Anda di halaman 1dari 5

JURNAL FISIKA LABORATORIUM - VLF

Interpretasi Bawah Permukaan dengan Metode


VLF-EM di Area Lapangan Pertamina ITS
Nurul Azizah, Institut
Yoseph Teknologi
Wahyu Saputra
Sepuluh
W.W.
Nopember
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
Jl. Arief Rahman
dan Ilmu
Hakim,
Pengetahuan
SurabayaAlam
60111
E-mail: nurulazizah82@gmail.com

Abstrak- telah dilakukan percobaan dengan judul


interpretasi bawah permukaan dengan metode VLF-EM di
area lapangan pertamina ITS dengan tujuan untuk
mengidentifikasi struktur geologi dan lapisan tanah
berdasarkan anomaly. Pada percobaan ini terdapat dua
tahapan yaitu akuisisi data kemudian pengolahan data
dengan menggunakan software KHFFilt. Percobaan
dilakukan di area lapangan pertamina ITS dengan beberapa
peralatan yaitu satu set VLF, GPS, meteran, kompas geologi,
dan laptop untuk penolahan data. Pengukuran ini
menggunakan 3 line dengan masing-masing line panjangnya
40 meter dan spasi 1 meter setiap titik pengukurannya. Data
yang dihasilkan adalah inphase, quadratur, tfilt, tilt, S dan
Q. Selain pengukuran dengan alat VLF di setiap titik,
dilakukan juga pengukuran sumbu x dan y dengan
menggunakan GPS. Setelah data didapatkan, kemudian data
diolah dengan menggunakan software KHFFilt yang
bertujuan untuk filtering fraser dan kontur karous-hjelt.
Setelah didapatkan kontur filtering karous-hjelt pada
parameter inphase dan quadratur dapat disimpulkan bahwa
pada daerah lapangan pertamina ITS mempunyai
konduktivitas tinggi dan kemungkinan pada bawah
permukaannya terdapat beberapa saluran pipa dan aliran
air.
Kata Kunci Anomali, Filtering, Fraser, Karous-Hjelt,
Konduktivitas, Medan magnet

Metode geofisika ini mendayagunakan gelombang


elektromagnetik berupa dipol listrik vertikal dengan arus
listrik yang mengalir dari dan ke kutub-kutub pemancar
dan penerima, maka terbentuklah medan magnet yang
melingkari sumbu dipol dan medan listrik dipol yang
menyelubungi garis medan magnet. Pola radiasi induksi
tersebut akan menimbulkan medan elektromagnetik
sekunder yangmengakibatkan gangguan medan magnetik
alamiah bumi. Kedalaman kjangkauan dari penetrasi
radiasi gelombang ini dinyatakan dengan faktor skin depth
(yang ditentukan oleh kondisi lingkungan sekitar lokasi
pengukuran). [1]
Sinyal yang dibangkitkan oleh antena pemancar
terdiri atas medan magnet dan medan listrik yang
berosilasi dalam frekuensi yang dipilih antena Akibat
interaksi dengan benda konduktif di dalam bumi maka
komponen
horisontal
magnetik
medan
primer
membangkitkan komponen horisontal medan listrik dalam
arah penjalarannya. Pada suatu daerah tak homogen,
komponen vertikal magnetik dibangkitkan untuk beberapa
variasi konduktivitas. Medan elektromagnetik primer akan
menginduksi benda konduktif ketika melewatinya
sehingga akan terbentuk arus listrik dan terbentuk medan
magnetic sekunder (Hs), medan yang terekam adalah
medan resultan yang disebut Polarisasi ellip.[1]

I. PENDAHULUAN

erdapat beberapa metode geofisika yang digunakan


untuk interpretasi struktur bawah permukaan, salah
satunya adalah metode VLF(Very Low Frequency)
yang berdasarkan prinsip elektromagnet dengan teknik
pengukuran pasif. Metode elektromagnetik ini juga salah
satu metode yang dapat digunakan dalam eksplorasi
geofisika yang pada umumnya digunakan untuk mencari
bahan bahan yang memiliki sifat konduktivitas tinggi.
Dalam metode ini dimanfaatkan medan elektromagnetik
yang dibangkitkan oleh pemancar radio berfrekuensi
sangat rendah (15-30 kHz) dengan daya besar sekitar 1001000kW yang biasa digunakan untuk keperluan navigasi
kapal selam. Medan yang diukur oleh alat VLF adalah
total perbandingan antara medan elektromagnetik primer
dan sekunder yang terdiri dari komponen real (inphase),
dan imaginer (quadratur). Besar nilai yang terukur
tergantung dari benda konduktiv bawa permukaannya.

