Anda di halaman 1dari 12

METODE MIKROTREMOR

7.1. Tujuan : Mengidentifikasi lapisan lapuk

7.2. Dasar Teori


7.2.1. Gelombang Mikrotremor
Gelombang mikrotremor merupakan gelombang seismik yang amplitudo gerakan partikelnya
sangat kecil, yaitu kurang dari 10-3 cm. Gelombang ini dapat ditimbulkan oleh gerakan tanah, gerakan
angin, gelombang laut, atau getaran dari kendaraan (Nakamura, 2008).

7.2.2. HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio)


Metode HVSR merupakan salah satu metode analisis gelombang seismik yang prinsipnya adalah
membandingkan komponen spektrum horizontal dan vertikal. Metode HVSR biasanya digunakan pada
seismik pasif tiga komponen. Terdapat dua parameter penting yang didapatkan dari hasil pengolahan
metode HVSR ini, yaitu frekuensi natural (f) dan amplifikasi (Ag). Parameter tersebut berkaitan dengan
karakter atau parameter fisik objek pengukuran (Herak, 2009).
Langkah dari pengolahan data mikrotremor metode HVSR (Nakamura, 2008) adalah sebagai
berikut :
1. Getaran terekam oleh sensor mikrotremor.
2. Data terekam sebagai time series dari tiap komponen (N-S, E-W, dan vertikal).
3. Dilakukan pemilahan sinyal ambient untuk kemudian diolah pada langkah berikutnya.
4. Dilakukan transformasi fourier pada tiap komponen untuk mendapatkan spektrum fourier.
5. Rata-rata dari 2 spektrum horizontal dihitung kemudian hasilnya dibagi dengan spektrum vertikal
sehingga didapatkan nilai HVSR

√𝐴𝐴−𝐴 (𝐴)2 + 𝐴𝐴−𝐴 (𝐴)2 (7.1)


𝐴(𝐴) =
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 (𝐴)

6. Nilai faktor amplifikasi dapat diketahui dari tinggi puncak frekuensi dominan spektrum kurva HVSR.

7.2.3. Frekuensi Dominan


Nilai frekuensi dominan dari pengolahan HVSR menyatakan frekuensi alami yang terdapat di
daerah tersebut. Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi gempa bumi atau gangguan berupa getaran
yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi natural, maka akan terjadi resonansi yang
mengakibatkan amplifikasi gelombang di area tersebut.
Batasan pengamatan frekuensi untuk mikrotremor secara umum antara 0.5 – 20 Hz dan untuk
mikrotremor frekuensi kecil bisa mencapai 0.2 Hz.
Nilai frekuensi natural suatu daerah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan lapuk dan kecepatan rata-
rata lapisan bawah permukaan.
𝐴𝐴
𝐴= (7.2)
4𝐴

dimana 𝐴 adalah frekuensi natural (Hz), 𝐴𝐴 adalah kecepatan gelombang S di lapisan permukaan (m/s),
dan 𝐴 adalah ketebalan lapisan (m) (Lachet dan Brad, 1994).

Gambar 7.1. Ilustrasi tegangan geser pada deformasi lapisan permukaan tanah

7.2.4. Amplifikasi
Amplifikasi merupakan penguatan gelombang akibat adanya perbedaan yang signifikan antar
medium. Nilai faktor amplifikasi tanah berkaitan dengan perbandingan kontras impedansi lapisan
permukaan dengan lapisan di bawahnya. Bila perbandingan kontras impedansi kedua lapisan tersebut
tinggi, maka nilai faktor amplifikasi nya juga tinggi
Ada dua penyebab terjadinya amplifikasi gelombang gempa. Pertama, adanya gelombang yang
terjebak di lapisan lunak, sehingga terjadi superposisi antar gelombang. Jika gelombang tersebut memiliki
frekuensi yang relatif sama, maka terjadi proses resonansi gelombang gempa, yang membuat gelombang
tersebut saling menguatkan. Kedua, adanya kesamaan frekuensi natural gempa dengan frekuensi natural
geologi setempat (Nakamura, 2000).
Amplifikasi berbanding lurus dengan nilai HVSR. Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan telah
mengalami deformasi (pelapukan, pelipatan, atau pesesaran) yang mengubah sifat fisik batuan. Pada
batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi sesuai dengan tingkat deformasi dan pelapukan pada
tubuh batuan tersebut (Marjiyono, 2010).
Faktor amplifikasi dapat dituliskan sebagai persamaan berikut

