Anda di halaman 1dari 8

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763

http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

KASUS KEMATIAN AKIBAT DICHLORVOS DAN PHENTHOAT

Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA
Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik
Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana Denpasar Bali Indonesia
*email : nindynandya5@gmail.com

ABSTRACT
Dichlorvos and phenthoat are organophosphate group pesticides which have toxic effects
on humans and can cause fatal deaths. Suicide cases using organophosphate pesticides
(dichlorvos and phenthoat) are one of the postmortem toxicology analysis studies. As a forensic
toxicologist, competency is needed to be able to handle suicide deaths that are thought to be
caused by dichlorvos and phenthoat. Handling suicides due to dichlorvos and phenthoate is done
from sample preparation, screening tests, assurance tests, determination, and data interpretation.
Forensic toxicology analysis in the case showed that high concentrations of dichlorvos and
phenthoate were found to have toxic effects on the victim's body. Based on the toxicological
analysis, it can be concluded that it is true that the victim died from organophosphate poisoning
(dichlorvos and phenthoat).
Keywords: Diclorvost, Phentoate, Postmortem Toxicology

PENDAHULUAN Organofosfat merupakan zat


Pestisida adalah zat untuk kimia yang terkandung pada
membunuh dan mengendalikan pestisida untuk membunuh hama.
hama. Penggunaan pestisidan yang Organofosfat juga digunakan dalam
tidak tepat dapat mengakibatkan produk rumah tangga, seperti
keracunan bahkan kematian. pembasmi nyamuk, kecoa, dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hewan pengganggu lainnya.
memperkirakan setiap tahun terjadi Dichlorvos dan phenthoat adalah
sekitar 25 juta kasus keracunan pestisida golongan organofosfat yang
pestisida atau sekitar 68.493 kasus umum digunakan di seluruh dunia,
setiap hari [1]. Di negara-negara namun senyawa tersebut juga
yang belum berkembang, terdapat memiliki efek toksik pada manusia
lebih dari 60% kasus kematian akibat [3]. Pada manusia organofosfat
pestisida [2]. Data dari WHO juga menyebabkan sakit kepala, pusing,
menunjukkan bahwa telah terjadi malaise, mual, miosis, dan
220.000 kasus kematian bunuh diri kelemahan otot. Organofosfat
menggunakan pestisida [1]. tersedia secara komersial sebagai
Beberapa penelitian terhadap insektisida dalam bidang pertanian.
kematian oleh pestisida Kematian akibat organofosfat sering
memperkirakan bahwa 330.000 terjadi pada manusia melalui paparan
orang meninggal oleh asupan yang tidak disengaja melewati kulit
pestisida yang disengaja [2]. dan saluran nafas selama proses
agrikultur. Selain itu, kematian
51 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik, Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

