Anda di halaman 1dari 17

42

BAB IV

Akuisisi dan Pengolahan Data

4.1 Akuisisi Data

4.1.1 Kondisi Goa Jepang TAHURA Ir. H. Juanda

Topografi

Pada umumnya kondisi lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam

sampai dengan terjal, dengan ketinggian ± 770 m dpl sampai dengan ± 1350 m

dpl.

Jenis-Tanah

Unsur tanah yang terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

didominasi clay, sebagian kecil breksi vulkanik yang peka terhadap erosi.

Iklim

Iklim menurut klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk Type B. kelembaban nisbi

udara berkisar antara 70% (siang hari) dan 90% (malam dan pagi hari). suhu

berkisar antara 220C – 240C (di lembah) dan berkisar 180C - 220C (di puncak).

Curah hujan rata-rata pertahun 2.500 - 4.500 mm/tahun

Flora

TAHURA Ir. H. Juanda memiliki tipe vegetasi hutan alam sekunder yang

didominasi oleh jenis pohon Pinus (Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra


43

callothyrsus), Bambu (Bambusa sp.), dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti

tumbuhan Teklan (Euphatorium sp.).

Fauna

Fauna yang terdapat antara lain Musang (Paradoxurus herma paproditus), Tupai

(Callosciurus notatus), Kera (Macaca insularis) serta berbagai jenis burung

seperti Kepondang (Oriolus chinensis), Kutilang (Pycnontus caferaurigaster), dan

Ayam hutan (Gallus gallus bankiva).

Ilustrasi 3D Daerah Penelitan

Gambar 4.1 Ilustrasi 3D daerah penelitan Goa Jepang.


44

4.1.2 Akuisisi Data Self Potensial

Pengukuran self potensial digunakan untuk mengetahui sebaran nilai beda

potensial dari tiap-tiap titik pengamatan terhadap suatu titik acuan (base) sehingga

sebagai hasil akhirnya dengan diketahuinya nilai beda potensial dari tiap-tiap titik

pengamatan akan didapatkan kontur beda potensial. Penggabungan metode SP

dan konduktivitas merupakan metode yang baik untuk penelitian aliran air bawah

permukaan (Hase dkk, 2004) sehingga metode self potensial ini merupakan

metode yang tepat dalam meneliti sistem hidrologi.

Pengukuran self potensial pada Goa Jepang dilakukan dengan satu lintasan

di atas goa sebanyak 91 titik pengamatan. Adapun penyebaran titik pengukuran

self potential dibandingkan dengan titik sounding dapat dilihat pada gambar di

bawah ini
45

Koordinat Pengukuran SP Vs Sounding

East

108
99
6.8564

6.8565

6.8566

6.8567
South

lintasan SP

6.8568 lintasan sounding

6.8569

6.857

6.8571

6.8572

Gambar 4.2. Lintasan titik pengukuran self potensial dan sounding.

Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data self potensial yaitu :

1) Multimeter digital

2) Porous pot

3) Elektroda tembaga

4) Kabel dengan panjang 500 m

5) Terusi / CuSO4
46

6) GPS

7) Skop

Gambar 4.3. Peralatan pengukuran self potential.

Dalam pengambilan data self potential terdapat 2 metode pengambilan data yaitu :

1. Metode Potensial Gradient

Pada metode potensial gradient elektroda yang digunakan sebanyak dua

buah dengan jarak antar elektroda biasanya berjarak 5 m atau 10 m, perbedaan

potensial yang dihasilkan antara kedua elektroda tersebut, kemudian diukur

dengan menggunakan multimeter digital. Untuk mendapatkan nilai beda potensial

pada titik selanjutnya maka kedua elektroda tersebut dipindahkan seperti

lompatan kodok (leap-frogged) sepanjang jalur yang akan diukur. Adapun skema

pengukuran dengan menggunakan metoda potensial gradient dapat dilipat pada

Gambar 4.3.
47

Gambar 4.4. Skema pengukuran dengan menggunakan metode potensial gradient.

2. Metode Potensial Amplitude

Pada metode potensial amplitude ini satu elektroda disimpan di suatu

tempat sebagai titik acuan (base), sedangkan elektroda yang lain dipindahkan

dengan jarak tertentu sepanjang jalur yang akan diukur. Adapun skema

pengukuran dengan menggunakan metoda potensial amplitude ini dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5. Skema pengukuran dengan menggunakan metode potensial amplitude.

