Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilain adalah suatu prose atau tahap menganalisa kejadian yang terjadi
pada korbanyan. Penilaian merupakan hal terpenting yang harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya sehingga tidak ada satu hal pun yang terlewatkan. Dalam penilain ada
beberapa langkah, yaitu penilaian keadaan, penilaian dini, pemeriksaan fisik riwayat
korban, pemeriksaan berkala atau lanjut pelapaoran. Penatalaksanaan korban
bergantung pada kesimpulan penolong , apakah korban tergolong suatu kasus ruda
paksa (trauma cedera) atau penyakit (medis).

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat mengikuti Ujian Makalah dan dapat
berlanjut kepada tahap berikutnya yaitu pengambilan Slayer sebagai wujud
keberhasilan dalam tahap pengujian pada Organisasi Palang Merah Remaja. Selain
itu juga pembuatan Makalah ini untuk memenuhi syarat menjadi Anggota tetp
Palang Merah Remaja Unit SAM NEGERI 1 NABIRE.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari penilaian ?
2. Sebutkan langkah-langkah dalam penilaian ?
3. Bagaimana cara memeriksa nadi, pernapasan, suhu dan kulit pada korban ?

1
BAB II

A. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah suatu proses atau tahap menganalisa kejadian yang terjadi
pada korbanya. Ketika hendak memberikan pertolongan pertama pada korban, maka
hal terpenting yang harus di lakukan terlebinh dahlu adalah dengan melakukan
PENILAIAN baik terhadap keadaan korban maupun situasi dan kondisi secara
keseluruhan, penilaian ini harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada
satu hal pun yang terlewatkan. Penatalaksanaan korban bergantung pada
kesimpulan penilaian penolong, apakah korban ini tergolong suatu kasus ruda paksa
(trauma cedera) atau penyakit (medis).

Adapun tindakan penilaian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu :

 Penilaian keadaan
 Penilaian dini
 Pemeriksaan fisik
 Riwayat korban
 Pemeriksaan berkala atau lanjut
 Serah terima dan pelaporan

B. Penilaian keadaan
Pada saat penolong mencapai tempat kejadian sebelm melakukan sesuatu
hendaknya penilain keadaan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang kejadian yang sedang di hadapi. Fator-faktor yang
akan mendukung atau menghambat pertolongan pertama, apakah ada bahaya
susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selaluh
bahwa seorang atau lsebih sudah menjadi korban, jangan di tambah lagi dengan
penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Hal ini
juga diperlukan untuk menilai bahaya lain yang dapat terjadi terhadap korban,
penolong atau orang-orang disekitar tempat kejadian.

2
Tahap yang dilakukan pada penilaian keadaan ini penolong harus mengamankan
lokasih, penderita,penolong dan timnya serta orang-orang yang ada di sekitar
kemudiaan penolong harus memperkenalkan dirinya dan tim (jika dalam sebuah tim),
baik kepada korban (jika sadar) dan kepada orang-orang disekitar lokasih. Tahap
selanjutnya adalah penolong harus menentukan bantuan apa yang diperlukan jika
dianggap perlu dan memungkinkan.

Keamanan lokasih pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasih kejadian,


haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan. Pada penilaian
ini ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu penolong melakukan analisa,yaitu :

1. Bagaimana kondisi saat itu ?


Apa yang sedang di hadapai,berapa jumlah korban, bagaimana mekanisme
kecelakaannya, bagaimana keadaan lingkungannya, rencana pertolongannya, apa
saja yang bisa di manfaatkan saat itu.
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?
Bahaya apa yang mungkin terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
penolong, penderita dan orang-orang di sekitar tempat kejadian. Misalnya
kemungkinan ledakan, perkelahian, kebakaran dan lain-lain.
3. Bagaimana mengatasinya ?
Penolong melakukan langkah-langkah untuk mengamankan keadaan atau ancaman
bahaya dan menentukan tindakan pengamanan bila sesuatu terjadi. Cara-cara
mengatasih keadaan secara sederhana dan cepat sehingga pertolongan tidak akan
mengalami kesulitan.
Setelah keadaan ini di atasih barulah kita mendekati dan menolong korban. Ada
kalanya berjalan bersamaan dan informasih lain yang langsung dapat diperoleh
dalam penilaian keadaan ini adalah :
1) Kejadian itu sendiri
2) Korban(bila sadar)
3) Keluarga atau saksi
4) Mekanisme kejadian
5) Perubahan bentuk yang nyata (cedera yang jelas)
6) Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit

3
C. Penilaian dini
Ditahap ini penolong harus menganalisa dan mengatasih keadaan yang
mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila
dalam pemeriksaan ditemukan adanya masalah ,khususnya pada sistem pernapasan
dan sistem sirkulash maka penolong harus langsung melakukan tindakan bantuan
Hidup Dasar dan Resusitasi.

