Anda di halaman 1dari 8

63

NATURAL B, Vol. 5, No. 2, Oktober 2019

Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response


and the Depth of Weathering Rock at Institut Teknologi Sumatera
Campus Area
Maria R.P. Sudibyo1)*, Erlangga I. Fattah1), Cahli Suhendi1), Reza Rizki1)

1 Program Studi Teknik Geofisika, Jurusan Teknologi Produksi, Industri, dan Informasi,
Institut Teknologi Sumatera

Diterima 31 Oktober 2019, direvisi 01 Oktober 2019

ABSTRAK

Telah dilakukan pengukuran mikrotremor untuk mendapatkan karakter sedimen lokal (site effect)
dalam merespon getaran gempa, menghitung kedalaman dari lapisan sedimen lapuk, dan mengestimasi
kerentanan seismik di lingkungan Institut Teknologi Sumatera. Area pengukuran seluas 1,5 x 1,5 km2 dibagi
menjadi 11 titik pengukuran dengan durasi antara 45 hingga 45 menit, cukup panjang untuk mengakomodasi
frekuensi natural terendah yang sudah diperkirakan sebelumnya. Untuk mendapatkan parameter site effect
berupa frekuensi natural (f0) dan faktor amplifikasi, data mikrotremor terukur diolah dengan menggunakan
metode Horizontal to Spectral Ratio (HVSR). Hasil pengolahan HVSR menunjukkan adanya dua frekuensi
dominan, f0 yang berkisar pada frekuensi 0,7 hingga 1,31 Hz, dan f1 yang berkisar pada frekuensi 3,88 hingga
8,71 Hz. Dua frekuensi dominan ini dapat diasosiasikan dengan dua lapisan tuff, dimana lapisan yang lebih
dangkal memiliki karakter lunak dan terlapukkan, dengan lapisan tuff padat di bawahnya. Faktor
amplifikasi A0 bervariasi dari 2,5 hingga 9, merupakan batas bawah dari amplifikasi sebenarnya. Kedalaman
dari lapisan tuff lunak diestimasi sedalam 8 hingga 18 m. Sedangkan level kerentanan seismik pada wilayah
kampus Institut Teknologi berkisar antara 7 hingga 65, menunjukkan level kerentanan seismik sedang.
Seluruh parameter site effect yang diperoleh menunjukkan bahwa karakter sedimen lokal di lingkungan
Institut Teknologi Sumatera termasuk rentan terhadap ancaman gempa, dan pembangunan yang sedang
berlangsung diharapkan mempertimbangkan desain mitigasi yang tepat.

Kata kunci: site effect; mikrotremor; HVSR; guncangan tanah

ABSTRACT

A microtremor survey has been done at Institut Teknologi Sumatera to obtain its local site effect, to
calculate the depth of the sedimentary layer, and to estimate its seismic vulnerability. The measurement
was done at 1.5 x 1.5 km2 campus area, deploying 11 points of measurement. The recording of 45 to 60
minutes long for each point has been done to accommodate the lowest possible natural frequency we may
obtain. To characterize the site effects in a local area, the natural frequency and the amplification factors
has been estimated by performing Horizontal-to-Spectral Ratio on the recorded microtremor data. The
HVSR estimation shows that there are two predominant frequency, F0 and F1, ranging from 0.7 to 1.31 Hz
and 3.88 to 8.71 Hz. These two dominant frequencies are associated with two layers of tuff, a soft weathered
laying on a thicker and stiffer tuff rock layer. The amplification factors Ao are varied from 2.5 to 9 and is
considered as the low bound of the real amplification factor. The depth of the soft weathered tuff is estimated
ranging from 8 to 18 m. The seismic vulnerability estimated from this research is ranged from 7 to 65,
implying that the area has mid-level of vulnerability. From all site effect parameters obtained imply that
the area of Institut Teknologi Sumatera is vulnerable towards earthquake hazard. Therefore, the
development of this campus is suggested to thoroughly consider the earthquake mitigation design.