akibat organofosfat juga terjadi negara yang belum berkembang,


karena penggunaan yang disengaja terdapat lebih dari 60% kasus
untuk bunuh diri. kematian akibat pestisida [2].
Pemeriksaan senyawa Beberapa penelitian melaporkan
dichlorvos dan phenthoat di kasus-kasus kematian oleh pestisida
laboratorium pengujian memerlukan di Cina, Malaysia, Sri Lanka, dan
metode yang cukup teruji dengan Trinidad-To-bago,dan
hasil yang optimal. Pada kasus memperkirakan bahwa 330.000
kematian oleh dichlorvos dan orang meninggal karena asupan
phenthoat, sampel biologis yang pestisida yang disengaja. Sedangkan
digunakan bervariasi tergantung dari di Indonesia diperkirakan sekitar
kebutuhan pemeriksaan. Penelitian 12.000 kasus kematian setiap
terkait distribusi organofosfat dalam tahunnya diakibatkan oleh keracunan
kasus kematian telah banyak pestisida akut [10].
dilakukan. Konsentrasi organofosfat Dichlorvos dan phenthoate
dalam berbagai cairan tubuh dan merupakan pestisida golongan
jaringan dapat membantu organofosfat. Terdapat beberapa
menentukan spesimen yang dipilih kasus forensik penggunaan
dalam pengujian dengan analisis dichlorvos dan phenthoate yang
toksikologi postmortem [4]. Sampel menimbulkan keracunan bahkan
yang berupa spesimen biologis kematian. Salah satu kasus bunuh
memerlukan perlakuan khusus untuk diri dengan dichlorvos dan
mendapatkan hasil analisis yang phenthoate yaitu pada seorang pria
optimal. Sebagai seorang toksikolog berusia sekitar 80 tahun di Tokyo
forensik, diperlukan suatu Jepang. Pria tersebut ditemukan tidak
kompetensi untuk dapat menangani sadarkan diri di kamarnya dengan
kasus kematian akibat bunuh diri catatan bunuh diri dan botol berisi
yang diduga disebabkan oleh cairan kecoklatan gelap yang terdiri
dichlorvos dan phenthoat. dari dichlorvos dan phenthoat. Pria
tersebut kemudian diautopsi setelah
KASUS KEMATIAN AKIBAT 17 jam kematian. Saat autopsi
KERACUNAN DICHLORVOS dilakukan pemeriksaan luar dan
DAN PHENTHOAT pemeriksaan dalam pada tubuh
Keracunan pestisida korban. Hasil pengujian analisis
organofosfat adalah masalah utama toksikologi forensik menunjukkan
kesehatan di seluruh dunia. bahwa korban telah terpapar
Keracunan pestisida tersebut sangat dichlorvos dengan konsentrasi yang
mempengaruhi masalah kesehatan cukup untuk menimbulkan efek
dunia dengan tingkat kematian yang kematian pada korban dan
tinggi. Ribuan orang meninggal phenthoate yang dicerna.
setiap tahun akibat keracunan Berdasarkan kasus kematian akibat
pestisida organofosfat, terutama di dichlorvos yang pernah dilaporkan,
wilayah Asia Pasifik. Di negara- konsentrasi dichlorvos pada darah
52 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

korban setelah 24 jam yakni berlebih, keluar lender dari hidung,


29µg/mL. Laporan kasus lainnya berkemih berlebih, diare, keringat
menunjukkan konsentrasi dichlorvos berlebih, air mata berlebih,
setelah 3 hari kematian yakni 4,4 kelemahan yang disertai sesak nafas,
µg/mL [4]. Untuk kasus kematian kelumpuhan otot rangka, sukar
bunuh diri akibat phentoate yang bicara, hilangnya reflek, kejang, dan
pernah dilaporkan, konsentrasi koma [7].
phenthoate dalam darah seesar 18,5 Dichlorvos termasuk ke
mg/mL [4]. dalam pestisida kelas Ib yaitu
EFEK KERACUNAN berbahaya. Dichlorvos cepat
DICHLORVOS DAN dimetabolisme dan dieliminasi dari
PHENTHOAT tubuh melalui udara dan urin.
Dichlorvos dan phenthoat Metabolit yang umum ditemukan
adalah pestisida golongan adalah dimethylphosphate dan
organofosfat. Organofosfat bekerja dichloroacetaldehyde. Dosis letal
dengan menghambat oral yang telah dilaporkan yaitu 400
asetilkolinesterase sehingga terjadi mg/kgBB dan dosis toksik 300
akumulasi asetilkolin pada sinapsis mg/kg. Waktu paruh dichlorvos 25
kolinergik yang menyebabkan menit [4]. Phenthoate termasuk ke
rangsangan berlebih pada reseptor dalam pestisida kelas Ia yaitu sangat
muskarinik dan nikotinik [4]. berbahaya [4]. Phenthoate cepat
Organofosfat dapat menimbulkan diabsorpsi melalui membran mukus
keracunan karena menghambat sistem pencernaan, sistem respirasi,
enzim kolinesterase. Enzim ini dan kulit. Rute utama eliminasi
berfungsi menghidrolisis asetilkolin phenthoate adalah melalui ginjal [7].
menjadi asetat dan kolin. Metabolit utama dari phenthoate
Organofosfat mampu menghambat adalah asam phenthoate dan
kerja enzim kolinesterase karena demethyl phenthoate oxon acid [8].
berikatan dengan sisi aktif enzim.
Asetilkolin berperan penting pada ANALISIS TOKSIKOLOGI
sistem saraf autonomi yang mengatur FORENSIK KASUS KEMATIAN
kerja pupil mata, jantung, dan AKIBAT DICHLORVOS DAN
pembuluh darah [4]. PHENTHOAT
Keracunan organofosfat Secara umum tugas analisis
dapat terjadi melalui kulit, mata, toksikolog forensik dapat
mulut jika tertelan, dan hidung jika dikelompokkan ke dalam tiga tahap
terhirup dengan dosis berlebih. yaitu penyiapan sampel, uji
Gejala keracunan organofosfat penapisan “screening test”, uji
timbul 6-12 jam setelah paparan. konfirmasi yang meliputi uji
Gejala awal adalah ruam dan iritasi identifikasi dan kuantifikasi,
kulit, mual, muntah, lemas, sakit interpretasi temuan analisis, dan
kepala, dan gangguan penglihatan. penulisan laporan analisis [9].
Gejala lanjutan seperti keluar ludah Sampel dari toksikologi forensik
53 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