𝐴𝐴
𝐴𝐴 = (7.3)
𝐴𝐴

dengan 𝐴𝐴 adalah kecepatan gelombang S di lapisan basement (m/s). Apabila persamaan 7.3.
disubstitusi dengan persamaan 7.2., maka didapatkan persamaan frekuensi dominan

𝐴𝐴 (7.4)
𝐴=
4𝐴. 𝐴𝐴

7.3. Akuisisi
7.3.1. Alat

Gambar 7.2. Perangkat alat mikrotremor M. A. E.

Alat Pendukung Jumlah


GPS 1 buah
Kompas 1 buah
Banner 1 buah
Pelindung alat (payung/jas 1 buah
hujan ponco)
Lembar catatan 7 lembar
Alat tulis 1 set

7.3.2. Spesifikasi Alat


a. Vibralog
(a) (b)
Gambar 7.3. Vibralog M. A. E. (a) tampak atas; (b) tampak samping

- Dimensi : 24,5 x 14 x 6,5 cm

- Berat : 1,4 kg
- Power supply : 12 V

- Kapasitas baterai : 2,9 Ah

- Absorbsi arus : 170 mA


- Perekaman data : Memori SD (256 MB, 512 MB, 1 GB, atau 2 GB), tipe FAT 16

- Format pembacaan data : SEG-2 (standar), BIN (dalam perekaman mode Continuous)

- Resolusi grafik monitor : Mono chromatic LCD 320 x 240 pixel.

- Lama akuisisi : 512 sampai 21504 sampel (215 sec setiap 100 c/s atau 10,7 s setiap
2000 c/s atau tergantung kapasitas memori SD yang
digunakan)

- Amplifikasi : 1, 6, 12, 18, 24, 30, 36 dB (konfigurasi untuk setiap channel atau
komponen)

- Resolusi konverter : 24 bit (sigma – delta technology)

- Sinyal trigger : Complex dengan pre-trigger 1% - 49%


- Regulasi trigger : 10 treshold’s level untuk tiap channel

b. Seismometer

(a) (b)
Gambar 7.4. Seismometer tipe S3S (a) tampak samping; (b) tampak atas

Alat seismometer tipe S3S adalah seismometer 3 komponen.


- Dimensi : 150 x 150 x 150 mm

- Frekuensi natural : 4,5 Hz ± 0,75 Hz


- Sensor geophone : 4,5 Hz

- Bahan : Alumunium

- Resistensi coil : 25oC ± 5% ; 380 ohm


- Sensitivitas tegangan : 380 ohm 10 %; 0,81 V/in/sec (o,32 V/cm/s)
- Kelengkapan pendukung : Kabel sensor (fiber optic, waterpass, 3 kaki pengatur level
ketinggian, handle, dan penunjuk arah utara (N)