Gambar 1, Induksi Gelombang Primer terhadap benda


konduktif (Reynold, 1997)

Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt angle


yaitu sudut utama polarisasi ellip dari horizontal
(dalam derajat atau persen), dan eliptisitas adalah

JURNAL FISIKA LABORATORIUM - VLF


perbandingan antara sumbu kecil terhadap sumbu
besarnya (dalam persen). Tilt angle dan eliptisitas ,
berkaitan dengan komponen medan magnetik horizontal,
vertikal dan fasanya Secara matematis dapat
diperlihatkan bahwa tilt angle mirip dengan bagian in
phase (komponen real) dari komponen vertikal dan
eliptisitas mirip dengan bagian quadrature (komponen
imaginer) dari komponen vertikal. Kedua parameter
tersebut diukur dalam prosentase terhadap medan primer
horizontal (Karous and Hjelt, 1983): Komponen Real
(%) = 100 ( radian) Komponen Imaginer (%) = 100
Harga rapat arus terhadap kedalaman dapat
ditentukan dengan menggunakan filter dari Karous dan
Hjelt (1983). Untuk dapat memperkirakan harga
resistivitas dan fasanya, maka harus diketahui hubungan
dari medan listrik Ex dan medan magnetik Hy dan
resistivitas semu a. Hubungan ini biasa dituliskan dalam
bentuk dibawah ini,

a =

.................. (1.1)

Medan elektromagnetik primer sebuah pemancar radio,


memiliki komponen medan listrik vertikal Ez dan
komponen medan magnetik horizontal Hy tegak lurus
terhadap arah perambatan sumbu x. Pada jarak yang
cukup jauh dari antena pemancar, komponen medan
eletromagnetik primer Hy dapat dianggap sebagai
gelombang yang berjalan secara horizontal. Jika di bawah
permukaan terdapat suatu medium yang konduktif, maka
komponen
medan
magnetik
dari
gelombang
elektromagentik primer akan menginduksi medium
tersebut sehingga akan menimbulkan arus induksi seperti
pada gambar,

lapangan dan teknik gradio VLF-EM yang merupakan


teknik akuisisi data data belum banyak digunakan pada
observasi lapangan. Perbedaan kedua teknik ini
didasarkan pada proses akuisisi data pelapisan bumi yang
memanfaatkan perbedaan ketinggian (a different altitude)
dari konsole VLF-EM (VLF-EM meter dan VLF-EM
antena) terhadap permukaan bumi disetiap titik
pengukuran seperti terlihat pada gambar berikut, Namun
pada percobaan kali ini teknik akuisisi data VLF-EM yang
kita gunakan adalah teknik konvensional.[2]
II.

METODE

Pada percobaan yang berjudul Interpretasi Bawah


Permukaan dengan Metode VLF-EM di Area Lapangan
Pertamina ITS ini dengan menggunakan metode VLFEM digunakan beberapa alat yaitu satu set peralatan VLFEM, meteran, kompas geologi, data sheet, laptop dan GPS
(Global Positioning System). Satu unit VLF digunakan
sebagai alat untuk merekam variasi nilai frekuensi pada
daerah pengukuran. GPS digunakan untuk mencatat posisi
latitude dan longitude, dan laptop untuk melakukan
pengolahan data. Software yang digunakan adalah
KHFFilt. Secara keseluruhan proses penelitian ini terdiri
dari dua tahapan utama yaitu akuisisi data, pengolahan
data dan interpretasi data.
A. Tahap Akuisisi Data
Proses pengambilan data dilakukan di lapangan
pertamina ITS. Langkah awal yang dilakukan adalah
membuat desain akuisisi yaitu menentukan titik
pengambilan data pada lapangan pertamina ITS. Pada
pengambilan data kali ini kita menggunakan 3 line dengan
panjang 1 line nya 40 meter dan spasi atau jarak untuk
setiap titik pengukuran yaitu 1 meter. Data yang
didapatkan dari pengambilan data VLF ini yaitu in-phase,
quadratur, T-field,, tilt, Q dan S. Desain akuisisi dapat
dilihat pada gambar berikut,

