Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR

EKSPLORASI PENGUKURAN
GEOLISTRIK DAN GEOMAGNET

PT.DUTA BANGUN KONSTRUKSINDO

2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya pengadaan bijihbesi sebagai bahan dasar untuk
memenuhi produksi industri logam dan kebutuhan pembangunan
infrastruktur, maka PT. Duta Bangun Konstruksindo sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, telah melakukan
kegiatan Survey bijih besi di Desa Bukit Harapan, Kec. Sojol, Kab.
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Bijih besi memiliki nilai resistivitas yang cukiup kontras
dibandingkan dengan lapisan batuan yang melingkupinya seperti pasir,
lempung, kaolin dan lapisan batuan lainnya. Adanya kontras nilai
resistivitas ini memungkinkan keberadaan lapisan bijihbesi dapat dideteksi
menggunakan metode geolistrik resistivitas.
Kelebihan dari penerapan metoda geolistrik resistivitas, yaitu
merupakan metoda eksplorasi geofisika yang cepat serta memiliki tingkat
akurasi yang cukup tinggi. Di samping itu, dalam proses akuisisi data tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan, tidak mudah mengalami gangguan
oleh aktivitas di sekitarnya, dan mudah dalam melakukan quality control
data lapangan. Dari sisi ekonomis, biaya operasional penggunaan metode
ini relatif lebih murah dibandingkan metode geofisika yang lain.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Penyelidikan ini bermaksud melakukan survey geolistrik untuk
mendapatkan suatu daerah prospek yang mengandung endapan bijih
besi.
Sedangkan tujuan penyelidikan adalah untuk mendapatkan data
tentang keadaan daerah prospek yang mengandung endapan bijih besi,
sehingga dapat ditentukan :
• Daerah atau area yang diperkirakan mengandung cebakan bahan
galian bijih besi.

1
• Kedudukan cebakan bijih besi berdasarkan penampang resistivitas 2D.
• Sumberdaya bijih besi terkira yang akan dieksploitasi.

1.3 Lokasi Penyelidikan


Secara administratif lokasi IUP milik PT. AAL Rizki Tadang Palie
terletak di daerah Desa Bukit Harapan, Kec. Sojol, Kab. Donggala,
Propinsi Sulawesi Tengah.

1.4 Waktu Penyelidikan


Dalam penyelidikan ini, tahap akuisisi data di lapangan dan
mobilisasi de mobilisasi memerlukan waktu sekitar 7 hari, yaitu mulai
tanggal 30 Januari s.d. 5 Februari 2012. Sedangkan tahap pengolahan
data, interpretasi, dan penyusunan laporan memerlukan waktu sekitar 1
minggu. dimulai tanggal 12 Februari 2012 s.d. 19 Februari 2012.

Morfologi Daerah Penyelidikan

2
BAB II
KEGIATAN PENGUKURAN

2.1 Peralatan Survei Geolistrik


Peralatan lapangan yang digunakan dalam pengukuran geolistrik
ini,yaitu :
1. Satu set resistivity meter, terdiri dari 1 buah main unit, 4 buah
elektrode, 4 gulung kabel arus, 4 gulung kabel potensial, dan kabel-
kabel konektor.

Gambar 2.1 Satu set alat geolsitrik

2. Satu buah laptop, digunakan untuk menyimpan data peyelidikan,


sekaligus untuk quality control data.
3. Satu buah charger accu, digunakan untuk melakukan pengisian
accu dari alat resistivity meter.
4. 5 buah HT, digunakan untuk berkomunikasi di lapangan (antara
operator dengan porter di elektroda)

3
2.2 Akuisisi Data Geolistrik
Prosedur kegiatan dalam tahapan ini meliputi aktivitas sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan peralatan. Peralatan utama yang digunakan untuk
akuisisi data geolistrik lateral mapping (2D) yaitu dua buah main unit
resistivitimeter, kabel arus, kabel potensial, electrode, accu dan kabel
konektor.
2. Pengambilan data. Tahapan pengambilan data ini dapat diuraikan lagi
menjadi beberapa langkah, yaitu :
• Menancapkan 4 elektroda yang terdiri dari 2 elektroda potensial
dan dua elektroda arus.
• Membentangkan kabel dan menyambungkannya pada masing–
masing elektroda, kemudian menghubungkannya ke main unit.
• Setelah setiap kabel dan elektroda terhubung dengan baik
dengan alat (main unit), kemudian sambungkan alat dengan accu.
• Menyalakan alat pada posisi ON kemudian melihat indikator arus
accu pada nilai 12 volt dan indikator potensialnya berada pada
posisi / daerah merah.