7.3.3. Prosedur Kerja


1. Carilah lokasi titik pengukuran sesuai degan titik yang telah ditentukan pada desain akuisisi.
Perhatikan hal-hal berikut :
- Usahakan lokasi titik pengukuran berada pada kondisi stabil (tanah tidak lunak, tidak basah).
- Sebisa mungkin hindari pengukuran di struktur yang besar, misalnya gedung dan pohon.
Pergerakan struktur tersebut akibat angin akan menimbulkan low frequency noise. Tidak ada
jarak minimal yang disarankan karena hal tersebut dipengaruhi banyak faktor seperti
kecepatan angin, tipe tanah, dll.
- Tidak disarankan melakukan pengukuran saat cuaca berangin
- Hindari pengukuran saat hujan deras. Saat hujan ringan masih bisa dilakukan tetapi
diperhatikan peralatan yang tidak tahan air harus dilindungi.
- Noise : gangguan lokal seperti langkah kaki, kendaraan lewat, derau mesin, dsb. Gangguan
lokal dapat dihindari dengan melakukan windowing. Namun sangat dianjurkan menghindari
hal tersebut dengan menentukan titik ukur di tempat yang bebas noise.
2. Buka kunci pada kotak pengaman (hard case) dengan kunci.
3. Pasang handle pada seismometer untuk memindahkan ke posisi pengukuran yang telah
ditentukan.
4. Angkat perlahan seismometer dari kotak penyimpanan dengan menggunakan satu tangan,
sedangkan tangan lainnya menopang bawahnya; tidak boleh digoyang atau digoncang.
5. Pastikan seismometer berpijak pada landasan yang tidak basah, keras dan stabil agar posisi tidak
berubah. Apabila landasan kondisi tidak stabil atau basah, maka gunakan alat bantu bantalan
(paving, beton, batu, dll.); galilah lubang, lalu tempatkan bantalan tersebut di lubang, kemudian
tempatkan seismometer di atas bantalan.
6. Sejajarkan arah utara pada alat dengan arah utara bumi menggunakan bantuan kompas atau
GPS.
7. Atur ketinggian alat hingga gelembung pada waterpass tepat ditengah dengan memutar sekrup
pada kaki-kaki seismometer.
8. Pasang kabel pada seismometer dan pada vibralog dengan port masing-masing.

(a) (b)
Gambar 7.5. (a) Port kabel penghubung (fiber optic) (b) Port pada seismometer dan vibralog
Pasangkan kabel pada seismometer dan vibralog dengan mencocokkan port kabel (lingkaran kuning)
dengan port pada alat (seismometer dan vibralog). Apabila telah cocok, kemudian putar dan
sedikit tekan searah jarum jam.
9. Apabila seluruh kabel telah terhubung dengan baik, nyalakan panel power pada vibralog
sehingga dalam posisi ON. Akan muncul menu utama.

Gambar 7.6. Tampilan menu awal

10. Pilih menu DIAGNOSTIC untuk mengidentifikasi kesiapan alat. Menu ini menampilkan informasi
sisa tegangan baterai, koneksi memori, dan waktu. Kesiapan alat diindikasikan dengan tulisan
STATUS : READY .

Gambar 7.7. Tampilan menu DIAGNOSTIC

11. Pilih menu CONFIGURATION pada menu awal untuk pengaturan pengambilan data sesuai
ketentuan user.

Gambar 7.8. Tampilan menu CONFIGURATION

12. Selanjutnya kembali ke menu utama untuk melakukan pengaturan AMPLIFICATION. Pilih menu
AMPLIFICATIONS untuk mengatur nilai gain factor sesuai dengan referensi tabel 7.1.
Gambar 7.9. Tampilan menu AMPLIFICATION

Tabel 7.1. Referensi Gain Factor


LEVEL
V
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 dB 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000
AMPLIFI
C 6 dB 0,250 0,500 0,750 1,000 1,250 1,500 1,750 2,000 2,250 2,500
A
T 12 dB 0,125 0,250 0,375 0,500 0,625 0,750 0,875 1,000 1,125 1,250
I
O18 dB 0,063 0,125 0,188 0,250 0,313 0,375 0,438 0,500 0,563 0,625
N
24 dB 0,031 0,062 0,094 0,125 0,156 0,187 0,218 0,250 0,281 0,312

30 dB 0,016 0,013 0,020 0,027 0,034 0,040 0,047 0,054 0,060 0,067

36 dB 0,008 0,016 0,023 0,031 0,039 0,047 0,055 0,062 0,070 0,078

13. Pilih menu CONTINUOUS RECORDING pada menu utama untuk memulai pengukuran.
14. Atur waktu lama perekaman yang diinginkan. Penambahan atau pengurangan durasi pengukuran
menggunakan tombol atas untuk menambah atau tombol bawah untuk mengurangi waktu
perekaman.

Gambar 7.10. Pengaturan durasi perekaman

15. Selanjutnya atur jeda waktu sebelum perekaman


Gambar 7.11. Pengaturan delay time

16. Tekan ENTER untuk langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah penamaan data
pengukuran. Penamaan atau pemilihan huruf digunakan tombol menu.