pada umumnya adalah spesimen sehingga sedapat mungkin mencegah


biologi seperti cairan biologis (darah, terjadinya penguraian dari analit [9].
urin, air ludah), jaringan biologis b. Uji Penapisan atau Screening
atau organ tubuh. Preparasi sampel Test
adalah salah satu faktor penentu Toksikologi postmortem
keberhasilan analisis toksikologi biasanya diawali dengan uji skrining
forensik disamping kehandalan obat. Uji skrining dapat dilakukan
penguasaan metode analisis dengan “general unknown test”
instrumentasi. Berbeda dengan (pendekatan terbuka) dan dengan
analisis kimia lainnya, hasil pendekatan yang ditargetkan.
indentifikasi dan kuantifikasi dari Pendekatan terbuka dengan “general
analit bukan merupakan tujuan akhir unknown test” dilakukan apabila
dari analisis toksikologi forensik. berdasarkan deskripsi kasus tidak
Seorang toksikolog forensik dituntut didapatkan senyawa spesifik yang
harus mampu menerjemahkan menjadi target. Pendekatan yang
apakah analit (toksikan) yang ditargetkan dilakukan apabila
diketemukan dengan kadar tertentu berdasarkan deskripsi kasus
dapat dikatakan sebagai penyebab ditemukan senyawa spesifik yang
kematian [9]. Kasus kematian akibat menjadi target [4].
keracunan diclorvost dan phentoate c. Uji Pemastian atau Confirmatory
merupakan bagian dari postmortem Test
toxicology. Toksikologi postmortem Uji pemastian bertujuan
digunakan untuk mendeteksi adanya untuk memastikan identitas analit.
alkohol atau obat-obatan yang Meningkatnya derajat spesifisitas
menyebabkan atau berkontribusi pada uji ini akan sangat
terhadap kematian seseorang. memungkinkan mengenali identitas
Adapun tahapan analisis postmortem analit, sehingga dapat menentukan
toxicology adalah sebagai berikut. secara spesifik toksikan yang ada.
a. Penyiapan Sampel Hasil uji pemastian (confirmatory
Beberapa hal yang perlu test) dapat dijadikan dasar untuk
diperhitungkan dalam tahapan memastikan atau menarik
penyiapan sampel adalah jenis dan kesimpulan apakah sesorang telah
sifat biologis spesimen, fisikokimia menggunakan obat terlarang atau
dari spesimen, serta tujuan analisis. bahan kimia yang dituduhkan [9].
Dengan demikian akan dapat d. Determinasi dan Interpretasi
merancang atau memilih metode Temuan Analisis
penanganan sampel, jumlah sampel Uji determinasi bertujuan
yang akan digunakan, serta memilih untuk mengetahui konsentrasi dari
metode analisis yang tepat. senyawa yang telah dipastikan
Penanganan sampel perlu mendapat sebelumnya. Temuan analisis sendiri
perhatian khusus, karena sebagian tidak mempunyai makna yang berarti
besar sampel adalah materi biologis, jika tidak dijelaskan makna dari
temuan tersebut. Seorang toksikolog
54 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