Adapun langkah-langkah yang di lakukan dalm penilaian dini adalah :


1. Kesan umum, harus melakukan penentuan korban menderita kasus trauma atau
kasus medis.
a) Kasus trauma : kasus yang di sebsbkan oleh ruda paksa dengan tanda yang
terlihat jelas atau teraba. Contoh :luka terbuka, luka memar, patah tulang
dan sebagainya.
b) Kasus medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.
Contoh :sesak nafas atau pingsan pada kasus ini oenolong harus lebih
berupaya mencari riwayat gangguannya.
2. Memeriksa respon, hal yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat
ringannya gangguan yang terjadi didalam otak. Respon dinilai berdasarkan reaksi
yang diberikan korban terhadap rangsanggan yang diberikan penolong.

Respon dibagi menjadi 4 yaitu :

Awas : Alert

Suara : Voice

Nyeri :pain

Tidak respon : Un respon

ASNT : AVPU

4
Awas : korban sadar dan mengetahui keberadaannya, biasanya korban tanggap
terhadap orang, waktu dan tempat, sedikit gangguaan dapat bermakna. Beberapa
korban mungkin terkesan sadar penuh tetapi tidk menyadari keadaan lingkungan
atua di mana mereka berada.

Suara : korban hanya bisa menjawab/bereaksi bla di panggil atau mendenggar.


Penderita dikatakan respon terhadap (rangsang) suara. Seorang korban tidak
menjawab mengenai tempat dan waktu juga tergolong dalam kelompok ini, mungkin
saat itu mereka sedang menggalami kasus medis. Korban tidak perlu mampu
menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.

Nyeri : korban hanya bereaksi bila diberikan respon (rangsang) nyeri, misal dengan
cubitan yang kuat dan penekanan pada tulang dada (bila tidak ada cedera dada) oleh
penolong.reaksi yang bisa diliat ketika diberi rangsang nyeri adalah membuka mata,
erangan, mlipat atau menjatuhkan alat gerak, dan gewrakan ringan, lainnya.
Laporannya adalah respon terhadap nyeri.

Awas respon : korban tidak bereaksi dengan rangsang apapun yang di lakukan
penolong tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak
bereaksi pada rangsang nyeri.

Jika dijumpai kasus ini,maka penolong harus segera melakukan


penatalaksanaan penanganan dengan jalan nafas dan lainnya.

3. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik (ARWAY)


Keadaan jalan nafas dan respon korban merupankan dasar penatalaksanaan
penderita pastikan agar jalan nafas korban terbuka dan bersih. Cara menentukan
keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan apaka ada respon atau tidak.
1. Korban dengan respon baik

Perhatikan pada saat korban berbicara,perhatikan ada tidaknya gangguan


suara atau gangguan berbicara , atau suara tambahan, suara tambahan ini dapat
menjadi petunjuk adanya gigi, darah atau benda lainnya dalam saluran nafas.
Nilai juga apakah penderita itu dapat mengucapkan satu kalimat tanpa terputus
atau tidak.

2. Korban yang tidak respon

Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka.bila


tidak ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik ANGKAT DAGU-TEKAN DAHI.
Sebaliknya bila terdat cedera spinal gunakan teknik PERASAT PENDORONGAN

5
RAHANG BAWAH. Pemeriksaan jalan nafas tidk hanya di lakukan satu kali dan
terus menerus terutama pada korban yang mengalami cedera berat atau banyak
muntah.

4. Menila i pernafasan (breathing), setelah jalan nafas dipastiakan terbuka dengan


baik dan bersih, maka anda sebagai penolong harus menentukan pernafasan
penderita. Periksalah ada atau tidaknya nafas korban dengan cara LIHAT,
DENGGAR, dan RASAKAN selama 3-5 detik. Penilaian ini tidak terbatas hanya
pada ada atau tidak adanya nafas, tapi juga pada kualitas nafas itu sendiri,
apakah korban cukup untuk mempertahankan kehidupan. Bila ternyata
penderita tidak bernafas maka segera lakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar dan
Resusitasi jantung paru.
5. Menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat, periksaan ini penolong
menilai apakah jantung korban melakukan tugasnya untuk memompakan darah
keseluruh tubuh atau tidak. Pastikan denyut jantung cukup baik dan tidak ada
pendarahan yang membahayakan nyawa.

 Menilai Sirkulasi
a. Korban respon :periksa nadi radial (pergelangan tangan),untuk bayi pada nadi
brakial (bagian dalam lengan atas).

b. Korban tidak respon : periksa nadi karotis (leher), pada bayi tetap pada nadi
brakial, pemeriksaan ini dilakukan interval waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera
lakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
c.
6. Hubungi bantuan, apabila dirasa perlu atau bagi anda yang memang awam
terhadap pertolongan,pertama segera meminta bantuan rujukan. Mintalah
bantuan kepada orang lain untuk melakukannya atau lakukan sendiri. Pesan yang
disampaikan singkat, jelas dan lengkap. Hubungi bantuan segera bila penolong
menilai bahwa korban tidak ada respon.

