Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEISMOLOGI TEKNIK

TERAPAN
EFEK DAN DAMPAK GEMPA BUMI

OLEH KELOMPOK 7 :

1. ADITYA SETYO RAHMAN (32.17.0002)


2. MAHMUDI BAGUS SAPUTRO (32.17.0016)
3. ROSI BUDI KURNIAWAN (32.17.0028)

KELAS GEOFISIKA SEMESTER 6


SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN
GEOFISIKA
TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Gempabumimerupakanbencanaalam yang cukupbanyakmemakan korban
baikjiwamaupunhartabenda.
Hinggasaatinigempabumimasihbelumbisadiprediksiuntukkapandandimanaakanterj
adigempabumi. Indonesia berada di wilayah yang
sangatrentanuntukterjadigempabumi, karenaletaknya yang berada di
antarapertemuan 3 lempengbesar di dunia, yaitulempengsamudera Indo-Australia,
lempengbenua Eurasia, danlempengsamuderaPasifik. Olehsebabitu, wilayah
Indonesia sangatmungkinterjadibencanaalamgempabumi yang
diakibatkanolehpergerakanlempangtektonikitusendiri.Untukmeminimalisirjatuhny
a korban akibatbencanagempabumi,
makasangatdiperlukankesadarandankesiapsiagaansaatterjadinyagempabumi,
baikitumasyarakatnyamaupuninfrastrukturnya.

Beberapa kali bencanagempabumi yang cukupbesarterjadi di wilayah


Indonesia. Bahkangempabumi yang terjadikadangdiikutidenganbencana tsunami.
Sepertigempabumi yang melanda Aceh, pulauNias, Pangandaran,
danbeberapawaktuterjadi di pulau Lombok danPalu. Akibat yang
ditimbulkandarigempabumiadalahjatuhnya korban jiwa, rusaknyainfrastruktur,
berubahnyakondisistrukturtanah,
bahkandiikutimunculnyafenomenalainnyasepertilikuifaksi, tanahlongsor, hingga
tsunami. Dampak-dampakinijugaharusdiwaspadai agar tidakterjadibertambahnya
korban lebihbanyaklagi. Dan
perbaikanpascaterjadigempabumijugaharusmemperhatikankondisistrukturtanahunt
ukmenyesuaikanstrukturbangunan agar
tidaklangsungmengalamikerusakanketikagempabumiterjadi.
Menurut Coburn dan Spence (2002), yang
menjadipenyebabutamakerusakanbangunansaatterjadigempabumiadalahgetaranpa
datanahdasarbangunan. Getaranpadatanahiniakanmenyebabkangayainersia yang
bekerjapadabangunansehinggameningkatkanpercepatangetaranbangunan.
Jikabangunankakusempurnamaka
energyinersiaakanmenyebarmeratakeseluruhbagianbangunan,
namunpadaumumnyabangunantidakbenar-benarkakusempurna.
Respon bangunan atas adanya getaran pada dasar tanah sangat bergantung
pada frekuensi alami bangunan (natural frequency) yang merupakan jumlah
getaran yang terjadi pada bangunan tiap detik. Nilai frekuensi alami/natural
bangunan berbeda beda dan sangat bergantung pada tinggi bangunan dimana
bangunan tinggi akan bergetar lebih lambat dibandingkan bangunan yang rendah.
Jika frekuensi getaran tanah dasar bangunan lebih kecil daripada frekuensi natural
bangunan maka bangunan dinyatakan aman dari kerusakan akibat deformasi.
Peningkatan frekuensi getaran tanah akan meningkatkan deformasi bangunan dan
jika frekuensi getaran tanah sama dengan frekuensi natural bangunan maka akan
terjadi efek resonansi dan deformasi akan mencapai puncaknya. Efek resonansi
merupakan efek penguatan amplitudo gelombang dimana jika terdapat gaya paksa
(gempabumi) dengan frekuensi yang mendekati frekuensi alami sistem
(bangunan) maka sistem akan berosilasi dengan amplitudo yang jauh lebih besar
daripada amplitudo gaya paksa (Tipler, 1991).
Bangunan yang aman dan tahan gempabumi adalah bangunan yang
memenuhi SNI 2002 tentang tata cara perencanaan ketahanan bangunan gempa.
Selain itu bangunan juga memiliki frekuensi natural yang lebih besar daripada
frekuensi natural tanah, nilai indeks resonansi dan nilai kerentanan bangunan yang
kecil (Gosar, dkk., 2010).

