Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM SEISMOLOGI DAN

MIKROSEISMIK PENENTUAN INDEKS KERENTANAN


GEMPA
Disusun Oleh :
Mirza Syafiqan Rajavi (195090707111022)

Asisten Praktikum :
I Gede K.A.K.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat menentukan frekuensi dominan
(fo), amplifikasi (Ao), dan indeks kerentanan seismic (kg) menggunakan metode HVSR (
Horizontal Vertical Spectral Ratio)

II. Abstrak
Praktikum ini memiliki tujuan agar praktikan dapat menentukan frekuensi dominan,
amplifikasi, dan indeks kerentanan seismic dengan menggunakan metode HVSR. Data yang
digunakan yakni data praktikum indeks kerentanan seismic untuk Desa Seloharjo dan sekitanya
yakni berada pada Daerah Istimewa Yogyakrta. Perhitungan nilai kg memakai data frekuensi
dominan dan factor amplifikasi sebagai data masukan yang diperoleh dari analisis data denga
metode HVSR. Data microtremor ini berjumlah 5 titik pengukuran. Nilai perhitungan berupa
kg selanjutnya dipetakkan untuk mengetahui daerah yang rawan bencana gempa bumi. Hasil
dari nilai Ao berkisar 1.4786-6.17186 dan nilai fo berkisar 0.42391-5.0231. Hal ini menjadikan
Desa Seloharjo memiliki kerentanan cukup tinggi.

III. Deskripsi, Diagram Alir, dan Pengolahan Data


Pada praktikum ini akan digunakan metode HVSR untuk penentuannya. Metode HSR
sendiri adalah penentuan rasio sinyal vertical dengan sinyal horizontal yang diperoleh dari
pengukuran sinyal microtremor di suatu lokasi. Metode HVSR menghasilkan spectrum mikro
tremor dengan puncak spectrum pada frekuensi predominannya. Nilai parameter yang
digunakan yakni fo dan Ao yang meemberikan informasi mengenai karakteristik dinamis dan
struktur lapisan tanah. Frekuesi merupakan invrs waktu.
Data yang digunakan adalah data indeks kerentanan dari Desa Seloharjo,Yogyakarta.
Data yang ada yakni berjumlah 5 titik pengukuran. Software yang digunakan untuk pengolahan
nanti yakni Qgis. Data tersebut dirubah dahulu kebentuk UTM agar pembacaannya lebih
mudah.
Pengolahan data yang pertama yakni dengan membuka software Geopsy. Kemudian
dilakukan plotting window pada software geopsy tadi yang berfungsi untuk memisahkan sinyal
noise dengan parameter yang digunakan. Parameter yang digunakan yakni filter low-pass
values 0.20-20.00 Hz, window type yakni cosine. Kemudian setelah mengatur parameter-
parameternya dapat dilakukan picking dan metode HVSR dengan klik start lalu akan muncul
sebuah grafik yang didalamnya terdapat nilai f0 dan A0.
Penghitungan dari indeks kerentanan gempa dapat dilakukan pada excel dengan fomat
CSV untuk nantinya diolah pada Qgis. Setelah itu melakukan pemetaan pada software Qgis
dengan membuka data tadi yang berbentuk CSV lalu buka add layout setelah disetting maka
buka dengan IDW untuk interpolasi datanya. Setelah interpolasi dilakukan maka membuat
layout peta indeks kerentanan sesuai data yang ada pada Desa Seloharjo, Yogyakarta.
Diagram Alir

mulai

Input data titik gempa

Pengaturan parameter tools

Picking data gelombang

Analisis H/V

Input koordinta, nilai f0,


dan A0 di MS Excel

Perhitungan indeks kerentanan gempa

Pemetaan indeks kerentanan gempa

Analisis Hasil

Selesai
Pengolahan data pada praktikum kali ini dilakukan pada software
Geopsy, Ms. Excel, dan Qgis. Untuk tahapan pertama dilakukan proses picking pada software
Geopsy, dengan data seismogram yang telah diberikan. Import signals TA1, lalu tekan tools
H/V dan atur length (panjnag window) antara 15-20 sekon, atur window type pada kolom
processing menjadi cosine agar hasil grafiknya lebih halus, dan untuk kolom output ganti step
velue menjadi step count. Setelah itu lakukan picking, dimana gelombang yang boleh dipicking
merupakan gelombang yang tidak memiliki trigger, atau gelombang yang memiliki nilai
amplitude yang stabil. Apabila prosespicking telah selesai dapat menekan tombol start lalu
akan muncul grafik H/V vs Frekuensi, pada grafik tersebut terdapat informasi mengenai nilai
A0 dan F0. Kemudian catat nilai A0 dan F0, dan lakukan seluruh tahapan tersebut pada kelima
data seismogram. Nilai A0 dan F0 tersebut akandigunakan untuk mencari nilai Indeks
kerentanan gempa. Selanjutnya bukaMS. Excel dan buatlah tabel yang berisi (titik, easting,
northing, A0, F0,dan Indeks kerentanan gempa), nilai indeks kerentanan dapat diperoleh
dengan rumus 𝐴02 /= 𝐹0. Setelah mendaptkan nilai easting, northing, A0, F0,dan indeks
kerentanan dapat dilakukan dengan processing pada software Qgis sesuai dengan diagram alir
yang telah tersedia diatas.
IV. ANALISA HASIL