Gambar 7.12. Penamaan file perekaman

Penamaan file default :


ddhhmmss.BIN
dd = tanggal akuisisi mm = menit
hh = jam ss = detik

Catat nama file beserta jam mulai pengukuran.


17. Setelah nama file yang akan dilakukan perekaman selesai diatur, selanjutnya tekan ENTER untuk
memulai perekaman data.

Gambar 7.13. Perekaman data mulai


18. Untuk mengehemat baterai, layar alat vibralog dapat dinon-aktifkan dengan menggeser kursor
ke menu display kemudian tekan ENTER. Maka layar vibralog akan mati dan akan nyala kembali
setelah perekaman selesai.
19. Catat apabila terdapat gangguan dengan disertai keterangan waktu.
20. Setelah perekaman data selesai akan muncul tampilan seperti berikut
21.

Gambar 7.14. Perekaman data selesai


22. Pilih menu untuk kembali ke menu utama atau melakukan pengukuran kembali dengan prosedur
yang sama seperti sebelumnya.
23. Setelah selesai dilakukan pengukuran, matikan display controler box.
24. Lepas kabel dengan memutar port berlawanan arah jarum jam dan sedikit tarikan.
25. Letakkan kembali seluruh alat pada kotak alat sesuai dengan gambar 7.2.
26. Tutup kembali kotak alat dan pastikan kotak telah tertutup rapat dan terkunci dengan baik.

7.4. Daftar Pustaka


Herak, M., Allegretti, I., Herak, D., Kuk, K., Kuk., V., Mari´c, K., Markuši´c, S., Stipˇcevi´c, J. (2009), HVSR of
Ambient noise Ston Croatia):Comparison with theorical Spectra and with damage distribution
after the 1996 StonSlano earthquake. Bull Earthquake Eng. DOI 10.1007/s10518-009-9121-x
Lachet, C., dan Brad, P.,Y., 1994, Numerical and Theoretical Investigations on The Possibilities and
Limitations of Nakamura’s Technique, J, Phys, Earth, 42, 377-397
Marjiyono. 2010. Estimasi karakteristik dinamika tanah dari data mikrotremor wilayah Bandung. Thesis
ITB. Bandung.
Nakamura, Y., 2000, Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura’s Technique and Its
Application, Tokyo University, Japan
Nakamura, Y., 2008, On the H/V Spectrum, The 14th World Conference on Earthquake Engineering,
Beijing.
Teknik Geofisika ITS. 2014. Modul Penggunaan Mikrotremor M. A. E. Vibralog. Surabaya. Program Studi
Teknik Geofisika – FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember
7.5. Datasheet
PENGUKURAN METODE MIKROTREMOR
KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2018
DESA LOMBANG SUMENEP MADURA, 27 AGUSTUS - 3 SEPTEMBER 2018
Hari / Tanggal : Operator :
Kelompok : Cuaca :
No. Nama File Kode Koordinat Waktu Keterangan

PENGUKURAN METODE MIKROTREMOR


KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2018
DESA LOMBANG SUMENEP MADURA, 27 AGUSTUS - 3 SEPTEMBER 2018
Hari / Tanggal : Operator :
Kelompok : Cuaca :
No. Nama File Kode Koordinat Waktu Keterangan

PENGUKURAN METODE MIKROTREMOR


KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2018
DESA LOMBANG SUMENEP MADURA, 27 AGUSTUS - 3 SEPTEMBER 2018
Hari / Tanggal : Operator :
Kelompok : Cuaca :
No. Nama File Kode Koordinat Waktu Keterangan

PENGUKURAN METODE MIKROTREMOR


KULIAH LAPANGAN GEOTERPADU 2018
DESA LOMBANG SUMENEP MADURA, 27 AGUSTUS - 3 SEPTEMBER 2018
Hari / Tanggal : Operator :
Kelompok : Cuaca :
No. Nama File Kode Koordinat Waktu Keterangan

Anda mungkin juga menyukai