Dalam pemeriksaan dini perlu juga di pertimbangkan prioritas transportasi


korban. Apakah harus segera mungkin atau dapat tertunda. Penilaian terarah akan
sangat membantu hal ini,penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang
mengancam nyawa sudah ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.

6
D. Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan korban dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik.
Memang dalam tutorial yang diberikan, penatalaksanaan korban di lanjutkan dengan
dilakukanya penatalaksanaan secara teratur dan berurutan,namun seringkali
dilapangan keadaan korban yang menentukan cara anda sebagai penolong untuk
memeriksa.

Setiap kali penolong menemukan gangguan apalagi yang membahayakan nyawa,


maka saat itulah penanganan cedera harus dilakukan. Sebaiknya pemeriksaan
korban dilakukan dulu secara cepat dan prioritaskan penanganan cedera yang mana
harus didahulukan disusun. Jangan sampai penolong terjebak dalam menangani
cedera yang tidak penting walau itu adalah hal yang pertama kali ditemukan dan
membiarkan cedera yang lebih berat tanpa pertolongan atau terlambat.

Penilaian terarah tujuannya adalah agar penolong harus dapat melakukan


penatalaksanaan yang terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi,juga
menunjukan sikap professional dalam melakukan tindakan pertolongan secepatnya
berorietasikan masalah yang dihadapi.

Pada kasus TRAUMA penilaian korban harus lebih dititik beratkan pada hasil
pemeriksaan fisik, baik yang teraarah sesuai dengan keluhan korban atau keterangan
saksi, mekanisme kejadiaaan atau setelah seluruh pemeriksaan fisik secara
menyeluruh selesai dilakukan.

Tanda vital di periksa dan bila memungkinkan baru dilakukan wawancara untuk
memperoleh riwayat korban pada umumnya tanda pada kasus trauma jelas terlihat
dan teraba, kecuali korban mengalami cedera dibagian dalam tubuh. Pada keadaan
ini mekanisme kejadian dan gejala harus dipelajari dan diteliti.

 Pada kasus ini kita membedakan berdasarkan mekanisme cedera,


apakah dinilai cederanya signifikan adalah :
 Terpental keluar dari kendaraan.
 Adanya penumpang lain yang meninggal di ruang yang sama.
 Jatuh dari motor atau terbalik,melaju dengan kecepatan tinggi.
 Jatuh dari ketianggian lebih dari 5 meter.
 Korbantidak respon atau ada gangguan status mental.
 Ada luka tusuk didaerah kepala, dad, atu perut.

7
Penentuan signifikan atau tidak juga sangat dipengaruhi oleh mekanisme
kejadian dan usia penderita,misalnya hal yang signifikan jika terjadi pada seorang
bayi yng jatu dari ketinggian kurang dari 5 meter namun kepala korban yang lebih
dahulu ini juga dapat berakibat fatal.

 Mekanisme pada korban yang cedera tidak signifikan :


 Cara penyebab terjadinya cedera (mekanisme cedera)
 Wawancarai korban sambil menilai apakah pernafasanya cukup kuat dan
ada tanda-tanda pendarahan besar atau tidak.
 Temukan riwayat yang berhubungan dengan kejadiannya dan
pemeriksaan sesuai dengan keluhan penderita.
 Nilai tanda vital
 Lakukan pemeriksaan fisik rinci sesuai dengan kebutuhan.

 Mekanisme pada korban cedera signifikan :


 Nilai keadaan dan tentukan kemungkinan penyebab cederannya.
 Wawancarai keluarga atau saksi mata pada sat bersamaan lakukan
penilaian penderita untuk mengetahui keadaan yang mengancam nyawa.
Stabilkan leher penderita,perisa jalan nafas,nilai pernapasan dan nadi,
jangan lupa mencari tanda-tanda perdarahan besar.
 Lakukan penilaian trauma cepat,yaitu pemeriksaan fisik menyeluruh
secara cepat dan melakukan penatalaksanaannya secara cepat,carilah
cedera yang menyolok dan membutuhkan penanganan segera.
 Nilai tanda viatal bilakeaan korban terkesan tidak stabil.
 Lakukan pemeriksaan fisik rinci bila waktu cukup tersedia.
 Ulangi penilaian tanda vital,catat perubahan yang tejadi.

Pada kasus medis pelaku pertolongan pertama harus memperoleh riwayat


korban lebih dahulu baru di lanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang diperlukan serta
mencari nilai tanda vital. Hal ini dilakukan mengingat kasus medis umumnya hanya
berupa gejala yang di rasakan oleh korban saja. Untuk mendapat data yang lebih
lengkap penolong harus dapat membuat sumber informasi lain menjelaskan gejalanya
secara baik dan jelas.