forensik berkewajiban dari dichlorvos dan phenthoate.


menerjemahkan temuan tersebut Berdasarkan hal tersebut, maka
berdasarkan kepakarannya ke dalam dilakukan pengujian skrining obat
suatu kalimat atau laporan, yang dengan pendekatan yang ditargetkan.
dapat menjelaskan atau mampu Untuk mengetahui secara pasti
menjawab pertanyaan yang muncul senyawa yang menjadi tersangka
berkaitan dengan permasalahan atau pada kasus kematian ini, dilakukan
kasus yang dituduhkan. Data temuan pula pemeriksaan secara internal
hasil uji penapisan dapat dijadikan terhadap korban. Hasil dari
petunjuk bukan untuk menarik pemeriksaan secara internal pada
kesimpulan bahwa seseorang telah kasus kematian ini yaitu darah
terpapar atau menggunakan obat jantung berwarna merah kehitaman,
terlarang [9]. mukosa esofagus didenaturasi
Analisis toksikologi menjadi warna kecoklatan dan
postmortem dilakukan pada salah kehilangan elastisitas, serta di dalam
satu kasus bunuh diri dengan lambung ditemukan cairan
dichlorvos dan phenthoate pada berlumpur coklat dengan bau yang
seorang pria berusia sekitar 80 tahun. mudah menguap [3]. Hasil
Pada kasus tersebut diawali dengan pemeriksaan internal menunjukkan
uji skrining obat dengan ciri-ciri tubuh terpapar oleh adanya
menggunakan prinsip senyawa dichlorvos dan phenthoate.
immunochemical drug screening kit Selanjutnya dilakukan uji
Triage DOA [3]. Triage DOA (drug konfirmasi atau uji pemastian untuk
of abuse) adalah salah satu memastikan identitas analit yang
immunoassay yang digunakan untuk terlibat dalam kasus kematian yang
penentuan kualitatif dari metabolit telah dilaporkan. Uji pemastian dari
utama obat-obatan terlarang seperti kasus tersebut menggunakan teknik
Benzodiazepin, Kokain, Amfetamin HPLC-MS [4]. Pada kasus ini
atau Metamfetamin, Metadon, sampel yang akan dianalisis dari
Tetrahidrocannabinol, Opiat, hasil autopsi adalah sampel darah,
Barbiturat, dan Antidepresan urine, dan cairan pencernaan [3].
Tricyclic dalam urin. Dalam Berdasarkan hasil uji skrining dan
penelitian ini uji skrining konfirmasi pada spesimen sampel,
menggunakan immunochemical drug didapatkan adanya kedua senyawa
screening kit Triage DOA tersebut pada sampel darah, urin, dan
memberikan hasil negatif. Sehingga cairan pencernaan. Pada tahap
dapat diketahui bahwa kasus determinasi dan interpretasi hasil,
kematian tersebut tidak disebabkan maka data hasil kuantifikasi senyawa
oleh obat-obatan terlarang. target dikaitkan dengan deskripsi
Pada deskripsi kasus kasus untuk dapat menarik
dijelaskan bahwa polisi menemukan kesimpulan.
barang bukti berupa botol yang berisi Hasil dari analisis kantitatif
cairan kecoklatan gelap yang terdiri menggunakan metode HPLC-MS,
55 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