B. TujuanPenulisan
Tujuandaripenulisanmakalahiniadalah :
1. Untukmemenuhitugas Mata SeismologiTeknikTerapan
2. UntukmemperdalampengetahuantentangFSR
BAB II
PEMBAHASAN

A. Frekuensi natural

Frekuensi natural adalah nilai dari suatu getaran yang terus-menerus terjadi di
suatu tempat biasanya akibat dari getaran mikrotremor akibat alam itu sendiri
baik itu angin, pasang surut air laut, aktifitas manusia dan lain-lain. Nilai dari
frekuensi natural di dapatkan berdasarkan periode dominan yang terjadi di suatu
wilayah, dengan menggunakan fungsi dari FFT (fast fourier transform) yaitu
mengubah dari suatu getaran dari domain waktu ke domain frekuensi ini yang
dinamakan frekuensi natural atau getaran rutin alami yang terjadi di suatu tempat
atau wilayah.

Setiap bangunan mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda bergantung


pada ketinggian bangunan. Periode bangunan dapat berubah akibat gempabumi.
Saat struktur menerima guncangan, bangunan dapat mengalami kerusakan.
Kerusakan ini ditandai oleh peningkatan nilai periode bangunan atau dalam kata
lain struktur menjadi melemah (Julius, 2016).

B. Amplifikasi

Amplifikasi merupakan efek perbesaran sinyal gelombang yang disebabkan


oleh beberapa faktor, untuk gelombang seismik amplifikasi disebabkan oleh
berbedaan densitas atau tingkatan kerapatan dari suatu batuan. Batuan yang
memiliki densitas yang tinggi atau tingkat kerapatan yang tinggi mengakibatkan
gelombang seismik yang dilewati memiliki frekuensi yang tinggi tetapi
amplifikasinya rendah sehingga gelombang seismik yang melewati batuan
tersebut tidak mengalami perbesaran gelombang, begitupun sebaliknya ketika
lapisan tanah atau batuan yang dilewati oleh gelombang seismik memiliki densitas
atau kerapatan yang rendah maka frekuensi yang dihasilkan rendah akan tetapi
amplifikasi yang ditimbulkan akan lebih besar dibandingkan dengan sinyal
gelombang seismik yang semula. Takhirov (2014) amplifikasi dari getaran alami
suatu bangunan juga disebabkan oleh noise disekitaran gedung juga penting dalam
penentuan amplifikasi.

Gambar 2.1 amplifikasi Utara-Selatan(a) serta Timur-Barat(b) (Takhorov, 2014)

Gambar tersebut merupakan contoh dari efek amplifikasi berdasarkan arahnya


dimana didapatkan bahwa arah utara-selatan memiliki tingkat flexibilitas yang
lebih tinggi dibandingkan arah timur-barat yang memiliki tingkat kekakuan yang
lebih tinggi (kurang elastis di banding utara-selatan). Amplifikasi cenderung akan
memiliki nilai yang besar pada tanah yang mempunyai tingkat kepadatan yang
rendah atau lunak (Pawirodikromo, 2012).