Keywords: site effect; microtremor; HVSR; ground motion

---------------------
*Corresponding author:
E-mail: maria.sudibyo@tg.itera.ac.id
64 Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

HVSR ini adalah pengukuran dapat dilakukan


PENDAHULUAN tanpa harus menunggu kejadian gempa untuk
mendapatkan data. Konsep dari metode ini
Dalam upaya mitigasi bencana geologi, mudah dilakukan dengan hasil yang cukup
khususnya di daerah tektonik aktif, penting untuk akurat.
memperhitungkan tingkat kerentanan seismik Institut Teknologi Sumatera adalah
suatu daerah yang rawan bencana gempa. Studi universitas baru yang berlokasi di Kabupaten
tentang kerentanan seismik diperlukan untuk Lampung Selatan. Universitas ini masih
memetakan daerah-daerah mana saja yang lebih mengembangkan infrastrukturnya dengan
rentan terhadap bencana gempa bumi, sehingga membangun laboratorium dan gedung kelas
dapat diambil kebijakan lebih lanjut terkait untuk mendukung kegiatan pendidikan dan
desain bangunan dan tata kota untuk membangun penelitian. Secara geologi, Institut Teknologi
wilayah tahan gempa. Sumatera terletak pada Formasi Lampung yang
Kerusakan infrastruktur yang disebabkan didominasi oleh endapan tuff dari aktivitas
oleh gempa bumi adalah hasil dari amplifikasi vulkanik pada periode Holosen. Berdasarkan
gerakan tanah dan kesalahan dalam desain dan pemetaan geologi wilayah Tanjung Karang oleh
pembangunan gedung. Endapan sedimen lokal Mangga et al.[5], material piroklastik tuff
yang memperkuat gerakan horizontal tanah tersebut membentuk lapisan sedimen pada
berpotensi merusak bangunan di atasnya. periode Neogen. Wilayah ini juga terletak pada
Pengaruh geologi lokal ini dikenal sebagai efek zona penunjaman lempeng Indo-Austalia dan
site [1]. sesar aktif Sumatra, sehingga rawan terhadap
Ada beberapa cara untuk mengestimasi bahaya gempa. Desain bangunan yang tepat
karakter efek site, seperti menganalisis sinyal sangat mutlak diperlukan untuk menimalkan
gempa yang direkam di daerah tersebut dan terjadinya resonansi getaran gedung akibat
melakukan simulasi numerik. Namun, metode frekuensi yang sama dengan frekuensi lapisan
tersebut mahal dan tidak mudah diterapkan tanah di bawahnya.
terutama di daerah dengan tingkat kegempaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
rendah [2]. Cara alternatif yang lebih mudah dan karakteristik efek site sedimen tuff yang berada
lebih murah adalah dengan menganalisis sinyal di sekitar area kampus Institut Teknologi
mikrotremor untuk memperkirakan frekuensi Sumatera. Hasil penelitian berupa estimasi nilai
alami dan faktor amplifikasi dari lapisan sedimen frekuensi natural, faktor amplifikasi, dan
dengan metode Horizontal to Vertical Spectral ketebalan sedimen dapat dijadikan masukan
Ratio (HVSR) [3,4]. Kelebihan dari metode dalam merancang bangunan tahan gempa.

Gambar 1. Struktur geologi sebuah basin sedimen. Pergerakan tanah secara horizontal pada lapisan sedimen memiliki
simpangan lebih besar dibandingkan pergerakan vertikal. Pada lapisan batuan dasar (basement ground)
simpangan gerakan horizontal sama dengan vertikal (modifikasi dari Nakamura, 1989, 2000)
Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at 65
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

Gambar 2. Lokasi titik pengukuran mikrotremor (ditandai dengan titik merah) di Institut Teknologi Sumatera

permukaan dengan batuan dasar (lihat persamaan


METODE PENELITIAN 3 dan 4). Pada lapisan sedimen permukaan yang
lunak, pergerakan tanah secara horizontal pada
Nakamura [4] mendefinisikan bahwa rentang frekuensi tertentu akan teramplifikasi,
gelombang mikrotremor terdiri dari gelombang sedangkan pergerakan vertikalnya tetap. Jika
badan dan gelombang Rayleigh. Jika dimodelkan pergerakan tanah dipengaruhi oleh gelombang
perlapisan litologi batuan seperti pada Gambar 1, Rayleigh, maka amplifikas pada permukaan ( 𝑇ℎ∗ )
maka nilai spectra frekuensi horizontal (𝐻𝑓 ) dan dapat dituliskan sebagai persamaan 5 [4].
vertikal (𝑉𝑓 ) dapat dituliskan pada persamaan 1 𝐻𝑓
dan 2, 𝑇ℎ = (3)
𝐻𝑏
𝐻𝑓 = 𝐴ℎ ∗ 𝐻𝑏 + 𝐻𝑠 (1)
𝑉𝑓
𝑇𝑣 = (4)
𝑉𝑓 = 𝐴𝑣 ∗ 𝑉𝑏 + 𝑉𝑠 (2) 𝑉𝑏

