelombang elektromagnetik, sifat fisik bumi seperti magnetisme, gravitasi dan
seismik tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun, beberapa ahli memasukkan
pengukuran . fitur fisik Bumi dalam lingkup penginderaan jauh.
Penggunaan data penginderaan jauh dalam bidang kebumian pada dasarnya
adalah mengenal dan memetakan obyek dan parameter kebumian yang spesifik,
menafsirkan proses pembentukannya dan menafsirkan kaitannya dengan aspek
lain. Untuk melakukan hal di atas dua metoda yang umum dilakukan melalui
metoda visual/manual yaitu mengenal obyek obyek geologi seperti perbukitan,
dataran, gunungapi, delta dan gejala geologi spesifik seperti perbedaan jenis
batuan, bidang perlapisan, struktur sesar. (Noor, 2012)
2.3 Platform Pengideran Jauh
Pada teknologi pengideran jauh, terdapat platform yang dirancang dengan
tujuan khusus disesuailan dengan tipe dan kemampuannya.
2.3.1 Resolusi sensor
Desain dan penempatan sensor terutama ditentukan oleh karakteristik khusus
objek yang diselidiki dan informasi yang diinginkan tentang objek tersebut. Setiap
aplikasi penginderaan jauh memiliki persyaratan khusus untuk area cakupan,
frekuensi pengukuran , dan energi yang dapat dideteksi. Oleh karena itu, sensor
harus mampu memberikan resolusi spasial, spektral, dan temporal sesuai
kebutuhan aplikasi.
2.3.2 Radiasi Elektromagnetik
energi elektromagnetik adalah sebuah komponen utama dari kebanyakan
sistem Penginderaan Jauh untuk lingkungan hidup, yaitu sebagai medium untuk
pengiriman informasi dari target kepada sensor. Energi elektromagnetik merambat
dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang
gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi
gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak.
2.3.3 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromaknit adalah gelombang yang merambat secara kontinu
dalam gerak yang harmonis. Sumber dari gelombang ini secara alami adalah sinar
matahari, selain dapat pula dibuat secara artifisial seperti pada penginderaan
dengan gelombang radar (gelombang mikro).
Massa gas yang terdapat di atmosfir seperti O2, H2O, CO2 menjadi
penghalang tidak dapat diteruskannya panjang gelombang pada sistem perekaman
gelombang elektromaknit. Sehngga menyebabkan celah celah dimana transmisi
gelombang berjalan penuh yang disebut dengan jendela atmosfir.

2.4 Sistem Pengideran Jauh


Pada sistem pengideran jauh memiliki 5 komponen utama yaitu: Sumber
energi, Sensor alat perekam data, Stasium Bumi sebagai pengendali dan
penyimpan data, Fasilitas pemrosesan data, dan pengguna data. Sensor yang
digunakan untuk merekam data dapat berupa multispectral scanner, vidicon atau
multispectral camera. Rekaman biasanya disimpan sementara pada perekam yang
ditempatkan di satelit dan kemudian dikirim melalui telemetri ke stasiun penerima
di darat sebagai data mentah. Di ground station, data mengalami preprocessing
seperti proses kalibrasi radiometer , koreksi geometri, sebelum dikompresi menjadi
format standar untuk pengguna. Pengguna data tersebut biasanya adalah
masyarakat umum.
2.5 Data Pengideran
Data penginderaan jauh biasanya data digital yang disimpan oleh unit
terkecil dari sistem penyimpanan data . Satuan terkecil ini dikenal sebagai pixel
(picture element) yang berbentuk koordinat tiga dimensi (x,y,z). Koordinat x,y
menunjukkan letak unit pada koordinat geografis dan y menunjukkan nilai
intensitas pantulan unit pada setiap interval panjang gelombang. Nilai intensitas
pantulan berkisar antara 0 hingga 255, dimana 0 adalah intensitas terendah (hitam)
dan 255 adalah intensitas tertinggi (putih). Selain resolusi spasial data
penginderaan jauh, dikenal istilah lain yaitu resolusi spektral. Data penginderaan
jauh menggunakan satu "garis" dari sensor memberikan hanya satu data intensitas
pantulan untuk setiap piksel. Jika sensor menggunakan 5 bar, data untuk setiap
piksel akan memberikan 5 nilai intensitas yang berbeda.