Pada pengambilan data self potensial untuk penelitian ini, metode yang

digunakan adalah metode potensial amplitude dengan posisi titik acuan (base)

berada di atas Goa Jepang dengan posisi koordinat pada 107.63236o Bujur Timur

dan 6,857417o Lintang Selatan dengan ketinggian berada di sekitar 960 m di atas
48

permukaan laut. Sedangkan untuk bagian elektroda yang bergerak (rover)

bergerak dengan posisi seperti pada Gambar 4.1. dengan jarak antar titik

pengamatan sebesar 2 m. Adapun data self potensial yang telah diambil dapat

dilihat pada pengolahan data.

4.1.3 Akuisisi Data 1D dan 2D Resisitivity

Akuisisi 1D dc resistivity pada Goa Jepang terbagi menjadi 3 titik

sounding yaitu lintasan 1 (sounding 1) yang berorientasikan arah barat-timur

dimana lintasan pengukuran dimulai dari luar goa hingga ke pinggir goa dengan

spasi antar elektroda 5 m sehingga panjang lintasan pengukuran pada sounding 1

dapat mencapai 90 m. Lintasan 2 (sounding 2) berorientasikan barat-timur di

mana lintasan pengukuran dimulai dari pinggir goa sebelah barat hingga ke goa

sebelah barat dengan spasi antar elektroda 5 m sehingga panjang lintasan

pengukuran pada sounding 1 dapat mencapai 90 m. Lintasan 3 (sounding 3)

berorientasikan barat-timur di mana lintasan pengukuran dimulai dari goa bagian

barat dan berakhir pada daerah luar goa bagian timur. Jumlah elektroda yang

dipergunakan pada sounding 3 ini sama dengan pada sounding 1 dan sounding 2

yaitu 4 elektroda dengan spasi antar elektroda 5 m sehingga panjang lintasan

pengukuran pada sounding 3 dapat mencapai 90 m.

Akuisisi data 2D dc resistivity bertujuan untuk mencitrakan struktur bawah

dari Goa Jepang berdasarkan kontras resistivity baik secara 2D. Data 2D dc

resistivity ini selanjutnya digunakan dalam input model untuk memodelkan sistem

hidrologi dangkal Goa Jepang. Selain itu data resistivity yang didapatkan
49

digunakan juga untuk menentukan nilai permabilitas yang sebagai produk

akhirnya akan digunakan juga dalam input model. Dalam pengambilan data 2D dc

resistivity motode yang digunakan adalah metode Wenner-Schlumberger

Gambar 4.6. Skema pengukuran 2D dc resistivity dengan menggunakan metode Wenner-

Schlumberger.

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran 1D dan 2D dc resistivity yaitu :

1) Naniura NRD T22

2) Elektroda

3) Cable

4) Accu Kering

5) Roll meter

4.1.4 Akuisisi Data Sesar Maribaya

Sesar yang dilakukan penelitian merupakan salah satu sesar minor dari

sesar Maribaya. Akuisisi data struktur geologi bertujuan untuk arah sesar secara

umum, adapun langkah-langkah dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut :

penulis membagi sesar Maribaya menjadi dua bidang sesar yang berorientasi
50

utara-selatan dan timur-barat, kemudian diukur gejala sesar yang terdiri dari strike

(garis arah) dan dip (kemiringan), kemudian diukur trend breaksiasi (dominasi

arah) untuk menentukan bidang sesar secara umum, setelah itu data tersebut

dijadikan sebagai input dalam pengolahan data yang menggunakan software

Stereonet.

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran analisa sesar Maribaya yaitu :

1) Kompas Geologi

2) Penyangga

3) GPS

4) Alat Tulis

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Pengolahan Data Self Potensial

Dalam pengolahan data self potensial terdapat beberapa prosedur dan

koreksi yang perlu diperhatikan mulai dari efek topografi, efek elektrokinetik,

letak base. Setelah dilakukan berbagai koreksi maka input parameter dimasukkan

ke dalam model, pada model kali ini terbagi menjadi dua, untuk model pertama,

goa/rongga diisi oleh input parameter sedangkan untuk model kedua, input

parameter dikosongkan pada goa/rongga kemudian kedua hasil model tersebut

dibandingkan dengan nilai potensial yang didapat dari data lapangan, setelah itu

nilai potensial permukaan dilakukan perbandingan dengan sebaran nilai current

source dan contour Self-Potential 2D yang didapatkan dari pemodelan sehingga

didapat hasil seperti yang terlihat dibawah ini :


51

Gambar 4.7. Grafik perbandingan contour 2D model dengan data permukaan : a.) profil contour

Current Source, b.) profil contour SP 2D, c.) kurva perbandingan SP di permukaan.
52

4.2.2 Pengolahan Data Resisitivity

4.2.2.1 Pengolahan Data 1D DC Resistivity

Software yang digunakan dalam pengolahan data 1D dc resitivity adalah dengan

menggunakan software IP2Win. Software ini ditujukan untuk melakukan poses

inversi dari raw data 1D dc resistivity. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

Sounding 1

Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 8

datum, dengan jumlah 25 iterasi dan error sebesar 0.85%.

Gambar 4.8. Model titik pengukuran sounding 1.


53

Grafik Resistivitas Sounding 1

0
2
4 2137
Kedalaman (m)

6 53.42
8 85.21
10
12
14
16

Gambar 4.9. Penampang resistivitas sounding 1.

Sounding 2

Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 8

datum, dengan jumlah 30 iterasi dan error sebesar 0.99%.

Gambar 4.10. Model titik pengukuran sounding 2.


54

Grafik Resistivitas Sounding 2

5
311.4
Kedalaman (m)

10 45.16
42.97
15

20

25

Gambar 4.11. Penampang resistivitas sounding 2.

Sounding 3

Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 8

datum, dengan jumlah 35 iterasi dan error sebesar 0.99%.

Gambar 4.12. Model titik pengukuran sounding 3.


55

Grafik Resistivitas Sounding 3

0
2
4 299.2
Kedalaman (m)

6 64.86
8 60.63
10
12
14
16

Gambar 4.13. Penampang resistivitas sounding 3.

4.2.2.2 Pengolahan Data 2D DC Resistivity

Software yang digunakan dalam pengolahan data 2D dc resitivity adalah

dengan menggunakan software Res2DInv. Software ini ditujukan untuk

melakukan poses inversi dari raw data 2D dc resistivity. Hasil inversi dari dari

program Res2DInv tersebut kemudian ditampilkan dalam software Surfer 8.

Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

Jumlah datum yang layak untuk dilakukan proses inversi sebanyak 105 datum,

dengan jumlah 11 iterasi dan error sebesar 25.5%


56

Gambar 4.14. Profil 2D dc resistivity Goa Jepang.

Dari pemodelan software Comsol Multiphysics, didapatkan profil kontur

medan kecepatan sebagai berikut :

Gambar 4.15. Profil pemodelan medan kecepatan dengan menggunakan Comsol Multiphysics.
57

Pemodelan yang dilakukan pada Comsol Multiphysics adalah untuk

mendapatakan nilai kecepatan air tanah pada arah x dan y. Besar nilai kecepatan

arah x dan y tersebut kemudian dijadikan input untuk program pemodelan self

potential.

4.2.3 Pengolahan Data Sesar Maribaya

Dari hasil akuisisi data maka dilakukan pengolahan data menggunakan

software Stereonet untuk menganalisa bidang sesar secara umum, jumlah data

yang layak untuk diolah sebanyak 48 data, adapun hasilnya adalah sebagai berikut

Breksiasi Sesar Maribaya N 1750


58

Bidang sesar 0

N 175 / 68
0 0

Kekar Gerus 0

Net Slip
0
Pitch 10

 1 82.8 0 , N 73.3 0
2 24.2 0 , N 328.2 0
3 66.8 0 , N 166.3 0

Gambar 4.16. Profil analisa sesar Maribaya dengan menggunakan Stereonet.

Adapun keterangan secara spesifik dari gambar diatas adalah :  1 berada

ditengah-tengah sudut lancip 2 kekar gerus,  2 merupakan perpotongan dua

kekar gerus/shear,  3 terletak disudut 900 / tegak lurus dari  1 , net slip adalah

arah pergerakkan sedangkan pitch merupakan sudut lancip antara net slip dengan

bidang sesar, di mana jika sudut pitch > 450 maka disebut sesar naik / turun dan

sebaliknya jika sudut pitch < 450 maka disebut sesar mendatar.

Anda mungkin juga menyukai