dimana 𝐴ℎ dan 𝐴𝑣 adalah faktor amplifikasi 𝐻𝑓 𝐻𝑠


𝑇ℎ 𝑉𝑓 𝑄𝑇𝑆 [𝐴ℎ + ]
horizontal dan vertikal dari gelombang badan. 𝑇ℎ∗ = = = =
𝐻𝑏
(5)
𝐻𝑏 𝐻𝑏 𝑉𝑠
𝐻𝑏 dan 𝑉𝑏 merepresentasikan spektra frekuensi 𝑇𝑣 ⌊𝐴𝑣 + ⌋
𝑉𝑏 𝑉𝑏 𝑉𝑏
horizontal dan vertical pada outcrop batuan
dasar, dan 𝐻𝑠 serta 𝑉𝑠 adalah spektra frekuensi dimana,
dari gelombang Rayleigh. 𝐻
𝑠
Faktor amplifikasi dari gerakan tanah 𝐻𝑓 𝐴ℎ ∗ 𝐻𝑏 + 𝐻𝑠 𝐻𝑏 [𝐴ℎ + 𝐻𝑏]
horizontal (𝑇ℎ ) dan vertikal (𝑇𝑣 ) merupakan 𝑄𝑇𝑆 = = = . (6)
𝑉𝑓 𝐴𝑣 ∗ 𝑉𝑏 + 𝑉𝑠 𝐻𝑠 ⌊𝐴 + 𝑉𝑠 ⌋
𝑣
rasion antara spektra frekuensi lapisan 𝑉𝑏
66 Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

Nakamura [4] menjelaskan bahwa kedalaman dari megeliminasi beberapa titik pengukuran, diperoleh
lapisan lapuk dapat diestimasi dari relasi antara 11 titik yang layak untuk diolah untuk
frekuensi natural (F0) dan kecepatan gelombang S mendapatkan nilai frekuensi natural dan faktor
(𝐶𝑠 ), yang dituliskan pada persamaan 7. Estimasi amplifikasinya (lihat Gambar 2).
perhitungan kerentanan seismik (𝐾𝑔 ) dituliskan Pengukuran mikrotremor dilakukan dengan
pada persamaan 8. instrument yang memiliki laju pencuplikan 100
Hz dan durasi 45 hingga 60 menit. Panjang durasi
𝐶𝑠
𝐹0 = (7) pengukuran telah memenuhi syarat untuk
4𝐻 mendapatkan panjang data yang cukup dengan
𝐴𝑔2 asumsi nilai frekuensi terendah yang akan
𝐾𝑔 = (8) didapatkan [1].
𝐹𝑔
Pengolahan data untuk mengestimasi nilai
Dimana 𝐹𝑔 adalah frekuensi natural dan 𝐴𝑔 adalah frekuensi natural dan faktor amplifikasi dilakukan
faktor amplifikasi pada permukaan. dengan menggunakan open software Geopsy.
Untuk meminimalisir pengaruh transient noise,
Akuisisi dan Pengolahan Data. Pengukuran metode STA/LTA diterapkan pada rekaman data
mikrotremor dilakukan di dalam kampus Institut dengan perbandingan panjang window 1 s/ 25 s.
Teknologi Sumatera dengan luas area 1,5 x 1,5 km. Panjang data pada window LTA harus sama
Desain akuisisi dilakukan dengan gridding dengan dengan panjang window pada data spektra
jarak antar pengukuran sebesar 250 m. Akan tetapi, frekuensi. Untuk lebih meredam pengaruh
beberapa titik pengukuran terlalu dekat dengan transient noise, amplitudo spektra frekuensi data
jalan raya, sehingga gangguan transient noise dari dihaluskan dengan mengaplikasikan konstanta
aktivitas manusia menjadi terlalu dominan. Setelah Konno-Ohmachi sebesar 40 [6].

