Disusun oleh :
Aulyra Velinda Pinanti Putri (225090707111002)
Dengan mengucap puji serta syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya, Tugas Akhir Geologi Dasar Aplikasi
Geologi dalam Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi yang disusun oleh Penulis,
Az, mahasiswa tahun pertama pada program studi Teknik Geofisika Universitas
Brawijaya dapat selesai tepat waktu. Adapun maksud utama dari adanya tugas ini,
yaitu untuk pemenuhan nilai Ujian Akhir Semester Ganjil 2022/2023 Mata Kuliah
Geologi Dasar dengan dosen pengampu mata kuliah bersangkutan adalah Prof. Adi
Susilo.
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Daftar Isi..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................................................................4
2.1 Sumber Daya Migas........................................................................................................................4
2.2 Teknologi Pengideran Jauh..............................................................................................................4
2.3 Platform Pengideran
Jauh.................................................................................................................4
2.3.1 Resolusi
Sensor..............................................................................................................................4
2.3.2 Radiasi Elektromatik.....................................................................................................................4
2.3.3 Gelombang
Elektromatik...............................................................................................................4
2.4 Sistem Pengideran
Jauh....................................................................................................................4
2.5 Data
Pengoderan...............................................................................................................................4
2.6 Pemrosesan
Data...............................................................................................................................4
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................6
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................6
4.2 Saran...............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................7
BAB I
Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Pemetaan potensi sumber daya wilayah telah menjadi hal yang tidak asing di
Indonesia. Hal tersebut telah diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional yang secara
tersirat memberikan makna bahwa proses perencanaan yang matang. Proses
perencanaan yang matang harus melalui suatu kajian yang dapat menguraikan
potensi potensi daerah menjadi penunjang daya saing daerah dalam pelaksanaan
pembangunan.
Kedudukan pemetaan potensi daerah mencangkup tahapan pengumpulan,
pengolahan, dan analisis data dalam perencanaan pembangunan wilayah. Tahapan
tersebut menggunakan teknik dan metode yang tepat maka masalah, hambatan,
tantangan, dan peluang yang ada dapat dipetakan dengan baik, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga penyusunan rencana dapat
berjalan dengan efektif dan efisien, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap
penetapan rencana. (Adhitya B, 2022)
Kekayaan sumber daya geologi di Indonesia bervariasi mulai dari bahan
galian radioaktif, bahan galian logam, bahan galian bukan logam, serta bahan
galian batuan dan batubara (UU No. Tahun 2009). Keadaan kekayaan alam
tersebut tidak terlepas dari kondisi geologis wilayah Indonesia yang terletak pada
titik kontak antara lempeng benua dengan lempeng samudera (zona subduksi).
Secara umum hampir semua orang pernah mempelajari posisi Indonesia karena
melewati ring of fire. Garis api Indonesia terbentang dari pulau Sumatera hingga
pulau Jawa, Sulawesi dan Papua. Zona ini memiliki pengaruh penting pada
pembentukan sumber daya geologi.
Terdapat beberapa jenis sumber daya geologi berupa mineral logam yang
menjadi komoditas andalan Indonesia diantaranya adalah besi, emas primer,
tembaga, nikel, bauksit, dan perak. Berdasarkan Data Badan Geologi pada tahun
2018 melaporkan bahwa sumber daya tembaga mencapai 12.468,35 juta ton, besi
12.079,45 juta ton, emas primer 11.402.33 juta ton, nikel 9.311.06 juta ton, perak
6.433,01 juta ton, bauksit 3.301,33 juta ton, dan timah 3.878,29 juta ton. Bauksit
banyak dijumpai di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Nikel banyak
ditemukan di Sulawesi, Maluku, dan Papua Barat (Pulau Gag). Timah dijumpai
melimpah di daerah Bangka Belitung dan Riau. Sedangkan emas melimpah di
beberapa daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Selain mineral-
mineral logam tersebut, Indonesia juga memiliki sumber daya geologi komoditas
non-logam berupa zeolit, pasir kuarsa, batuan karbonat, marmer, granit, sirtu (pasir
dan batu), dan mineral serta batuan non-logam lainnya yang dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. (Manurung H, 2015).
Sumber daya geologi lainnya yang merupakan kekayaan Indonesia adalah
sumber daya energi yang dimanfaatkan atau diekstrak menghasilkan bentuk energi
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lebih lanjut. Yang termasuk dalam
sumber daya energi adalah batubara, minyak dan gas bumi, serta panas bumi.