Dilangan pada korban sadar biasanya penilaian terarah di atur oleh korban
karena dialah yang akan mengeluh. Sangat tidak professional bila korban
mengeluhkan sesuatu tapi penolong tidak segera menanganinya.

8
Pada kasus ini korban dibagi berdasarkan ada tidaknya respon, untuk yang
tidak respon segera lakukan pemeriksaan fisik secara cepat hanya untuk memastikan
ada tidaknya trauma,kemudiaan dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital. Bila
ditemukan adanya perubahan adanya perubahan tanda vital diluar batas normal maka
anggap korban itu mengalami masalah medis.

Riwayat korban di peroleh dari keluaraga atau saksi mata,untuk korban sadar
lakukan tanya jawab terlebih dahulu untuk mencari riwayat penderita,lanjutkan
dengan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan korban. Kasus medis biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan fisik secara rinci.

 Mekanisme pada korban medis yang respon :


 Mulai dengan tanya jawab dan lanjutkan selama menilai dan menangani
korban
 Ajukan pertanyaan yang mengarah pada riwayat penyakit.
 Lakukan pemeriksaan korban sesuai dengan keluhan yang diberikan saat
tanya jawab.
 Nilai tanda vital.

 Mekanisme pada korban medis yang tidak respon :


 Berusaha melakukan wawancara atau tanya jawab dengan keluarga atau
saksi untuk mencari riwayat penyakit atau penyebabnya,namun di
samping itu diperhatikan :
 Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik,pernapasanya baik, adanadi,
jangan lupa memeriksa ada tidaknya pendarahan besar. Lakukan
penatalaksanaan sesuai dengan temuan penolong.
 Periksa tanda-tanda khas suatu penyakit.
 Nilai tanda vital.

Pemeriksaan korban merupakan suatu keterampilan yang harus dilatih.

Prinsip pemeriksaan fisik menyeluruh korban :

a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh korban.


Tujuannya untuk menemukan berbagai tanda.
b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan,biasanya dari ujung
kepala sampai ujung kaki,namun dapat berubah sesuai kondisi korban.

9
Tindakan ini melibatkan panca indra kita berupa :

1. Penlihatan (inspeksi)

Bagian yang akan diperiksa sedapat mungkin terpapar dengan jelas. Bila dianggap
perlu buka atau potonglah pakaian korban. Lihat ada tidaknya khas suatu penyakit
atau cedera. Inspeksi ini dilakukan dengan secara menyeluruh terlebih dahulu baru
dilakukan secara khusus.

2. Perabaan (palpasi)

Perabaan dilakukan dengan kedua belah tangan secara teratur atau berurutan dan
sistematis dimulai dari ujung kepala sampai ujung jari kaki,namun dapat berubah
sesuai dengan kondisi korban. Biasanya dilakukan paling akhir,karena dapat
menyebabkan rasa nyeri pada korban.

3. Pendengaran (auskultasi)

Penolong mendengarkan tanda suatu penyakit atau gangguan indera pendengaran


ini paling umum digunakan untuk mendengarkan suara nafas saat melakukan
penilaian pernafasan.

Lakukan pemeriksaan secara berurutan,lihat,bandingkan baru raba

Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan fisik secara


rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewatkan.pemeriksaan
fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.

Pada penderita cedera harus dicari adanya :

Perubahan bentuk (Deformities) bandingkan ssi yang sakit dengan sisi yang sehat.

Luka terbuka (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah.

Nyeri (Tenderness) daearh yang cedera lunak bila ditekan.

Bengkak (Swilling) daearah yang cedera mengalami pembengkakan.

Akronim : PLNB

Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat banyak yang tidak terlihat
dan menyimpan serius cedera potensial.

10
Pada saat pemeriksaan fisik, penolong harus selalu memperhatikan korban.
Adanya perhatian ini menunjukan bahwa kita bertujuan baik dan biasanya akan
memudahkan kita memperoleh data yang diperlukan. Tekadang korban tidak mau
gangguan atau kelainannya tidak ingin diketahui sehingga pertanyaan hanya akan
dijawab dengan kata “tidak” sehingga data yang diperoleh tidak akurat. Pemeriksaan
fisik ini dilakukan dengan teliti.