Gambar 2.4 Proses pengukuran geolistrik

4
• Arus diinjeksikan, nilai potensial diri (self potensial) harus dibuat
nol, dengan cara memutar tombol Course untuk nilai yang besar
dan apabila telah mendekati nilai NOL gunakan tombol Fine,
sehingga nilai potensialnya berada pada posisi NOL.
• Setelah itu tekan tombol START selama beberapa detik kemudian
baca nilai potensial yang stabilnya lalu tekan HOLD, kemudian
baca nilai arusnya.
• Mencatat nilai potensial dan arus yang terukur.
• Melakukan langkah-langkah diatas berulang-ulang untuk setiap
jarak bentangan yang berbeda sesuai dengan konfigurasi
Wenner.

Singkapan bijih besi Di lintasan 1 Geolistrik Patok 15 – 16

5
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Konsep Pemodelan 2D dan Algoritmanya


Interpretasi kualitatif data geolistrik tahanan jenis 2D umumnya dilakukan
berdasarkan pola kontur tahanan jenis semu pada pseudosection. Namun informasi
yang diperoleh kurang optimal mengingat parameter tahanan jenis dan geometric
(terutama kedalaman) anomali bawah permukaan adalah besaran yang bersifat
relatif. Interpretasi menggunakan pemodelan inversi merupakan alternatif untuk
memperoleh informasi tahanan jensi bawah permukaan secara lebih kuantitatif.
Prinsip dasar metode inversi linier kuadrat terkecil adalah modifikasi model
awal secara iteratif hingga diperoleh model yang responsnya cocok dengan data
hasil pengamatan. Modifikasi model didasarkan pada informasi mengenai
sensitifitas parameter observasi (data) terhadap perubahan model. Faktor
sensitivitas tersebut terkandung dalam matriks jacobi yang elemen-elemnnya adalah
turunan parsial respons model terhadap parameter model. Untuk kasus geolistrik 2D
perhitungan matriks Jacobi dilakukan secara numerik menggunakan pendekatan
beda-hingga sehingga memerlukan perhitungan forward modelling dalam jumlah
yang cukup besar. Perhitungan respons model tahanan jenis 2D dilakukan melalui
penyelesaian persamaan diferensial yang cukup kompleks menggunakan metode
beda-hingga atau elemen- hingga. Oleh karena itu inversi linier kuadrat terkecil
untuk data geolistrik 2D membutuhkan sumber daya komputasi (waktu eksekusi dan
memori) yang relatif cukup besar.
Loke dan Barker (1995) mengemukakan suatu pendekatan inversi linier
kuadrat terkecil untuk data tahanan jenis 2D yang cukup efisien. Model awal adalah
medium homogen sehingga modifikasi model awal tersebut hanya memerlukan
matriks Jacobi untuk medium homogen pula. Matriks Jacobi untuk medium
homogen dengan konfigurasi elektroda Pole-Pole dapat dihitung secara analitik dan
dapat digunakan untuk menghitung matiriks Jacobi untuk konfigurasi elektroda
lainnya (Wenner / Dipole-Dipole). Hal ini mengingat adanya prinsip superposisi
potensial akibat sumber arus dan titik pengukuran potensial tambahan. Perumusan