secara spesifik menunjukkan saluran pencernaan atau petechial


konsentrasi dichlorvos yang cukup hemorrhages hingga mukosa
tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, lambung. Keseluruhan gejala
dibandingkan dengan data kematian tersebut ditemukan pada korban saat
yang pernah dilaporkan sebelumnya otopsi [3].
tentang kematian yang diakibatkan Sementara untuk kasus
oleh diclorovos dan pentoate. kematian bunuh diri akibat phentoate
Berdasarkan kasus kematian akibat yang pernah dilaporkan, konsentrasi
dichlorvos yang pernah dilaporkan, phenthoate dalam darah seesar 18,5
konsentrasi dichlorvos pada darah mg/mL, jumlah tersebut jauh lebih
korban setelah 24 jam yakni 29 tinggi dari yang terdeteksi dalam
µg/mL. Laporan kasus lainnya darah jantung dalam kasus ini.
menunjukkan konsentrasi dichlorvos Namun, tidak diketahui secara detail
setelah 3 hari kematian yakni 4,4 apakah sampel darah postmortem
µg/mL. Apabila dibandingkan yang diperiksa dalam kasus tersebut
dengan hasil determinasi senyawa merupakan sampel darah perifer atau
dichlorvos pada sampel organ tubuh jantung dalam otopsi. Menimbang
korban yaitu didapatkan konsentrasi bahwa hanya ada satu laporan kasus
dichlorvos sebesar 11,6 µg/mL pada seperti itu dalam kedokteran
kapasitas jantung kiri, 4,6 µg/mL forensik, sehingga sulit untuk
pada kapasitas jantung kanan, 2,54 mengevaluasi konsentrasi senyawa
µg/mL pada urne, dan 7,35 gram mematikan dari phenthoate dalam
pada isi perut. Hasil tersebut darah postmortem [3]. Oleh karena
menunjukkan bahwa memang benar pada kasus ini ditemukan kadar
korban telah terpapar dichlorvos, phenthoate dalam perut korban
dilihat dari distribusi senyawa sebesar 4,55 gram, maka dapat
tersebut disemua jalur metabolisme disimpulkan bahwa phenthoate telah
tubuh. Selain itu, konsentrasi dicerna. Selain itu, phenthoate
dichlorvos yang didapat cukup untuk mengandung bagian carboxyester di
menimbulkan efek kematian pada sisi rantai asam yang dihidrolisis
korban [3]. oleh karboksilesterase dalam tubuh
Hasil determinasi dichlorvos untuk membentuk metabolit beracun
juga diperkuat dengan tanda-tanda yang tidak sesuai yaitu asam fentoat.
lain pada tubuh korban yang Tingkat sisa phenthoate dalam darah
menguatkan dugaan bahwa kematian manusia yang mengandung
korban diakibatkan karena overdosis dichlorvos secara signifikan lebih
terhadap dichlorvos. Presentasi klinis tinggi daripada di dalam darah tanpa
overdosis organofosfat termasuk dichlorvos, hal ini dikarenakan
ulkus hemoragik pada saluran hidrolisis karboktor dalam fenthoat
pencernaan bagian atas atau perforasi tertunda karena penghambatan
usus kecil pada pasien. Pada kasus aktivitas karboksilesterase oleh
bunuh diri yang fatal akibat dichlorvos, yang menyebabkan
dichlorvos, ulkus berdarah dari kematian yang fatal.
56 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