 Proses pemeriksaan fisik :


a. Kepala

Meliputi kulit kepala dan tulang tengkorak termasuk tulang-tulang wajah.

b. Telingga dan hidung

Perhatikan adanya cairan bening,darah atau campurannya. Tidak penting dari mana
asal cairan tersebut,tetapi curigai kemungkinan yang paling berat yaitu terjadinya
cedera tulang tenkorak dan otak bila mekanisme cederanya mendukung.

c. Mata
o Manik mata (pupil) : apakah besar-kecil dan simetris antara kiri dan kanan
sama? Umumnya manik mata akan mengecil bila terkena cahaya.
o Gerakan bola mata : apakah kiri dan kanan sama?
o Kelopak mata : apakah bagian dalam kelopak mata pucat?
o Bagian putih mata : apakah ada kelainan? Adanya warna selain putih
mungkin merupakan suatu tanda adanya penyakit tertentu. Hal lain yang
memungkinkan ditemukan adalah disertai kemerahan,yang bila di sertai
cedera mungkin merupakan tanda pendarahan.
o Bagaimana refleksinya,normal atau melambat, atau bahkan tidak ada
sama sekali.

Catatan : bila memeriksa mata usahakan jangan sampai sinar terang mengganggu
pemeriksaan,upayakan untuk melindungi mata dari sumber cahaya.

d. Mulut

Apakah ada perdarahan,bagian gigi yang patah, benda asing,atau gangguan lain?

11
e. Leher

Periksa leher sebelum memasang pelindung leher (bila dianggap perlu). Selaian PLNB
perhatikan apakah tenggorokan tertarik kesatu sisi? Apakah ada pembesaran darah
leher? Bagaimana perabaan bagian belakang leher? Bila ada luka terbuka pada leher
segera pasang penutup kedap.

f. Dada

Perhatikan luar dari tulang dada,tulang rusuk dan permukaan kulitnya. Cedera pada
daerah dada dapat berakibat cedera pada organ dalam rongga dada. Bila
menemukan adanya PLNB pada daerah dada perhatikan pernafasan korban. Pada
korban dengan respon dapat diminta untuk menarik nafas dalam dan tanyakan
apakah ada nyeri. Pemeriksaan tulang iga dan dada dapat dilakukan dengan
merabanya tetapi hati-hati.

g. Perut

Bagian perut merupakan bagian yang paling lemah perlindungannya,sehingga bila


ada ruda paksa didaerah perut,besar kemungkinan organ dalam perut juga akan
mengalami cedera. Periksa PLNB dan lakukan sesuai keadaan perut sedemikiaan
rupa sehingga tidak ada bagian yang terlampoi periksa ketegangan dinding perut,
khusus bila ada tanda-tanda ruda paksa didaerah perut,ketegangan dinding perut
dapat menjadi salah satu indikator terjadinya perburukan. Pemeriksaan perut yang
paling penting adalah perabaan perabaan yang mencari adanya daerah dengan nyeri
tekan. Bila ada keluhan, maka lakukan perabaan dan bagian yang nyeri ditekan
dengan hati-hati bagian yang nyeri diperiksa terkhir.

h. Punggung

Pada korban trauma,pemeriksaan punggung biasanya dilakukan terakhir yaitu saat


pemindahan korban keatas tandu atau papan spinal. Seperti halnya pemeriksaan
ditempat lain,pemeriksaan dilakukan dengan mencari PLNB walau lebih
mengandalkan palpasi (perabaan).

12
i. Panggul

Didaearah ini ruda paksa yang paling sering dialami adalah patah tulang yang
berakibat perdarahan dalam dan dapat berakibat fatal. Jumlah darah yang dapat
terkumpul dalam rongga ini dapat mencapai 2 liter,salah satu pemeriksaan
sederhananya untuk menilai keutuhan tulang-tulang panggul adalah adalah dengan
menekan bersamaan kedua bagian tulang panggul yang menonjol atau dengan
sedikit memutar bagian panggul. Hindarkan tindakan menggerakkan panggul ini bila
sudah ada kecurigaan cedera tulang belakang.daerah kemaluan hanya diperiksa bila
perlu.

Korban dengan cedera tulang punggung mungkin akan mengalami gangguan


berkemi dan buang air besar.

Sehingga pemeriksaan mungkin akan menemukan bau pesing atau bau tinja. Pada
pria dengan cedera tulang belakang mungkin akan terlihat bahwa kemaluannya
mengalami ereksi yang dikenal dengan istilah priapismus.

j. Anggota gerak atas dan bawah

Pada pemeriksaan anggota gerak selain dengan PLNB juga dilakukan pemeriksaan
Gerakan Sensasi Sirkulasi (GSS). Gerakan ini dilakukan untuk menilai keadaan tulang
,otot,maupun saraf. Bila mencurigai adanya patah tulang,termasuk patah tulang
punggung maka korban hanya diminta untuk menggerakkan ujung jarinya saja.

Sensasi dilakukan dengan melakukan perabaan atau cubitan ringan diujung alat
gerak. Cara lain yang dilakukan pada korban sadar adalah dengan memegang salah
satu jari lalu tanyakan jari apakah yang sedang dipegang.