Gambar 3. Rasio spetra frekuensi horizontal terhadap vertikal pada 11 titik pengukuran. Beberapa titik pengukuran
menunjukkan adanya dua puncak frekuensi dominan.
Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at 67
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai faktor amplifikasi A0 berkisar dari 2,5


hingga 9 dengan kecenderungan nilai faktor
Hasil dari pengolahan HVSR menunjukkan 7 amplifikasi yang rendah di bagian tengah seperti
dari 11 titik pengukuran memiliki dua puncak yang ditunjukkan pada Gambar 5. Meskipun
frekuensi dominan, F0 dan F1 (lihat Gambar 3). Dua beberapa riset menunjukkan bahwa nilai faktor
frekuensi dominan ini dapat diasosiasikan dengan amplifikasi yang didapatkan dari metode HVSR
lapisan sediment permukaan yang dangkal yang ini cukup merepresentasikan nilai amplifikasi
terendapkan di atas batuan yang jauh lebih yang sesungguhnya [7], beberapa hasil penelitian
kompak. Distribusi F0 cenderung homogen dengan menunjukkan bahwa nilai faktor amplifikasi A0
nilai berkisar dari 0,7 hingga 1,35 Hz. Berbeda lebih rendah daripada nilai amlifikasi yang diukur
dengan distribusi nilai F1 yang menunjukkan nilai dari data strong motion gempa [8]. Sehingga hasil
frekuensi dominan yang lebih tinggi pada area estimasi A0 yang diperoleh dari pengukuran
tengah dan utara. Nilai F1 bervariasi antara 3,8 mikrotremor ini dapat diasosiasikan sebagai batas
hingga 8,71 Hz. Distribusi nilai frekuensi natural bawah nilai amplifikasi, di mana nilai amplifikasi
ditunjukkan pada Gambar 4. yang sebenarnya dimungkinkan lebih tinggi.

(a) (b)
Gambar 4. Distribusi frekuensi natural F0 (a) dan F1 (b) di lingkungan Institut Teknologi Sumatera.

Gambar 5. Distribusi faktor amplifikasi A0 di lingkungan Institut Teknologi Sumatera


68 Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

Gambar 6. Variasi kedalaman lapisan tuff lapuk pada area Institut Teknologi Sumatera. Kedalaman berkisar dari 8 hingga
18.5 m

Gambar 7. Variasi nilai kerentanan seismik pada area Institut Teknologi Sumatera.
Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at 69
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

