A. TUJUAN
B. TEORI DASAR
Bila dua zat cair dicampur dengan komposisi yang berbeda-beda maka ada tiga
kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :
Kedua zat cair dapat bercampur dalam tiap komposisi, seperti campuran alkohol dalam
air
Kedua zat cair tidak dapat bercampur sama sekali, seperti antara air dan air raksa
Kedua zat cair hanya dapat bercampur pada komposisi tertentu, misalnya campuran
antara air butanol
Pada percobaan berikut yang akan dilakukan adalah membuat kurva kelarutan air-butanol
atau air-fenol (diagram biner) dan sekaligus menentukan suhu kritisnya. Bila ke dalam sejumlah
air ditambah butanol atau fenol dalam air. Bila penambahan ini diteruskan, pada suatu saat akan
diperoleh larutan jenuh butanol atau fenol dalam air. Tetapi bila penambahan butanol atau fenol
diteruskan lagi akan diperoleh larutan air dalam fenol atau butanol yang memisah sebagai larutan
tersendiri. Pada penambahan selanjutnya akan diperoleh larutan jenuh air dalam butanol atau
fenol, dimana pada saat ini kedua lapisan akan menghilang dan menjadi satu lapisan lagi. Kedua
larutan jenuh air dalam butanol atau air dalam fenol atau sebaliknya dikatakan sebagai larutan
konjugat. Larutan konjugat hanya terjadi pada range suhu tertentu. Misalnya untuk sistem air-
butanol terdapat pada range suhu 0-126 C. Berdasarkan literatur, maka diatas suhu ini air dan
butanol dapat saling melarutkan pada setiap komposisi yang diberikan.Suhu ini disebut suhu
kritis air-butanol.
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
sebagai berikut.
L1 L2
A2 B2 T2
A1 B1 T1
T0
XA = 1 XC XF = 1
Mol Fraksi
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah
mol fraksi air dan mol fraksi fenol, X C adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis (T C). Sistem
ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat
bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara A1
dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase
(keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, T C), sistem berada pada satu
fase (jernih).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva
parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik
di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas
50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam
air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka
komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan
sempurna.
Bahan :
1. Butanol
E.DATA PENGAMATAN
F. ANALISIS DATA
massa = ρ × volume
massa
% w butanol = × 100 %
massacampuran
massa
% w air = × 100 %
massacampuran
G.PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk membuat kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur
sebagian serta menentukan suhu kritis dari larutan tersebut. Zat cair yang digunakan adalah air
dan butanol. Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penambahan butanol ke dalam air
dan penambahan air ke dalam butanol. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
kelarutan timbal balik dua cairan dengan cara memanaskan campuran dua cairan, sampai
diperoleh suhu terendah kedua cairan saling melarutkan.
Penambahan air ke dalam butanol / butanol ke dalam air dilakukan secara bervariasi
mulai dari volume 1 ml hingga 10 ml. Pada saat penambahan air ke dalam butanol, larutan
menjadi keruh. Artinya larutan ini bercampur sebagian. Kemudian campuran ini dipanaskan
dalam penangas air dan pada suhu tertentu larutan kembali jernih. Artinya pada suhu ini larutan
dapat saling melarutkan dan terlihat bahwa adanya pengaruh suhu terhadap kelarutan dimana
kelarutan akan meningkat dengan naiknya suhu. Selanjutnya larutan didinginkan dan dicatat
suhu ketika larutan kembali keruh. Perubahan suhu bergantung pada komposisi kedua zat
tersebut. Berdasarkan data ini dapat ditentukan suhu kritis dari larutan tersebut.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa adanya pengaruh komposisi terhadap kelarutan dua
zat cair yang bercampur sebagian dimana semakin besar volume butanol yang ditambahkan ke
dalam air, larutan semakin keruh dan suhu yang dicapai ketika larutan jernih juga semakin tinggi.