C. Indeks Kerentanan

Indeks Kerentanan yaitu suatu nilai yang dapat menentukan tingkan


kerentanan suatu bangunan, semakin besar suatu indeks kerentanan bangunan
maka bangunan tersebut secara karakteristik kurang bagus, analisis dalam indeks
kerentanan bangunan dapat dibandingkan dengan data rasio damping, dengan
menggunakan regresi R2, maka akan menunjukkan hubungan indeks kerentanan
yang terbalik dari rasio redaman, indeks kerentanan untuk mengetahui kekuatan
bangunan sedangkan rasio redaman diperoleh untuk meredam getaran yang ada
pada struktur bangunan. Indeks kerentanan dapat menurun jika rasio redaman
meningkat (Sungkono, 2011).

D. Metode Floor Spectral Ratio (FSR)


Metode Floor Spectral Ratio (FSR) merupakan metode yang dikemukakan
oleh Gosar, dkk (2010) untuk menentukan frekuensi natural dan resonansi
bangunan yang menggambarkan karakteristik bangunan terhadap gempabumi.
Metode ini dilakukan dengan mengubah data rekaman mikrotremor dalam
kawasan waktu menjadi data dalam kawasan frekuensi (spektrum) pada tiap
komponen pengukuran mikrotremor (utara-selatan/NS dan timur-barat/EW).
Selanjutnya dari spektrum tiap komponen dapat diketahui frekuensi natural
bangunan yang merupakan frekuensi yang dapat menyebabkan bangunan
beresonansi.Terdapat beberapa metode lain dalam pengolahan data mikrotremor
untuk memperoleh karakteristik bangunan. Namun metode FSR memiliki
beberapa keunggulan antara lain metode FSR merupakan metode yang lebih
akurat dalam penentuan resonansi tanah dibandingkan Random Decrement
Method (RDM) (Aini, dkk., 2012). Selain itu penggunaan metode HVSR dalam
analisis spektrum mikrotremor bangunan tidak dianjurkan karena belum ada teori
yang valid dalam aplikasi metode HVSR untuk penentuan frekuensi natural
bangunan dan tidak akurat jika amplifikasi tanah sangat besar karena kurva HVSR
pengukuran di tanah pada luar bangunan bisa dipengaruhi oleh respon dari
bangunan (Herak, 2011).

Skema gambar FSR diatas menjaskan bagaimana cara kerja dari metode
FSR yaitu dimana H(ω) adalah karakter bangunan (amplifikasi bangunan), sxx
merupakan respon getaran dari bangunan dan sqq adalah respon getaran dari suatu
bangunan. Metode FSR ini yaitu metode fungsi transfer dari setiap lantai antara
specral bangunan terhadap spectral tanah. Fungsi transfer dari struktur telah
diperkirakan oleh rasio spectral struktur dan spectral tanah atau spektral bidang
bebas, ini di sebut dengan floor spectral ratio (FSR). Menurut Gosar metode FSR
merupakan metode standart untuk evaluasi ketahanan suatu bangunan yang di
sebabkan oleh getaran seismik dari pencatatan rekaman mikrotremor.

Gambar 2.2 Ilustrasifloor spectral ratio

δi adalah perpindahan horizon, hi adalah tinggi, Ai adalah amplifikasi faktor


ke-I adalah kolom, H adalah ketinggian struktur lantai ke-n, dan a adalah
percepatan horizontal pondasi tanah (Nashir, 2013).
Gambar 2.3 Kerusakanbangunan yang diakibatkanolehgempabumi
Pada metode FSR, karakteristik bangunan lain yang bisa didapatkan selain
frekuensi natural adalah indeks resonansi bangunan dan indeks kerentanan
bangunan. Indeks resonansi bangunan (R) ditentukan berdasarkan spektrum tiap
komponen (NS dan EW) yang dihitung berdasarkan persamaan berikut:
𝑓𝑏 −𝑓𝑡
R=| |×100%
𝑓𝑡