Batubara di Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Cadangan terbukti batubara Indonesia merupakan 3,5% dari total cadangan
terbukti di dunia. Keberadaan sumber daya geologi yang melimpah dapat
digunakan menjadi salah satu penunjang kemajuan serta ketahanan suatu negara.
Disisi lain, mengingat bahwa sumber daya geologi yang kita miliki saat ini dapat
habis suatu saat jika tidak dikelola dengan baik. (Arianto, 2020).
1.2Rumusan Masalah
a. Sumber daya alam di Indonesia yang memiliki potensi besar
b. Bagaimanakah cara pengelolaan sumber daya alam secara tepat ?
c. Teknologi apakah yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya MiGas
tersebut?
1.3Tujuan Masalah
a. Mengetahui potensi sumber daya alam terbesar di Indonesia
b. Menganalisis cara pengelolaan sumber day alam yang tepat
c. Mengetahui teknologi yang tepat dalam pengolahan sumber daya MiGas
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sumber Daya Migas
Minyak dan Gas bumi merupakan sumber daya alam yang memiliki peran
penting bagi masyarakat bahkan negara. Minyak bumi menjadi sumber energi
utama yang tak tergantikan pada industri, trnsportasi dan pada rumah tangga.
Devisa besar bagi Indonesia sendiri salah satunya yaitu dari minyak dan Gas bumi.
Kebutuhan akan Minyak dan Gas bumi semakin meningkat menyebabkan
Indonesia terancam krisis enenrgi dikarenakan meningkatnya kebutuhan ,inyak dan
gas bumi tidak diimbangi dengan meningkatnya produksi minyak dan gas bumi
tersebut. Minyak dan Gas bumi merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui
dan membutuhkan waktu ribuan tahun dalam pembaharuan energi Minyak dan Gas
Bumi tersebut.
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan cadangan serta produksi
minyak dan gas bumi yaitu dengan melakukan usaha ekstensifikasi. Ekstentifikasi
adalah penambahan jumlah wilayah kerja baru, dengan kata lain mencari atau
eksplorasi sumber Minyak dan Gas Bumi. (Gilang, 2013)
2.2 Teknologi Pengideran Jauh
Penginderaan jauh adalah metode untuk mendeteksi dan menentukan objek
di lapangan tanpa kontak langsung dengan objek tersebut. Banyak ahli
menunjukkan batasan, penginderaan jauh hanya melibatkan penggunaan
gelombang elektromagnetik, sifat fisik bumi seperti magnetisme, gravitasi dan
seismik tidak termasuk dalam klasifikasi ini. Namun, beberapa ahli memasukkan
pengukuran . fitur fisik Bumi dalam lingkup penginderaan jauh.
Penggunaan data penginderaan jauh dalam bidang kebumian pada dasarnya
adalah mengenal dan memetakan obyek dan parameter kebumian yang spesifik,
menafsirkan proses pembentukannya dan menafsirkan kaitannya dengan aspek
lain. Untuk melakukan hal di atas dua metoda yang umum dilakukan melalui
metoda visual/manual yaitu mengenal obyek obyek geologi seperti perbukitan,
dataran, gunungapi, delta dan gejala geologi spesifik seperti perbedaan jenis
batuan, bidang perlapisan, struktur sesar. (Noor, 2012)
2.3 Platform Pengideran Jauh
Pada teknologi pengideran jauh, terdapat platform yang dirancang dengan
tujuan khusus disesuailan dengan tipe dan kemampuannya.
2.3.1 Resolusi sensor
Desain dan penempatan sensor terutama ditentukan oleh karakteristik khusus
objek yang diselidiki dan informasi yang diinginkan tentang objek tersebut. Setiap
aplikasi penginderaan jauh memiliki persyaratan khusus untuk area cakupan,
frekuensi pengukuran , dan energi yang dapat dideteksi. Oleh karena itu, sensor
harus mampu memberikan resolusi spasial, spektral, dan temporal sesuai
kebutuhan aplikasi.
2.3.2 Radiasi Elektromagnetik
energi elektromagnetik adalah sebuah komponen utama dari kebanyakan
sistem Penginderaan Jauh untuk lingkungan hidup, yaitu sebagai medium untuk
pengiriman informasi dari target kepada sensor. Energi elektromagnetik merambat
dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang
gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi
gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak.
