Demam Tifoid
Pembimbing:
dr. Abdul Hakam, Msi, Med,
Sp.A
Disusun oleh:
Johan 406148116
Keluhan Utama
Demam
Keluhan Tambahan
Lemas, kembung, mual, muntah, tidak dapat BAB,
nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Pengobatan
Riwayat Kelahiran
Anak laki-laki lahir dari ibu dengan G2P1A0, hamil 38
minggu, persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir
langsung menangis. Lahir secara spontan per vaginam
dengan :
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 50 cm
Lingkar kepala dan lingkar dada : tidak diketahui
Tanpa cacat bawaan
Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan
Perkembangan
Psikomotor
TB2 (1,37)2
Interpretasi
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi diakui ibu pasien lengkap sesuai jadwal
di posyandu
Pada
pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor
dengan pinggir hiperemis.
Diagnosis Banding
Demam tifoid
Malaria
ISK
TBC
Tatalaksana
Penatalaksanaan Farmakologis
IV RL 16 tpm
Ceftriaxone IV 2 x 500 mg
Paracetamol syr 3 x tab (prn demam)
Ranitidin 2 x 1/2 ampul
Penatalaksanaan non Farmakologis
.
Patofisiologi
Dari tempat tersebut, bakteri dapat masuk ke aliran
limfe mesenterika hingga ke aliran darah
(bakteremia I) bertahan hidup dan mencapai jaringan
retikuloendotelial (hepar, limpa, sumsum tulang)
untuk bermultiplikasi memproduksi enterotoksin
yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus
yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke
lumen intestinal.
Fase invasi. Demam ringan, naik secara bertahap, terkadang suhu malam
lebih tinggi dibanding pagi hari. Gejala lainnya ialah nyeri kepala, rasa
tidak nyaman pada saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, batuk,
lemas, konstipasi.
Stadium evolusi. Demam mulai turun perlahan, tetapi dalam waktu yang
cukup lama. Dapat terjadi komplikasi perforasi usus. Pada sebagian kasus,
bakteri masih ada dalam jumlah minimal (menjasi karier kronis)
.
Patofisiologi
Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium hematologi rutin: anemia(umumnya karena supresi
sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus), leukopenia namun
jarang <3000/ul, an-eosinofilia, limfositosis relatif, atau trombositopenia
(pada kasus berat)
LED meningkat
Enzim transaminasie meningkat
Serologi:
Antibodi IgM S. typhi
Widal kenaikan titer S.typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4x titer fase akut
ke fase konvalesens
Pemeriksaan biakan Salmonela:
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit
Biakan sumsum tulang masih posited sampai minggu ke-4
Pemeriksaan radiologi:
Rontgen toraks apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
Rontgen abdomen bila dicurigasi terjadi kompensasi intraintestinal
(peritonitis, perforasi usus, atau perdarahan saluran cerna)
Pada perforasi usus tampak:
Distribusi udara tak merata
Airfluid level
Bayangan radiolusen di daerah hepar
Udara bebas pada abdomen
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis demam tifoid ditegakan apabila ditemukan gejala
klinis tifoid yang didukung dengan minimal salah satu
pemeriksaan penunjang berikut:
Uji diagnostik lainnya yang lebih sensitif dan spesifik, seperti
serologi IgM, immunoblotting (Typhi-dot), DNA probe,, serta
pemeriksaan PCR
Biakan Salmonella typhi
Diagnosis banding
Influenza, gastroenteritis, bronchitis dan
bronkopneumonia,.Pada demam tifoid yang berat maka sepsis,
leukemia, linmfoma, dan penyakit Hodgin dapat dipikirkan.
Komplikasi
Peritonitis dan perdarahan saluran cerna:
suhu menurun, nyeri abdomen, muntah,
nyeri tekan pada palapasi, bising usus
menurun atau menghilang, defans
muscular, dan pekak hati menghilang
Perforasi intestinal
Ensefalopati tifoid (toxic typhoid)
Hepatitis tifosa
Tatalaksana
Tatalaksana
Suportif:
Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
Tirah baring
Isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori cukup
Diet makanan tidak berserat dan mudah dicerna, setelah demam reda dapat
segera diberi makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
Medikamenosa:
Antibiotik
Lini I:
Kloramfenikol 100mg/KgBB/hari PO/IV, dibagi dalam 4 dosis, selama 10-14 hari.
Tidak diberikan apabila leukosit < 2000/uL
Amoksisilin 100mg/KgBB/hari PO/IV selama 10 hari
Kotrimoksazol 6-8mg/KgBB/hari selama 10 hari
Lini II:
Seftriakson 80mg/KgBB/hari IV/IM, sekali sehari, salama 5 hari
Sefiksim 10mg/KgBB/hari PO, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran:
Deksametason 1-3mg/KgBB/hari IV, dibagi 3 dosis.
Pertimbangkan transfusi darah pada kasus perdarahan saluran cerna