BAB IV
DATA DAN METODOLOGI
4.2.1 Peralatan
1. Seperangkat pengukur mikrotremor : seismometer periode pendek
(sensitive velocity sensor) tipe TDS-303 (3 komponen), frekuensi
sampling 100 Hz, digitizer, solar cell panel, GPS, UPS, dan laptop
akuisisi data.
2. Perangkat lunak DATAPRO untuk akuisisi data mikrotremor.
3. Perangkat lunak GEOPSY untuk analisis HVSR (Bonnefoy-Claudet,
2008).
4. Perangkat lunak Model HVSR untuk pemodelan Inversi kurva HVSR
5. Perangkat lunak ArcGIS dan surfer untuk pemetaan.
53
Gambar 4.1. Peta wilayah Penelitian dan rencana titik lokasi perekaman
mikrotremor dan bor
54
4.3.1.1 Perhitungan data frekuensi dominan (fo), faktor amplifikasi (Ag) dan
periode dominan
Proses pengolahan data mikrotremor menggunakan perangkat lunak
GEOPSY untuk memperoleh rata-rata spektrum H/V dari rekaman getaran yang
datanya telah disiapkan sebelumnya. Perangkat lunak geopsy ini akan
memberikan grafik kurva HVSR, yang terdapat nilai frekuensi dominan (fg) dan
puncak kurva HVSR (faktor amplifikasi tanah, Ag). Secara ringkas tahap
pengolahan metode HVSR dengan perangkat geopsy di sajikan dalam Gambar
4.3.
Pengolahan dengan geopsy ini dimulai dengan
1. input data (file rekaman mikrotremor yang telah dirubah formatnya
menjadi ascii atau miniseed) ke dalam geopsy.
2. windowing sinyal, sinyal akan dibagi menjadi beberapa kotak (window).
Pemilahan window dapat dilakukan secara manual maupun otomatis.
Untuk data yang panjang digunakan otomatis. Pemilahan ini (windowing)
dilakukan untuk memisahkan antara sinyal tremor dengan event transien
(sumber spesifik seperti langkah kaki dan kendaraan lewat dan lain-
lainnya yang dianggap noise). Cara untuk mendeteksi sinyal transien
adalah dengan membandingkan STA (short term average) dan LTA
(long term Average). STA merupakan rata-rata amplitudo jangka pendek
(0.5-2.0 detik), sedangkan LTA merupakan nilai rata-rata amplitudo
jangka panjang (>10 detik). Pada saat perbandingan STA/LTA melebihi
ambang batas yang sudah ditentukan, maka dapat dikatakan sebagai
event. Setelah event transien terdeteksi maka data selain transient dibagi
menjadi beberapa window.
3. transformasi fourier pada masing-masing komponen untuk diperoleh
spektrum fourier pada masing-masing window.
56
(( ( )) )
(4.1)
(( ( )) )
1
Berdasarkan hubungan T , dari pengolahan data dengan metode
f0
pengukuran, karena yang terukur dari kurva adalah fo (Gambar 4.4). Dari nilai-
niai yang terukur dari semua titik pengukuran kemudian dibuat peta frekuensi
dominan tanah (fg) dan peta faktor amplifikasi spektrun (Ag) daerah penelitian.
57
Data
Seismogram Pemilihan
Persiapan Data 1-n windows
3 komponen Window
(UD, NS, EW) (UD, NS, EW)
Analisis Data
Rata-rata HVSR
fo
Parameter input NERA untuk menghitung besarnya site respon gempa yang
terjadi pada tanah berlapis, adalah :
1. profil perlapisan tanah pada titik yang ditinjau (data kecepatan gelombang S
tiap lapisan, data berat jenis tiap lapisan, ketebalan tiap lapisan, jenis
material tanah)
2. data ground motion, dapat dipergunakan gempa terdahulu sebagai input
motion dalam perhitungan (time history percepatan pada bedrock atau
outcrop)
Profil tanah pada titik tinjauan ditentukan berdasarkan hasil uji bor yang
digabung dengan hasil uji laboratorium pada beberapa sampel yang diambil dari
titik uji bor tersebut. Perhitungan pada penelitian ini menggunakan dua titik yaitu
titik di Malangan dan titik di Sorosutan, dimana kedua titik ini juga merupakan
titik uji bor sekaligus merupakan titik pengambilan sampel untuk di uji di
laboratorium dan juga merupakan titik uji seismic down hole (PUP-ESDM).
Dalam perhitungan PGA dan ground shear strain pada perhitungan ini input
motion menggunakan 4 rekaman gempa yaitu El Centro 1967, Kobe 1995 dan
Parkfield. Penentuan ground motion dengan menggunakan 4 input motion ini
untuk mengurangi ketidakpastian kondisi lokasi yang ditinjau.
1. Seismic Downhole
Metode seismic down hole merupakan salah satu metode penentuan
kecepatan gelombang geser dengan melakukan pengukuran waktu tempuh
gelombang dan kedalaman penetrasi kedalam bawah permukaan. Seismic down
hole dilakukan dengan melakukan perekaman kecepatan gelombang dari suatu
sumber impuls ke penerima (receiver) yang berada di kedalaman tertentu yang
60
bervariasi. Dari pengukuran ini akan didapat informasi travel time dan jarak
tempuh gelombang P dan S, sehingga di dapatkan kecepatan gelombang P dan
gelombang S. Data kecepatan gelombang sekunder ini merupakan data sekunder
dari dinas PUP-ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta (PUP-ESDM, 2010).
3. Replikasi
. Karena hanya ada dua titik bor seismic downhole yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai kecepatan gelombang geser, maka untuk mendapatkan data
kecepatan gelombang geser di titik yang lain dilakukan replikasi berdasar titik bor
referensi. Titik bor referensi pada penelitian ini digunakan titik sesimic down hole
Sorosutan. Dari titik referensi ini diperoleh persamaan replikasi untuk estimasi
kecepatan gelombang geser dari korelasi Vs dan N-SPT. Persamaan replikasi
untuk estimasi kecepatan gelombang geser adalah persamaan 3.16.
61
4.3.4 Hubungan magnitudo, PGA, Modulus geser tanah (G) dan Regangan
geser tanah (γ)
Sumber gempa digunakan dalam perhitungan ini menggunakan parameter
gempa yang terjadi pada tanggal 26 Mei 2006 yang tercatat oleh USGS. Untuk
mengetahui pengaruh parameter yang berpengaruh terhadap regangan geser.
63
Dengan menggunakan persamaan 3.25 diperoleh nilai regangan geser untuk titik-
titik tertentu. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk titik yang lain untuk
mendapatkan distribusi nilai modulus geser dan regangan geser di wilayah
penelitian.
Pengumpulan Data