Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ANIS MAHRUNIYA

NIM : 195070209111027

SAP PSIK 2019

Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan,
tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan
berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas adalah
ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh
fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku
verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak
maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
Rentang Respon
Neurobiologis

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Respon maladaptive


- Persepsi akurat. - Ilusi - Gangguan proses
- Emosi konsisten dengan - Reaksi emosi pikir/delusi/waham
pengalaman. berlebihan atau kurang - Halusinasi
- Perilaku sesuai - Prilaku aneh - Sulit berespon emosi
- Berhubungan sosial. - Menarik diri - Perilaku disorganisasi
- Isolasi social

Proses terjadinya waham

- Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan.
- Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
- Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat
diterima menjadi bagian eksternal
- Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri
sendiri atau orang lain.
Faktor Predisposisi pada waham
a. Faktor Biologis
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
- Gangguan tumbuh kembang
- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
b. Faktor Genetik
- Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
c. Faktor Psikologis
- Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
- Konflik perkawinan
- Komunikasi “double bind”
- Sosial budaya
- Kemiskinan
- Ketidakharmonisan sosial 
- Stress yang menumpuk
Faktor Presipitasi pada waham
a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen
diduga berkaitan dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata.
Jenis waham :
1. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal seseorang
merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua
kali.
2. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.
Ada beberapa jenis waham :
1. Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya
atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang
dibicarakan.
2. Waham Somatik
Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa
ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda didalam perutnya.
3. Waham Kebesaran
Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan
yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat membaca pikiran orang
lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
4. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat
diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya
kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik
6. Waham Pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang
lain atau suatu kekuatan yang aneh
7. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusah
merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang-ulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
8. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
9. Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya.
Pohon masalah pada waham
Resiko Tinggi,
mencederai diri,
orang lain dan
lingkungan

Perubahan Isi Pikir :


Waham

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah

Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


- Perubahan Isi Pikir : Waham
- Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Kerusakan komunikasi verbal

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.

faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:


Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan
pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis
klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial
budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
Faktor Presipitasi
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Rentang respon halusinasi :

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi konsisten terganggu (distorsi  Sulit berespons
dengan pengalaman pikiran  Perilaku
 Perilaku sesuai  Ilusi disorganisasi
 Hubungan sosial  Menarik diri  Isolasi sosial
harmonis  Reaksi emosi >/<
 Perilaku tidak biasa

Jenis Halusinasi
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine
atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Tanda dan Gejala halusinasi berdasarkan jenisnya :
1. Pendengaran : Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang jelas, berbicara
dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan
2. Penglihatan : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar karton
dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang menakutkan seperti monster.
3. Penciuman
4. Pengecapan
5. Perabaan
6. kanestetik
7. Kinestetik
Fase Halusinasi
1) Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan takut serta
mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
2) Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.Disini terjadi
peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3) Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4) Consquering

Pathway

Akibat Resiko perilaku mencederai diri sendiri

Core Problem Halusinasi pendengaran dan penglihatan

Isolasi sosial
Penyebab

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronis
Diagnosa Keperawatan
1) Resiko mencedrai diri b.d halusinasi pendengaran
2) Gangguan persepsi sensori b.d menarik diri
3) Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis

Daftar Pustaka

Amanda, N., Zukna, M., & Lisiswanti, R. (2017). Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre. Medula
Unila, 7(1), 38–42. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula

Aristina, H. (2015). Pengaruh Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi Sesi1-2 Terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pedengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya. Jurnal Keperawatan, 235, 245.

Fitria, Y., & Sofian, R. (2017). Artikel.SMM.ac.id.

M. Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa :
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru Press.

Norjannah, S. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi-Sensori Terhadap


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di RSJD DR. Amino Gondohutomo
Semarang. NERS Jurnal Keperawatan, 151(1), 10–17. https://doi.org/10.1145/3132847.3132886

Stuart, W. Gail.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore: Elsevier

Victoryna, F., Wardani, I. Y., Studi, P., Ners, P., Ilmu, F., Universitas, K., Cina, P., Beji, K., Depok, K.,
Barat, J., Bogor, K., & Barat, J. (2020). PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
NERS UNTUK APPLICATION OFPSYCHIATRIC NURSING CARE STANDARDS TO REDUCE
THE INTENSITY OF DELUTION SCHIZOPHRENIA. 8(1), 45–52.

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

Zelika, A. A., & Dermawan, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada
Sdr . D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta ( Study of Nursing Care Mental of Auditory Hallucinations
on Mr D in the Nakula Rsjd of Surakarta ). PROFESI, Volume 12, Nomor 2,Maret 2015 KAJIAN,
12, 8–15.

Anda mungkin juga menyukai