Anda di halaman 1dari 8

MATERI RANGKUMAN KEPERAWATAN JIWA PADA ISOLASI SOSIAL DAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

ANIS MAHRUNIYA

195070209111027

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
Isolasi social adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan bahkan samasekai
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Gannguan isolasi social dapat terjadi
karena individu merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.

Ada beberapa faktor penyebab dari isolasi social adalah :

Faktor predesposisi :

1) Faktor perkembangan. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat 2 menghambat
terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini,
agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

2) Faktor sosial budaya. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.

3) Faktor biologis. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah
dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.

Faktor presipitasi :

1) Stresor sosial budaya. Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain.

Tanda dan gejala yang ditunjukkan pasien isolasi social adalah komunikasi menurun
bahkan sama sekali tidak ada, klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat
(mengisolasi diri sendiri/menyendiri), menolak hubungan dengan orang lain dengan memutuskan
percakapan atau pergi bila diajak bercakap-cakap, pasien tampak memisahkan diri dari orang lain
misalnya, pada saat makan, terjadi gangguan pada pemasukan makanan dan minuman sehingga
terjadi retensi urine dan feces, Pasien mengalami gangguan aktifitas atau aktifitas menurun dan
pasien tampak kurang energik sehingga pasien mengalami gangguan harga diri

Rentang respon pada isolasi social :

Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu
tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon adaptif tersebut adalah:

1. Solitude. Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara untuk mengawasi diri dan menentukan
langkah berikutnya.
2. Otonomi. Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ideide
pikiran.
3. Kebersamaan. Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk memberi dan menerima.
4. Saling ketergantungan. Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku
maladaptif tersebut adalah:
1. Menarik diri. Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.
2. Manipulasi. Menganggap orang lain sebagai obyek dan berorientasi pada diri sendiri.
3. Ketergantungan. Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki.
4. Impulsif. Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5. Narkisisme. Harga diri yang rapuh, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah
jika orang lain tidak mendukung.

Pohon masalah diagnosa isolasi social

Risiko perubahan sensori persepsi : Haulusinasi

Isolasi social : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah
Defisit perawatan diri adalah keadaan dimana seseorang mengalami kelainan dalam
meakukan atau menyelesaikan dalam kemampuan untuk melakukan menyelesaikan aktifitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Penyebab dari defisit perawatan diri adalah

a. Citra tubuh : perubahan fisik akibat operasi misalnya dapat membuat individu
tidak peduli dengan kebersihannya.
b. Status social ekonomi : sumber penghasilan mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik perawatan diri yang dilakukan
c. Pengetahuan : kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri dan implikasinya
bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri.
d. Kebudayaan : orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktik kesehatan yang berbeda pula.
e. Kondisi fisik : pasien dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk
tidak melakukan perawatan diri.

Jenis-jenis defisit perawatan diri :

a. Defisit perawatan diri: mandi. Hambatan kemampuan untuk melakukan atau


menyelesaikanmandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Defisit perawatan diri : berpakaian. Hambatan kemampuan untuk melakukan atau


menyelesaikanaktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri

c.Defisit perawatan diri : makan. Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makansecara mandiri

d.Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting. Hambatan kemampuan untuk melakukan atau


menyelesaikan aktivitaseliminasi sendiri
Pohon masalah defisit perawatan diri

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh,


kurangnya motivasi
Daftar pustaka

Apriyani, H. (2015). Identifikasi Diagnosis Keperawatan Pada Pasien Di Ruang Paru Sebuah
Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan, XI(1), 107–111.

Budiyanto, Asti, arnika dwi, & Yuwono, P. (2015). Jurusan Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 11(1), 6–18.

Erlando, R. P. A. (2019). Terapi Kognitif Perilaku dan Defisit Perawatan Diri : Studi Literatur.
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 94–100. https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.9

Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). PENGARUH PELAKSANAAN JADWAL HARIAN


PERAWATAN DIRI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN MERAWAT DIRI PADA
PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA
TENGAH. Gaster, 16(2), 177. https://doi.org/10.30787/gaster.v16i2.294

Hastutiningtyas R. W, I. S. (2016). Peran Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap


Kemampuan Interaksi Sosial Dan Maslah Isolasi Sosial. Jurnal Care, 4(3), 62–69.

Jalil, A. (2015). faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Kemamapuan Pasien Skizorenia Dalam
Melakukan Perawatan. Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Kemamapuan Pasien
Skizorenia Dalam Melakukan Perawatan, 3(2), 154–161.

M. Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru Press.

Rachmawati, U., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2015). Tindakan Keperawatan pada Klien,
Keluarga dan Kader Kesehatan Jiwa dengan Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial di
Komunitas. Jurnal Keperawatan Jiwa, 3(2), 13–22.
https://doi.org/10.26714/JKJ.3.2.2015.13-22

Rahayuningsih, A., & Muharyari, W. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial. NERS Jurnal Keperawatan,
8(2), 105. https://doi.org/10.25077/njk.8.2.105-114.2012

Riska noviyanti, Duwi Basuki, E. N. soemah. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Defisit Perawatan Diri Di Uptd Pesanggrahan Pmks Mojopahit Mojokerto. 1–11.

Stikes, K., Sehat, B., Mojokerto, P., & Mulyo, R. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Isolasi Sosial Pada Kasus Skizofrenia Di Puskesmas Gedongan Kota Mojokerto. Jurnal D3
Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokertp.

Suerni, T., & Ph, L. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan, 11(1).

Sukaesti, D. (2018). Social Skill Training in Social Insulation Clients. Jurnal Keperawatan Jiwa,
6(1), 19–24.

Anda mungkin juga menyukai