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menggambarkan kondisi bawah
permukaan adalah dengan melalui pengukuran mikrotremor. Pengukuran mikrotremor
merupakan suatu metode yang menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam upaya untuk
mengetahui parameter respon suatu daerah seperti faktor amplifikasi dan periode dominan.
Gempabumi yang mengakibatkan kerusakan bangunan dipengaruhi oleh beberapa parameter
HVSR. Parameter-parameter tersebut dapat digunakan untuk memetakan kerusakan
infrastruktur suatu daerah akibat getaran gempa bumi, diantaranya ialah amplifikasi tinggi dan
frekuensi rendah. Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) dengan menggunakan
data mikrotremor telah banyak digunakan untuk mikrozonasi atau studi efek tapak lokal
(Saaduddin dkk., 2015).

Indeks kerentanan seismik (Kg) adalah indeks yang sangat berhubungan dengan tingkat
kerawanan suatu wilayah dari ancaman resiko gempa bumi. Antara indeks kerentanan seismik
di suatu daerah dan tingkat resiko gempa bumi terhadap kerusakan akibat gempa bumi
menunjukkan adanya hubungan yang linear. Nakamura drr.(2000) mengkaji hubungan antara
indeks kerentanan seismik dengan rasio kerusakan menggunakan data gempa bumi Kobe 1995.
Hasil kajiannya menunjukkan bahwa distribusi indeks kerentanan seismik tinggi terletak pada
zona kerusakan parah yang tersebar dengan membentuk jalur kerusakan (Susilanto, dkk.,
2016).
Pada praktikum kali ini kita telah melakukan picking untuk getaran alami dan
menghapus getaran noise. Hal ini dilakukan dengan metode Horizontal to Vertical Spectral
Ratio (HVSR) pada software geopsy. Input atau keluaran yang akan kita dapat dari metode ini
adalah grafik H/V, grafik ini akan memuat fo dan A yang nantinya berguna untuk mencari nilai
Kg.

titik latitude Longitude f(0) a(0) indeks


kerentanan
TA1 -7.98689 110.3241 0.430384 1.4542 4.913514
TA2 -7.99215 110.3265 5.09061 3.58018 2.517908
TA3 -7.98675 110.3248 2.79021 1.83472 1.206432
TA4 -7.97733 110.3437 3.47241 3.12833 2.818345
TA5 -7.96798 110.3526 1.73025 7.09524 29.09547

Tabel 1. Nilai frekuensi gempa (fo), amplifikasi (Ao), dan indeks kerentanan gempa
(Kg)

1) TA1

Gambar 1 : Hasil Picking TA1


Gambar diatas merupakan hasil picking gelombang pada seismogram TA1 dengan
koordinat ( -7.98689, 110.324095) yang terdiri dari gelombang Z (vertikal), Gelombang E dan
N (horizontal). Dari gelombang tersebut dilakukan picking secara manual, karena picking
gelombang merupakan halyang subjektif. Dari grafik H/V vs Frekuensi dapat diketahui nilai
F0 sebesar 0.430384 dan A0 sebesar 1.4542. Sedangkan nilai Indeks kerentanan
seismik/gempa (Kg) sebesar 4.913513606, nilai tersebut berarti kerentanan gempa pada titik
ini tergolong sedang.
2) TA2

Gambar 2 : Hasil Picking TA2


Gambar diatas merupakan hasil picking gelombang pada seismogram TA2 dengan
koordinat (-7.992146667, 110.3264733) yang terdiri dari gelombang Z (vertikal), Gelombang
E dan N (horizontal). Dari gelombang tersebut dilakukan picking secara manual, karena
picking gelombang merupakan halyang subjektif. Dari grafik H/V vs Frekuensi dapat diketahui
nilai F0 sebesar 5.09061 dan A0 sebesar 3.58018. Sedangkan nilai Indeks kerentanan
seismik/gempa (Kg) sebesar 2.517908233, nilai tersebut berarti kerentanan gempa pada titik
ini tergolong sedang.
3) TA3

Gambar 3 : Hasil Picking TA3


Gambar diatas merupakan hasil picking gelombang pada seismogram TA3 dengan
koordinat (-7.986745, 110.3248467) yang terdiri dari gelombang Z (vertikal), Gelombang E
dan N (horizontal). Dari gelombang tersebut dilakukan picking secara manual, karena picking
gelombang merupakan halyang subjektif. Dari grafik H/V vs Frekuensi dapat diketahui nilai
F0 sebesar 2.79021 dan A0 sebesar 1.83472. Sedangkan nilai Indeks kerentanan
seismik/gempa (Kg) sebesar1.206431587, nilai tersebut berarti kerentanan gempa pada titik ini
tergolong rendah.
4) TA4
Gambar 4 : Hasil Picking TA4
Gambar diatas merupakan hasil picking gelombang pada seismogram TA4 dengan
koordinat (-7.977325, 110.3436867) yang terdiri dari gelombang Z (vertikal), Gelombang E
dan N (horizontal). Dari gelombang tersebut dilakukan picking secara manual, karena picking
gelombang merupakan halyang subjektif. Dari grafik H/V vs Frekuensi dapat diketahui nilai
F0 sebesar 3.47241 dan A0 sebesar 3.12833. Sedangkan nilai Indeks kerentanan
seismik/gempa (Kg) sebesar 2.818344778, nilai tersebut berarti kerentanan gempa pada titik
ini tergolong sedang.
5) TA5