6
turunan parsial data terhadap parameter model untuk menghitung matriks Jacobi
medium Homogen secara lengkap dibahas oleh Loke dan Barker (1995). Untuk
mempercepat proses perhitungan inversi maka elemen-elemen matriks Jacobi untuk
berbgai konfigurasi elektroda telah dihitung terlebih dahulu dan disimpan dalam
bentuk file.
Algoritma perhitungan model inversi adalah sebagai berikut :
1. Masukkan adalah vektor data tahanan jenis semu pada pseudosection dalam
(d). Model awal (Po) adalah medium homogen dengan tahanan jenis sama
dengan harga rata-rata data.
2. Hitung vektor respons model awal yo = f (Po) dan selisih antara data dan respons
model tersebut e = d – yo. f adalah fungsi pemodelan ke depan (forward
modelling 2D). Dalam hal ini yo = Po dan berharga konstan untuk semua elemen
vektor mengingat model awal adalah medium homogen.
3. Baca file matriks Jacobi J untuk konfigurasi elektroda yang sesuai.
4. Hitung vektor koreksi model menggunakan persamaan solusi inversi linier berikut
Δp = (JTJ + λ CTC)-1 JT e (3.1)
dimana faktor redaman  dan matriks C digunakan untuk memperoleh solusi
dengan variasi spasial minimum atau model yang smooth.
5. Hitung vektor model p1 = po + Δp sebagai solusi. perhitungan persamaan (3.1)
dapat diulangi dengan menggunakan λ yang berbeda – beda hingga diperoleh
solusi optimum yaitu model yang menghasilkan respons dengan misfit minimum
terhadap data pengamatan.

3.2 Pengolahan Data Lapangan


Data yang diperoleh dalam pengukuran geolistrik 2D selanjutnya diolah
dengan menggunakan software inversi Res2Dinv. Langkah-langkah pengolahan
data lateral mapping (2D) dapat di gambarkan sebagai berikut :

7
DATA LAPANGAN

*.txt DATA TOPOGRAFI

INVERSI RES2DINV

PRINT

ANALISA AWAL

RMS KECIL RMS BESAR

edit

HASIL

PRINT

INTERPRETASI

Gambar 3.1 Urutan langkah pengolahan data geolistrik

1. Data lapangan merupakan data mentah hasil pengukuran dari alat resistivity
meter.
2. Data lapangan tersebut kemudian di konversi ke dalam format data Res2Dinv
( *.txt) kemudian digabung dengan data topografi.
3. Setelah penggabungan data dengan data topografi, data diproses
menggunakan program Inverse Res2dinv, sehingga di dapatkan penampang
resistivitas dan kedalaman.
4. Pengeditan data secara berulang, untuk menghilangkan gangguan (noise)
yang ada, sampai menghasilkan data yang bagus.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran geolistrik secara lateral mapping (2D) telah dilakukan di daerah


Desa Bukit Harapan, Kec. Sojol, Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Panjang masing-masing lintasan 300m, dan total lintasan yang telah di ukur
sebanyak 3 lintasan (900m).
Tabel 4.1 Daftar lintasan survey mapping (2D)

Lokasi Tanggal Nama Lintasan

03-02-2011 L1
Desa Bukit Harapan Kec.
04-02-2011 L2
Sojol Kab.Donggala
05-02-2011 L3
SULTENG

Posisi masing-masing lintasan survey dapat dilihat pada peta lintasan yang
ditunjukkan pada gambar 4.1

4.1 Estimasi Nilai Resistivias Bijih Besi


Estimasi nilai resistivitas batuan dan bijih besi dalam penyelidikan ini
dilakukan berdasarkan hasil pengukuran pada singkapan bijih besi yang di
lewati lintasan.
Tabel 4.2 menampilkan estimasi nilai resistivitas untuk masing-masing
jenis batuan pada daerah survey yang digunakan sebagai pedoman untuk
tahap interpretasi.

Tabel 4.2 Estimasi nilai resistivitas batuan

No Jenis Batuan Nilai Resistivitas (Ohm.m)

1 Bijih Besi < 10


2 Pasir (akuifer) 11 - 26
3 Pasir Halus 27 - 100
4 Pasir Kasar 101 - 250

9
Interval Kontur 5 meter

Gambar 4.1 Peta lokasi survey penyelidikan bijih besi di area IUP PT.AAL Rizki Tadang Palie 11
4.2 Interpretasi

4.2.1 Interpretasi Penampang Resistivitas Lintasan 1


Tabel 4.3 Posisi Lintasan 1 dan Keterangan Elektroda

Lintasan/ Jarak Pada Penampang Koordinat Spasi Panjang


Elektroda (meter) Lintang Selatan Bujur Timur Elektrode Lintasan
L1/E1 0 0.422833 119.9335
10 m 300 m
L1/E31 300 0.420472 119.9343

Bijih Besi
Bijih Besi
Singkapan
Bijih Besi

Bijih Besi

Pasir Kasar
Pasir
(Akuifer) Pasir Halus Pasir (Akuifer)

Gambar 4.2 Penampang Resistivitas Lintasan 1

Pada penampang lintasan 1 diperoleh indikasi bijih besi sebanyak 5 body (warna biru) dengan nilai resistivitas <10 Ohm.m.
Pada penampang lintasan 1 ini didominasi oleh lapisan pasir kasar, halus dan lapisan akuifer.