2.6 Pemrosesan Data


Pemrosesan digital berfungsi untuk membaca data, menampilkan data,
memodifikasi dan memproses, ekstraksi data secara otomatik, menyimpan,
mendesain format peta dan mencetak. Sedangkan analisis dan interpretasi visual
dipergunakan apabila pemrosesan dat secara digital tidak dapat dilakukan dan
kurang berfungsi baik. Pemrosesan secara digital lain sangat bervariasi seperti
misalnya deteksi tepi (edge enhancements), filtering, histogram transformations,
band ratioing, Principle Component Analysis (PCA), Classifications, penggunaan
formula dan sebagainya.
2.7 Interaksi Energi
Semua masa dengan suhu lebih tinggi dari 0 Kelvin (-273º C) mengeluarkan
(emit) radiasi EM. Radiometer adalah alat pengukur level energi dalam kisaran
panjang gelombang tertentu, yang disebut channel. Pada permukaan yang rata,
hampir semua energi dipantulkan dari permukaan pada suatu arah, sedangkan pada
permukaan kasar, energi dipantulkan hampir merata ke semua arah. Pada
umumnya permukaan bumi berkisar diantara ke dua ekstrim tersebut, tergantung
pada kekasaran permukaan. Sebagai contoh adalah radar Dopler, sebuah sistem
ground-based, radar presipitasi pada satellite Tropical Rainfall Measuring Mission
(TRMM), yang merupakan spaceborne pertama yang menghasilkan peta 3-D dari
struktur badai.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi Pengideran Jauh dalam Eksplorasi Migas
Interpretasi geologi secara visual dengan foto udara atau citra pengideran
jauh memiliki 4 tahap yaitu: yaitu 1) deteksi kenampakan obyek pada citra
berdasarkan resolusi spasial, pola pantulan dan emisi panjang gelombang yang
digunakan; (2) pengenalan dan identifikasi obyek, dimana kenampakan yang
diamati diidentifikasi dan dikelaskan sebagai kategori yang diketahui; (3) proses
interpretasi sebagai analisis berdasarkan pola yang dibentuk pada kenampakan
obyek. Pada tahap ini citra hasil analisis didelineasi berdasarkan karakteristik
tertentu yang tampak secara individual. Hal ini diklasifikasikan berdasarkan
kategori yang diketahui; (4) proses akhir interpretasi untuk memastikan dan
mengidentifikasi semua area dengan klas-klas. (Verstappen, 1978)
Pengolahan data penginderaan jauh untuk menajamkan kenampakan geologi
dapat dilakukan dengan metode komposit warna (Red Green Blue=RGB),Optimum
Index Factor (OIF), Principle Component Analysis (PCA), model topografi,
tumpangsusun data penginderaan jauh aktif dan pasif, penisbahan saluran (band
ratio) dan filteringuntuk menajamkan batas tepi dan kelurusan (lineament). (B.,
1996)
Pengolahan data penginderaan jauh dengan citra komposit warna 457 RGB
dan PCAdapat dilakukan untuk menghasilkan peta bentuklahan, litologi dan
struktur geologiuntuk pencarian awal jebakan migasi. Pengolahan PCA untuk
pemetaan geologi bertujuan untuk meningkatkan sebaran data melalui
pendistribusian kembali dengan setting yang lain pada multidimensi ruang dengan
memaksimalkan pemisahan perbedaan pada data. Penggunaan band ratio dapat
dikombinasikan dengan komposit warna, seperti band ratio 3/1, 5/7 dan 3/5 (RGB)
pada Landsat TM lebih mengekspresikan informasi geologi dan mempunyak
kontras yang besar diantara unit batuan dibandingkan dengan citra komposit
konvensional maupun OIF. (Sabin, 1987).
3.2 Penggunaan Data ASTER
Penggunaan data ASTER semakin memungkinkan untuk mengenali
komposisi mineral secara spesifik (Everett dkk., 2002). Pemanfaatan data
Hyperspektral untuk pemetaan geologi dapat lebih detil untuk memetakan material
di permukaan dan sang penting untuk eksplorasi mineral atau alterasi batuan.

a. Landsat TM 123 b. Peta Geologi c. Citra TM Band Ratio


(normal color 5/7
image)

d. Citra TM Band Ratio e. Citra TM Band Ratio f. Citra Hyperspektral;


5/7, Warna Merah 3/1, Warna Merah Biru= Illite, Hijau=
Kaya akan Alunite dan Berkorelasi dengan Alunite, Merah=
Clay Batuan Alterasi Kaolinite, Kaolinite +
Alunite= Kuning dan
Kaolinite + Illite=
Hijau
a. Komposit Warna PCA Landsat b. Komposit Warna PCA Quickbird:
TM: PC3,PC2, PC1 RGB PC3,PC2, PC1 RGB

c. Peta Geologi Hasil klasifikasi d. Peta Geologi Hasil klasifikasi


dengan metode Spectral Angle dengan metode Spectral Angle
Mapper (SAM) dari 8 endmember Mapper (SAM) dari 8 endmember
pada Landsat TM pada Quickbird
3.3 Anomali Permukaan Sebagai Eksplorasi Migas
3.3.1 Anomali Kondisi Tanah dan Mineral
Fenomena permukaan yang terjadi sebagai akibat adanya migas di bawahnya
berupa peningkatan mineral lempung, peningkatan ferrous dan penurunan ferric
(iron ion), peningkatan carbon di tepi lapangan (delta carbon), radiometric,
geobotany, soil gas dan geomorphic high. Pada jangka panjang adanya rembesan
hidrokarbon menyebabkan anomali sehingga terjadi perubahan mineral dan kimia
di permukaan tanah. Bakteri mengoksidasi hidrokarbon yang mempengaruhi pH
disekitarnya. Hal ini akan mengubah kandungan mineral lempung, oksida besi dan
sulfida besi (Schumacher, 1996). Pemetaan mineral lempung dapat dilakukan
menggunakan data ASTER, Landsat ataupun hiperspektral. indeks mineral
lempung pada citra penginderaan jauh ASTER, Adapun formula yang dapat
digunakan dengan perbandingan (B4/B5)(B8/B6) untuk kaolinit, (B7/B5)(B7/B8)
untuk alunit dan (B6/B8)(B9/B8) untuk kalsit. (Susantoro T.M, 2018)
3.3.2 Anomali Kondisi Vegetasi
Rembesan migas dapat mempengaruhi kesehatan vegetasi dan menyebabkan
vegetasi menjadi stress(Li dkk., 2012).Vegetasi stressmerupakan semua gangguan
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Gangguan tersebut merupakan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti kekurangan nutrisi, kekurangan air,
penyakit, kerusakan oleh serangga dan polusi (Sanches dkk., 2013).Gas
karbondioksida yang berlebih pada lapangan migas akan mengakibatkan
kandungan klorofil menjadi berkurang dan daun berwarna kekuningan. Pada
dasarnya analisis indeks vegetasi memanfaatkan panjang gelombang biru, hijau,
merah dan inframerah dekat. Adanya penurunan kesehatan vegetasi (seperti
vegetasi stress) akibat gangguan dari akumulasi rembesan migasataupun gangguan
lainnya akan mengubah pola spektral yang menjadi turun pada Inframerah dekat.
3.3.3 Anomali Geomorfologi
Pemetaan geomorfologi dan geologi permukaan dapat menggunakan citra
komposit dari perbandingan saluran 3/1, 5/7 dan 3/5 pada Landsat TM berturut-
turut digabung sebagai RGB menghasilkan citra komposit yang lebih
mengekspresikan informasi geomorfologi dan geologi dan mempunyai kontras
yang besar

diantara unit batuan dibanding citra komposit konvensional (Sabin, 1987).


Perbandingan ketiga saluran tersebut apabila digabungkan dengan data SRTM
akan semakin baik untuk pemetaan geomorfologi dan geologi.
Hasil kajian menunjukkan bahwa komposit dari perbandingan saluran tersebut
yang digabung dengan SRTM merupakan metode yang paling baik untuk
pemetaan geomorfologi dan geologi. Kenampakan relief, tekstur, kesan 3 dimensi
dan resistensi batuan yang tampak tajam dan tegas.

3.4 Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Kegiatan Migas Lainnya


3.4.1 Rona Awal Lingkungan
Rona awal lingkungan merupakan bagian penting sebelum kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi migas.Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
menyeluruh kualitas dan kuantitas dari kondisi awal baik biotik, abiotik, maupun
sosial budaya sehingga memudahkan menyusun suatu rencana kerja dan
pengelolaan wilayah kerja yang terpadu.
3.4.2 Logistic Support
Aplikasi penginderaan jauh berperan sebagai logistic support untuk
mendukung kegiatan seismik, pemboran sumur migas dan pengembangan
lapangan.Logistic Support secara khusus didefinisikan sebagai peta hasil
interpretasi data penginderaan jauh dan telah diverifikasi melalui survei lapangan
yang dapat memberikan informasi tentang kondisi suatu daerah untuk membantu
perencanaan dalam survei seismik.
3.4.3 Perencanaan Jalur Pipa
Pada perencanaan jalur pipa membutuhkan informasi kondisi permukaan
bumi yangterbaru.Informasi tersebut secara efektif dan efisien dapat diperoleh dari
datapenginderaan jauh, Peta Topografi dan survei lapangan.Padaperencanaanjalur
pipa secara umum digunakan analisis jarak terdekat.Kemudian dilanjutkan dengan
menganalisis hambatan pada jalur tersebutsehingga dapat ditentukan alternatif
jalurnya.
3.4.5 Deformasi Lapangan Migas
Deformasi, baik pengangkatan muka tanah maupun penurunan muka tanah
dapat terjadi di lapangan migas. Pengangkatan muka tanah dapat terjadi karena
injeksi air, pengisian air tanah secara alami, injeksi uap air panas atau injeksi
cairan secara umum. Adapun penurunan muka tanah pada lapangan migas terjadi
karena kosongnya reservoir akibat pengambilan migas yang menerus.
Penginderaan jauh merupakan salah satu metode permukaan yang baik untuk
mengkaji deformasi. Adapun pemantauan deformasi dapat dilakukan dengan
metode permanent scatterer interferometric syntetic aperture radar (PSInSAR),
Ground Based SAR (GBSARatau teknik differential SAR interferometry.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini yaitu Sumber Daya Migas memiliki Potensi dan
peranan penting bagi negara, diperlukan pembaharuan dan cadangan untuk
mencegah krisis yang terjadi apabila produksi cadangan migas tidak seimbang
dengan permintaan. Dilakukannya eksplorasi dengan teknologi pengideran jauh
diperlukan dalam proses pengolaan sumber daya Migas dengan berbagai sistem.
4.2 Saran
Saran dari penulis yaitu diperlukan pemahaman lebih mengenai aplikasi
pengideran jauh dalam pegolahan Migas.
Daftar Pustaka

Adhitya B, A. O. (2022). Geologi dan Potensi Minyak Gas Bumi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi. NEM.

Arianto. (2020). Diambil kembali dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral:
https://www.esdm.go.id

B., B. M. (1996). Image Analysis in Structural Geology Using NIH Image in PaorD.G.D. Pergamont:
Elsevier Sciences Ltd.

Gilang. (2013). EVALUASI POTENSI SUMBER DAYA MINYAK DAN GAS BUMI, FORMASI TALANG AKAR
(TAF) DAN FORMASI LEMAT SANDSTONE (LSst), LAPANGAN “LANG”, SUB-CEKUNGAN JAMBI,
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN. 12.

Manurung H, A. A. (2015). Sumber Daya Geologi Indonesia. Diambil kembali dari


https://ugrg.ft.ugm.ac.id/artikel/sumberdaya-geologi-indonesia/#

Noor, D. (2012). Pengantar Geologi Edisi Kedua. Daerah Istimewa Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Sabin, F. F. (1987). Remote Sensing Principles and Interpretation. New York: Freeman and Company.

Susantoro T.M, K. W. (2018). Peranan Teknologi Penginderaan Jauh Pada Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi. 24.

Verstappen, H. t. ( 1978). Remote Sensing in Geomorphology.International Institute of Aerial Surveyand


Earth Science (I.T.C.) . Enchede, TheNetherlands: Elsevier Scientific Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai