Judul Laporan
Observasi Keselamatan Kerja di Laboratorium
B. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 1 Mei 2018
Selasa, 15 Mei 2018
Waktu : Pukul 13.00 WIB s.d 14.40 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi FPMIPA UPI
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja di laboratorium
2. Untuk mengetahui larangan-larangan saat berada di laboratorium
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan darurat
D. Dasar Teori
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab
melakukan eksperimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus.
Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan
kerja. Pada umumnya kecelakaan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian
atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan keadaan
(atitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium ( Sunarto, 2009 ).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya
pemeliharaan karyawan yang lebih baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, yang
hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar
mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk
perusahaan ( Hasibuan, 2003 : 188 ).
Keselamatan Kerja di Laboratorium perlu diinformasikan secara cukup
(tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di
laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal
tersebut perlu dijelaskan berulang- ulang agar lebih meningkatkan
kewaspadaan. Keselamatan yang dimaksud termasuk orang yang ada di
sekitarnya (Sunarto, 2009).
Paparan Bahan Kimia Beracun Salah satu risiko yang sulit diprediksi dan
paling berbahaya yang dihadapi pegawai di dalam laboratorium adalah kadar
racun berbagai bahan kimia. Di laboratorium kimia, tidak ada satu zat pun
yang sepenuhnya aman dan semua bahan kimia menghasilkan efek beracun
jika zat tersebut dalam jumlah yang cukup tersentuh oleh sistem hidup.
Banyak bahan kimia memiliki lebih dari satu jenis kandungan racun ( Moran,
2010 : 5 )
Menurut Lisa Moran ( 2010 : 5-6 ), bahan kimia mudah terbakar,
eksplosif, dan reaktif merupakan risiko besar bagi pegawai laboratorium.
Semua pegawai laboratorium perlu menyadari kemungkinan kebakaran atau
ledakan jika bahan-bahan kimia ini ada di laboratorium.
a. Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang siap memantik api
dan terbakar di udara, dan bentuknya bisa padat, cair, atau uap. Untuk
menggunakan bahan mudah terbakar dengan benar, diperlukan
pengetahuan tentang kecenderungan bahan ini untuk menguap, memantik
api, atau terbakar dalam berbagai kondisi di laboratorium. Cara terbaik
untuk menangani bahaya ini adalah mencegah munculnya uap mudah
terbakar dan sumber pemantik api pada saat bersamaan.
b. Bahan kimia reaktif adalah bahan yang bereaksi liar jika dikombinasikan
dengan bahan lain. Bahan ini meliputi zat yang reaktif terhadap air, seperti
logam alkali; bahan piroforik, seperti logam terbagi dengan baik; dan
bahan kimia yang tidak kompatibel, seperti cairan murni dan asam
hidrosianik gas dan basa.
c. Bahan kimia eksplosif meliputi berbagai bahan yang bisa meledak dalam
kondisi tertentu. Di antaranya meliputi bahan peledak, senyawa azo
organik dan peroksida, bahan oksidasi, dan bubuk dan zat khusus.
Kecelakaan dapat terjadi dalam setiap kegiatan manusia. Kecelakaan
merupakan suatu kejadian di luar kemampuan manusia, terjadi dalam sekejap
dan dapat menimbulkan kerusakan baik jasmani maupun jiwa. Kegiatan yang
membahayakan sering terjadi di laboratorium ataupun di bengkel, tetapi hal
ini tidak harus membuat kita takut untuk melakukan kegiatan laboratorium
(Yusuf, 2004)
Sumber Terjadinya Kecelakaan Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan
oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya kecelakaan menunjukkan
bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakaan di
laboratorium:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan
proses- proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan laboratorium.
2. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang
melakukan kegiatan laboratorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan pelindung kegiatan laboratorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya
harus ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan
atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.
E. Alat
Tabel E.1 Alat yang digunakan dalam Observasi Keselamatan Kerja di
Laboratorium
No. Alat Jumlah
1. Buku catatan 1
2. Alat tulis 1
3. Serbet 1
4. Alat peraga pisau 1
5. Alat peraga tali 1
6. Alat peraga sapu 1
7. Laptop 2
F. Langkah Kerja
Pengamatan peragaan
Laporan disusun
prosedur keselamatan
Pencatatan hasil
pengamatan
G. Hasil Pengamatan
H. Pembahasan
1. Penanganan korban terpatuk ular
Hal yang perlu dilakukan untuk pertolongan pertama korban yang
terpatuk ular adalah dengan bersikap dan mengkondisikan korban tetap
tenang agar racun idak cepat menyebar. Selanjutnya, posisikann bagian
tubuh yang digigit di bawah tingkat jantung. Kemudian bersihkan luka
gigitan dengan kapas atau kain dan segera hambat aliran darah dari bekas
gigitan menggunakan tali agar racun tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Buat luka baru di dekat bekas gigitan ular kemudian urut bagian tubuh dari
sekitar bagian atas dari bekas luka sampai darah yang mengandung racun
keluar. Segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
2. Penanganan korban strom listrik
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada korban tersengat
listrik adalah dengan memisahkan korban dengan sumber listrik atau
memutus sumber listrik. Hal yang perlu diperhatikan untuk penanganan
korban tersengat listrik adalah jangan menyentuh korban secara langsung,
guanakan alat bantu yang bersifat isolator seperti gagang kayu atau sarung
tangan dan alas kaki berbahan karet. Kemudian cek denyut nadi korban
pada bagian leher. Jika tidak ada detak jantung, lakukan prosedur CPR.
Jika korban bernapas, bawa korban ke lokasi bersikulasi baik. Posisikan
tubuh korban pada posisi mudah untuk bernapas. Jika terdapat luka bakar,
tutup dengan kain. Untuk penanganan lebih lanjut, bawa korban ke rumah
sakit.
oleh :
Kelas A/2017
Kelompok 4