dengan, fb adalah frekuensi natural bangunan, ftadalah frekuensi tanah


Nilai indeks resonansi yang didapatkan kemudian digunakan untuk
menentukan tingkat kemungkinan bangunan mengalami resonansi saat terjadi
gempa berdasarkan klasifikasi dari Gosar, dkk (2010). Klasifikasi tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Resonansi bangunan rendah (R > 25%), (2) Resonansi
bangunan sedang (15% <R < 25%), (3) Resonansi bangunan tinggi (R < 15%).
Nilai indeks kerentanan bangunan ( ̅̅̅
𝐾𝑏 ) ditentukan berdasarkan persamaanyang
dikemukakan oleh Nakamura, dkk (2009 dalam Sungkono, dkk., 2011) sebagai
berikut:
𝐴 1000
𝐾𝑏 =
(2𝜋𝑓)2 𝐻
dengan A adalah amplifikasi dari analisis FSR, f adalah frekuensi natural
bangunan dari analisis FSR dan H adalah ketinggian bangunan. Sedangkan untuk
analisis FFT menggunakan persamaan berikut:


1
𝑋(𝑓) = ∫ 𝑥(𝑡)𝑒 −𝑗2𝜋𝑓𝑡 𝑑𝑡
𝑇
−∞

E. Proses AnalisaFSR

Analisis FSR menggunakan software geopsy,


tahapawalnyaadalahanalisisspektrum Fourier yang berfungsiuntukmengubah data
mikrotremorawal yang berupa domain waktu (time series) ke domain frekuensi.
Algoritma Fast Fourier Transform (FFT), Dalamanalisisspektrum, masing-
masingpanjangperekamandipisahmenjadi 20 sampai 40 detik non overlapping
window.Untukmenghaluskanhasil proses FFT, digunakan filter smoothing Konno
danOhmachidengankoefisienbandwithsebesar 40 detik. Spektrumamplitudo rata-
rata untukmasing-masingkomponendihitungdari window yang terseleksi.
Kemudianuntukmemperolehfrekuensi natural
bangunandilakukandenganmenggunakananalisis FSR (Floor Spectra Ratio) yang
dijadikansebagaianalisisspektrumpadapengukuranlantaibangunanterhadaptanah di
bawahnya. Hasilnyaadalahrataratafrekuensi natural bangunandanfrekuensi natural
tanah.,amplifikasi, sertaindekskerentananbangunan.

……………………................................. (1)

…………………………..………………(2)

f(FSR) = nilaifrekuensi natural yang di dapatkandarimetode FSR


fb NS = frekuensi natural bangunanuntukarah Utara-Selatan

ft NS = frekuensi natural tanahuntukarah Utara-Selatan

fb EW = frekuensi natural bangunanuntukarahTimur-Barat

ft EW = frekuensi natural tanahuntukarahTimur-Barat

Rumusdiatasmerupakanperhitunggannilairesonansiterhadaptanahsertagedu
ng, padarumus (1) dan (2) adalahperhitungananalisis FSR dimana fb
merupakanfrekuensi natural darisuatubangunansertaftmerupakanfrenkuensi
natural daritanahdisekitaranbangunantersebut, NS dan EW
merupakankomponendaritiapdatanya. R merupakanresonansi yang di
hasilkanantarabangunandengantanah (Prakosa, 2014)

KG = Indekskerentananbangunan

a0 = nilaiamplifikasi di suatulantai

f0 = frekuensi natural (Hz)

H = ketinggianstrukturlantaike-n (meter)

Rumusdiatasdigunakanuntukmengetahuinilaiindekskerentanansuatubangunand
enganmenggunakanfrekuensi natural, nilaiamplifikasi,
ketinggiangedungbertingkat.

F. Perbedaanantara FSR dan HVSR


Gambarhasil spectrum HVSR

Gambarhasil spectrum FSR


G. StudiKasus FSR

Contohstudikasus“EvaluasiKerentananGedungRektorat STTNAS
TerhadapGempaBumiberdasarkanAnalisisMikrotremor”
olehRizqidanUrippadatahun 2017.
Penelitiantersebutbertujuansebagailangkahawalperencanaanuntukmitigasiketik
aterjadibencanagempabumi, dimanahasilnya bias
memberikaninformasifrekuensi natural gedungterhadaptanah,
indekskerentananbangunandanindeksresonansibangunan.
Penelitiantersebutdilakukandenganmelakukanpengukuran di
setiaplantaigedungrektorat STTNAS,
laluhasildiperolehdenganpengolahanmenggunakanmetode FSR
untukbangunan.Hasilnyasepertipadagambardibawahini.
Gambar 2.4grafikkerentanangempatiaplantai

Gambar2.5 grafikAmplitudoSpektrumtiaplantai

BerdasarkanTabel 2 danTabel 3 spektrumpadaarah NS (Utara Selatan) dan


EW (Barat Timur) menunjukkanbahwanilaifrekuensi natural
tiapgedungidentikatauhampirsama. Dibandingkandenganstandar SNI 2012
makanilaifrekuensi natural gedungRektorat STTNAS masihmemenhuistandar SNI
karenalebihdari 1,11 Hz. Selainitu, nilaiamplitudospektrumtiaplantaibaikarah NS
maupun EW semakinkeatassemakinbesarnilaiamplitudo,
halinidisebabkantinggigedung, semakintinggigedungnilaiamplitudosemakinbesar.

BerdasarkanGambar2.4nilaikerentanangempatertinggipadalantai 4
gedungrektorat STTNAS. Hal tersebutdikarenakanlantai 4 menopangbebanlantai
5 danatap, selainitulantai 4 jugabanyakterdapatsekat-sekatruangjurusandandosen.
Lantai 5 bernilailebihrendahdaripadalantai 4 karenakondisiruangan yang
sedikitsekatdanhanyamenopangatapwalupunlantaitertinggi yang
memilikiamplitudospektrumterbesar

KesimpulanPenelitiantersebutyakniHasilFekuensi natural rata-rata


gedungrektorat STTNAS padakomponenbarat-timuradalah 1,64 Hz
danpadakomponenutara-selatanadalah 1,644 Hz
sehinggasudahsesuaidenganStandarPerencanaanKetahananGempaUntukStrukturB
angunanGedung SNI (2002) yaitulebihdari 1,11 Hz.
IndeksResonansigedungrektorat STTNAS berkisarantara 31,00081-35,883%
sehinggatemasukdalamkategorirendahmengalamiresonansisaatterjadigempabumi.
Indekskerentanangedungrektorat STTNAS berkisarantara 103670,6191-
82526,5357- dengannilaitertinggi (paling rawan) terdapatpadalantai 4.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Dengan menggunakan metode FSR dapat diketahui frekuensi natural dari
sebuah gedung dan kesesuaian dengan dengan Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI (2002)
 Dapat diketahui indeks Resonansi gedung & bagunan saat terjadi
gempabumi.
 Dapat diketahui Indeks kerentanan gedung & bagunan

B. Saran

Kami harapkankepadasegenappembaca, agar mencarireferensi lain yang


adahubungannyadenganmakalahini, agar dapatmenambahwawasanlebihluas.
Kami sebagaipenulisdengantanganterbukamenerimakeritikandan saran demi
kelancarantugas-tugasberikutnya.
DaftarPustaka
Prastowo, Rizqidan
Nurwijayanto.2017.EvaluasiKerentananGedungRektoratSTTNASTerhad
apGempaBumiBerdasarkanAnalisisMikrotremor .JurnalAngkasa. Vol IX
(1)

Aini, D., Utama, W. &Bahri, A., 2012. PenaksiranResonansi Tanah


danBangunanMenggunakanAnalisisMikrotremor Wilayah Surabaya
JawaTimur. JurnalTeknik POMITS, pp. 1-5.

Muhammad Faisal, Dede.2017.


AnalisisMikrotremorUntukBangunanBertingkatTinggi Di Wilayah
Jakarta Dan SekitarnyaDenganMenggunakanMetodeFsr Dan Rdm
[Skripsi].STMKG

Anda mungkin juga menyukai