U
Stadion
Futsal
Pertamina
ITS

Gambar 2, Gelombang elektromagnetik untuk


gelombang EM

Karakteristik gelombang elektromagnetik dalam


metode VLF dapat dijelaskan pada saat gelombang primer
masuk kedalam medium, gaya gerak listrik (ggl) induksi
es akan muncul dengan frekuensi yang sama, tetapi fase
tertinggal 90.[1][3]
Akuisisi data penelitian menggunakan teknik-teknik
pengukuran data pada metode geofisika VLF-EM yaitu
teknik pengukuran data dengan teknik konvensionalyang
merupakan teknik akuisis data yang sangat umum
digunakan dalam setiap pengambilan data observasi

Area
Pengukur
an (3line)
LINE
1 LINE
2
LINE
3

Gambar 3, Lokasi Pengambilan Data VLF

JURNAL FISIKA LABORATORIUM - VLF


Setelah dibuat desain akuisisi, dilakukan kalibrasi alat
VLF-EM untuk memfilter frekuensi yang ada sehingga
nantinya didapatkan pilihan frekuensi yang paling rendah
dari stasiun pemancar dan juga kalibrasi GPS. Kemudian
dilakukan pengukuran titik terhadap garis lintang dan
garis bujur (sumbu x dan sumbu y) dengan menggunakan
GPS. Pengukuran sumbu x dan sumbu y dilakukan pada
setiap titik yaitu setiap satu meter sepanjang lintasan yang
akan kita ukur. Kemudian setelah scanning alat VLF-EM
selesai maka dilakukan pengambilan data pada ketiga line
dengan spasi 1 meter disetiap line nya. Pada saat
pengambilan data posisi alat VLF harus sejajar arah utara.
Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada pukul
15.00 WIB dan 07.30-09.00 WIB, disarankan tidak
melakukan pengambilan data pada siang hari karena sinar
matahari yang terlalu terang akan mengakibatkan radiasi
medan elektromagnet yang mengenai permukaan bawah
tanah sangat besar sehingga mengakibatkan noise. Maka
akan mempersulit saat filtering antara data dan noise saat
pengolahan data.
B. Pengolahan Data dan Analisa Data
Untuk prosesing atau pengolahan data menggunakan
komputasi yaitu dengan software KHFFilt.

START

kita olah adalah in-phase dan quadratur di setiap line.


Pada pengolahan data didapatkan grafik data, grafik fraser
filtering dan karous-hajelt filtering. Pada grafik data
didapatkan gambar sebagai berikut misal pada line 1,

Gambar 5, Grafik pengolahan Data pada Line 1

Berdasarkan grafik diatas, didapatkan hasil yang kurang


menjelaskan atau kasar. Maka dilakukan filtering fraser.
Pada grafik fraser filtering ini titik potong dari anomali
menjadi optimal (mencapai puncaknya), maka hasil filter
ini akan membuat proses analisis lebih mudah. Berikut
adalah sample grafik fraser filter,

Akuisisi Data

Processing Data
(software KHFFilt)

Interpretasi dan
Pembahasan
Gambar 6, Grafik Fraser Filtering line 1

FINIS
H
Gambar 4, Diagram alir pengambilan data

III.

HASIL DAN PEBAHASAN

Pada percobaan mengenai interpretasi bawah


permukaan dengan menggunakan metode VLF-EM di
lapangan pertamina ITS dengan tujuan untuk
mengidentifikasi struktur geologi dan lapisan tanah
berdasarkan anomali dengan metode VLF-EM ini
didapatkan data sebagaimana terlampir. Berikut adalah
merupakan sample data yang didapatkan,

Berdasarkan filter fraser pada line 1 diatas dapat


dilihat inphase tertinggi pada jarak 10-15. Dapat
diperkirakan diantara jarak 10-15 tersebut terdapat
anomali yang disebabkan adanya noise disekitar lintasan
pengukuran. Kemudian untuk hasil kontur karous-hjelt
filtering merupakan interpretasi kualitatif VLF-EM.
Penerapan hasil filter ini berupa distribusi kerapatan arus
yang dapat memberi informasi mengenai daerah
konduktif. Dan juga rapat arus ini dapat menjadi alat
untuk menginterpretasikan lebar dan kemiringan sebuah

N
o

Tabel 3.1 Sample data hasil percobaan pada Line 1

Dari data yang didapatkan dilakukan tahap pengolahan


data dengan menggunakan software KHFFilt yang
berguna untuk memfilter data yang didapatkan. Data yang

2
3
4
5

ln/p
h
16,
5
13,
1
14,
1
16,
8
12,
8

Qua
d

tfield

tilt

-0,8

82,5

9,3

-0,7

81,3

7,4

-1

82,2

-1,2

82,1

9,5

-1,3

82

7,3

JURNAL FISIKA LABORATORIUM - VLF


benda anomali dengan kedalaman tertentu. Berikut adalah
kontur karous-hjelt filtering pada ketiga line yang telah
diukur.