2.3.3 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromaknit adalah gelombang yang merambat secara kontinu
dalam gerak yang harmonis. Sumber dari gelombang ini secara alami adalah sinar
matahari, selain dapat pula dibuat secara artifisial seperti pada penginderaan
dengan gelombang radar (gelombang mikro).
Massa gas yang terdapat di atmosfir seperti O2, H2O, CO2 menjadi
penghalang tidak dapat diteruskannya panjang gelombang pada sistem perekaman
gelombang elektromaknit. Sehngga menyebabkan celah celah dimana transmisi
gelombang berjalan penuh yang disebut dengan jendela atmosfir.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi Pengideran Jauh dalam Eksplorasi Migas
Interpretasi geologi secara visual dengan foto udara atau citra pengideran
jauh memiliki 4 tahap yaitu: yaitu 1) deteksi kenampakan obyek pada citra
berdasarkan resolusi spasial, pola pantulan dan emisi panjang gelombang yang
digunakan; (2) pengenalan dan identifikasi obyek, dimana kenampakan yang
diamati diidentifikasi dan dikelaskan sebagai kategori yang diketahui; (3) proses
interpretasi sebagai analisis berdasarkan pola yang dibentuk pada kenampakan
obyek. Pada tahap ini citra hasil analisis didelineasi berdasarkan karakteristik
tertentu yang tampak secara individual. Hal ini diklasifikasikan berdasarkan
kategori yang diketahui; (4) proses akhir interpretasi untuk memastikan dan
mengidentifikasi semua area dengan klas-klas. (Verstappen, 1978)
Pengolahan data penginderaan jauh untuk menajamkan kenampakan geologi
dapat dilakukan dengan metode komposit warna (Red Green Blue=RGB),Optimum
Index Factor (OIF), Principle Component Analysis (PCA), model topografi,
tumpangsusun data penginderaan jauh aktif dan pasif, penisbahan saluran (band
ratio) dan filteringuntuk menajamkan batas tepi dan kelurusan (lineament). (B.,
1996)
Pengolahan data penginderaan jauh dengan citra komposit warna 457 RGB
dan PCAdapat dilakukan untuk menghasilkan peta bentuklahan, litologi dan
struktur geologiuntuk pencarian awal jebakan migasi. Pengolahan PCA untuk
pemetaan geologi bertujuan untuk meningkatkan sebaran data melalui
pendistribusian kembali dengan setting yang lain pada multidimensi ruang dengan
memaksimalkan pemisahan perbedaan pada data. Penggunaan band ratio dapat
dikombinasikan dengan komposit warna, seperti band ratio 3/1, 5/7 dan 3/5 (RGB)
pada Landsat TM lebih mengekspresikan informasi geologi dan mempunyak
kontras yang besar diantara unit batuan dibandingkan dengan citra komposit
konvensional maupun OIF. (Sabin, 1987).
3.2 Penggunaan Data ASTER
Penggunaan data ASTER semakin memungkinkan untuk mengenali
komposisi mineral secara spesifik (Everett dkk., 2002). Pemanfaatan data
Hyperspektral untuk pemetaan geologi dapat lebih detil untuk memetakan material
di permukaan dan sang penting untuk eksplorasi mineral atau alterasi batuan.
Adhitya B, A. O. (2022). Geologi dan Potensi Minyak Gas Bumi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi. NEM.
Arianto. (2020). Diambil kembali dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral:
https://www.esdm.go.id
B., B. M. (1996). Image Analysis in Structural Geology Using NIH Image in PaorD.G.D. Pergamont:
Elsevier Sciences Ltd.
Gilang. (2013). EVALUASI POTENSI SUMBER DAYA MINYAK DAN GAS BUMI, FORMASI TALANG AKAR
(TAF) DAN FORMASI LEMAT SANDSTONE (LSst), LAPANGAN “LANG”, SUB-CEKUNGAN JAMBI,
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN. 12.
Noor, D. (2012). Pengantar Geologi Edisi Kedua. Daerah Istimewa Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Sabin, F. F. (1987). Remote Sensing Principles and Interpretation. New York: Freeman and Company.
Susantoro T.M, K. W. (2018). Peranan Teknologi Penginderaan Jauh Pada Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi. 24.