12
4.2.2 Interpretasi Penampang Geolistrik Resistivitas Lintasan 2

Tabel 4.4 Posisi Lintasan 2 dan Keterangan Elektroda

Lintasan/ Jarak Pada Penampang Koordinat Spasi Panjang


Elektroda (meter) Lintang Selatan Bujur Timur Elektrode Lintasan
L2/E1 0 0.423389 119.9345
10 m 300 m
L2/E31 300 0.420722 119.9345

Pasir Kasar
Pasir Halus
Bijih Besi
Pasir Halus

Pasir Kasar Pasir Kasar

Pada lintasan 2 di dominasi oleh pasir mulai dari permukaan sampai dengan kedalaman 115m, sedangkan indikasi akuifer
Gambar 4.3 Penampang Resistivitas Lintasan 2

Indikasi bijih besi terdapat pada bagian tengah penampang (warna biru) dengan nilai resistivitas 3 – 9 Ohm.m. Sedangkan
lapisan yang lain masih didominasi oleh lapisan pasir kasar dan pasir halus.

13
4.2.3 Interpretasi Penampang Geolistrik Resistivitas Lintasan 3

Tabel 4.5 Posisi Lintasan 3 dan Keterangan Elektroda

Lintasan/ Jarak Pada Penampang Koordinat Spasi Panjang


Elektroda (meter) Lintang Selatan Bujur Timur Elektrode Lintasan
L3/E1 0 0.423194 119.9331
10 m 300 m
L3/E31 300 0.420611 119.9331

Bijih Besi

Bijih Besi
Bijih Besi Pasir Halus
Pasir Halus

Pasir Kasar

Gambar 4.4 Penampang Resistivitas Lintasan 1

Pada penampang lintasan 3 ditemukan 3 buah indikasi bijih besi (warna biru) dengan nilai resistivitas <10 Ohm.m. Sedangkan
pada bagian bawah terdapat lapisan kasar yang memanjang dari sebelah kiri sampai dengan kanan penampang.

14
4.3 Perhitungan Sumberdaya Terkira
Sumberdaya terkira bijihbesi dihitung berdasarkan penampang
resistivitas 2D. Secara rinci, tahapan perhitungan tersebut dapat uraikan
sebagai berikut :
1. Mengukur luas indikasi bijih besi pada penampang dengan menggunakan
program map info
2. Lebar pengaruh lintasan geolistrik
Lebar pengaruh lintasan geolistrik sebesar 10m
3. Menghitung volume.
Volume didapatkan dengan cara mengalikan ketebalan setiap lapisan
dengan luas daerah pengaruhnya masing-masing. Secara matematis,
dapat ditulis sebagai berikut :

V1 = T1 x L1

dengan V1 : volume terkira untuk daerah 1 (m3)


T1 : lebar pengaruh lintasan geolistrik 1 (m)
L1 : luas indikasi bijih besi pada penampang (m2)
5. Menghitung tonase sumberdaya.
Tonase terkira sumberdaya didapatkan dengan cara mengalikan volume
terkira dengan berat jenisnya. Secara matematis, dapat ditulis :

Q = V x BJ
dengan Q :
tonase sumberdaya (ton)
V : volume (m3)
BJ : berat jenis (ton/m3)
Hasil perhitungan volume terkira dan sumberdaya terkira bijih besi
untuk ke-3 buah penampang resistivitas ditunjukkan pada tabel 4.6, 4.7 dan
4.8.

15
Tabel 4.6 Sumberdaya bijih besi penampang resistivitas lintasan 1

Body Luas (m2) Lebar pengaruh lintasan (m) Volume (m3) Berat Jenis (ton /m3) Sumberdaya (Ton)
I 117.00 20 2,340 5 11,700.00
II 280.00 25 5,600 5 35,000.00
III 25.00 15 375 5 1,875.00
IV 120.00 20 2,400 5 12,000.00
V 24.00 15 360 5 1,800.00
Jumlah 62,375.00

Bijih Besi
Bijih Besi
Singkapan
I Bijih Besi
II
III Bijih Besi
IV

Pasir Kasar
V

Gambar 4.5 Penampang Resistivitas dan sebaran indikasi bijih besi Lintasan 1

16
Tabel 4.7 Sumberdaya terkira bijih besi penampang resistivitas lintasan 2

Body Luas (m2) Lebar pengaruh lintasan (m) Volume (m3) Berat Jenis (ton /m3) Sumberdaya (Ton)
I 558 25 11.160 5 69.750.00
Jumlah 69,750.00

Pasir Kasar
Pasir Halus
I. Bijih
Pasir Halus
Besi

Pasir Kasar Pasir Kasar

Pada lintasan 2 di dominasi oleh pasir mulai dari permukaan sampai dengan kedalaman 115m, sedangkan indikasi akuifer

Tabel 4.7 Sumberdaya


Gambar terkira
4.6 Penampang bijih besi
Resistivitas penampang
dan sebaran indikasiresistivitas lintasan
bijih besi Lintasan 1 3

17
Tabel 4.8 Sumberdaya terkira bijih besi penampang resistivitas lintasan 3

Body Luas (m2) Lebar pengaruh lintasan (m) Volume (m3) Berat Jenis (ton /m3) Sumberdaya (Ton)
I 59.7 20 1,194.00 5 5,970.00
II 572.00 25 11,440.00 5 71,500.00
III 196.03 20 3,920.60 5 19,600.00
Jumlah 97,070.00

Bijih Besi Bijih Besi

Bijih Besi
I
III
II Pasir Halus
Pasir Halus

Pasir Kasar

Gambar 4.7 Penampang Resistivitas dan sebaran indikasi bijih besi Lintasan 1

18
I.

Bijih Besi
Bijih Besi
Singkapan
I Bijih Besi
II
III Bijih Besi
IV
Pasir Kasar
V

Bijih Bijih
Bijih Besi Besi
I
Besi III
Pasir II Pasir
Halus Halus
Pasir

19
Singkapan 3

Singkapan 1 Singkapan 2

Gambar Penampang batu besi berdasarkan geo listrik dan anomaly magnetic serta
titik singkapan.

20
Perhitungan Sumber daya batu besi dengan menggabungkan data Geo
Magnetic dan data Lintasan geo listrik :

Tabel 4.6 Perkiraan Sumberdaya bijih besi penampang resistivitas lintasan 1

Berat Jenis (ton Sumberdaya


Body Luas (m2) Lebar (m) Volume (m3) /m3) (Ton)
I 117.00 40 4,680 5 23,400.00
II 280.00 20 5,600 5 35,000.00
III 25.00 20 375 5 1,875.00
IV 120.00 10 1,200 5 12,000.00
V 224.00 15 3,360 5 16,800.00-
Jumlah 89,075.00

Tabel 4.7 Perkiraan Sumberdaya terkira bijih besi penampang resistivitas lintasan 2

Luas Berat Jenis (ton Sumberdaya


Body (m2) Lebar (m) Volume (m3) /m3) (Ton)
I 588 50 29.400 5 147,000.00
Jumlah 147,000.00

Tabel 4.8 Perkiraan Sumberdaya terkira bijih besi penampang resistivitas lintasan 3

Luas Berat Jenis (ton Sumberdaya


Body (m2) Lebar (m) Volume (m3) /m3) (Ton)
I 59.7 15 1,194.00 5 5,970.00
II 572.00 50 28,600.00 5 143,000.00
III 196.03 15 9,800.00 5 49,000.00
Jumlah 197,970.00

Tabel 4.9 Rekapitulasi perkiraan sumberdaya bijih besi

Lintasan Sumberdaya terkira (ton)


1 89,075.00
2 147,000.00
3 197,970.00
Total 434,045.00

21
22
C

B
A

D
E

Gambar Peyebaran Biji besi dari hasil Geo Magnetic

23
Estimasi sumberdaya bijih besi berdasarkan data magnetic

Perhitungan sumberdaya/cadangan menggunakan Rumus Kerucut Terpancung :