Nadi pergelangan tangan (nadi radialis) diperiksa untuk menentukan sirkulasi


pada saat alat gerak atas. Alat gerak bahwa dapat dinilai sirkulasinya melalui dua
pembuluh nadi yaitu nadi punggung kaki (nadi dorsalis pedis) dan nadi dibelakang
mata kaki (nadi tibialis poterior).

13
Untuk korban anak-anak (kurang dari 6 tahun) perlu juga dilakukan pemeriksaan
pengisian kapiler,yaitu dengan jalan menekan kuku dibagian yang berbatasan
dengan kulit jari. Lalu dilihat berapa lama bagian yang pucat tersebut menjadi merah
kembali (umumnya warnanya akan kembali dalam waktu kurang dari 2 detik). Pada
orang dewasa pemeriksaan ini tidak bererti dan hanya dilakukan pada pemeriksaan
korban banyak.

 Tanda vital / denyut nadi

Setiap kali jantung berdenyut maka pembuluh nadi akan melebar dan
berkontraksi saat darah melaluinya. Nadi adalah gelombang tekanan yang
dihasilkan oleh denyut jantung.

 Denyut nadi dapat diperiksa pada bagian :

a. Leher (pembuluh nadi leher /arteri karotis)


b. Lengan atas (pembuluh nadi lengan atas /arteri brakialis)
c. Pergelangan tangan (pembuluh nadi pergelangan tangan / arteri radialis)
d. Lipat paha (pembuluh nadi lipat paha / arteri femoralis)

 Cara memeriksa nadi


1. Pasien berbaring atau duduk dengan tenang.
2. Raba nadi yang akan diperiksa dengan telunjuk dan jari tengah.
3. Tekan sedikit sampai nadi teraba,kemudiaan mulai menghitung sambil melihat
petunjuk detik pada jam.
4. Bila denyut nadi teratur,nadi diperiksa selama 15 detik dan hasilnya dikalikan 4
untuk mendapatkan denyut nadi permenit. Bila denyut nadi tidak teratur harus
dihitung selama 60 detik.
5. Laporkan juga teratur atau tidak, luatatau lemah denyut nadi penderita.

 Denyut nadi normal

 Bayi : 120-150 kali/menit


 Anak : 80-150 kali/menit
 Dewasa : 60-90 kali/menit

14
 Pemeriksaan pernafasan

Pada penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekuensi


pernafasannya sedang dihitung. Genggam tangan penderita kemudian letakkan di
atas dada atau perut,lalu amati naik turunnya.satu pernafasan adalah satu kali
menghirup nafas dan satu kali menggeluarkan nafas (satu kali gerakan naik naik dan
turun) pernafasan dihitung selama 30 detik,lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan
frekuensi pernafasan permenit.

 Beberapa gejala dan tanda gangguan pernafasan :

1. Berusaha menghirup nafas.


2. Pernafasanya terlalu cepat,lambat,dalam atau dangkal.
3. Bunyi nafas tambahan.
4. Kulit lembab berlebihan dan kemerahan kemudian jadi pucat atau kebiruan.
5. Sulit berbicara.
6. Pusing.
7. Nyeri dada,rasa kesemutan pada tangan dan kaki.
8. Perubahan status mental (cemas,gelis hingga tidak merespon).

 Frekuensi pernafasan :
 Bayi : 25-50 kali/menit
 Anak : 15-30 kali/menit
 Dewasa : 12-20 kali/menit

15
 Pemeriksaan suhu

Pada pemeriksaan suhu tubuh cukup diperoleh data suhu relatif (37). Apakah
ada peningkatan atau penurunan dengan dengan perabaan dengan menggunakan
punggung tangan pada dahi atau leher. Kelembapan kulit juga harus dinilai
(berkeringat/kering). Pemeriksaan tekanan darah adalah besarnya tekanan yang
diterima dinding pembuluh nadi pada saat darah dipompa melalui pembuluh darah.

Tekanan SISTOLIK adalah tekanan yang diukur pada saat jantung memompa
darah kedalam pembuluh nadi,sedangkan tekanan DISTOLIK adalah tekanan pada
saat jantung sedang tidak memompa darah dengan kata lain tekanan diantara dua
denyut jantung.

 Tekanan darah normal (dewasa) :

 Sistolik : 100-140 mmHg


 Distolik : 60-90 mmHg

 Kulit

o Pucat,dapat terjadi akibat gangguan peredaran darah.


o Kemerahan,tekanan darah tinggi, keracunan alkohol,luka bakar,demam,penyakit
infeksi.
o Kebiruan (sianossi),kurangnya oksigen dalam darah.
o Biru kehitaman,tanda pendarahan bawah kulit,pada penderita yang berkulit
relative gelap,maka perubahan dapat dilihat pada bibir,bawah kuku,telapak
tangan,pada bagian putih mata,bagian dalm kelopak mata bawah,gusi dan lidah.
 Beberapa peralatan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan
tanda vital adalah :
1. Jam tangan dengan petunjuk waktu yang jelas.
2. Senter kecil.
3. Stetoskop.
4. Alat penggukur tekanan darah (sfigmomanometer).
5. Alat tulis.
6. Pengukur suhu (termometer suhu)

16
E. Riwayat Korban

Pada sebuah penilaian korban yang terarah,wawancara atau tanya jawab perlu
dilakukan baikuntuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian,mekanisme
kejadian atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara atau tanya jawab dapat
dilakukan dengan korban (bila sadar),keluarga atau juga saksi mata dan bila memang
diperlukan wawancarai semuanya guna meminta keterangan yang lebih rinci
menggigat riwayat penyakit sangat pada kasus medis.

Untuk memudahkan wawancara atau tanya jawab ini dikenal dengan akronim :

K-O-M-P-A-K

K : Keluhan utama (gejala dan tanda)

Sesuatu yang sangat dikeluhkan oleh korban. Gejalanya adalah hal-hal yang hanya
dapat dirasakan oleh korban saja misalnya nyeri, pusing,dan sakit. Tanda adalah hal
yang dapat diamati oleh orang lain,baik dilihat, didengar,atau diraba. Saat melakukan
tanya jawab hindari jawaban “ya”atau “tidak”atau pertanyaan yang jawabannya
terarah.

Usahakan penderita memiliki kesempatan untuk mengekpresikannya dengan cara


memberikan pertanyaan terbuka.

O : Obat-obatan yang di minum

Tanyakan apakah korban sedang dalam suatu pengobatan,mungkin saja gangguan


yang dialami adalah akibat lupa meminum obat tertentu. Hal ini sering menjadi suatu
petunjuk dalam menghadapi suatu kasus medis.

Contohnya : seorang penderita kencing manis lupa meminum obat sebelum


makan,yang mungkin akan mengalami masalah akibat kadar gula darah yang tinggi.

M : Makanan atau minuman terakhir

Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada korban, hal
ini juga penting untuk diketahui bila ternyata korban kemudian harus menjadi
pembedahan dirumah sakit.

Pertanyaan seputar ini akan sangat bermanfaat bila menemui korban kasus
keracunan,terutama keracunan melalui saluran cerna.

17
P : Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang sedang diderita atau pernah diderita yang mungkin
berhubungan dengan keadaan yang dialami korban pada saat ini,misalnya keluhan
sesak nafas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu dan sebagainya.

A : Alergi yang dialami

Perlu juga diketahui apakah penyebab kelainan pada korban ini disebabkan oleh
alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya korban atau keluarga sudah
mengetahui bagaimana mengatasi keadaan darurat kasus alergi di indonesia masih
cukup jarang walaupun kejadiaannya makin meningkat.

K : Kejadiaan

Kejadiaan yang di alami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala
dan tanda penyakit yang diderita. Pertanyaan ini dapat membantu menentukan
apakah suatu kasus yang kita hadapi murni medis atau gabungan keduanya dimana
yang satu jadi penyebab dan yang lain menjadi akibat.

Penolong tidak membuat diagnose akan tetapi dapat membuat kesimpulan


berdasarkan hasil temuannya.

18
F. Pemeriksaan fisik

Penilaian dan penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa tugas
seorang penolong telah selesai pemeriksaan harus terus dilakukan secara
berkala,sebelum korban mendapat pertolongan medis. Pemeriksaan ini biasa dengan
cara mengulang dari awal atau mencari hal-hal yang terlewati
 Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali :
1. Keadaan repon.
2. Nilai kembali jalan nafas dan perbaiki bila perlu.
3. Nilai kembali pernafasan,frekuensi dan kualitasnya.
4. Periksa kembali secara seksama nadi korban dan bila perlu lakukan secara
rinci bila memang waktu resedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit,suhu,kelembaban dn kondisinya,periksa kembali
dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mungkin ada bagian yang terlewatkan
atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Pemeriksaan kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum
diperiksa atau sengaja dilewatikarena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan korban,apakah sudah baik atau masih perlu
ada tindakan lainnya,periksa kembali semua pembalutan,pembidaian apakah
masih cukup kuat,apakah pendarahan sudah dapat diatasi,dan bagian yang
belum terlewatkan.
8. Pertahankan komunikasi dengan korban untuk menjaga rasa aman dan
nyaman.

Bila korban belum stabil dan keadaannya cukupparah maka penilaian kembali
dilakukan setiap 5 menit sekali, pilih pemeriksaan yang sesuai dengan keadaan
korban,dan ingat tanda vital sebaiknya tetap diperiksa dan catat setiap perubahan
yang terjadi.