Akibatnya suhu yang dicapai ketika larutan kembali keruh juga meningkat. Hal ini disebabkan
karena penambahan tersebut menyebabkan kedua zat cair saling tidak bercampur semakin besar
Percobaan selanjutnya yaitu penambahan air ke dalam butanol. Pada tahap ini larutan
tidak keruh tetapi membentuk dua fasa yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan atau
terdapat bidang batas antara air dan butanol. Setelah dipanaskan, pada suhu tertentu larutan dapat
membentuk satu fasa yang ditandai dengan hilangnya bidang batas antara air dan butanol.
Artinya pada suhu ini larutan dapat saling melarutkan. Disini juga terlihat adanya pengaruh suhu
terhadap kelarutan. Selain itu, komposisi juga berpengaruh terhadap kelarutan dimana semakin
banyak air yang ditambahkan ke dalam butanol, semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk
membuat larutan menjadi satu fasa sehingga suhu pada saat larutan kembali mencapai dua fasa
juga meningkat.
Perubahan dua fasa menjadi satu fasa ini terjadi karena kelarutan air dalam butanol
meningkat dan sebaliknya kelarutan butanol dalam air juga meningkat, hal ini disebabkan energi
kinetik partikel semakin besar sehingga bercampur sempurna.
Dari data yang diperoleh, maka dapat ditentukan suhu kritis dari campuran air dan
butanol yang dapat ditentukan dengan melihat suhu pada saat kedua zat cair yang bercampur
sebagian dapat bercampur atau saling melarutkan pada tiap komposisi yang diberikan.
Dari data antara suhu (T) dan persen berat yang diperoleh dari percobaan, dapat dibuat
grafik sistem biner butanol – air dan air - butanol, yaitu antara persen berat vs suhu (T). Pada
percobaan penambahan butanol ke dalam air suhu kritisnya adalah 98ºC dengan komposisi
campurannya adalah persen berat butanol 33,83 % dan dan persen berat air 66.17 %. Ini
menunjukkan kalau pada suhu 98 ºC, komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem
dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu
fase.
Pada percobaan penambahan air kedalam butanol suhu kritisnya adalah 82 0C. Ini
menunjukkan kalau pada suhu 82 ºC, komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem
dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu
fase.
Komponen berada pada satu fasa pada saat campurannya larut homogen (jernih),
sedangkan komponen berada pada dua fasa ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan
dua lapisan (keruh). Pada percobaan penambahan air ke dalam butanol didapatkan bahwa suhu
kritisnya naik turun seiring semakin banyaknya penambahan air, hal ini mungkin disebabkan
karena hal-hal berikut.
Jika dua buah cairan yang bercampur sebahagian dicampurkan maka kedua zat cair dapat
dapat saling melarutkan jika jumlah air yang ditambahkan kedalam butanol atau butanol
ditambahkan kedalam air berada dalam jumlah yang sedikit.
Air dan butanol adalah dua buah cairan yang dapat bercampur sebahagian, dimana kedua
zat cair ini dapat saling larut dalam jumlah sedikit dan tidak dapat larut lagi jika air atau
Butanol terlalu banyak yang ditambahkan.
Bila kedalam 10 ml butanol ditambahkan 1ml air,maka akan terbentuk larutan air-
butanol dimana air sebagai zat terlarut dan butanol sebagai pelarut . pada komposisi ini
kedua larutan saling melarutkan. Namun jika penambahan air dilanjutkan maka akan
didapat larutan keruh dimana air tidak larut semuanya dalam butanol. Begitu juga
sebaliknya jika 1 ml butanol ditambahkan kedalam 10 ml air.
Jika penambahan dilanjutkan lagi maka akan didapat larutan jenuh air-butanol yang
saling melarutkan,larutaan ini disebut larutan konjugat,yaitu dimanaq air dan butanol
saling melarutkan.
I. JAWABAN PERTANYAAN
DAFTAR PUSTAKA
www. Wikipedia.org