V = L / 3(S1 + S 2 + S1 + S 2
Dengan V = Volume, S1 = luas penampang atas, S2 = luas penampang bawah, L =
Jarak S1 dan S2.
Perhitungan Sumberdaya dengan Densitas 5 gr/cm3 menurut Blok Prospek sebagai
Berikut

Tabel A Perhitungan Sumberdaya Bijih Besi hasil Pemodelan Geomagnetik

Bodi Volume (m3) Densitas (gr/cm3) Sumberdaya (ton)


A 89,500.00 5. 447.500.00

Tabel B Perhitungan Sumberdaya Bijih Besi berdasarkan penyebaran anomali


magnetik

Bodi Volume (m3) Densitas (gr/cm3) Sumberdaya (ton)


B 41,600.00 5. 208.000.00

Tabel C Perhitungan Sumberdaya Bijih Besi berdasarkan penyebaran anomali


magnetik

Densitas
Bodi Volume (m3) Sumberdaya (ton)
(gr/cm3)
C 5,875.00 5 29,375.00

Tabel 6.1 D Perhitungan Sumberdaya Bijih Besi hasil Pemodelan Geomagnetik

Volume
Bodi Densitas (gr/cm3) Sumberdaya (ton)
(m3)
D 15,600.00 5 78,000.00

Tabel E Perhitungan Sumberdaya Bijih Besi hasil Pemodelan Geomagnetik

Volume
Bodi Densitas (gr/cm3) Sumberdaya (ton)
(m3)
E 2,940.00 5 14,700.00

24
Tabel Perhitungan Sumberdaya Bijih Besin(berdasarkan penyebaran anomali
magnetik.

Volume Densitas
Bodi Sumberdaya (ton)
(m3) (gr/cm3)
A 89,500.00 5. 447.500.00
B 41,600.00 5. 118.800.00
C 13,200.00 5 66,000.00
D 15,600 5 78,000.00
E 2,186.00 5 14,700.00
TOTAL 725,000.00

25
Interval Kontur 5 meter
Rencana Pelabuhan

Hauling Eks kayu


7,8 KM
Prospek 2

Prospek 6 dan 7
Prospek 5

Prospek 3 dan 4
BAB V
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik 3 lintasan dan data geo
magnetic, maka diperoleh sumberdaya terkira bijih besi sebagai berikut

Lintasan Sumberdaya terkira (ton)


1 89,075.00

2 147,000.00

3 197,970.00

Total 434,045.00

Sumberdaya tersebut dihitung dengan asumsi berat jenis bijih besi : 5


ton / m3.

2. Estimasi harga resistivitas batuan di daerah IUP berdasarkan hasil


pengukuran geolistrik 2D yang melewati singkapan bijih besi
menunjukkan bahwa nilai < 10 ohm.m berasosiasi dengan batuan yang
mengandung bijih besi, (11 – 26) ohm.m merupakan pasir (akuifer),
(27 – 100) ohm.m adalah pasir halus, (101 – 250) merupakan pasir
kasar.
3 Estimasi Sumberdaya Biji Besi berdasarkan data geo magnetic,
diperoleh perkiraan sumberdaya sebagai berikut,

Bodi Volume (m3) Densitas (gr/cm3) Sumberdaya (ton)

A 89,500.00 5. 447.500.00

B 41,600.00 5. 118.800.00

C 13,200.00 5 66,000.00

D 15,600 5 78,000.00

E 2,186.00 5 14,700.00

TOTAL 725,000.00

26
DAFTAR PUSTAKA

Reynolds, J.M., 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.


John Wiley and Sons, England.

Telford, W.M. , Geldart, L.P., and Sheriff, R.E., 1990. Applied Geophysics 2nd
Edition. Cambridge University Press, USA.

26
Singkapan bijih besi Di lintasan 1 Geolistrik Patok 15 – 16

Singkapan bijih besi Di lintasan 1 Geolistrik Patok 15 – 16


Pengukuran Geomagnet di Base Station

Pengukuran Geomagnet di Singkapan bijih besi


Pengukuran Geolistrik

Pengukuran Geolistrik
Morfologi Daerah Penyelidikan

Morfologi Daerah Penyelidikan

Anda mungkin juga menyukai