yang menguatkan dugaan bahwa


KESIMPULAN kematian korban diakibatkan karena
Dichlorvos dan phenthoat overdosis terhadap dichlorvos. Hasil
adalah pestisida golongan determinasi juga ditemukan kadar
organofosfat yang memiliki efek phenthoate dalam perut korban
toksik pada manusia dan dapat sehingga disimpulkan bahwa
menyebabkan kematian yang fatal. phenthoate telah dicerna. Phenthoate
Kasus bunuh diri menggunakan membentuk metabolit beracun yang
pestisida golongan organofosfat tidak sesuai yaitu asam fentoat yang
(dichlorvos dan phenthoat) menyebabkan kematian yang fatal.
merupakan salah satu kajian analisi Berdasarkan analisis toksikologi
toksikologi postmortem. Sebagai tersebut, maka dapat disimpulkan
seorang toksikolog forensik, bahwa memang benar korban
diperlukan suatu kompetensi untuk meninggal akibat keracunan pestisida
dapat menangani kasus kematian golongan organofosfat (dichlorvos
bunuh diri yang diduga disebabkan dan phenthoat)
oleh dichlorvos dan phenthoat.
Penanganan kasus bunuh diri akibat DAFTAR PUSTAKA
dichlorvos dan phenthoate dilakukan [1]. World Health Organization.
dari penyiapan sampel, uji 2004. World Health Report
penapisan, uji pemastian, 2004. Geneva: World Health
determinasi, dan interpretasi data. Organization.
Pada penyiapan sampel [2]. Lee M. S., Kerns E. H.. 1999.
diperhitungkan jenis dan sifat LC/MS Applications In Drugs
biologis spesimen, fisikokimia dari Development. Mass
spesimen, serta tujuan analisis. Uji Spectrometry Reviews. Vol.18
skrining pada kasus dilakukan (3 ): 187-279.
dengan pendekatan yang ditargetkan [3]. Nara, A., C. Yamada, T.
berdasarkan bukti yang ditemukan Kodama, K. Saka, dan T.
berupa botol yang berisi dichlorvos Takagi. 2018. Fatal Poisoning
dan phenthoat. Uji pemastian with Both Dichlorvos and
dilakukan untuk mengenali identitas Phenthoate. Journal of
analit, sehingga dapat menentukan Forensic Sciences: 1-4.
secara spesifik toksikan yang ada. [4]. Moffat, A. C., M. D. Osselton
Uji determinasi bertujuan untuk and B. Widdop. 2005. Clarke’s
mengetahui konsentrasi dari senyawa Analysis of Drugs and Poisons.
yang telah dipastikan sebelumnya. Pharmaceutical Press.
Analisis kantitatif menggunakan [5]. Shimizu K et al. 1996. Tissue
metode HPLC-MS secara spesifik distribution of DDVP after
menunjukkan konsentrasi dichlorvos fatal ingestion. Forensic Sci Int
yang cukup tinggi. Hasil determinasi 83:61–66.
dichlorvos juga diperkuat dengan [6]. Abe E et al. 2008. A fatal
tanda-tanda lain pada tubuh korban dichlorvos poisoning:
57 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2019; 1(1) : 51 - 58 e-ISSN 2657-0815,p-ISSN 1979-1763
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

concentrations in biological toxicology. Clinical


specimens. J Forensic Sci 53: toxicology. 32 (1): 49-60.
997–1000. [9]. Wirasuta, I M. A. G. 2008.
[7]. Morgan, D.P. 1982. Analisis Toksikologi Forensik
Recognition and Management dan Interpretasi Temuan
of Pesticide Poisonings. Analisis. Indonesian Journal of
Washington: U.S. Government Legal and Forensic Sciences,
Printing Office. Vol. 1(1).
[8]. Kawabata, S., Hayasaka M., [10] PANAP. 2013. Kasus
Hayashi H., Sakata M., Keracunan Pestisida. Diakses
Hatakeyama Y., dan Ogura N. 5 Maret 2019
1994. Phenthoate metabolites http://www.who.imt/mental_he
in human poisoning. Journal of alth/prevention/suicede/pestici
des.

58 Putu Nandya Nandita, Ni Made Widi Astuti, Pande Made Nova Armita Sari, IMA Gelgel Wirasuta
Departemen Toksikolgi Forensik , Laboratorium Toksikologi Forensik Universitas Udayana
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Bali Indonesia

Anda mungkin juga menyukai