Berdasarkan data litologi, perlapisan batuan di Teknologi Sumatera memiliki tingkat kerentanan
Institut Teknologi Sumatera tersusun atas seismik sedang. Hasil parameter site effect
perlapisan tuff. Lapisan tuff bervariasi dari lapisan menunjukkan bahwa area Institut Teknologi
lunak terlapukkan hingga lapisan yang lebih Sumatera termasuk rentan terhadap ancaman
kompak dan keras. Frekuensi dominan yang bencana gempa bumi, sehingga dalam proses
terdiri dari F0 dan F1 dapat diasosiasikan dengan pembangunannya diharapkan memperhitungkan
dua lapisan tuff yang memiliki frekuensi natural desain mitigasi yang tepat.
masing-masing: lapisan tuff dangkal yang sudah
terlapukkan, dan lapisan tuff dalam yang jauh
lebih kompak. UCAPAN TERIMA KASIH
Kedalaman lapisan tuff terlapukkan dapat
diestimasi dengan menggunakan nilai frekuensi Penulis mengucapkan terima kasih kepada
natural F1 dan kecepatan gelombang S. Kecepatan Institut Teknologi Sumatera yang telah mensuport
gelombang S didapatkan dari model global Vs30 penelitian ini melalui Hibah Penelitian Mandiri
yang diestimasi oleh USGS untuk wilayah ITERA. Penulis juga mengucapkan terima kasih
Lampung Selatan [9,10]. Kecepatan gelombang S kepada BMKG yang telah mendukung
yang diestimasi dari topografi Lampung Selatan pelaksanaan akuisisi pengukuran data.
adalah 282,2 m/s [9,10]. Kedalaman lapisan lapuk
tuff di lingkungan Sumatera bervariasi dari 8
hingga 18 m, dipetakan pada Gambar 6. DAFTAR PUSTAKA
Hasil estimasi nilai kerentanan seismik (Kg) di
Institut Teknologi Sumatera ditampilkan pada [1] SESAME European Research Project
Gambar 7. Berdasarkan studi nilai Kg gempa (2004), Guidelines for the Implementation of
Loma Prietta, daerah yang memiliki nilai the H/V Spectral Ratio Technique on
kerentanan seismik pada rentang 20 hngga 100 Ambient Vibrations: Measuring, Processing,
terdampak kerusakan serius, sedangkan daerah and Interpretation, European Commision –
yang memiliki nilai kerentanan seismik lebih kecil Research General Directorate Project.
dari 10 tidak mengalami kerusakan. Nilai [2] Panou, A., Hatzidimitriou, K, and C.
kerentanan seismik terestimasi untuk Institus Papazachos (2005), Ambient noise
Sumatra berada pada rentang nilai 7 hingga 65, horizontal-to-vertical spectral ratio in site
dengan nilai Kg yang tinggi terletak pada daerah effects estimation and correlation with
paling selatan dari area Institut. Nilai rata-rata Kg seismic damage distribution in urban
pada Institut Teknologi Sumatera adalah 16, environment: the case of the city Thessaloniki
sehingga tingkat kerentanan seismik di wilayah ini (Northern Greece). Soil Dynamics and
termasuk pada level sedang. Earthquake Engineering, 25, 261-274.
[3] Nakamura, Y. (1989), A method for dynamic
characteristics estimation of subsurface
KESIMPULAN using microtremor on the ground surface,
Report of Railway Technical Research
Hasil pengukuran mikrotremor di area Institut Institute (RTRI), Vol 30, No. 1.
Teknologi Sumatera menghasilkan dua nilai [4] Nakamura, Y. (2000), Clear identification of
frekuensi dominan, f0 yang berkisar dari 0,7 fundamental idea of Nakamura's technique
hingga 1,35 Hz dan f1 yang berkisar dari 3,8 and its applications, Proceedings of the XII
hingga 8,71 Hz. Dua frekuensi dominan tersebut World Conference Earthquake Engineering.
diasosiasikan denagn dua lapisan batuan tuff, Paper no 2656
dengan lapisan tuff atas telah mengalami [5] Mangga, A., Amirudiddin, S. Suwarti, T.,
pelapukan dan memiliki ketebalan bervariasi dari Gafoer, S., and Sidarto (1994). Geology of
8 hingga 18 m. Faktor amplifikasi yang Tanjungkarang Quadrangle, Sumatera.
didapatkan berkisar dari 2,5 hingga 9, dengan area Geological Research and Development
paling selatan memiliki faktor amplifikasi paling Centre, Bandung, 19pp.
tinggi. Konstanta kerentanan seismik yang [6] Konno, K., and T. Ohmachi (1998), Ground
diperoleh untuk wilayah ini bervariasi dalam motion characteristics estimated from
rentang 7 hingga 65. Secara rata-rata, Institut spectral ratio between horizontal and vertical
70 Microtremor Assessment to Investigate the Local Site Response and the Depth of Weathering Rock at
Institut Teknologi Sumatera Campus Area

components of microtremors, Bull. Seism. Am, 3, 710-730.


Soc. Am, 228-241. [9] Wald, D.J., and T.I. Allen (2007),
[7] Lermo, J., and F. Chavez-Garcia (1994), Are Topographic Slope as a Proxy for Seismic
microtremors useful in site response opographic Slope as a Proxy for Seismic
evaluation? Bull. Seism. Soc. Am, 84, 1350- Site-Conditions (V 30S) Around the Globe
1364. Around the Globe, U.S. Geology Survey,
[8] Bonilla, L., Steidl, J., Tumarkin, A., and R. Virginia.
Archuleta (1997), Site Amplification in the [10] Allen, T.I., and D.J. Wald (2009), On the Use
San Fernando Valley, California: Variability of High-Resolution Topographic Data as a
of Site-Effect Estimation using the S-Wave, Proxy for Seismic Site Conditions (VS30),
COda, and H/V Methods, Bull. Seism. Soc. Bull. Seism. Soc. Am,99, 935-943.

Anda mungkin juga menyukai