Gambar 5 : Hasil Picking TA5


Gambar diatas merupakan hasil picking gelombang pada seismogram TA5 dengan
koordinat (-7.967981667, 110.3525833) yang terdiri dari gelombang Z (vertikal), Gelombang
E dan N (horizontal). Dari gelombang tersebut dilakukan picking secara manual, karena
picking gelombang merupakan halyang subjektif. Dari grafik H/V vs Frekuensi dapat diketahui
nilai F0 sebesar 1.73025 dan A0 sebesar 7.09524. Sedangkan nilai Indeks kerentanan
seismik/gempa (Kg) sebesar 29.09546635, nilai tersebut berarti kerentanan gempa pada titik
ini tergolong tinggi.
Selanjutnya adalah menganalisis hasil plotting Indeks Kerentanan pada software Arcgis
dengan metode interpolasi Kriging. Jika diamati pada peta yang telah dibuat maka kita akan
mengetahui persebaran daerah daerah yang memiliki indeks kerentanan gempa yang tinggi
hingga kerendah. Jika diurutkan mulai dari indeks kerentanan gempa yang tinggi kerendah,
diawali dari warna biru-birumuda-kuning-kuningtua-oren-merah. Warna biru mendominasi di
arah timur laut karena pada daerah tersebut terdapat titik TA 5 yang memiliki indeks
kerentanan gempa paling tinggi yaitu 29.09547. Selanjutnya dari Timur laut warna bergradasi
ke arah barat daya hingga ketengah merupakan nilai paling rendah yaitu 2.818345. Lalu
nilainya naik hingga akhirnya di pojok Barat daya terjadi penurunan kembali karena terdapat
titik TA 2 3 dan 4 yang nilai nya kecil.

Gambar.1 Peta Indeks Kerentanan Gempa Daerah Pengamatan


Diatas adalah hasil pemetaan menggunakan software, dapat dilihat pada daerah timur
laut masih didominasi oleh berwarna biru hingga merata kearah barat daya yang didominasi
warna merah ke orange.

Dari data yang dihasilkan serta peta mikrotremor Daerah Istimewa Yogyakarta bagian
bawah dapat diketahui bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang cukup rawan terjadinya
gempa, dikatakan cukup rawan karena dari hasil pemetaan warna merah (indeks kerentanan
gempa 2 - 6) masih mendominasi daripada warna biru (indeks kerentanan gempa > 6). Sehingga
pada daerah tersebut cukup sering terjadi gempa dengan magnitude kecil hingga sedang. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh struktur geologi yang ada di daerah tersebut. Dari suatu sumber
menyatakan bahwa pada daerah yang kita amati terdapat sesar yang aktif, yaitu Sesar Opak.
Sesar Opak merupakan sesar aktif dari pantai selatan ke utara Yogyakarta. Hal inilah
yang menyebabkan adanya mikrotremor pada daerah ini. Selain itu Daerah Istimewa
Yogyakarta sendiri merupakan wilayah yang termasuk dekat dengan zona subduksi antara
lempeng Eurasia dan Indo-Australia, serta memiliki struktur geologi yang kompleks. Kondisi
tatanan tektonik yang begitu kompleks menyebabkan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya telah
menjadi kawasan seismik aktif dengan frekuensi kegempaan yang sangat tinggi.
V. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 titik pengukuran
mikrotremor pada daerah ini. Data telah diolah dengan menggunakan metode HVSR
(Horizontal to Vertical Spectral Ratio). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai frekuensi
dominan (fo) di daerah penelitian berkisar antara 0,43 – 5.09 Hz, H/V amplifikasi (A) antara
1,45 –7.09, dan nilai indeks kerentanan seismik (Kg) berkisar antara 1,2. – 29.09. pada daerah
timur laut masih didominasi oleh berwarna biru hingga merata kearah barat daya yang
didominasi warna merah ke orange.
VI. Daftar Pustaka

Saaduddin, Sismanto, Marjiyono. 2015. PEMETAAN INDEKS KERENTANAN


SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA
DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPA BUMI 30 SEPTEMBER 2009.
Academia-Industry Linkage. Vol.8 Hal 459-466.
Susilanto, P., Ngadmanto, D., Daryono, Hardy, T., Pakpahan, S. 2016. Penerapan
Metode Mikrotremor HVSR untuk Penentuan Respons Dinamika Kegempaan di Kota
Padang. Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi, Vol. 7 No. 2, Hal 79 - 88.

Anda mungkin juga menyukai