Gambar 8, Hasil Karous-Hjelt untuk Parameter Quadratur

Gambar 7, Hasil Karous-Hjelt Filter untuk parameter


In-phase

Pada line 1 hingga line 3 untuk data in-phase hasil


data ditampilkan dalam bentuk pola konduktivitas dalam
kontur karous-hjelt yaitu bentuk degradasi warna dan
ditunjukkan dari warna ungu ke merah. Pada skala nol
ditandai dengan skala warna hinau berarti nilai
konduktivitasnya sama seperti batuan yang ada
disekitarnya. Anomali rendah pada gambar ditandai
dengan warna ungu sampai biru. Sedangkan untuk
anomali konduktif ditunjukkan dengan warna kuning dan
merah (nilai positif) artinya pada daerah tersebut
konduktivitasnya tinggi. Pada kontur yang dihasilkan,
dapat dianalisa profil bawah permukaan serta lapisanlapisan batuan penyusun pada setiap lintasan dan
didapatkan pula nilai rapat arusnya yang ditunjukkan
dengan skala warna. Pada line 1 ditunjukkan dengan
dominan warna kuning dan sedikit warna hijau yaitu
bernilai positif 5-40 dengan kedalaman -6 dan bernilai nol
untuk warna hijau, hal tersebut menandakan nilai rapat
arusnya tinggi yang berarti memiliki nilai konduktivitas
tinggi pula dan juga memiliki nilai konduktivitas yg sama
dengan batuan sekitarnya.. Pada line 2 didapatkan kontur
dengan dominan warna kuning, masih tidak beda jauh
dengan lintasan satu yaitu bernilai positif sehingga
menunjukkan nilai rapat arus tinggi dan konduktivitas
yang tinggi. Tidak jauh beda pada line 3, lintasan ini
dominan berwarna kuning, dan terdapat juga warna hijau.
Hal tersebut berarti pada daerah tersebut nilai
konduktivitasnya tinggi dan juga nilai konduktivitasnya
sama dengan batuan yang ada disekitarnya. Artinya pada
hasil filter karous-hjelt parameter in-phase ini pada
lintasan 2 lah yang paling konduktiv.

Untuk parameter quadratur berbalik dengan parameter


inphase, gambar warna kuning hingga merah justru
menggambarkan sifat resistif dari suatu area dan warna
biru untuk daerah yang konduktif. Dari gambar diatas
terlihat tidak ada daerah dengan warna biru, semua
lintasan didominasi dengan warna kuning yang
menggambarkan resistivitas pada daerah tersebut, dan
juga nilai konduktivitasnya rendah. Pada kedua hasil
kontur inphase maupun quadratur tidak ditemukan
anomali sama sekali. Namun pada parameter inphase
didapatkan daerah yang konduktivitasnya tinggi, hal
tersebut bisa jadi pada permukaan bawah tanah terdapat
saluran pipa atau aliran air.
IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang dihasilkan dan interpretasi


yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
daerah lapangan pertamina ITS memiliki nilai
konduktivitas yang tinggi pada parameter inphase dan
memiliki nilai resistivitas tinggi berdasarkan parameter
quadratur, dan diperkirakan pada bawah permukaan
terdapat saluran pipa dan aliran air bawah tanah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada asisten
Fisika Laboratorium Geofisika, khususnya kepada Yoseph
Wahyu Saputra Wisnu Wardhana selaku asisten percobaan
yang telah membimbing dalam praktikum ini, baik
sebelum praktikum ataupun setelah praktikum serta
teman-teman sekelompok yang telah membantu
keberhasilaan penyelesaian percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

Fraser, D.C., 1969. Contouring of VLF-EM data.


Geophysics 34,958967.

JURNAL FISIKA LABORATORIUM - VLF


[2] Hiskiawan, P. 2011. Akuisisi Data VLF-EM Menggunakan
Teknik Konvensional dan Teknik Gradio. Jurnal Fisika
Himpunan Fisika Indonesia Vol.11 (1) p.18-22.
[3] Karous, M. & S.E. Hjelt. 1983. Linear Filtering of VLF dip
angle Measurement. Geophysics Prospecting V. 31:782-794.

Anda mungkin juga menyukai