19
G. Pelaporan dan Serah Terima

Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis laporan berguna sebagai


catatan PMR dan bukti medis setelah selesai menaganikorban,apakah
penolongmelakukannya dalam tugas maka semua pemeriksaan dan tindakan
selanjutnya dalam pertolongan harus dilaporkan secara singkat dan jelas kepada
penolong selanjutnya.

 Hal yang perlu dicantumkan dalam laporan :


 Umur dan jenis kelamin.
 Keluhan utama.
 Tingkat respon.
 Keadaan jalan nafas.
 Pernafasan.
 Sirkulasi.
 Pemeriksaan fisik yang penting.
 KOMPAK yang penting.
 Penatalaksanaan.
 Perkembangan lainya yang penting.

Bila ada formulirnya sertakan formulir laporan kepada petugas yang


mengambil alih korban. Serah terima dapat dilakukan dilokasi,yaitu saat tim bantuan
datang atau mendatangi fasilitas kesehatan.

20
BAB III

A. Kesimpulan

Penilaian adalah suatu proses atau menganalisa kejadiaan yang terjadi pada
korbanya. Penilaian adalah hal yang penting ketika hendak memberikan pertolongan
pertama. Langkah-langkah dalam penilaian harus dilakukan secara keseluruhan dan
secara teratur sehingga tidak ada satu pun yang terlewatkan. Penatalaksanaan
korban bergantung pada kesimpulan penolong,apakah korban termasuk suatu kasus
ruda paksa atau penyakit.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat lebih mengetahui apa itu
penilaian dan bagaimana mengatasinya. Tanpa memandang berat atau ringannya
kasus yang dihadapi,baik terhadap korban maupun situasi dan kondisi secara
keseluruhan,ini harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada langkah-
langkah dalam penilaian yang terlewatkan penolong haruslah tanggap dengan cara
yang cepat ,tepat dan sederhana. Ingatlah selaluh bahwa seorang atau lebih sudah
menjadi korban jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban.
Keselamatan penolong adalah nomor satu.

21
HALAMAN PENERIMAAN

Nama : YOHAN BUNDA

NISN : 9989778209

KELAS : XF

SEKOLAH : SMA NEGERI 1NABIRE

Telah diujikan di hadapan penguji, pada hari ..........tanggal.........2015

Dengan predikat .....(...............................)

Nabire, 20 Mei 2016

Penuji,

WAHYUDDIN S.Pd.
NIP.198611182011041001

iii

22
HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah dengan judul : PENILAIAN KORBAN

Nama : YOHAN BUNDA

NISN :

Sekolah : SMA NEGERI 1 NABIRE

Setelah diteliti / di periksa, telah memenuhi persyaratan untuk di setujui

Nabire, 21 Mei 2016

1. Pembimbing

WAHYUDDIN S. Pd (.....................)

2. Pelatih

MARTHEN TODING S.KM (.....................)

3. Oarang tua / Wali

MARTHEN TODING S.KM (.....................)

4. Ketua PMR Unit SMA Negeri 1 Nabire

HERLINA (.....................)

5. Penulis

Yohan Bunda (.....................)

ii

23
DAFTAR PUSTAKA
htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-1.html

htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-2.html

htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-3.html

htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-4.html

htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-5.html

htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-6.html

htt://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/penilaian-korban-
bag-7.html

24
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa.karena berkat
rahmat dan karunia-nya saya dapat menyelesaikan makalahyang berjudul
“penilaian” Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk pendidikan lanjutan
dan pengambilan slayer PMR UNUT SMA NEGERI 1 NABIRE

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dalam rangka penyempurnaan dan perbaikan
penyusunan sangat diharapkan masukan idaei pembaca, mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini memberikan informasih bagi masyarakat dan bermanfaat bagi kita semua untuk
membangun ilmu pengetahuan .

Nabire, 18 februari 2016

Yohan bunda

Iv

25
DAFTAR ISI
Judul.................................................................................................. i

Halaman persetujuan........................................................................ ii

Halaman penerimaan........................................................................ iii

Kata pengantar.................................................................................. iv

Daftar isi............................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................. 1
C. Rumusan Masalah............................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 2

A. Pengertian Penilaian.................................................. 2
B. Penilaian Keadaan...................................................... 2
C. Penilaian Dini.............................................................. 4
D. Pemeriksaan Fisik....................................................... 8
E. Riwayat Korban.......................................................... 19
F. Pemeriksaan Fisik....................................................... 21
G. Pelaporan Dan Serah Terima...................................... 22

BAB III PENUTUP................................................................................ 23

A. Kesimpulan................................................................. 23
B. Saran.......................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

26
MAKALAH
PENILAIAN KORBAN

OLEH

YOHAN BUNDA
ANGKATAN IX

PALANG MERAH REMAJA INDONESIA


UNIT SMA NEGERI 1 NABIRE
TAHUN 2016

27

Anda mungkin juga menyukai