Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 4 :

Anas Mahfudz K (165090707111003)


M. Hadyan Chaqiqi (165090707017)
Feryan Adi Anggana (1650907071110)
Telah dilakukan penelitian menggunakan metode Self Potential (SP) di daerah
Obyek Wisata Guci, khususnya di Pancuran 7 (tujuh) pada tanggal 20-25 Juli
2014. Metode SP ini merupakan metode yang pasif, karena pengukurannya
dilakukan tanpa penginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan
potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Pada metode SP
ini menggunakan larutan CuSO4 yang dimasukkan kedalam porous pot dan
didalamnya terpasang kawat lembaga untuk memunculkan nilai potensialnya
menggunakan digital milivoltmeter. Selanjutnya pengukuran tersebut dilanjutkan ke
titik berikutnya dengan jarak 2 meter. Pengukuran ini dilakukan pada 100 titik di
kawasan pancuran 7 (tujuh). Pemodelan didapatkan dengan cara akuisisi data
menggunakan metode SP kemudian data tersebut diolah menggunakan software
Surfer. Data yang didapatkan pada penelitian ini yaitu berupa nilai potensial
pada titik pengukuran. Nilai potensial yang tertinggi pada pengukuran ini adalah
47,3 mV dan nilai potensial yang terendah adalah -32,7 mV.
• Metode Self Potential pertama kali ditemukan pada tahun 1830 oleh Robert Fox dengan
menggunakan elektroda tembaga yang dihubungkan ke sebuah galvanometer untuk mendeteksi
lapisan coppere sulfida di Carnwall (Inggris).
• Metode ini merupakan metode pasif, karena pengukurannya dilakukan tanpa menginjeksikan arus
listrik lewat permukaan tanah, perbedaan potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan
tanah.
• Potensial yang dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt. Metode Self
Potential selama ini dimanfaatkan sebagai secondary tool dalam eksplorasi logam dasar khususnya
untuk mendeteksi adanya bijih sulfida dan pada dekade terakhir metode Self Potential banyak
digunakan untuk meneliti air tanah, panas bumi, dan untuk membantu pendeteksian patahan dekat
permukaan.
• Self Potential umumnya berhubungan dengan perlapisan tubuh mineral sulfide (weathering of sulphide
mineral body).
• Aktivitas elektrokimia dan mekanik adalah penyebab dari Self Potential di permukaan bumi. Salah
satu faktor pengontrol dalam proses ini adalah air tanah. Potensial ini juga berhubungan erat dengan
pelapukan yang terjadi pada mineral, variasi sifat batuan, aktivitas biolistrik dari material organik,
Gambar Desain Survei Penelitian
Kalibrasi Alat
• Tujuan kalibrasi alat adalah untuk memperoleh data lapangan yang
akurat.
• Kalibrasi elektroda non polarisasi dilakukan dengan cara menanam
kedua elektroda ke tanah dengan jarak yang relatif dekat (10 cm).
• Kemudian nilai potensial diukur dengan hasil yang diperoleh harus ≤ 2
millivolt.
• Apabila nilai potensial ≥ 2 millivolt, maka kedua elektroda pot
berpori harus dibersihkan, kemudian diisi kembali dengan larutan
CuSO4 dengan konsentrasi yang sama di antara kedua elektroda
tersebut.
• Hal ini akibat elektroda pot berpori tidak bersih atau larutan bocor.
• Pengukuran data lapangan pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan digital milivoltmeter yang memiliki impedansi masukan
tinggi untuk mengabaikan arus dari bumi selama proses pengukuran.
Jumlah titik pengukuran dalam daerah penelitian adalah 100
dengan jarak rata-rata antar titik adalah 2 meter. Titik referensi
diletakkan di luar daerah penelitian pada jarak kira-kira 10 meter.
• Konfigurasi elektroda yang dipergunakan adalah model konfigurasi
elektroda tetap yaitu dengan menjaga satu elektroda tetap di titik
referensi, sedangkan elektroda lainnya bergerak setiap interval
tertentu sesuai arah lintasan seperti gambar dibawah ini.
Gambar Teknis pengukuran data metode SP dengan konfigurasi
elektroda tetap.
• Pada setiap titik ukur di lapangan, data yang diperoleh adalah nilai
potensial atau tegangan Antara dua buah elektroda yang terbaca pada
digital milivoltmeter.
• Data potensial ini belum menunjukkan nilai self potensial pada titik ukur
tersebut, karena ada perbedaan nilai di suatu titik ukur jika pengukuran
diulang-ulang pada waktu yang berlainan. Oleh karena itu, data-data
potensial hasil pengukuran harus dikoreksi, yang meliputi: koreksi
pembacaan awal, koreksi topografi, koreksi harian, dan koreksi gangguan
(noise).
• Data potensial yang telah terkoreksi diasumsikan sebagai data potensial
diri benda anomali, dalam hal ini reservoir panas bumi yang menjadi target
penelitian ini.
• Data potensial diri yang telah terkoreksi diinterpretasikan secara
kualitatif dan kuantitatif.
• Interpretasi kualitatif dilakukan menggunakan software Surfer versi 8
untuk mendapatkan peta kontur isopotensial. Berdasarkan peta kontur
ini, maka dapat diinterpretasi sebaran panas bumi di daerah penelitian.
• Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini cukup sederhana, relatif
murah dan terjangkau. Adapun peralatan penelitian yang digunakan di
lapangan maupun di laboratorium pada tabel dibawah ini.
• Pengukuran dengan menggunakan metode Self Potential telah dilakukan di daerah kaki
Gunung Slamet. Lokasi yang dipilih adalah kawasan sekitar mata air panas Pancuran
Tujuh Obyek Wisata Guci Kabupaten Tegal.
• Jumlah titik pengukuran dalam daerah penelitian ini adalah 100 titik, dengan jarak rata-
rata antar titik adalah 2 meter. Titik referensi diletakkan di luar daerah penelitian pada
jarak kira - kira 10 meter. Penelitian difokuskan untuk mendeteksi potensi panas bumi di
bawah permukaan daerah penelitian.
• Data yang telah didapatkan selanjutnya dimasukan kedalam Ms.Excel kemudian
selanjutnya diolah menggunakan software Surfer. Hasil dari pengolahan data pada
pengukuran base yaitu sebagai berikut.
• Pada hasil pengukuran potensial diri dari titik base dapat dilihat bahwa di peta
konturnya terdapat titik pengukuran yang terpisah. Hal ini kemungkinan disebabkan
kurang teliti pembacaan pada digital milivoltmeter serta kondisi tanah yang tidak stabil.
Posisi lintasan pengukuran yaitu dari jauh sumber air panas sampai mendekati sumber air
panas.
Gambar Peta kontur isopotensial base

Gambar Peta kontur isopotensial base (rover)


• Pada peta kontur isopotensial rover hasilnya hampir menyerupai peta kontur
pada base, hal ini dikarenakan titik pengukuran yang sama hanya saja
mulai pengukurannya dari titik rover.
• Kendala dari penelitian ini yaitu cuaca yang kurang menentu, kondisi tanah
yang tidak stabil, waktu pengukuran yang berbeda. Pada pengolahan data
seharusnya sudah mahir menggunakan software Surfer. Karena pengolahan
datanya harus teliti untuk menentukan peta konturnya.
• Nilai potensial yang tinggi yaitu pada lintasan kelima karena posisi lintasan
yang mendekati sumber air panas dan yang rendah yaitu pada lintasan
pertama karena posisi lintasan pengukuran yang jauh dari sumber air
panas.
• Berdasarkan hasil penelitian potensi panas bumi menggunakan
metode potensial diri (self potential) dengan elektroda pot berpori
untuk mendeteksi aliran fluida panas bawah permukaan di kawasan
Obyek Wisata Guci khususnya pancuran tujuh, dapat disimpulkan
bahwa diperoleh sebaran data potensial di daerah penelitian
dengan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 47,3 mV, nilai terendah
adalah -32,7 mV.
• Dari peta kontur isopotensial yang diperoleh dapat diinterpretasi
bahwa daerah penelitian merupakan zona konduktif, yang diduga
berasal dari mineral sulfida dalam fluida panas. Hal ini terindikasi
dengan rendahnya nilai potensial yang terukur, yang secara numeric
kebanyakan bernilai negatif.
• Proses akuisisi data pada satu lintasan menggunakan 214,5 meter dan jarak antara elektroda 5,5 m sebanyak 40 elektroda dengan arah lintasan
Barat – Timur yang terdapat pada daerah penelitian.
• Setelah proses pengambilan data selesai dilakukan, data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan resistivity meter seluruhnya dipindahkan
kedalam komputer dengan menggunakan kabel data. Data pengukuran tersebut berekstension dat (.dat) yang merupakan hasil pengukuran resistivity
meter dengan konfigurasi self-potensial. Dari data hasil pengukuran lokasi penelitian yang telah dilakukan, data tersebut diplot kedalam grafik
(Gambar 5.1).
• Dari hasil plot data tersebut menunjukan bahwa nilai potensial listrik didaerah tersebut cukup tinggi. Hal ini menunjukan bahwa lapisan batuan
permukaan relatif konduktif. Selain itu nilai perubahan Self-Potensial ( V) menurun pada arah Barat-Timur. Hal ini menunjukkan bahwa nilai potensial
listrik dari arah Timur-Barat semakin besar. Arus listrik konduksi mengalir dari potensial tinggi menuju potensial rendah. Sementara itu arus berlawan
arah dengan arah arus konveksi. Karena arus konveksi adalah arah arus fluida maka dapat diketahui bahwa arah aliran fluida dari arah Barat ke arah
Timur.
• Selain pengukuran dengan menggunakan Self-Potensial (SP), pengamatan dilakukan juga dengan mengukur kedalaman muka air tanah pada sumur gali
disekitar daerah penelitan. Dimana hasil pengukuran data sumur tersebut dapat diplotkan dalam bentuk kontur kedalaman sumur dengan menggunakan
software surfer dan didapatkan hasil seperti Gambar 5.2.
• Dari data kedalaman muka air tanah dan data Self-Potensial menunjukkan hasil yang dapat dianalisa menggunakan teori elektrokinetis. Dimana aliran
fluida dari arah Barat Timur sesuai data elevasi muka air sumur, memunculkan arus konveksi yang menyebabkan terjadinya akumulasi ion-ion dari fluida
pada daerah Timur. Akumulasi ion-ion ini menyebabkan nilai potensial yang lebih tinggi pada daerah Timur, dan hal ini sesuai dengan data Self-
Potensial bahwa pada daerah Timur memiliki nilai potensial yang lebih tinggi atau perubahan potensial ( V) yang lebih rendah. Potensial tinggi ini
akan mengalirkan
• Data pendukung elevasi muka air sumur dari permukaan air laut diatas menunjukan bahwa arah aliran air tanah pada lintasan pengukuran memiliki
arah barat – timur. Hal ini sesuai dengan data Self-Potensial. ion-ion ke arah Barat dalam bentuk aliran arus konduksi.
• Data konfigurasi Wenner-Schlumberger menunjukan nilai resistivitas di daerah penelitian seperti nampak pada Gambar 5.3. Daerah penelitian terdiri
dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda yaitu lapisan tanah penutup yang resistivitasnya lebih tinggi dan terdapat lapisan
yang lebih konduktif di bagian bawahnya. Lapisan konduktif nilainya dimulai dari 1-7 Ohm.m dengan citra warna biru muda dan biru. Daerah ini
bersifat konduktif (Rosintan, 2009 ) dan bersesuaian dengan data SP yang nilainya relatif tinggi (606-615mV) maka batuanya diperkirakan adalah
clay yang bersifat konduktif.
• Kesimpulan
• Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode Self-Potensial dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
• 1. Penyelidikan geolistrik dengan menggunakan metode SP memberikan
hasil data SP dari -606,56 sampai -615,23 mV pada bentangan sepanjang
214,5 meter dan 40 titik elektroda. Nilai SP yang cukup tinggi ini
menunjukkan bahwa daerah tersebut relatif konduktif.
• 2. Dari nilai SP diduga terjadi aliran fluida(air bawah tanah di sepanjang
lintasan pengukuran) dari arah barat ke arah timur.
• 3. Aliran air bawah tanah secara umum mengalir dari Selatan ke Utara.
CASE II
• Telah dilakukan pemetaan sebaran lindi dan pola aliran fluida di wilayah Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Putri Cempo dengan metode Self Potential.
• Pengambilan data dilakukan sebelum dan setelah hujan dengan teknik basis tetap dengan interval
10 meter.
• Titik pengambilan data sebanyak 78 titik. Data SP diolah menggunakan software Surfer 11
sehingga dihasilkan kontur isopotensial.
• Hasil dari pemetaan setelah hujan menunjukan adanya sebaran anomali yang diindikasikan sebagai
akumulasi air lindi.
• Pada saat sebelum hujan, pola aliran fluida mengarah ke bagian timur lokasi penelitian, sedangkan
setelah hujan, aliran fluida berasal dari dua arah, yaitu dari arah barat dan dari arah timur lokasi
penelitian mengarah ke bagian tengah dari lokasi penelitian
• Air lindi dapat merembes melalui tanah dan menyebabkan pencemaran air tanah yang ada di lokasi
TPA. Perembesan ini tergantung pada sifat fisik dari tanah dasar TPA seperti permeabilitas, porositas,
dan tekanan piezometrik. Perembesan air lindi melalui tanah terjadi secara perlahan dan jika di
bawah lokasi TPA terdapat aliran air, maka air lindi akan mencemari aliran tersebut dengan
kandungan zat yang cukup berbahaya bagi lingkungan
• Interpretasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
• Interpretasi kualitatif dilakukan untuk menganalisa hasil kontur
isopotensial sedangkan interpretasi secara kuantitatif dilakukan untuk
menentukan parameter-parameter dari anomali yang dihasilkan
pada kontur isopotensial.
• Parameter-parameter yang dicari meliputi kedalaman ujung atas (h)
kedalaman ujung bawah (H) dan sudut kemiringan dari anomali (θ).
• Penentuan parameter-parameter anomali tersebut menggunakan
model lempeng miring.
• Data hasil pengukuran Self Potensial berupa besaran potensial listrik
dengan satuan mV.
• Jumlah data sebanyak 78 data dengan jarak spasi gridding 10 meter.
• Data secara umum mempunyai nilai SP yang kecil, berkisar antara 3 mV
sampai dengan -25 mV.
• Hasil ini mendekati nilai potensial dari lindi dari penelitian Rosid (2011)
bahwa konduktivitas lindi 2,68 mV.
• Data SPR dibuat peta kontur isopotensial dengan menggunakan Software
Surfer 11.
• Peta kontur isopotensial sebelum dan setelah hujan ditunjukan pada
Gambar 6a dan Gambar 6b.
• Dari hasil pengolahan data di setiap lokasi dengan menggunakan Software Surfer 11, pola sebaran anomali yang diindikasikan sebagai akumulasi lindi terlihat
dari pola sebaran kontur isopotensial yang berwarna biru sampai ungu yang memiliki nilai SP lebih rendah dari daerah sekitar.
• Jika Gambar 6a dibandingkan dengan Gambar 6b, terjadi pembentukan akumulasi anomali akibat adanya aliran fluida baik dari arah TPA maupun
yang menuju arah TPA sehingga membentuk akumulasi anomali yang diindikasikan sebagai akumulasi air lindi.
• Menurut Rosid (2011) arah arus listrik yang ditunjukan dengan tanda panah selalu tegak lurus terhadap bidang ekipotensial, sedangkan arah aliran
fluida searah dengan arus listrik, sehingga dari hasil pemetaan dapat diinterpretasikan pola arah aliran fluida. Pada Gambar 7a, aliran fluida sebagian
besar mengarah ke bagian timur lokasi penelitian.
• Aliran fluida membentuk suatu pola menerus dari arah TPA dan terakumulasi pada arah tenggara lokasi penelitian. Pada Gambar 7b, aliran fluida
sebagian besar berasal dari dua arah, yaitu dari arah TPA dan dari arah timur lokasi penelitian dan terakumulasi menjadi 2 daerah akumulasi anomali
SP
• Interpretasi secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui
penyebaran lindi secara vertikal serta mengacu pada data geologi
yang ada, dan anomali yang didapat dari peta kontur isopotensial
• Maka dilakukan pemodelan model lempeng miring. Parameter-
parameter yang dicari berupa kedalaman ujung atas (h), kedalaman
ujung bawah (H), dan sudut kemiringan dari anomali (θ).
• Penentuan parameter-parameter penyebab anomali tersebut tersebut
menggunakan teori dari Rao dan Ram Babu.
• Dari kontur isopotensial, dibuat garis penampang diatas closure (tertutup) peta
kontur yang diduga sebagai sumber anomali sehingga didapatkan kurva profil
SP terhadap jarak.
• Garis penampang ditunjukan pada Gambar disamping, kurva profil yang
dihasilkan dari penampang A-A’ ditunjukan pada Gambar diatas. Kurva profil
A-A’ digunakan untuk mencari parameter-parameter anomali. Dari perhitungan
berdasarkan persamaan 7, 8, 9, 10 didapatkan kedalaman ujung atas (h) 5,45
meter, kedalaman ujung bawah (H) 17,62 meter dan sudut kemiringan anomali
Penampang A-A’ (θ) 84.
• Hasil dari pemetaan sebelum hujan tidak terdapat sebaran anomali
sedangkan setelah hujan menunjukan adanya 2 sebaran anomali yang
berjajar di bagian tengah lokasi penelitian diindikasikan sebagai
akumulasi air lindi.
• Terjadinya sebaran anomali setelah hujan dikontrol oleh pergerakan
aliran fluida bawah permukaan.
• Dari hasil perhitungan model lempeng miring, pada anomali 1
didapatkan h 5,45 meter, H 17,62 meter dan θ 84.
• Pada saat sebelum hujan, pola aliran fluida mengarah ke bagian timur,
sedangkan setelah hujan, aliran fluida berasal dari dua arah, yaitu dari
arah barat dan dari arah timur lokasi penelitian mengarah ke bagian
tengah dari lokasi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai